Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65024 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elysia Ryastephanie
"Literary translation, especially when translating literature from a culture that is vastly different from the target language culture, is complex and challenging. This study aims to find out what meaning-related translation strategies were used in the Indonesian translation of Oscar Wilde’s 1888 short story “The Happy Prince” and how those strategies affect the translation of items that contain taboo topics in the target text. This study is conducted through descriptive qualitative method, and the meaning-related strategies are compiled by Dewi & Wijaya (2021) from various authors. The study finds that in total there are 285 translation strategies used in the translation, addition being the most frequently found strategy with 148 instances found. Next, there are 56 deletions, 40 scope of meaning modulation procedures, 33 POV modulation procedures, 2 descriptive terms, 2 semantically translated idioms, and one of each for loan word, substitution, couplet, and cultural equivalent. The study also finds that the Indonesian translation, aside from two attempts of softening the theme of homosexuality, remains relatively faithful to the original. It is suggested for future researchers to analyze more English-Indonesian literature containing taboo topics in order to obtain a more thorough res.

Penerjemahan sastra merupakan hal yang kompleks dan menantang untuk dilakukan, terlebih lagi saat menerjemahkan sastra dari budaya yang sangat berbeda dari budaya bahasa sasaran. Studi ini bertujuan untuk mencari strategi penerjemahan berkaitan dengan makna apa yang digunakan dalam terjemahan Bahasa Indonesia dari cerita pendek Oscar Wilde yang berjudul “The Happy Prince”, juga bagaimana strategi-strategi tersebut mempengaruhi penerjemahan bagian yang mengandung tema tabu di teks sasaran. Studi ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan strategi penerjemahan yang disusun oleh Dewi & Wijaya (2021) dari beragam penulis. Studi ini menemukan bahwa ada 285 strategi penerjemahan yang digunakan dalam terjemahan “The Happy Prince”, dengan penambahan sebagai strategi terbanyak, diikuti dengan penghapusan, modulasi cakupan makna, modulasi sudut pandang, penerjemahan deskriptif, penerjemahan idiom secara semantis, loan word, penggantian, penerjemahan gabungan dua prosedur, dan padanan kultural. Studi ini juga menemukan bahwa terjemahan Indonesia cerita pendek ini, selain dari dua terjemahan yang menghaluskan tema homoseksualitas yang terkandung di dalamnya, diterjemahkan dengan cukup setia dengan teks sumbernya. Agar hasil menjadi lebih lengkap, studi ini menyarankan pada peneliti-peneliti selanjutnya untuk mempelajari lebih tentang terjemahan karya sastra Inggris-Indonesia lainnya yang mengandung tema tabu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wilde, Oscar
London: David Strand, 1889
823.8 WID h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Holland, Vyvyan
New York: Thames & Hudson, 1988
828.809 HOL o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London : Collins, 1948
828.809 WOR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wilde, Oscar
London: Collins, 1954
820.8 WIL w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Holland, Vyvyan
New York: Thames & Hudson, 1988
828.809 HOL o
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Party Happy Septiani
"Penerjemahan pada berita penting karena membahas hubungan antara norma jurnalistik dan peran penerjemahan. Studi ini bertujuan mendeskripsikan prosedur penerjemahan, metode penerjemahan, dan ideologi penerjemahan yang diterapkan dalam penerjemahan berita. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua artikel berita berbahasa Inggris dan terjemahan berita bahasa Indonesianya yang diambil dari situs berita Amerika Serikat, yaitu CNN, sebagai dua teks sumber dan dua teks terjemahannya disediakan oleh CNN Indonesia sebagai teks sasaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis berbasis tekstual dan metode deskriptif kualitatif. Terjemahan setia disajikan sebagai perbandingan untuk mengetahui strategi penerjemahan yang diterapkan dalam teks sasaran. Melalui analisis, makalah penelitian ini mengungkap perbedaan mencolok yang terjadi dalam proses penerjemahan berita pada teks sumber dan teks sasaran. Hasil analisis ini menjelaskan bahwa penggunaan prosedur penerjemahan dan metode penerjemahan dalam sampel yang dipilih mengadopsi ideologi domestikasi sebagai cara untuk mendekatkan teks sasaran dengan kebutuhan pembaca sasaran.

News translation is important because it discusses the relationship between journalistic norms and the roles of translation. This paper attempts to describe translation procedures, translation methods, and translation ideology applied in news translation. The samples used in this research are two English news articles that have their Indonesian news translations taken from a US news website, namely CNN, as the two source texts and their two translated texts provided by CNN Indonesia as the target texts. The research was conducted by employing textual-based analysis and descriptive qualitative methods. The faithful translations were presented as comparisons to find out the translation strategies applied in the target texts. Through the analysis, this research paper unveils the notable differences that happen in the process of translating news articles. The results of this analysis explicate that the use of translation procedures and translation methods in the selected samples adopts domestication ideology as the way to make the target text close to the target reader’s need."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi
"Penelitian yang dilakukan dalam rangka penulisan tesis ini adalah penelitian tentang implikatur berironi di dalam tindak tutur taklangsung yang terdapat pada delapan teks drama Inggris karya Oscar Wilde dan George Bernard Shaw. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menggolongkan jenis-jenis ironi dalam implikatur yang terdapat di dalam tindak tutur tak langsung. Kemaknawian penelitian ini adalah memperlihatkan bagaimana ironi lewat implikatur percakapan yang ada pada tindak tutur taklangsung dalam drama inggris akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20 dihasilkan secara pragmatis. Karena yang dianalisis adalah teks drama, maka penelitian ini adalah analisis wacana dengan menggunakan teori-teori pragmatik sebagai ancangan. Teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Tindak Tutur Taklangsung yang dikemukakan oleh Searle (1975), prinsip kerja sama yang dicetuskan oleh Grice (1975), dan prinsip kesantunan dan prinsip ironi yang diajukan oleh Leech (1983). Ancangan penelitian ini adalah studi kasus yang bersifat kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah teknik riset kepustakaan. Data yang terkumpul dimasukkan ke dalam kartu data. Setelah tekumpul diketahui bahwa korpus data berjumlah 69. Data Ialu diproses untuk menentukan sampel. Teknik yang dipakai untuk menentukan sampel adalah teknik penentuan sampel acak sederhana dengan Cara undian. Hasilnya diperoleh 38 sampel. Data lalu diklasifikasikan menjadi (a) ironi berupa sarkasme, (b) ironi berupa litotes, (c) ironi berupa hiperbol, (d) ironi berupa sindiran, dan (e) ironi berupa satire. Berdasarkan klasifkasi tersebut data lalu dianalisis. Setelah data dianalisis diperoleh hasil (i) dari dua belas data ironi berupa sarkasme yang dianalisis ada 11 tindak tutur taklangsung berbentuk pernyataan dan 1 berbentuk pemyataan sekaligus pertanyaan. Ada 9 pelanggaran bidal kualitas dan 3 pelanggaran bidal cara dalam prinsip kerja sama. Pelanggaran itu dilakukan seluruhnya dengan cara mengabaikan bidal. Ada 7 pelanggaran bidal pujian, 1 pelanggaran bidal simpati, 1 pelanggaran bidal kesepakatan, dan 3 pelanggaran bidal pertimbangan dalam prinsip kesantunan; (ii) dari tiga data ironi berupa litotes yang dianalisis ada 2 tindak tutur taklangsung berbentuk pemyataan dan 1 berbentuk pemyataan sekaligus pertanyaan. Ada 3 pelanggaran bidal kualitas dalam prinsip kerja sama. 2 Pelanggaran dilakukan dengan cara melanggar bidal dan 1 pelanggaran dilakukan secara mengabaikan bidal, Ada 1 pelanggaran bidal pujian dan 1 pelanggaran bidaI kesepakatan dalam prinsip kesantunan. Ada 1 tuturan yang tidak melanggar prinsip kesantunan (iii) Dari satu data ironi berupa hiperbol yang dianalisis hanya ada 1 tindak tutur taklangsung berbentuk pernyataan Hanya ada 1 pelanggaran bidal cara dalam prinsip kerja sama. Pelanggaran itu dilakukan secara mengabaikan bidal. Hanya ada 1 pelanggaran bidal pujian dalam prinsip kesantunan; (iv) dari sebelas data ironi berupa sindiran yang dianalisis ada 8 tindak tutur taklangsung berbentuk pemyataan dan 3 berbentuk pertanyaan. Ada 6 pelanggaran bidal kualitas dan 5 pelanggaran bidal cara dalam prinsip kerja sama. Pelanggaran itu dilakukan seluruhnya dengan cara mengabaikan bidal. Ada 6 pelanggaran bidal pujian, 1 pelanggaran bidal simpati, dan 4 pelanggaran bidal pertimbangan dalam prinsip kesantunan; dan (v) Dari sebelas data yang dianalisis ada 10 tindak tutur taklangsung berbentuk pernyataan dan 1 berbentuk pertanyaan dan pernyataan sekaligus. Ada 7 pelanggaran bidaI kualitas dan 4 pelanggaran bidal cara dalam prinsip kerja sama. Pelanggaran itu dilakukan seluruhnya dengan cara mengabaikan bidal. Ada 4 pelanggaran bidal pujian, 4 pelanggaran bidal simpati, dan 3 pelanggaran bidal pertimbangan dalam prinsip kesantunan.

The topic of this research, which is meant for thesis writing, is irony by implicature in indirect speech act that found in eight English plays by Oscar Wilde and by George Bernard Shaw. The aim of this research is to find and to classify irony by implicature in indirect speech act. The significance of this research is showing how irony by implicature in indirect speech act that found in the late 19th until early 20th century English plays is generated pragmatically. This research is discourse analysis by using pragmatics theories as approach because what being analyzed are drama texts. The theories that used in this research are Searle's Indirect Speech Act (1975), Grice's Cooperative Principle (1975), Leech's Politeness Principle, and Leech's Irony Principle (1983). The approach of this research is qualitative case study. The data collecting technique that used in this research is library research. The data that been collected put in data card. There are 69 data corpus. And then data is processed to determine sample. The simple random sampling by raffle is used to determine sample. There are 38 samples. The data is classified into (a) irony as sarcasm, (b) irony as litotes, (c) irony as hyperbole, (d) irony as innuendo, and (e) irony as satire. After the analyzing the data it is found that (i) from 12 analyzed data of irony as sarcasm there are 11 indirect speech acts in form of statement and I in form of statement and question. There are 9 non-observances of maxim of quality and 3 non-observances of maxim of manner of the cooperative principle. The whole non-observances of the maxim are performed by flout a maxim. There are 7 violation of praise maxim, I violation of sympathy maxim, 1 violation of agreement maxim, and 3 violation of consideration maxim of the politeness principle; (ii) from 3 analyzed data of irony as litotes there are 2 indirect speech acts in form of statement and 1 in form of statement and question. There are 3 non-observances of maxim of quality of the cooperative principle. Two non-observances are performed by violate a maxim and one is performed by flout a maxim. There is only 1 violation of praise maxim and I violation of agreement maxim of the politeness principle. There is 1 utterance that not violates any maxim of politeness principle; (iii) from 1 analyzed data of irony as hyperbole there is only 1 indirect speech act in form of statement. There is only I non-observance of maxim of manner of the cooperative principle, which performed by flout maxim. And there is 1 violation of praise maxim of the politeness principle; (iv) from 11 analyzed data of irony as innuendo there are 8 indirect speech acts in form of statement and 3 in form of statement and question. There are 6 non-observances of maxim of quality and 5 of maxim of manner of the cooperative principle. The entire non-observances are performed by flout a maxim. There are 6 violated praise maxims, 1 violated sympathy maxim, and 4 violated of consideration maxims of the politeness principle; (v) from 11 analyzed data of irony as satire there are 10 indirect speech acts in form of statement and 1 in form of statement and question. There are 7 non-observances of quality and 4 of maxim of manner of the cooperative principle. The whole non-observances of the maxim are performed by flout a maxim. There are 4 violated praise maxims, 4 violated sympathy maxims, and 3 violated of consideration maxims of the politeness principle."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T14933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Rosfalia Nurlaily
"Skripsi ini membahas bagaimana novel The Picture of Dorian Gray merepresentasikan pandangan Oscar Wilde mengenai filosofi New Hedonism, yang dapat dilihat melalui analisis empat tokoh utama dalam novel yang berlatar belakang era Victoria di Inggris ini. Keempat tokoh tersebut adalah Basil Hallward, Sybil Vane, Lord Henry Wotton, and Dorian Gray. Pendekatan utama yang digunakan untuk menganalisis teks tersebut adalah teori Psikoanalisis Sigmund Freud mengenai agen-agen psikis, insting, dan mekanisme pertahanan, serta teori New Hedonism Walter Lippmann.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecenderungan Oscar Wilde dalam memandang filosofi hedonisme baru dan nilai-nilai masyarakat era Victoria guna membalik persepsi pembaca pada umumnya, yang memercayai bahwa novel ini memberikan pengaruh buruk bagi moralitas masyarakat. Dengan mengkaji hal apa yang mendorong tindakan-tindakan keempat tokoh dan menghubungkannya dengan nilai moral masyarakat era Victoria, penelitian ini berusaha memahami pesan moral yang ingin disampaikan Wilde melalui tulisannya tersebut.
Kesimpulan yang diambil penulis adalah bahwa novel ini, melalui tokoh-tokohnya, menunjukkan ambivalensi Wilde dalam merepresentasikan filosofi New Hedonism dan nilai-nilai masyarakat era Victoria.

This undergraduate thesis discusses how the novel The Picture of Dorian Gray represents Oscar Wilde's perspective towards the philosophy of New Hedonism, which is analysed through the four most significant characters in this Victorian English novel, Basil Hallward, Sybil Vane, Lord Henry Wotton, and Dorian Gray. The major approaches applied in analysing the text are Sigmund Freud's psychoanalitical theories on the psychic apparatus, instincts, and defense mechanisms, and Walter Lippmann‟s philosophical theory on New Hedonism.
The research aims at determining Wilde‟s position towards the new hedonistic philosophy and the Victorian values in order to counter the general belief that this novel serves as an immoral influence for the society. By analysing the characters' motives in choosing their actions and relating them to the moral values held by the Victorian society, this research tries to understand the message Wilde wants to convey in his work.
As a conclusion, the analysis on the characters proves that the novel shows Wilde's ambivalent attitude towards the New Hedonism as well as the Victorian values.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Manuwembun Adisoemarta
"Tesis ini membahas kritik terhadap terjemahan buku Mother Teresa: Come Be my Light dalam bahasa Indonesia. Kritik disusun dengan menggunakan model analisis teks yang berorientasi pada penerjemahan dengan menggunakan pencapaian skopos sebagai kriteria utama keberhasilan penerapan strategi penerjemahan. Pertama, dilakukan analisis faktor ekstratekstual dan intratekstual teks sumber (TSu) ataupun teks sasaran (TSa), kemudian penilaian pencapaian skopos dilakukan dengan melihat strategi penerjemahan yang digunakan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa TSu ditulis untuk pembaca yang berlatar belakang berbeda dengan pembaca TSa sehingga metode penerjemahan semantis yang dominan dalam penerjemahannya tidak berhasil mencapai skopos penerjemahan. Juga, prosedur pemberian catatan dalam TSa tidak dilakukan secara optimal karena hanya memindahkan sebagian catatan akhir TSu menjadi catatan kaki TSa.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerjemahan merupakan proses yang melibatkan banyak aktor dengan kepentingan berbeda dan skopos hanya dapat dicapai jika kompromi mengenai strategi penerjemahan dapat dilakukan oleh semua aktor itu di bawah panduan penerjemah sebagai pakar komunikasi antar budaya. Penulis tesis ini menyarankan antara lain pembuatan suatu catatan khusus oleh penerjemah di awal buku untuk menjelaskan berbagai konsep penting yang mendasari isi buku agar lebih mudah dipahami oleh pembaca non-Katolik dan catatan akhir ataupun catatan kaki harus disempurnakan meningkatkan keterbacaan TSa.

This thesis presents a piece of criticism toward the Indonesian translation of Mother Teresa: Come Be my Light. The criticism is built on reference to and application of the Translation-Based Text Analysis, using the fulfillment of skopos as the main criterion to rate successful selection of translation strategies. First, analysis of extratextual as well as that of intratextual factors of both the source text (ST) and the target text (TT) was conducted at the initial step of this research. Then fulfillment of skopos was assessed by identifying translation strategies and measuring their success in helping to achieve skopos.
The findings of this research indicate -among others- the gap between the receipients of the ST and those of the TT, toward which the dominantly used semantic translation method failed to minimize, resulting in the unfulfillment of skopos. Application of notes was not done optimally either, as translators/editors mainly only moved endnotes of ST to become footnotes of TT.
It was concluded that translation was a multi-actor process involving many different interests and skopos could only be achieved should there be a good understanding and agreement among those actors done under the guidance of the translator as the expert in the intercultural communication. It is then recommended that a special translator?s note ?among others- should be complemented to this book to provide the non Catholic readers with basic knowledge about Catholicism which can make it easier for them to understand the book. Notes should also be rearranged and added ?whenever necessary- to upscale the readability of TT by its receipients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T29222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>