Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130505 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Raihan Anugrah Pekerti
"Aspek ergonomi merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, tidak terkecuali di sektor perkantoran. Pekerja kantor tidak terlepas dari beberapa isu ergonomi seperti postur janggal, postur statis, dan gerakan repetitif. Berdasarkan hasil observasi dan tinjauan dokumen perusahaan, aspek ergonomi masih menjadi permasalahan di PT X karena belum diterapkan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor ergonomi pekerja kantor PT X dengan menggunakan desain studi yang bersifat deskriptif dan eksploratif dengan pendekatan analisis kualitatif. Hasil analisis dan pengukuran faktor ergonomi menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan pekerja administrasi di PT X berada pada kondisi ”fitting the man to the job” dimana 5 dari 7 pekerja harus menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi dari postur janggal para pekerja, frekuensi dan durasi kerja yang tidak aman (faktor pekerjaan); desain kursi dan meja, ketinggian monitor, luas area kerja serta koridor yang kurang memadai (faktor peralatan); serta kurangnya intensitas pencahayaan area kerja (faktor lingkungan). Dengan demikian, PT X perlu meningkatkan perhatian terkait aspek ergonomi diantaranya melalui pengadaan peralatan kerja yang ergonomis, penggantian lampu di area kerja, serta edukasi rutin kepada para pekerja terkait pentingnya aspek ergonomi di perkantoran.

Ergonomics is one aspect that needs to be considered in the work environment, including the office sector. Office workers cannot be separated from several ergonomic issues such as awkward postures, static postures, and repetitive movements. Based on the results of observations and review of company documents, ergonomic aspects are still a problem at PT X because they have not been implemented optimally. This study aims to analyse the ergonomic factors of PT X office workers using a descriptive and exploratory study design with a qualitative analysis approach. The results of the analysis and measurement of ergonomic factors show that most of the activities of administrative workers at PT X are in the condition of "fitting the man to the job" where 5 out of 7 workers must adjust to work conditions. This is due to the interaction of the workers awkward postures, unsafe work frequency and duration (work factors); inadequate chair and table design, monitor height, work area and corridors (equipment factors); and lack of work area lighting intensity (environmental factors). Thus, PT X needs to increase attention related to ergonomic aspects, including through the procurement of ergonomic work equipment, replacement of lights in the work area, and regular education to workers regarding the importance of ergonomic aspects in the office."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Nur Hidayat
"Perkembangan teknologi yang pesat membuat hampir semua aktifitas pekerjaan manusia berhubungan erat dengan berbagai macam alat dan mesin. Tidak terkecuali dalam dunia industri yang saat ini terus berkembang dengan pesatnya. Namun dalam interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan kerja terdapat berbagai risiko yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kecelakaan kerja bagi manusia. Salah satu penyakit akibat kerja yang kerap diderita oleh pekerja adalah penyakit yang berkaitan dengan otot serta rangka, atau lebih dikenal dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Penelitian ini dilakukan pada pekerja furnitur di PT. X di Klender, Jakarta Timur pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko MSDs pada bagian tubuh dan gejala MSDs yang dialami oleh pekerja. metode penelitiain ini adalah kualitatif dengan desain studi observasional. Responden berjumlah 8 orang, dan tingkat risiko ergonomi dinilai menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA). Penilaian menggunakan REBA mendapatkan hasil 1 tahapan pekerjaan (25%) termasuk dalam kategori medium risk (action level 3), dan 3 tahapan pekerjaan (75%) termasuk dalam kategori high risk (action level 4). Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk mengetahui keluhan MSDs yang dirasakan pekerja dan didapatkan hasil 100% pekerja mengeluhkan gejala MSDs. Keluhan terbanyak dirasakan adalah pegal dan rasa sakit pada tubuh bagian pinggang, leher bagian bawah, dan betis.

Technological developments that grow rapidly make almost human activities are closely related to tools and machinery. Industrial sectors is one of many sectors that grow rapidly as the human development. However, the interaction between human, machine and workplace environment have many risks that can make occupational disease or injury to the workers. One of the occupational diseases that often suffered by workers is a disease associated with muscle, bonesand joints, or known as Musculoskeletal Disorders (MSDs). This research was conducted on Furniture Workers PT. X, Klender, East Jakarta, in 2014. This research’s purpose are to know the musculoskeletal disorders risk factor in the body and symptoms experienced by workers. This research method is qualitative with observasional design. Respondents of this research were 8 production workers. Ergonomic risk level assessed using the Rapid Entire Body Assessment (REBA). The result from assessment using REBA are 1 task (25%) included medium risk category (action level 3), and 3 task (75%) include high risk category (action level 4). Nordic Body Map (NBM) is used to know the complaints about MSDs from workers, and the result is 100% of worker said that they have some symptoms of MSDs. Most of complaints are on the hip, lower neck, and calves."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Najmuddin Mabruri
"Peningkatan kasus COVID-19 di sektor perkantoran dan pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan tempat kerja di wilayah Jabodetabek yang masih terus terjadi. Pengendalian dan pencegahan COVID-19 di sektor perkantoran menjadi suatu hal yang penting dilakukan, hal tersebut erat kaitannya dengan perilaku pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko perilaku pekerja perkantoran dalam penerapan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Metode penelitian secara cross sectional dan pengambilan data secara daring dengan populasi pekerja perkantoran di wilayah Jabodetabek, data dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Seacara umum perilaku responden adalah baik Variabel yang berhubungan signifikan dengan perilaku responden adalah jenis kelamin, persepsi manfaat, persepsi hambatan, persepsi keyakinan diri dan cues to action. Uji regresi logistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan perilaku responden serta persepsi keyakinan diri dan perilaku responden. Persepsi keyakinan diri menjadi variabel dominan dengan OR 5,075. Responden yang mempunyai persepsi keyakinan diri tinggi 5,075 kali mempunyai kemungkinan untuk berperilaku baik jika dibandingkan dengan responden yang mempunyai persepsi keyakinan diri rendah, setelah dikontrol variabel pengetahuan.

The increase COVID-19 cases in the office sector and violations of health protocols carried out by workplaces in the Greater Jakarta area are still happening. Control and prevention of COVID-19 in the office sector is an important thing to do, it is closely related to COVID-19 prevention practice. The purpose of this study was to analyze risk factors of COVID-19 prevention practice among office workers. The research method was cross sectional and online data collection with the population of office workers in the Greater Jakarta area, the data were analyzed descriptively and inferentially. In general, COVID-19 prevention practice among office workers was good. The variables that were significantly related to practice were gender, perceived benefits, perceived barriers, perceived self-efficacy and cues to action. The logistic regression test showed that there was a significant relationship between gender and practice as well perceived self-efficacy and practice. perceived self-efficacy is the dominant variable with an OR of 5.075. Respondents who have a high perceived self-efficacy 5,075 times have the possibility to have good practice when compared to respondents who have a low perceived self-efficacy, after controlling for the knowledge variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Ariani
"Dua tahun pandemi COVID-19, perusahaan mulai kembali memberlakukan WFO dan mulai mempertimbangkan sistem kerja baru yaitu remote working. Perubahan sistem kerja ini berdampak pada perubahan job context (hubungan interpersonal, home-work interface) dan job content (desain ruang kerja, beban kerja, durasi waktu kerja, sistem kerja) yang dapat menyebabkan bahaya psikososial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor psikososial terhadap stres kerja pada pekerja perkantoran sebelum dan saat pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Penelitian dilakukan pada pekerja perkantoran yang bekerja dengan sistem WFH dan hybrid (WFH+WFO) di DKI Jakarta pada bulan Juni sampai Juli 2022 dengan menyebarkan kuesioner secara online (google form) kepada 142 responden. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi-Square dan t-test. Dari hasil analisis Chi-Square terdapat hubungan yang signifikan untuk variabel desain ruang kerja sebelum pandemi (p 0,005), beban kerja sebelum pandemi (p 0,003) dan saat pandemi (p 0,000), serta durasi waktu kerja saat pandemi (p 0,050) terhadap stres kerja. Dari hasil uji t-test terdapat peningkatan yang signifikan antara stres kerja sebelum dan saat pandemi (1,19; Sig.2-tailed 0,005), beban kerja sebelum dan saat pandemi (0,56; Sig.2-tailed 0,001), serta durasi waktu kerja sebelum dan saat pandemi (0.42; Sig.2-tailed 0,000). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa variabel tersebut berpengaruh pada stres kerja yang dialami oleh pekerja perkantoran sebelum dan saat pandemi COVID-19 di DKI Jakarta.

Two years the COVID-19 pandemic, companies have started to re-enforce WFO and are starting to consider a new work system, namely remote working. This work system has an impact on changes in job context (interpersonal relations, home-work interface) and job content (workspace design, workload, working time duration, work system) which can cause psychosocial hazards. This study aims to analyze psychosocial factors on work stress in office workers before and during the COVID-19 pandemic. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The research was conducted on office workers working with the WFH and hybrid systems (WFH+WFO) in DKI Jakarta from June to July 2022 by distributing questionnaires online (google form) to 142 respondents. The analysis used in this study is the Chi-Square and t-test. From the results of the Chi-Square analysis there is a significant relationship for workspace design variables before the pandemic (p 0.005), workload before the pandemic (p 0.003) and during the pandemic (p 0.000), and working time duration during the pandemic (p 0.050) to work stress. From the results of the t-test there was a significant increase between work stress before and during the pandemic (1.19; Sig.2-tailed 0.005), workload before and during the pandemic (0.56; Sig.2-tailed 0.001), and duration of working time before and during the pandemic (0.42; Sig.2-tailed 0.000). The conclusion from this study is that these variables affect the work stress experienced by office workers before and during the COVID-19 pandemic in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Azfa Chairul Azam
"Usaha Mikro Kelas Menengah (UMKM) di Indonesia memberikan kontribusi PDB yang cukup tinggi tiap tahunnya dan menarik banyak tenaga kerja untuk bergabung di dalamnya, namun persoalan terkait keselamatan dan kesehatan pekerja di usaha informal masih belum diperhatikan. Perusahaan Leveleasy adalah usaha informal yang bergerak memberikan jasa sablon dan belum menjalankan beberapa Tindakan untuk keselamatan dan kesehatan kerja, salah satunya terkait ergonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ergonomic yang berisiko pada tiap aktivitas dalam proses sablon pakaian di usaha informal Leveleasy. Penelitian ini bersifat deskriptif dan eksploratif dengan pendekatan analisis kualitatif dalam mengidentifikasi faktor risiko ergonomi yang ada dan menganalisis interaksinya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa di setiap aktivitas kegiatan sablon yaitu pemasangan baju, pemasangan screen,pencetakan warna, dan pengeringan cat terdapat faktor risiko. Dari 4 faktor ergonomi yang berisiko diantaranya adalah faktor pekerjaan, faktor peralatan, dan faktor lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan perusahaan dapat memperbaiki waktu operasional kerja tiap harinya dan melakukan olahraga rutin agar kualitas otot dan sendi tetap baik, memasang bantalan karet pada rakel agar pergelangan tangan tetap aman, dan membuat inlet dan outlet untuk jalur pertukaran udara agar suhu dan kelembaban ruangan tetap nyaman.

Middle microenterprises (UMKM) in Indonesia contribute quite a high GDP each year and attract many workers to join them. However, issues related to the safety and health of workers in informal businesses are still not being addressed. The Leveleasy company is an informal business that provides screen printing services and has not implemented several measures for occupational safety and health, one of which is related to ergonomics. The aim of this research is to determine the risky ergonomic factors in each activity in the clothing screen printing process at the Leveleasy. This research is descriptive and exploratory with a qualitative analysis approach to identifying existing ergonomic risk factors and analyzing their interactions. The results of this research show that in every screen printing activity, namely clothing installation, screen installation, color printing, and paint drying, there are risk factors. Of the four risky ergonomic factors, they are job, tools/machine, and environmental factors. The program that can be made by the company can be to improve operational work hours each day, carry out regular exercise so that the quality of muscles and joints remains good, install rubber pads on squeegee to keep wrists safe, and create inlets and outlets for air exchange pathways so that room temperature and humidity remain stable and comfortable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanwan Ridwan
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26514
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hapsari Pranadewi
"ABSTRAK
Prevalensi penyakit kardiovaskular pada usia kerja semakin meningkat. Pekerja perkantoran cenderung memiliki kebiasaan kurang sehat yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular, seperti kebiasaan makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang rendah/sedentary, dan tingkat stres tinggi. Diperlukan program promotif preventif di tempat kerja untuk memperbaiki kebiasaan buruk tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kebiasaan makan, tingkat aktivitas fisik, dan tingkat stres pada pekerja setelah dilakukan Program Wellness Our Way (Program WOW).
Desain penelitian menggunakan gabungan beberapa desain, yaitu pre post study , kross sektional komparatif, analisis kuasi eksperimental dan dilengkapi dengan wawancara mendalam. Jumlah sampel total sebanyak 79 orang, yang terdiri 39 orang pada kelompok WOW dan 40 orang pada kelompok non WOW. Pengambilan data menggunakan beberapa kuesioner, diantaranya kuesioner Food Frequency Questioner (FFQ) semikuantitatif, kuesioner Rapid Assesment Phisical Activity (RAPA), dan kuesioner Stress Diagnostic Survey.
Hasil penelitian menunjukkan Program WOW berhasil meningkatkan perbaikan tingkat aktivitas fisik secara signifikan (RR 2.91, CI 1.02-8.27) dan menurunkan tingkat stress dua komponen stressor kerja, yaitu beban berlebih kualitatif ( OR 3.28, CI 1.16-9.24) dan pengembangan karir (OR 2.97, CI 1.19-7.42). Akan tetapi program WOW kurang berhasil dalam memperbaiki kebiasaan makan (RR 1.96,CI 0.91-4.18).
Saran bagi pekerja agar aktif mencari informasi kesehatan melalui media atau praktisi kesehatan, dan khusus bagi peserta WOW agar tetap aktif mengadakan diskusi kelompok. Bagi perusahaan agar mengadakan perbaikan pada program wellness dengan peserta yang lebih banyak dan melakukan penyegaran kembali atau evaluasi sesudah 4-6 bulan program selesai.

ABSTRACT
The prevalence of cardiovascular disease in working age is increasing. Office workers tend to have less healthy habits that are risk factors for cardiovascular disease, such as unhealthy eating habits, low physical activity / sedentary, and high stress levels. Needed a preventive promotive programs in the workplace to improve these poor habits. The purpose of this study was to determine the improve in eating habits, physical activity level, and stress levels among workers after Wellness Our Way Programs (WOW Program).
The study design using a combination of design, that are pre post study, comparative kross sektional, quasi-experimental analysis and complemented by depth interviews. Total samples are 79 people, consist of 39 people at WOW group and 40 people at non-WOW group. Retrieving data used several questionnaire, including semiquantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ), Rapid Assessment Phisical Activity (RAPA) questionnaires and Stress Diagnostic Survey questionnaires.
The results showed that the WOW Program succeeded in increasing improvements in physical activity levels significantly (RR 2.91, CI 1:02 to 8:27) and lowered the stress level of components work stressor qualitative excess burden (OR 3:28, 1:16 to 9:24 CI) and career development (OR 2.97, CI 1:19 to 7:42). But the WOW Programs was less succesful in improving eating habits (RR 1.96, CI 0.91-4.18).
Suggest for workers in general are in order to actively seek health information through the media or health care practitioner, and specifically for participants of WOW programs to stay active in discussion groups. For the company to improve the upcoming Wellness program with a wider range of participants and conduct refresher or evaluation after 4-6 months of program completion"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haikal Muhammad Ariq Andrianto
"Laboratorium Migas merupakan tempat kerja untuk melakukan pengujian, penelitian, dan pengembangan minyak mentah, produk sampingan, hingga produk jadi menggunakan peralatan dan bahan yang ada. Laboratorium memiliki banyak bahaya di dalamnya, tak terkecuali dengan bahaya kimia seperti benzene, toluene dan xylene (BTX). Oleh karena itu, diperlukan kajian risiko kesehatan di Laboratorium Migas untuk mengetahui seberapa besar tingkat risiko BTX terhadap pekerja laboratorium. Kajian risiko kesehatan ini akan mengacu pada CHRA DOSH Malaysia (2018) dimana data yang didapatkan dianalisis menggunakan IHSTAT. Kajian risiko kesehatan dilakukan menyesuaikan dengan SEG yang sudah ditentukan, yaitu unit Crude & Product Classification, unit Facility & Quality, unit Fuel, unit Analytical & Gas, serta unit Petrochemical. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa terdapat tingkat risiko yang tinggi pada pajanan benzene melalui rute inhalasi serta rute dermal terhadap unit Fuel. Sementara itu, pajanan xylene dan toluene berada pada tingkat risiko yang rendah untuk rute pajanan inhalasi serta berada pada tingkat pajanan moderat pada rute pajanan dermal. Dari hasil penelitian terkait tingkat risiko keseharan pada pajanan benzene, toluene, dan xylene, diperlukan peningkatan kesadaran pekerja untuk menggunakan APD tambahan serta peningkatan sistem ventilasi di tempat kerja.

The Oil and Gas Laboratory is a workplace for conducting testing, research and development on crude oil, by-products and finished products using existing equipment and materials. Laboratories have many dangers in them, including chemical hazards such as benzene, toluene and xylene (BTX). Therefore, it is necessary to study health risks in oil and gas laboratories to find out how big the risk level of BTX is to laboratory workers. This health risk study will refer to CHRA DOSH Malaysia (2018) where the data obtained was analyzed using IHSTAT. Health risk studies are carried out in accordance with the SEGs that have been determined, namely the Crude & Product Classification unit, Facility & Quality unit, Fuel unit, Analytical & Gas unit, and Petrochemical unit. The results of the study show that there is a high level of risk of exposure to benzene via the inhalation route and the dermal route on Fuel units. Meanwhile, exposure to xylene and toluene is at a low risk level for the inhalation exposure route and at a moderate exposure level for the dermal exposure route. From the results of research regarding the level of health risk from exposure to benzene, toluene and xylene, it is necessary to increase worker awareness to use additional PPE and improve the ventilation system in the workplace."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Atara Trisyani
"Skripsi ini membahas tentang analisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja konstruksi di Proyek Y PT.X Tahun 2024. Kelelahan kerja (fatigue) adalah suatu kondisi dimana terjadi perasaan lelah dan penurunan fungsi mental dan fisik yang menyebabkan berkurangnya semangat kerja sehingga menurunkan efektivitas dan efisiensi kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kauntitatif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah prurposive sampling. Analisi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 48,9% responden mengalami kelelahan kerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan faktor risiko terkait pekerjaan seperti beban kerja, durasi kerja, durasi lembur, jenis pekerjaan dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan, seperti konsumsi minuman berkafein, konsumsi air mineral, kualitas tidur, kuantitas tidur, dan pekerjaan sampingan.

Work fatigue (fatigue) is a condition where there is a feeling of fatigue and a decrease in mental and physical function which causes a decrease in morale, thereby reducing work effectiveness and efficiency. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional design. The sampling technique used was purposive sampling. Data analysis in this study was carried out using two ways, namely chi square. The results of this study showed that 48.9% of respondents experienced job fatigue. There is a significant relationship between fatigue and work-related risk factors such as workload, work duration, overtime duration, type of work and non-work-related risk factors, such as caffeinated beverage consumption, mineral water consumption, sleep quality, sleep quantity, and side jobs"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raja Andriany
"Laboratorium dikenal sebagai tempat kerja yang memiliki potensi bahaya tinggi. Penelitian telah menunjukkan tingginya prevalensi insiden yang terjadi di laboratorium. Dampak dari insiden tersebut berpotensi merugikan pekerja dan integritas operasional laboratorium sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pekerja dan tercorengnya reputasi laboratorium. Faktor penyebab terjadinya insiden di laboratorium dapat berbeda-beda tergantung dari karakteristik dan jenis bahaya masing-masing laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan insiden pada pekerja Laboratorium BC. Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Sebanyak 55 pekerja Laboratorium BC berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pekerja yang mengalami insiden sebesar 58.2%. Selanjutnya disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan K3 (p=0.021), pelatihan K3 (p=0.030), kelelahan kerja (p=0.048), stres kerja (p=0.031), suhu (p=0.045), dan kelembaban (p=0.047) dengan insiden pada pekerja Laboratorium BC tahun 2024. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka perlu adanya pengendalian faktor risiko di Laboratorium BC untuk mengurangi terjadinya insiden.

Laboratories are known as workplaces with high potential hazards. Studies have shown a high prevalence of accidents occurring in laboratories. The impact of these accidents can potentially harm workers and the operational integrity of the laboratory. The causes of accidents in laboratories can vary depending on the characteristics and types of hazards present in each laboratory. This study aims to analyze factors related to incidents among BC Laboratory workers. This research employs a quantitative approach using a cross-sectional study design. A total of 55 BC Laboratory workers participated in this study. The research results showed that the percentage of workers who experienced incidents was 58.2%. Furthermore, a significant association was found between accident occurrence and the level of occupational health and safety knowledge (p = 0.021), occupational health and safety training (p = 0.030), work fatigue (p = 0.048), work stress (p = 0.031), temperature (p = 0.045), and humidity (p = 0.047). Based on the results obtained, it is necessary to control the risk factors in BC Laboratory to minimize the occurrence of workplace accidents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>