Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170334 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Hanna Pramitha
"Salah satu aspek yang perlu diperhatikan ketika melakukan operasi pertambangan adalah kelerengan. Kondisi lereng yang tidak stabil dapat menghambat proses produksi, sehingga diperlukannya infrastruktur yang tepat dan aman untuk mengoptimalkan kegiatan penambangan. Fasilitas Penampungan Residu (FPR) digunakan sebagai sarana infrastruktur untuk menampung limbah hasil proses pencucian material bauksit. Air dari kolam pengendapan perlu dijaga agar tetap ditempat yang disediakan dan dapat dikendalikan, sehingga perlu dibuat tanggul di sekitar kolam. Penelitian ini dilakukan di lokasi kolam pengendapan PT. Cita Mineral Investindo Tbk site Air Upas, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Kondisi lereng yang tidak stabil dapat menghambat proses produksi dan mengakibatkan target produksi tidak tercapai dan membahayakan keselamatan pekerja. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan dengan tujuan analisis lebih lanjut terkait kestabilan tanggul tersebut. Parameter atau data yang digunakan adalah tinggi air kolam, geometri lereng, dan sifat fisik serta mekanik tanah seperti unit weight, kohesi, dan sudut geser dalam. Pengujian sifat fisik dan mekanik pada penelitian ini dilakukan pada tiga titik, yaitu UP-01, UP-02, dan UP-03. Metode kesetimbangan batas digunakan dalam mendapatkan nilai faktor keamanan sehingga dapat direkomendasikan rencana desain dan spesifikasi tertentu pendukung faktor keamanan yang tidak stabil. Garis penampang pada area ini dibagi menjadi 4 penampang, yaitu A-A’, B-B’, C-C’, dan D-D’. Berdasarkan hasil analisis kestabilan lereng, lereng A-A’ memiliki faktor keamanan yang tidak stabil, sedangkan lereng B-B’, C-C’, dan D-D’ memiliki faktor keamanan yang stabil. Rekomendasi geometri lereng stabil diberikan untuk lereng A-A’ hingga faktor keamanannya menjadi stabil. Pada kolam 4 (D-D’), kapasitas air maksimum yang ditampung adalah sebesar 110,593 m3, kolam 6 (C-C’) sebesar 1,129,613 m3, kolam 15C (A-A’) sebesar 239,027 m3, dan kolam 16 (B-B’) sebesar 103,271 m3 berdasarkan peraturan dari Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018, di mana kapasitas maksimum air kolam 80% dari volume kolam tersebut.

One crucial aspect to consider in mining operations is slope stability. Unstable slope conditions can impede the production process, necessitating the implementation of appropriate and secure infrastructure to optimize mining activities. Sedimentation ponds are employed as infrastructure facilities to contain waste from the bauxite washing process. The water in the sediment pond must be contained in the designated area and controlled, requiring the construction of embankments around the pond. This research was conducted at sedimentation ponds site of PT. Cita Mineral Investindo Tbk in Air Upas, Ketapang Regency, West Kalimantan. Unstable slope conditions can impede the production process, leading to unmet production targets and posing a danger to workers’ safety. Thus, this research aims to conduct further analysis regarding the stability of the embankment. Parameters or data used include groundwater levels, slope geometry, and the physical and mechanical properties of the soil, such as unit weight, cohesion, and internal friction angle. The limit equilibrium method is employed to obtain the safety factor values, allowing for the recommendation of a redesign plans and specifications to support unstable safety factors. The cross sectional area are divided into 4 sections, namely A-A’, B-B’, C-C’, and D-D’. Based on the results of the slope stability analysis, slope A-A’ has an unstable safety factor, while slopes B-B’, C-C’, and D-D’ have a stable safety factor. Recommendations for stable slope geometry are given for slope A-A’ by trial and error until the safety factor becomes stable. In D-D’, the maximum water capacity stored is 110,593 m3, 1,129,613 m3 for C-C’, 239,027 m3 for A-A’, and 103,271 m3 for B-B’ based on regulations from the Decree of the Minister of Energy and Mineral Resource, Number 1827 K/30/MEM/2018, where the maximum capacity of RSF water is 80% of the RSF volume."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson Koven
"Efek hujan dan gempa mempengaruhi stabilitas lereng. Hujan dapat mengakibatkan terjadinya infiltrasi pada lereng yang menyebabkan turunnya tekanan air pori negatif pada lereng dan meningkatkan muka air tanah. Sedangkan gempa akan memberikan beban seismik yang menyebabkan terjadinya deformasi pada lereng. Lereng akan mengalami kondisi yang lebih kritis lagi apabila efek hujan dan gempa dikombinasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hujan yang disusul gempa pada stabilitas lereng tak jenuh. Penelitian ini terdiri dari dua tahap analisis numerik, yaitu analisis rembesan untuk mengetahui perubahan tekanan air pori pada lereng dan dilanjutkan dengan analisis dinamik time history tidak linear untuk menghitung deformasi yang terjadi akibat gempa. Kurva karakteristik tanah-air yang diambil dari hasil pengukuran akan diinkorporasikan pada lapisan atas tanah tak jenuh, catatan gempa Loma Prieta (1989), dan gempa Northridge (1994) akan digunakan sebagai akselerasi gempa. Enam skenario hujan dilanjutkan gempa akan dianalisis dan dibandingkan yaitu skenario intensitas hujan tidak berubah selama tiga hari, skenario intensitas hujan meningkat bertahap dan berkurang bertahap dalam tiga hari, dan skenario intensitas hujan acak selama tiga hari.

Rain and earthquake affect the stability of the slope. Rain results in infiltration on the slope which causes a decrease in negative pore water pressure on the slope and increases the groundwater level. Meanwhile, the seismic load from earthquake causes deformation on the slopes. Slope will experience even more critical condition if the effects of rain and earthquake are combined. This study aims to determine the influence of rain followed by earthquake on the stability of the unsaturated slope. This study consists of two stages of numerical analysis, which are seepage analysis to determine changes in pore water pressure on the slope and followed by non-linear time history dynamic analysis to calculate the deformation that occurs due to the ground motion. The soil-water characteristic curve from the field measurement will be incorporated in the upper layer of unsaturated soil and the Loma Prieta (1989) and Northridge (1994) earthquakes acceleration recording will be used. Six scenarios of rainfall followed by earthquake will be analyzed and compared, which are the scenario of rain intensity not changing for three days, the scenario of rain intensity gradually increasing and decreasing gradually, and the scenario of random rain intensity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Thariq Triezaputera
"Permintaan batubara yang meningkat membuat negara produsen batubara dituntut untuk memproduksi lebih banyak. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam produksi batubara ialah keselamatan dan efisiensi, namun dalam kegiatannya sering ditemukan masalah atau kendala. Masalah yang sering dihadapi yaitu masalah kestabilan lereng. Lereng dengan keadaan tidak stabil dapat berpotensi longsor. Longsor pada lereng dapat mengakibatkan tidak tercapainya target produksi yang direncanakan, serta membahayakan keselamatan pekerja. Musim penghujan berpengaruh pada kestabilan lereng, karena curah hujan tinggi dapat memicu terjadi longsor. Kondisi daerah penelitian sebelumnya telah mengalami longsor, kemudian dilakukan perlakuan geoteknik berupa pemadatan pada lereng. Setelah pemadatan, belum dilakukan suatu kajian kestabilan lereng di area tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kestabilan lereng, hubungan ketinggian muka air tanah (MAT), dan saran rekomendasi desain lereng stabil di daerah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan tahap pengumpulan data meliputi pengambilan sampel tanah, pengukuran geometri,  karakterisasi geoteknik, dan pengumpulan data sekunder. Data tersebut kemudian digunakan sebagai parameter dalam analisis kestabilan lereng menggunakan bantuan software Geostudio 2021. Metode yang digunakan yaitu analisis kesetimbangan batas dengan metode Morgenstern-Price, Bishop, dan Janbu. Hasil analisa kestabilan lereng menggunakan metode Morgenstern-Price dan Bishop menunjukkan kondisi stabil pada lereng A, B, dan C (FK>1,3). Hasil perhitungan menggunakan metode Janbu menunjukan kondisi stabil hanya pada lereng A, sedangkan lereng B dan C dalam keadaan kritis (1,3

The increasing demand for coal has forced coal-producing countries to produce more. One of the things that need to be considered in coal production is safety and efficiency, but in its activities problems or obstacles are often found. The problem that is often encountered is the problem of slope stability. Slopes with unstable conditions have the potential for landslides. Landslides on slopes can result in not achieving planned production targets, as well as endangering worker safety. The rainy season affects the stability of the slopes, because high rainfall can trigger landslides. The condition of the study area had previously experienced landslides, then geotechnical treatment was carried out in the form of compaction on the slopes. After compaction, a slope stability study has not been carried out in the area. This study aims to analyze the stability of the slopes, the relationship between the groundwater level, and recommendations for stable slope designs in the study area. This research was conducted with data collection stages including soil sampling, geometry measurements, geotechnical characterization, and secondary data collection. The data is then used as a parameter in the analysis of slope stability using the Geostudio 2021 software. The method used is boundary equilibrium analysis using the Morgenstern – Price, Bishop, and Janbu method. The results of the analysis of slope stability using the Morgenstern-Price and Bishop methods show stable conditions on slopes A, B and C (FoS> 1.3). The results of calculations using the Janbu method show stable conditions only on slope A, while slopes B and C are in critical condition (1.3"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa Haryadi
"Curug Batu Templek merupakan salah satu situs warisan geologi yang berpotensi dalam menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung karena akses yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan keberadaan air terjun yang indah. Lokasi Curug Batu Templek berada di Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Curug Templek merupakan salah satu calon geosite yang masuk ke dalam daftar proyek Geopark Sunda. Daerah Cimenyan, Kabupaten Bandung adalah daerah yang rawan terjadinya bencana longsor. Penyebab utama bencana longsor pada Daerah Cimenyan disebabkan oleh morfologi Kota Bandung yang dilewati oleh beberapa struktur geologi, curah hujan yang tinggi, dan kemiringan lereng yang sangat curam. Kestabilan lereng merupakan aspek penting dalam menjamin keamanan dan kenyamanan calon pengunjung Curug Templek, oleh sebab itu dilakukan analisis kestabilan lereng. Analisis kestabilan lereng pada curug ini dilakukan untuk mengetahui nilai faktor keamanan dari lereng dengan menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR), Geological Strength Index (GSI) dan metode kesetimbangan batas serta Slope Mass Rating (SMR) untuk menentukan nilai faktor keamanan. Selain untuk mengetahui nilai faktor keamanan, penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis serta probabilitas terjadinya longsor dengan menggunakan metode analisis petrologi, petrografi, dan kinematik. Hasil penelitian kualitas massa batuan didapatkan bahwa, kualitas massa batuan penyusun Curug Batu Templek sangat bagus. Hasil analisis longsor menggunakan metode analisis petrologi, petrografi, dan kinematik didapatkan bahwa probabilitas terjadinya longsor yang berjenis non circular dengan litologi berupa andesit dan tipe longsorannya adalah toppling dengan kemungkinan terjadinya adalah 30%. Hasil dari analisis kestabilan lereng menggunakan metode deterministik kesetimbangan batas didapatkan nilai faktor keamanan di atas angka 1 yang menunjukkan bahwa lereng tersebut stabil dan data Slope Mass Rating (SMR) termasuk kelas I yaitu sangat stabil dan kemungkinan slope failure-nya sangat kecil.

Curug Batu Templek is one of the geological heritage sites with potential to attract both local and international tourists due to its accessible location by vehicles and the presence of a beautiful waterfall. Curug Batu Templek is located in Cikadut Village, Cimenyan District, Bandung Regency, West Java Province. Curug Templek is one of the candidate geosites listed in the Geopark Sunda project. The Cimenyan area, in the Bandung Regency, is prone to landslides. The main causes of landslides in the Cimenyan area are attributed to the morphology of the Bandung City, which is traversed by several geological structures, high rainfall, and very steep slope inclinations. Slope stability is a crucial aspect in ensuring the safety and comfort of potential visitors to Curug Templek; therefore, slope stability analysis is conducted. The slope stability analysis for this waterfall is performed to determine the safety factor of the slope using the Rock Mass Rating (RMR) method, Geological Strength Index (GSI), and limit equilibrium methods, as well as the Slope Mass Rating (SMR) to determine the safety factor value. In addition to determining the safety factor value, this research aims to identify the type and probability of landslides using petrological, petrographic, and kinematic analysis methods. The research reveals that the quality of the rock mass forming Curug Batu Templek is very good. The landslide analysis using petrological, petrographic, and kinematic methods indicates a 30% probability of a non-circular landslide occurring with andesite lithology, and the landslide type is identified as toppling. The deterministic limit equilibrium analysis of slope stability yields safety factor values above 1, indicating that the slope is stable. The Slope Mass Rating (SMR) data classifies it as class I, meaning it is very stable, and the likelihood of slope failure is very low."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfansyah Aswaly
"Pada daerah penelitian, longsor terjadi akibat aktivitas penambangan tuf menggunakan alat sederhana. Penelitian ini akan mengevaluasi stabilitas lereng di area tersebut karena penambangan tuf tradisional tersebut dapat membahayakan stabilitasnya. Metode yang digunakan meliputi scanline, pengujian sifat fisik dan mekanika batuan, analisis kinematik, pembobotan massa batuan, pembobotan massa lereng dan analisis terhadap faktor keamanan. Hasil analisis sifat fisik dan mekanik batuan pada 3 lereng menunjukkan perbedaan bervariasi dalam kekuatan batuan. Lereng 1 memiliki kekuatan rata-rata 24,18 MPa, lereng 2 memiliki kekuatan rata-rata 29,12 MPa, sementara lereng 3 memiliki kekuatan rata-rata 22,22 MPa. Hasil analisis Rock Mass Rating (RMR) pada 3 lereng menunjukkan perbedaan yang bervariasi. Lereng 1, 2, dan 3 memiliki RMR masing- masing 68, 70, dan 68, yang semuanya termasuk dalam kelas II atau baik. Analisis kinematika ditemukan potensi longsoran baji dan potensi guling di 3 lereng penelitian. Nilai SMR pada lereng 1 adalah 44 untuk tipe longsoran baji dan 68 untuk tipe guling, pada lereng 2 sebesar 46 untuk tipe longsoran baji dan 70 untuk tipe guling, serta pada lereng 3 sebesar 44 untuk tipe longsoran baji dan 68 untuk tipe guling yang menandakan semuanya tergolong dalam kelas III dan II. Hasil analisis faktor keamanan menunjukkan variasi nilai pada 3 lereng. Faktor keamanan untuk lereng 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 4,9039, 4,9356, 2,3877 untuk tipe longsoran baji dan 4,853, 5,088, 4,758 untuk tipe longsoran guling. Rekomendasi perkuatan lereng untuk menjaga stabilitas lereng dengan bolting atau anchoring.

In the study area, landslides occur due to tuff mining activities using simple tools. This research aims to evaluate the slope stability in the area since traditional tuff mining may endanger its stability. The methods used include scanline, testing of physical and mechanical rock properties, kinematic analysis, rock mass rating, slope mass rating, and safety factor analysis. The analysis results of the physical and mechanical properties of the rocks on the three slopes show variations in rock strength. Slope 1 has an average strength of 24.18 MPa, slope 2 has an average strength of 29.12 MPa, while slope 3 has an average strength of 22.22 MPa. The Rock Mass Rating (RMR) analysis on the three slopes shows varying differences. Slopes 1, 2, and 3 have RMR values of 68, 70, and 68, respectively, all of which fall into class II or good. Kinematic analysis reveals potential wedge failures and toppling failures on the three study slopes. The SMR values for slope 1 are 44 for wedge failure and 68 for toppling failure; for slope 2, they are 46 for wedge failure and 70 for toppling failure; and for slope 3, they are 44 for wedge failure and 68 for toppling failure, indicating all slopes are within class III and II. The safety factor analysis results show varying values for the three slopes. The safety factors for slopes 1, 2, and 3 are 4.9039, 4.9356, and 2.3857 respectively for wedge-type failures, and 4.853, 5.088, 4.758 for rotational-type failures. The recommended slope stabilization method to ensure stability is involving the installation of bolting or anchoring."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahri Hibatullah Suroso
"Analisis kestabilan lereng dilakukan di salah satu tambang batubara terbesar di Indonesia yang terletak pada daerah Kalimantan Selatan. PT. Energi Batubara Lestari merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang melakukan kegiatan penambang serta memperhatikan keamanan dari melakukan kegiatan produksi batubara. Kestabilan lereng pada produksi batubara sangat penting dalam menjamin kelancaran dan keamanan produksi tambang batubara. Tanah longsor pada tambang batubara dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan juga eksternal yang dapat membuat tanah menjadi tidak stabil. Sebelum mengidentifikasi longsoran, diperlukan adanya penyelidikan analisis kestabilan lereng untuk mengetahui nilai keamanan lereng (SF) dan juga nilai kuat geser tanah pada saat terjadi longsor. Untuk menangani longsor diperlukan perkuatan strukturagar lebih efisien dengan perkuatan struktur tiang bor (bored pile)dan pasangan batu (stone masonry) pada kaki lereng. Analisis kestabilan lereng pada daerah Seam G ini bertujuan untuk mengetahui nilai faktor keamanan dari kondisi aktual untuk dilakukan cutback pada lereng daerah Seam G. Analisis kestabilan lereng menggunakanmetode Rock Mass Rating (RMR), Geological Strength Index (GSI) serta mencari nilai faktor keamanan (FK) menggunakan software slide menggunakan metode spancer. Hasil analisis dinyatakan aman atau dapat dilakukan proses cutback dan kondisi lereng dinyatakan stabil, serta memberikan rekomendasi untuk melakukan proses cutback lanjutan.

Slope stability analysis was carried out in one of the largest coal mines in Indonesia which is located in the area of South Kalimantan. PT. Energi Batubara Lestari is a coal mining company that carries out mining activities and pays attention to the safety of carrying out coal production activities. Slopestability in coal production is very important in ensuring the smooth and safe production of coalmines. Landslides in coal mines can be influenced by internal and external factors that can make the soil unstable. Before identifying a landslide, it is necessary to investigate slope stability analysis todetermine the slope safety value (SF) and also the shear strength value of the soil when a landslideoccurs. To handle landslides, it is necessary to strengthen the structure to make it more efficient by strengthening the bored pile and stone masonry structures at the foot of the slope. Slope stabilityanalysis on the west side of Seam G area aims to determine the value of the factor of safety from theactual conditions for cutback on the slopes of the west side of Seam G area. Analysis of slope stabilityusing the Rock Mass Rating (RMR) method, Geological Strength Index (GSI) and looking for thevalue of the factor of safety (FK) using slide software using the spancer method. Analysis results declared safe or a cutback process can be carried out and the slope condition is declared stable, aswell as providing recommendations for further cutback processes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tivani Yuliansyah
"Daerah Bogor khususnya di bagian Puncak adalah daerah dengan tingkat curah hujan tinggi dan variasi kemiringan lereng yang beragam. Akibatnya, bencana tanah longsor atau gerakan tanah menjadi sangat sering terjadi dalam rentan waktu yang cukup singkat. Salah satu lokasi yang berpotensi terjadi tanah longsor adalah daerah wisata Camp Hulu Cai karena disokong oleh lereng yang juga menghubungkan jalan dari desa yang satu ke desa yang lainnya di Kecamatan Ciawi. Sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng di lokasi tersebut, perlu dilakukan pemodelan kestabilan lereng agar tingkat keamanan lereng diketahui. Dalam hal ini, pemodelan fellenius dan bishop menjadi metode utama untuk menentukan faktor keamanan lereng tersebut. Analisis dengan kedua metode ini dapat memperkuat interpretasi kestabilan lereng. Tahapan penelitian berupa pengambilan sampel primer tanah untuk dianalisis mekanika tanahnya sebagai data geoteknik untuk pemodelan lereng. Lalu, data ini diolah dengan program Rocscience Slide2 untuk mendapat angka faktor keamanan lereng. Dari kedua metode ini, didapatkan hasil bahwa angka kestabilan untuk metode fellenius di angka 0.161 dan metode bishop di angka 0,157. Hasil ini menunjukkan bahwa lereng berada di tingkat sangat tidak stabil dan rentan akan bencana tanah longsor. Dengan pemodelan untuk menentukan desain lereng aman, didapatkan hasil bahwa lereng akan berada dalam kondisi stabil jika di tambahkan penguatan lereng berupa pembuatan undakan lereng serta perkuatan sintetis 4 soil nails dan 4 geogrids.

The Bogor region, especially in the Puncak area, is characterized by high rainfall and diverse slope gradients. As a result, landslides or soil movements frequently occur within a relatively short period of time. One area with potential landslide risks is Camp Hulu Cai, as it is supported by slopes that connect roads between villages in the Ciawi District. To assess the slope stability at this location, slope stability modeling is necessary to determine the safety factor of the slopes. The Fellenius and Bishop methods are the primary techniques used to evaluate the slope safety factor. The research involves sampling soil to analyze its soil mechanics as geotechnical data for slope modeling. This data is processed using the Rocscience Slide2 program to obtain slope safety factor values. The analysis results indicate that the stability factor for the Fellenius method is 0.161, and for the Bishop method, it is 0.157. These results suggest that the slope is highly unstable and susceptible to landslides. By modeling to determine a safe slope design, the result was that the slope would be in a stable condition if slope reinforcement was added in the form of making slope steps and synthetic reinforcement with 4 soil nails and 4 geogrids."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Christoffel
"Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk mengetahui kerentanan suatu lereng terhadap longsor yang mungkin terjadi melalui nilai faktor keamanan (FK) pada lereng. Analisis kestabilan lereng pada penelitian ini menggunakan Hoek-Brown failure criterion untuk mengetahui nilai dari kondisi batuan dan diskontinuitas yang ada di wilayah pertambangan batu bara terbuka PT. Arutmin Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai FK pada bagian highwall di tiga blok dengan kondisi aktual dan desain akhir dengan menggunakan aplikasi Slope/W dengan menggunakan metode perhitungan Morgenstern-Price. Nilai FK yang didapat pada kondisi desain akhir dalam penelitian ini lebih tinggi dari standar nilai FK yang telah ditentukan oleh PT. Arutmin Indonesia yaitu 1,250. Nilai FK pada kondisi desain akhir yang melebihi standar akan dianalisis kembali dengan melakukan optimasi. Optimasi pada kondisi desain akhir dilakukandengan tujuan mengurangi penggalian terhadap material yang tidak diperlukan, sehingga dapat menjadi rekomendasi untuk perusahaan dalam melakukan pertambangan. Optimasi dilakukan dengan mengurangi lebar bench awal 10 m menjadi 8 m dan didapatkan nilai FK yang mendekati nilai standar yang telah ditentukan. Lereng yang dioptimasi menjadi lebih tegak, hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan sudut kemiringan lereng lebih besar 3o pada blok X dan 2o pada blok Y dan Z. Hasil optimasi ini dapat menjadi rekomendasi lereng bagi perusahaan dalam proses pertambangan.

Slope stability analysis is conducted to determine the vulnerability of a slope to landslides that may occur through the value of the safety factor (FS) on the slope. Slope stability analysis in this study uses the Hoek-Brown failure criterion to determine the value of rock conditions and discontinuities in the open coal mining area of PT. Arutmin Indonesia. This research was conducted to determine the FS value in the highwall section in three blocks with the actual conditions and final design using the Slope/W application using the Morgenstern-Price calculation method. FS values obtained in the final design conditions in this study were higher than the FS standard values determined by PT. Arutmin Indonesia is 1,250. FS values in the final design conditions that exceed the standard will be analyzed again by doing optimization. Optimization in the final design conditions is carried out with the aim of reducing excavation of material that is not needed, so that it can be a recommendation for companies in mining. Optimization is done by reducing the initial bench width of 10m to 8m and obtained FS values close to predetermined standard values. Optimized slopes become more upright, this is indicated by the change in slope angle greater than 3o in blocks X and 2o in blocks Y and Z. The results of this optimization can be a slope recommendation for companies in the mining process.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ravano Salfarisi Maskar
"Gerakan massa tanah atau batuan terjadi karena ketidakseimbangan gaya pada lereng, di mana gaya pendorong lebih besar daripada gaya penahan akibat pengaruh gravitasi dan gaya eksternal seperti gempa bumi. Penelitian ini dilakukan di lereng batuan Gunung Batu, Kecamatan Lembang, yang berada di zona Sesar Lembang. Tujuan penelitian adalah menganalisis kestabilan lereng dan pengaruh gempa bumi terhadap kestabilan tersebut. Data yang diperlukan mencakup orientasi dan kondisi bidang diskontinuitas, sifat fisik, sifat mekanik, dan peak ground acceleration. Analisis kinematik dan deterministik digunakan untuk mengidentifikasi potensi dan jenis kegagalan lereng serta nilai faktor keamanan (FK). Hasil analisis menunjukkan potensi longsoran jenis planar, baji, dan guling. Nilai RMR adalah 65, sementara SMR adalah 100 untuk longsoran planar, dan 80,9 untuk longsoran baji dan guling. Pada kondisi statis, nilai FK untuk longsoran planar adalah 1,554, longsoran baji 2,506, dan longsoran guling 1,364. Pada kondisi dinamis, nilai FK untuk longsoran planar adalah 1,278, longsoran baji 2,220, dan longsoran guling 1,097. Analisis regresi linear menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara koefisien seismik horizontal dan faktor keamanan pada ketiga jenis longsoran.

Movement of soil or rock masses occurs due to an imbalance of forces on the slope, where the driving force exceeds the resisting force due to gravity and external forces such as earthquakes. This research was conducted on the rock slopes of Gunung Batu, Lembang District, located in the Lembang Fault zone. The study aims to analyze slope stability and the influence of earthquakes on this stability. Required data includes the orientation and condition of discontinuities, physical and mechanical properties, and peak ground acceleration. Kinematic and deterministic analyses are used to identify the potential and type of slope failure and the value of the safety factor (SF). Results indicate the potential for planar, wedge, and toppling landslides. The RMR value is 65, while the SMR is 100 for planar failure and 80.9 for wedge and toppling failure. Under static conditions, the SF values are 1.554 for planar, 2.506 for wedge, and 1.364 for toppling failures. Under dynamic conditions, the SF values are 1.278 for planar, 2.220 for wedge, and 1.097 for toppling failures. Linear regression analysis shows a very strong relationship between the horizontal seismic coefficient and safety factors for the three types of failure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Burhani
"Dalam desain geometri tambang terbuka salah satu yang perlu diperhatikan adalah geometri lereng. Dalam analisis LEM, tingkat kestabilan geometri lereng dinyatakan dalam nilai Faktor Keamanan (FK). Nilai tersebut didapat berdasarkan perbandingan antara gaya penggerak penyebab lereng bergeser, dengan gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil. Konfigurasi geometri lereng bertujuan untuk memberikan konfigurasi penggalian yang optimal, baik dalam konteks keselamatan operasional maupun keuntungan finansial. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan kajian kestabilan lereng pada desain awal penambangan PT X. Analisis dilakukan dengan mempertimbangn beban kegempaan pada daerah telitian. Analisis dilakukan pada dua line section yang mencakup 4 segmen lereng, yatu Selatan, Utara, Barat dan Timur. Hasil analisis pada kedua line section menunjukkan bahwa keempat segmen lereng dalam kondisi Failure, yaitu Section A-A’ sisi Selatan FK 0.856, Section A-A’ sisi Utara FK 0.874, Section B-B’ sisi Barat FK 0.604, dan Section B-B’ sisi Timur FK 0.962. Rekomendasi desain menunjukkan nilai factor kemana yang stabil yaitu Section A-A’ sisi Selatan FK 1.153, Section A-A’ sisi Utara FK 1.192, Section B-B’ sisi Barat FK 1.55, dan Section B-B’ sisi Timur FK 1.152

In the design of open-pit mine geometry, one thing that needs to be considered is the slope geometry. In LEM analysis, the level of slope geometric stability is expressed in the Safety Factor (FK) value. This value is obtained based on a comparison between the driving force that causes the slope to shift, and the resisting force that keeps the slope stable. The slope geometric configuration aims to provide an optimal excavation configuration, both in the context of operational safety and financial benefits. Therefore, in this research, a slope stability study was carried out in the initial mining design of PT X. The analysis is carried out by considering the seismic load in the study area. The analysis was carried out on two line sections covering 4 slope segments, namely South, North, West and East. The results of the analysis on both line sections show that the four slope segments are in Failure condition, namely Section A-A' on the South side FK 0.856, Section A-A' on the North side FK 0.874, Section B-B' on the West side FK 0.604, and Section B- B' East side FK 0.962. Design recommendations indicate which factor values are stable, namely Section A-A' South side FK 1.153, Section A-A' North side."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>