Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Nuzhmi Zharifa
"Merokok masih menjadi ancaman kesehatan bagi remaja hingga saat ini. Studi menemukan bahwa tren perokok anak usia 10 – 18 tahun di Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat. Merokok yang dimulai pada usia remaja akan lebih sulit untuk berhenti merokok saat dewasa. Kian langgengnya perilaku merokok yang dilakukan oleh penduduk usia belia di Indonesia menandakan belum tercapainya kemajuan program-program pengendalian tembakau yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren dan prevalensi pengalaman merokok remaja di Indonesia dari tahun 2009, 2014, hingga 2019. Analisis data memanfaatkan hasil Global Youth Tobacco Survey pada sampel remaja usia 11 – 17 tahun di tingkat menengah pertama dengan regresi logistik multivariabel untuk mengetahui determinan utama pengalaman merokok. Penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi merokok remaja di Indonesia meningkat secara signifikan dari waktu-waktu (p-value <0.001). Faktor-faktor yang mendorong perilaku mencoba merokok pada remaja ditemukan pada remaja laki-laki (AOR: 13,2; 95% CI: 11,055 – 15,788), remaja dengan persepsi social benefit positif (AOR: 1,2; 95% CI: 1,095 – 1,406), menerima tawaran rokok teman (AOR: 24; 95% CI: 19,450 – 29,788), terpapar asap rokok di tempat umum (AOR: 2; 95% CI: 1,774 – 2,228), dan terpapar asap rokok di rumah (AOR: 2,4; 95% CI: 2,103 – 2,706). Implikasi penelitian ini menyorot evaluasi program pengendalian tembakau di Indonesia yang perlu dikembangkan dari berbagai aspek guna menekan laju konsumsi rokok yang dilakukan remaja melalui penguatan regulasi dan kolaborasi lintas sektor.

Smoking is still a health threat to adolescents today. Studies have found that the trend in smokers among children aged 10 - 18 years in Indonesia has been increasing over time. Smoking that starts in adolescence will be more difficult to quit smoking as an adult. The persistence of smoking behavior by the young population in Indonesia indicates that effective tobacco control programs have not yet made progress. This study aims to determine the trends and prevalence of adolescent smoking experience in Indonesia from 2009, 2014, to 2019. Data analysis utilized the Global Youth Tobacco Survey on a sample of adolescents aged 11 - 17 years at junior secondary level with multivariable logistic regression to determine the main determinants of smoking experience. The study revealed that the prevalence of adolescent smoking in Indonesia increased significantly over time (p-value <0.001).  Factors that encourage adolescent smoking trying behavior were found in male adolescents (AOR: 13.2; 95% CI: 11.055 - 15.788), adolescents with positive social benefit perceptions (AOR: 1.2; 95% CI: 1.095 - 1.406), accepting a friend's cigarette offer (AOR: 24; 95% CI: 19.450 - 29.788), exposure to cigarette smoke in public places (AOR: 2; 95% CI: 1.774 - 2.228), exposure to cigarette smoke at home (AOR: 2.4; 95% CI: 2.103 - 2.706). The implications of this study highlight the evaluation of tobacco control programs in Indonesia that need to be developed from various aspects to reduce the rate of cigarette consumption by adolescents through strengthening regulations and cross-sector collaboration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisang Residata
"Pola konsumsi rokok merupakan tema penting di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi merokok di Indonesia dengan menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (IDHS). Dalam penelitian ini, Determinan frekuensi merokok seperti Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesejahteraan, Status Pernikahan dan Tempat Tinggal. diteliti untuk menentukan pengaruhnya terhadap frekuensi merokok. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ordinal, ditemukan bahwa individu yang termasuk dalam kategori umur remaja (15-24 tahun), berjenis kelamin laki-laki, memiliki tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah, berstatus belum menikah atau cerai/hidup terpisah, serta tinggal di wilayah perkotaan cenderung akan menjadi perokok dengan frekuensi yang tinggi. Hasil ini memberikan bukti empiris yang kuat mengenai faktor-faktor risiko yang perlu menjadi perhatian utama dalam merancang strategi pencegahan untuk mengendalikan perilaku merokok di kalangan masyarakat Indonesia.

The pattern of cigarette consumption is an important theme in Indonesia. This study aims to analyze the factors influencing smoking frequency in Indonesia using data from the Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS). In this research, determinants of smoking frequency such as Age, Gender, Education Level, Wealth Index, Marital Status, and Residence were examined to determine their impact on smoking frequency. Based on the results of ordinal logistic regression analysis, it was found that individuals who fall into the teenage age category (15-24 years), are male, have lower education and wealth levels, are unmarried or divorced/separated, and live in urban areas tend to be smokers with high frequency. These results provide strong empirical evidence regarding the risk factors that need to be a primary focus in designing prevention strategies to control smoking behavior among the Indonesian population."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Herma Trilas Meiwani
"Proporsi merokok di kalangan remaja cenderung meningkat setiap tahun di Indonesia walaupun beberapa kegiatan pencegahan sudah dilakukan. Peningkatan tersebut sudah mengkhawatirkan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab intensitas merokok siswa SMP di populasi sehingga dapat dikembangkan program intervensi pencegahan yang tepat. Penelitian menggunakan disain cross sectional, dengan menggunakan data Global Youth Tobacco Survey 2014. Survey dilakukan dengan mengisi lembar pertanyaan oleh pelajar pada 72 sekolah yang tersebar di Indonesia, total sampel 208 kelas (kelas 7-9), dan jumlah siswa 5986 orang.Besar sampel adalah 643 siswa/i yang merokok. Hasil penelitian menunjukkan 600 orang (93,3 %) siswa perokok ringan dan 43 orang (6,7 %) perokok berat. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan uji logistik regresi menunjukkan usia dan jumlah teman perokok berhubungan dengan intensitas merokok siswa SMP (p=0,031< 0,05; p=0,020< 0,05). Pencegahan perilaku merokok remaja dapat dilakukan melalui pengembangan kebijakan, intervensi dan pengendalian tembakau di Indonesia dan juga penggalakan program UKS di sekolah dan program sekolah bebas rokok.

The proportion of adolescents smoking in Indonesia tend to increase every year, even though some prevention programs had been done. This is alarmingly prevalence of smoking. The study aim to identify factors of smoking intensity among junior high school students in the population. It is expected that an appropriate prevention intervention can be developed. Cross sectional design was used in this study, further analysis was done by using Global Youth Tobacco Survey 2014 data. Standard questionnaires were filled by students of Junior High School in Indonesia, with a total sample of 72 schools, 208 classes (grade 7-9), and 5986 students. The reliable sample was 643 smoker students. The results showed 93.3% students are light smokers. Multivariate analysis using logistic regresion test showed that age and peers associated with students smoking (p=0,031< 0,05; p=0,020< 0,05). Effort to prevent adolescents from smoking should be conducted through national tobacco control and policies program development in Indonesia and also implementation of School Health Program (UKS) dan Smoke Free Schools program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyya Aliyah Birjaman
"Indonesia merupakan negara berpendapatan menengah yang 72 juta penduduknya merupakan perokok aktif. Kelompok umur dengan prevalensi tertinggi ada pada kelompok remaja dan dewasa yang rentan terhadap perilaku merokok. Berhenti merokok menjadi langkah penting untuk mencapai target pengurangan tembakau yang dapat berdampak signifikan pada peningkatan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berhenti merokok. Penelitian ini menggunakan data GATS 2021 di Indonesia dengan sampel penduduk usia 15-44 tahun. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan analisis regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis, faktor yang berhubungan dengan perilaku berhenti merokok pada penduduk 15-44 tahun di Indonesia adalah jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, larangan merokok di rumah, dan status merokok keluarga. Sedangkan umur, status ekonomi, tempat tinggal, umur pertama merokok, pengetahuan bahaya rokok, pernah mengunjungi KTR, keterpaparan media antirokok dan keterpaparan iklan rokok tidak berhubungan signifikan. Diharapkan upaya berhenti merokok yang berfokus pada pendekatan keluarga yang dapat didukung dengan adanya larangan merokok di rumah. Upaya berhenti merokok juga dapat berfokus melalui tatanan sekolah atau pendidikan dengan meningkatkan kesadaran pentingnya berhenti merokok. Pendekatan promosi kesehatan dapat difokuskan pada tatanan tempat kerja melalui pemilik usaha/wiraswasta maupun kelompok pekerja untuk meningkatkan keberhasilan berhenti merokok pada penduduk usia 15-44 tahun.

Indonesia is one of the middle-income countries where 72 million of the population are active smokers. The age group with the highest prevalence is teenagers and adults who are vulnerable to smoking behavior. Quitting smoking is an important step towards achieving tobacco reduction targets that can have a significant impact on health outcomes. Therefore, it is important to examine the factors associated with quit smoking. This study used GATS 2021 data in Indonesia with a sample of the population aged 15-44 years. Used a cross-sectional design with logistic regression analysis. Based on the results, the factors associated with smoking cessation are gender, education, employment status, smoking restrictions at home, and family smoking status. Age, economic status, residence, age of first smoking, knowledge of the smoking dangers, ever visited KTR, exposure to anti-smoking media and cigarette advertisements were not significantly associated. Smoking cessation efforts will focus on a family approach which can be supported by a smoking ban at home. Efforts to stop smoking can also be focused through schools or education by increasing awareness of the importance of quitting smoking. A health promotion approach in the workplace to increase the success of quitting smoking in the population aged 15-44 years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Besarnya angka statistik pernikahan dini (pengantin di bawah usia 16 tahun) di beberapa daerah di Indonesia secara keseluruhan cukup tinggi. Dalam rangka menanggulangi hal tersebut perlu dilakukan upaya untuk mempersiapkan remaja agar memiliki pengetahuan berkaitan dengan program KB. Untuk itu, peneliti ingin menganalisis keinginan remaja untuk menggunakan alat/cara KB setelah menikah dengan menggunakan metode CART dan QUEST berdasarkan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003. Berdasarkan hasil analisis antara metode CART dan QUEST diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan remaja untuk menggunakan alat/cara KB setelah menikah, serta karakteristik dari remaja berkaitan dengan hal tersebut. Selain itu diperoleh keakuratan tingkat klasifikasi dari kedua metode, dimana keakuratan tingkat klasifikasi metode CART sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan metode QUEST. "
Universitas Indonesia, 2007
S27684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam pengujian hipotesis prinsip metode statistika parametrik adalah mencocokkan data di bawah asumsi distribusi dari populasinya. Namun pada kenyataannya, banyak permasalahan yang tidak memenuhi asumsi ini. Permasalahan seperti itu dapat diselesaikan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah menggunakan prosedur bebas distribusi. Pendekatan kedua adalah mentransformasi data ke dalam bentuk yang bisa mendekati distribusi normal, seperti transformasi log, transformasi akar kuadrat dan lainnya. Transformasi rank (TR) merupakan prosedur yang mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut. Prosedur ini mentransformasi data yang bebas distribusi ke dalam bentuk rank kemudian mengaplikasikan metode parametrik pada data yang telah ditransformasi. Dalam skripsi ini dibahas mengenai aplikasi dari transformasi rank pada data rating televisi. Nilai yang diperoleh dengan prosedur transformasi rank dapat disetarakan dengan nilai yang diperoleh dengan metode parametrik maupun nonparametrik. "
Universitas Indonesia, 2006
S27628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reihana Ramadlani Ibna
"Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi penyebab kematian paling umum yang cukup tinggi di Indonesia. Menurut data SDKI tahun 2017, prevalensi diare yang paling umum terjadi pada anak umur 6-23 bulan yaitu 19-20%. Sebagai perbandingan, pada tahun 2014, Kamboja masih menjadi salah satu negara dengan tingkat prevalensi diare tertinggi pada anak di bawah usia lima tahun di antara negara-negara di Asia Tenggara, yaitu sebesar 12,8%. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis studi komparatif faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia dan Kamboja. Data penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data dari SDKI 2017 dan CDHS 2014. Hasi penelitian dari Indonesia, pendidikan ibu merupakan faktor paling berpengaruh terhadap kejadian diare yang ditunjukkan dengan nilai OR terbesar yakni 1.305, artinya ibu dengan pendidikan rendah memiliki odds 1.305 kali lebih besar untuk memiliki anak yang mengalami diare dibandingkan ibu dengan pendidikan tinggi setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Sementara di Kamboja, sarana sanitasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian diare yang ditunjukkan dengan nilai OR terbesar yakni 1.115, artinya balita yang berada pada keluarga dengan sumber air minum yang tidak layak memiliki odds 1.115 kali lebih besar untuk mengalami diare dibandingkan balita yang berada pada keluarga dengan sumber air minum yang layak setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Kesimpulan menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara diare dengan pendidikan ibu, Menyusui ASI 3 Hari Pertama Post Partum, suplementasi vitamin A, sarana sanitasi, dan sumber air minum di Negara Indonesia. Sementara di Negara Kamboja, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian diare dengan usia balita, jenis kelamin balita, Menyusui ASI 3 Hari Pertama Post Partum, status ekonomi, dan sumber air minum.

Diarrhea is a public health problem which is still the most common cause of death in Indonesia. According to 2017 IDHS data, the most common prevalence of diarrhea occurs in children aged 6-23 months, namely 19-20%. For comparison, in 2014, Cambodia was still one of the countries with the highest prevalence rate of diarrhea in children under the age of five among countries in Southeast Asia, namely 12.8%. Therefore, the aim of this research is to determine a comparative study analysis of factors related to the incidence of diarrhea in toddlers aged 0-59 months in Indonesia and Cambodia. This research data uses a cross sectional design with data from the 2017 SDKI and 2014 CDHS. Research results from Indonesia show that maternal education is the most influential factor in the incidence of diarrhea as indicated by the largest OR value of 1.305, meaning that mothers with low education have odds that are 1.305 times greater. to have children who experience diarrhea compared to mothers with higher education after controlling for other variables. Meanwhile in Cambodia, sanitation facilities are a factor that influences the incidence of diarrhea as shown by the largest OR value of 1.115, meaning that toddlers who live in families with inadequate sources of drinking water have 1.115 times greater odds of experiencing diarrhea than toddlers who live in families with inadequate drinking water sources. with a suitable drinking water source after being controlled by other variables. The conclusion shows that there is a significant relationship between diarrhea and maternal education, Breastfeed for the first 3 days post partum, vitamin A supplementation, sanitation facilities and sources of drinking water in Indonesia. Meanwhile in Cambodia, it shows that there is a significant relationship between the incidence of diarrhea and the age of the toddler, the gender of the toddler, history of exclusive breastfeeding, economic status, and source of drinking water."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chicago: American Hospital Association, 1988
312.3 AME h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
David Vidyatama
"Salah satu cara untuk mengeloinpokkan ketahanan pasien penyakit kanker paru yang menjalani perlakuan reseksi, kemoterapi dan radioterapi adalah teknik analisis diskriminan linier. Analisis ini menggunakan fungsi diskriminan linier yang dibentuk berdasarkan beberapa variabel berdasarkan karakteristik individu pasien atau disebut juga faktor resiko yang mempengaruhi ketahanan pasien. Prosedur analisis ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Menemukan faktor-faktor resiko yang penting, yaitu yang memberikan konstribusi pada fungsi diskriminan linier.
2. Menentukan fungsi diskrirninan linier yang efisien dengan menggunakan variabel-variabel atau faktor-faktor resiko untuk pengelompokan ketahanan suatu individu.
Data yang dipakai adalah data retrospektif pasien Ruinah Sakit Persahabatan tahun 1978-1990. Sebagai temuan didapat fungsi diskriminan yang mengandung faktor umur, jenis kelamin dan faktor-faktor yang bersangkutan dengan jenis sel, stadium dan masing-masing perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 1993
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Robi`ie
"Skripsi ini membahas determinan perilaku seksual berisiko pada remaja di Indonesia tahun 2010-2012 berdasarkan data Survey Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Remaja BKKBN tahun 2010-2012. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan metode pemodelan regresi logistik. Hasil penelitian menyatakan bahwa determinan perilaku seksual berisiko pada remaja dalam tiga tahun tersebut adalah kelompok umur, sikap remaja, dan status pernah mengkonsumsi NAPZA. Determinan yang paling dominan adalah sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah. Penelitian ini menyarankan agar perilaku ini dapat dicegah melalui pembentukan sikap yang negatif terhadap hubungan seksual pranikah.

This study discusses the determinants of adolescents sexual risk behavior in Indonesia 2010-2012 based on National Medium Range Development Plan in Youth 2010-2012 Survey by BKKBN. The study design is cross-sectional. The data was analyzed by logistic regression modeling. The study states that the determinant of sexual risk behavior in adolescents in the three years are the age groups, adolescents attitude, and never consume drug status. The most dominant determinant is the attitude of youth toward premarital sexual relations. This study suggested that this behavior can be prevented through the establishment of negative attitudes toward premarital sexual relations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>