Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asti Sauna Mentari
"Puskesmas merupkan suatu pusat kesehatan yang terdapat pada wilayah kota maupun kabupaten yang akan bertanggungjawab untuk meningkatkan kesehatan di wilayah kerjanya.  Kota Banda Aceh menyediakan 11 puskesmas yang tersebar di 9 kecamatan yang ada di Kota Banda Aceh dengan karakteristik yang berbeda-beda. Permasalahan pada mutu pelayanan puskesmas yang ada di Provinsi Aceh maupun di Kota Banda Aceh akhirnya berdampak terhadap kurangnya kepuasan masyarakat dalam melakukan kunjungan ke puskesmas. Pemerintah Kota Banda Aceh khususnya Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh rutin melakukan survey kepuasan masyarakat tehadap puskesmas yang ada di Kota Banda Aceh. Adanya perbedaan hasil yang beragam terkait kepuasan layanan puskesmas yang dikeluarkan oleh pihak dinas kesehatan Kota Banda Aceh dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa puskesmas  menjadi pemicu untuk melihat kesenjangan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di delapan puskesmas lain yang tersebar di Kota Banda Aceh. Metode penelitian ini kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross sectional dimana akan dilakukan pengumpulan data kuantitatif. responden pada penelitian ini berjumlah 220 orang yang dikumpulkan melalui kuesioner dengan metode random sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat kesenjangan pada seluruh dimensi mutu pelayanan yang perlu diperbaiki yaitu dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa Terdapat hubungan antara karakteristik pasien terhadap kepuasan pasien pengguna layanan  Puskesmas di Kota Banda Aceh, jeis kelamin (p =0,027);  usia (p <0,001); tingkat pendidikan (p-=0,002); usia (p-value <0,001); jenis pekerjaan (p <0,001). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelayanan di 11 puskesmas Kota Banda Aceh yan cukup memuaskan, namun masih ada beberapa atribut yang perlu diperbaiki pada keseluruhan dimensi.

Puskesmas is a health center located in a city or district area which is responsible for improving health in its working area.  Banda Aceh City provides 11 health centers spread across 9 sub-districts in Banda Aceh City with different characteristics. Problems with the quality of community health center services in Aceh Province and Banda Aceh City ultimately have an impact on the lack of public satisfaction in visiting community health centers. The Banda Aceh City Government, especially the Banda Aceh City Health Service, routinely conducts community satisfaction surveys with community health centers in Banda Aceh City. The existence of various differences in results regarding satisfaction with community health center services issued by the Banda Aceh City health service and the results of research conducted in several community health centers has become a trigger to see the gap in patient satisfaction with health services in eight other community health centers spread across Banda Aceh City. This research method is quantitative using a cross sectional design where quantitative data will be collected. There were 220 respondents in this study who were collected through questionnaires using a random sampling method who met the inclusion criteria. The research results showed that there were gaps in all dimensions of service quality that needed to be improved, namely the tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy dimensions. The results of this research showed that there was a relationship between patient characteristics and patient satisfaction using Puskesmas services in Banda Aceh City, gender (p = 0.027);  age (p < 0.001); education level (p-=0.002); age (p-value<0.001); type of work (p <0.001). The conclusion of this research is that the service at 11 community health centers in Banda Aceh City is quite good, but there are still several attributes that need to be improved in all dimensions.some attributes that need to be improved on the overall dimensions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firly Lizarni
"Kepuasan pasien adalah kebutuhan, keinginan dan harapan yang dapat terpenuhi sesuai dengan apa yang dimiliki pemberi pelayanan kesehatan. Dikatakan puas apabila yang didapat dan dirasakan melebihi kebutuhan, keinginan serta harapan pasien.
Kepuasan pasien juga merupakan salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan dan dapat juga digunakan sebagai umpan balik bagi pihak pemberi pelayanan (manajemen). Kepuasan pasien dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor diantaranya faktor sosiodemografi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kesehatan yang dihubungkan dengan faktorfaktor sosiodemografi pasien. Faktor sosiodemografi yang akan diteliti adalah pendidikan, penghasilan, umur, jenis kelamin dan pekerjaan pasien.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh pada bulan April 2000. Cara pengambilan sampel dengan Purposive Sample Size. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di Puskesmas dan yang terpilih sebagai sampel sebanyak 100 pasien rawat jalan. Jenis penelitian yang digunakan Cross Sectional. Analisis yang digunakan analisis Univariat dan Bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan uji t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien rawat jalan yang menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Kuta Alam adalah 71% dan yang tidak puas 29%. Secara statistik dengan analisis uji chi-square diperoleh yang berhubungan secara bermakna dengan tingkat kepuasan adalah faktor umur, p=0,028 (p<0,05) dengan level of significant pada a 5% dengan uji t-test juga faktor umur yang berhubungan secara bermakna t=0,026 (t<0,05) pada Level of Significant a 5% dan yang tidak berhubungan secara bermakna adalah pendidikan, penghasilan, jenis kelamin dan pekerjaan dengan p>0,05.
Daftar bacaan: 42 (1979-1999)

The Factors are Related with Satisfaction Out Patient in Health Center of Kuta Alam Banda Aceh in 1999
Patient satisfactions are need, willingness, expectation and which can be fulfilled by health service provider. It is called satisfied if patients got and felt everything exceeded their needs, willingness and expectation everything.
Patient satisfaction is also one of indicator that measures service quality and used to give feedback to service provider. Patient satisfaction is influenced by many factors, such as social demography factors.
The objective of this study is to know the description of out patient's satisfaction toward health services, and its relationship with then social demography condition, such as education, earnings, ages, sex and job as well.
This study was conducted in the Health Center of Kuta Alam Banda Aceh in April 2000. Samples when taken by purposive method. The populations is out patient of the Health Center, from which they are chosen 100 to be respondent. The design of this study was a cross sectional approach. The analyses used univariate and bivariate, those were chi-square and t-tests.
This study resealed that 71% of out patient were satisfied by health service in Health Center of Kuta Alarn. Either by chi-square test or t-test, it shown these there are a significant relationship between satisfaction level and age at 95% confidence level. While there were not significant relationship between satisfaction level with education, income, sex and job as well.
Reference: 42 (1979 - 1999)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T 3970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Asrianita
"Kepuasan pasien adalah salah satu indikasi fungsi perbedaan kinerja yang di rasakan dengan yang di harapkan.dan dapat digunakan sebagai umpan balik bagi pemberi pelayanan. Saat ini BL PKM, sebagai salah satu UPTD Dinas Kesehatan Propinsi NAD mempunyai poliklinik umum yang memisahkan pasien wanita dari pasien pria. Jumlah pasien di poli wanita di puskesmas ini ternyata lebih banyak dari pada jumlah pasien di poli lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kepuasan pasien wanita di poli umum yang memisahkan pria dari wanita dan poli umum yang tidak memisahkan pasien pria dari wanita serta faktor karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan dan biaya pengobatan) yang diduga sebagai pengganggu terhadap tingkat kepuasan itu.
Penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dilakukan terhadap 100 orang pasien poli wanita BL-PKM sebagai poli yang memisahkan pasien wanita dari pria dan 100 orang pasien wanita pada poli umum Puskesmas Kuta Alam sebagai poli yang tidak memisahkan pasien wanita dari pria. Skor kepuasan (0-100) dihitung dengan menjumlahkan skor maksimal pelayanan, keterampilan perawat/petugas, kesopanan dan keramahan dokter, kesopanan dan keramahan perawat, fasilitas dan sarana, privacy/kenyamanan, kebersihan ruang pelayanan, kerapian ruang pelayanan dan kebersihan lingkungan puskesrnas. Perbedaan tingkat kepuasan pasien wanita antara kedua jenis poli dan hubungan karakteristik responder sebagai pengganggu terhadap tingkat kepuasan pasien wanita diuji dengan t test independent.
Hasil uji menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata tingkat kepuasan pasien wanita terhadap pelayanan kesehatan poli umum yang memisahkan (70,98) dengan rata-rata tingkat kepuasan pasien wanita terhadap pelayanan kesehatan poli umum yang tidak memisahkan pria dari wanita (68,64). Secara statistik perbedaan ini bermakna menurut kepuasan terhadap pelayanan (p = 0,001), kesopanan dan keramahan dokter (p = 0,047), kesopanan dan keramahan perawat (p = 0,021) dan privasi dan kenyamanan (p = 0,001). Pekerjaan merupakan variabel pengganggu terhadap kepuasan pasien, sedangkan umur, pendidikan dan biaya pengobatan bukan merupakan variabel pengganggu terhadap kepuasan pasien wanita. Disimpulkan bahwa pemisahan pasien wanita dari pasien pria di poliklinik umum mampu meningkatkan tingkat kepuasan pasien wanita terhadap pelayanan kesehatan.
Daftar bacaan : 27 (1979 - 2002)

Satisfaction Difference of Female Patient of Female-Male Separating (BL-PKM) and Female-Male Unseprating General Polyclinic (Kuta Alam Health Center), Banda Aceh Minicipality, 2003Patients satisfaction is one of health services indicator which functioned as performance difference between experienced and expected services and, therefore, can be used as feedback to health provider, Currently, Balai Latihan clan Pusat Kesehatan Masyarakat (BL-PKM) of Banda Aceh Municipality, a health center technical unit of health services of NM) Health Province Office, operates polyclinic services by separating female patients from male patients. Female patients of this health center are obviously higher than those of other polyclinics. Based on this phenomenon, a research has been conducted to know the difference of patrients'satisfaction between those who served in separated polyclinic and in unseparated polyclinics. This research is also aimed to explore patient characteristics which may confound his/her satisfaction.
A cross-sectional study was carried out involving 100 female patients of separated polyclinic (BL-PKM) and 100 female patients of unseparated polyclinic (Kuta Alam health center). Total scores of satisfaction, ranging from 0 to 100, were calculated by computing maximum individual scores of nursing services, nursing practices, politeness and hostility of doctor and for nurses, privacy and comfortless, facilities, cleanliness and tidiness of service room, and environmental cleanliness. Satisfaction difference between the two female patients and association of their characteristics (age, education, job, and medical cost) as confounding factors with satisfaction were tested statistically using independent t-test.
Data analysis shows that female patients served by separated polyclinic have higher satisfaction score (70,98) than those of unseparated polyclinic (68,64). Statistically, this difference is significance in terms of satisfaction to nursing services (p = 0,001), politeness and hostility of doctor (p w 0,047), politeness and hostility of nurses (p = 0,021), and privacy and comfortless (p 0,001). It also indicates that only the patients' job confounds the satisfaction and not by age, education, and medical cost. It is concluded, therefore, that separating female patients from male patients in general polyclinic improve female satisfaction to the health services.
References : 27 (1979-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhaputra Tristanto
"Pada era globalisasi dan persaingan bebas dalam bidang pelayanan kesehatan saat ini pihak pengelola pelayanan kesehatan dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Di Kabupaten Lampung Utara pemanfaatan puskesmas sebesar 45,2%. Oleh Yudha,dkk, di Puskesmas Banjit tahun 1997 menghasilkan angka dengan kepuasan pasien sebesar 87%. Survai pendahuluan dilakukan bulan Maret 2002 di 4 puskesmas didapatkan 68% responden tidak puas terhadap layanan petugas. Sayang sekali data diatas, belum secara spesifik menggali tentang data kepuasan pasien terhadap layanan kesehatan di Kabupaten Lampung Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan dan mutu layanan balai pengobatan serta bagaimana hubungan kepuasan dan mutu layanan setelah dlcontrol dengan karakteristik pasien, yaitu : jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan. Penelitian ini dilakukan melalui analisis kuantitatif, dan pendekatan cross sectional untuk menganalisa korelasi antara faktor penyebab dan akibat melalui observasional-pengumpulan data sekaligus pada suatu saat pada 378 pasien balai pengobatan dari tanggal 22-25 April 2602 di 17 puskesmas Kabupaten Lampung Utara, guna mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada tahun 2002. Untuk memperoleh alasan ketidakpuasan yang timbul akibat proses pelayanan digunakan pendekatan kualitatif.
Hasil yang didapat menunjukkan tingkat ketidak kepuasan pasien sebesar 48,7%. Tingkat mutu layanan dimana yang menyatakan tidak ada tanggung jawab manajemen sebanyak 80,2%, sedangkan tidak ada proses penyerahan jasa sebanyak 50,5%. Pada uji bivariat dengan chi-quare didapat terdapat hubungan signifikan antara mutu layanan dengan tingkat kepuasan pasien balai pengobatan puskesmas di Kabupaten Lampung Utara tahun 2002, dimana pada faktor tanggung jawab manajemen variabel yang merupakan konfonder adalah pendidikan dan pekerjaan, sedangkan pada faktor proses penyerahan jasa variabel konfondennya jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Pada penelitian ini didapat indikator kepuasan yang diprioritaskan adalah : keterampilan pemeriksa, menerangkan cara minum obat yang akan diberikan, mengajak bila pasien sakit untuk berobat kembali.
Disarankan pada pembuat kebijakan pemerintah daerah dalam hal ini pihak dinas kesehatan Kabupaten agar : Mengadakan simulasi aplikasi pemeriksaan pasien sesuai dengan protap pelayanan standar minimal balai pengobatan puskesmas yang telah dibuat oleh Dinas kesehatan Kabupaten, mengadakan penyegaran bagi petugas balai pengobatan tentang perjalanan penyakit dan penatalaksanaan pengobatan sederhana serta tata cara pemberian obat-obatan di puskesmas, mengadakan penyegaran penyusunan program kerja puskesmas yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, dan mengadakan survei berkala untuk pengukuran kepuasan pasien dengan periode waktu tertentu (misalnya setiap akhir tahun anggaran), sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat digunakan sebagai batas perencanaan peningkatan mutu layanan dimasa yang akan datang.

Relationship between Service Quality and Patient Satisfaction at Puskesmas in the District of North Lampung 2002In the recent globalization and free-trade era, the health care manager requires improving the service quality in the health care. Community Health Center (Puskesmas) utilization in the District of North Lampung is 45,2%. Yudha et.al revealed that patient satisfaction in Puskesmas Banjit in 1997 was 87%. The preliminary survey that conducted in March 2002 in 4 Puskesmas showed that 68% of respondents not satisfied with the provider's service. Unfortunately, the data that mentioned above was not specifically explained yet about the patient satisfaction on service quality at Puskesmas in the District of North Lampung.
The aims of this study were to find the level of satisfaction among patients and the service quality of health center as well as to find the relationship between patient satisfaction and service quality after being controlled by characteristics of patients such as sex, education, occupation, and knowledge. This study used the quantitative analysis and cross sectional approach to analyze relationship between causal factor and effect factor through observation. Data collecting was conducted to 378 patients of health center on April 22-25, 2002 at 17 Puskesmas in the District of North Lampung. To gain the reasons among unsatisfied patients on the service process given, this study used the qualitative approach.
The results of this study showed that the level of satisfaction among patients was 48,7%. Based on the level of service quality stating the lack of management responsibility was 80,2%, while no availability of the process of service delivery was 50,5%. A Chi-square test revealed the availability of significance between service quality and the level of patient satisfaction at Puskesmas in the District of North Lampung. As confounder variables in the management responsibility factor were education and occupation, while confounder variables in the process of service delivery factor were sex, education, and occupation. This study also found that the indicators of satisfaction having priority to be done are health provider's skill, explanation how to take the medicines, and suggest doing the examination again if the patient were sick.
The recommendations for the policy maker of district government, especially for the Health District, are to conduct simulation of examination for patient based on the minimal standard operational procedure of Puskesmas, to review Puskesmas program planning that focused on the customer satisfaction, and to conduct a periodic survey (at the end of the fiscal year) so it could determine the factors related to the patient satisfaction. And it is hoped that they could be used to improve the service quality in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T-9279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Nanda
"Puskesmas merupakan salah satu fasilitas pemberi layanan kesehatan tingkat petama milik pemerintah di Indonesia. Pada tahun 2016 sampai 2019 terdapat penurunan jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas di Kota Pariaman sebesar 29,4%. Kepuasan atau ketidakpuasan pasien terhadap layanan puskesmas akan memengaruhi perilaku pasien berikutnya seperti pembelian kembali layanan atau minat untuk melakukan kunjungan ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan kualitas layanan pada minat kunjungan ulang pasien ke puskesmas di Kota Pariaman tahun 2019. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan data dikumpulkan dari 156 orang yang pernah berkunjung ke puskesmas di Pariaman dalam waktu 3 (tiga) minggu terakhir. Analisis statistik menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 88,5% responden menyatakan akan melakukan kunjungan ulang kunjungan ulang; rata- rata kepuasan tertinggi responden berada pada dimensi emphaty yaitu sebesar 88,05%, dan terendah pada dimensi reliability yaitu sebesar 84,22%; terdapat perbedaan kepuasan dimensi responsivenes, dan assurance pada minat kunjungan ulang responden ke puskesmas; umur, jenis kelamin, pendidikan, dan aksesibilitas merupakan confounding pada dimensi responsiveness dan assurance. Pekerjaan hanya confounding pada dimensi assurance. Puskesmas diharapkan Puskesmas diharapkan melakukan prioritas pada peningkatan pelayanan perawat yang responsive serta menjamin obat tersedia dengan cukup dan lengkap serta mempertahankan hal-hal yang dianggap pelanggan yang baik.

Puskesmas is one of the first-level types of governments health care services in Indonesia. In 2016 and 2019, occurred a decrease in outpatient visits to the puskesmas by 29,4% in Pariaman. Patiens satisfaction or dissatisfaction with a service will affect subsequent patiens behavior such as product repurchase or revisit interest. This research aims to determine differences in service quality satisfaction in the interest of patients to revisit puskesmas in the Pariaman in 2019. This study design is a cross-sectional and the data was collected from 156 people who had visited the last 3 (three) weeks to the puskesmas in Pariaman. Statistical analysis using chi-square. The research results obtained 88.5% of respondents said they would make a revisit; the highest average satisfaction of respondents is in the empathy dimension that is equal to 88.05%, and the lowest in the reliability dimension that is equal to 84.22%; there are differences in the satisfaction dimensions of responsiveness, and assurance on the respondents' interest in visiting the puskesmas; age, gender, education, and accessibility are confounding on responsiveness and assurance dimensions. The work is only confounding on the assurance dimension.puskesmas is expected to prioritize efforts for improving the pharmacy service, nurse services and and to maintain things that are considered good customers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Setyowati
"Puskesmas dalam pembangunan kesehatan khususnya pada upaya kesehatan adalah sebagai pelaksana pelayanan kesehatan dasar. Dalam rangka untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka Puskesmas harus dapat memantapkan mempertahankan jangkauan dan pemerataan serta meningkatkan mutu pelayanan.
Puskesmas Pal V merupakan salah satu Puskesmas di Kota Pontianak yang mempunyai jumlah kunjungan yang cenderung mengalami penurunan pada tiga tahun terakhir. Wilayah kerja Puskesmas Pal V terletak dipinggiran Kota Pontianak dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Pontianak, merupakan daerah perkebunan dan pertanian, sebagian besar penduduknya berpendidikan SD. Wilayah kerja Puskesmas ini belum terjangkau sumber air bersih PDAM, sehingga memanfaatkan air hujan, air pant, sumur (kolam). Pola penyakit berpotensi wabah seperti diare dan demam berdarah sering ditemui, begitu juga dengan malaria dan TBC. Hasil pemantauan status gizi tahun 1999 menunjukkan bahwa KEP total adalah 32,6 %.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pemanfaatan pelayanan pengobatan Puskesmas dan faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan serta mendapatkan gambaran kepuasan pasien pelayanar pengobatan Puskesmas Pal V. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jeni; penelitiannya adalah potong lintang (crosectional ).
Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan pelayanan pengobatan Puskesmas Pal V Kota Pontianak tahun 2000 adalah 54 %. Proporsi kepuasan terendah terletak pada kebersihan wc/toilet, waktu pelayanan sesuai jadwal dan waktu tunggu yang terlalu lama. Proporsi terbanyak alasan tidak memanfaatkan pelayanan pengobatan Puskesmas Pal V adalah jaraknya yang jauh. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa variabel jarak, tarif dan kebutuhan berhubungan bermakna dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan. Pada Analisa Multivariat menunjukkan bahwa variabel jarak, tarsi, pendidikan dan kebutuhan berperanan dalam pemanfaatan pelayanan pengobatan. Di samping itu variabel independent yang dominan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan adalah variabel kebutuhan.
Saran sehubungan hasii penelitian ini, bahwa Pemda pada masa yang akan datang dalam rangka reformasi Puskesmas maka evaluasi terhadap pelayanan Puskesmas agar dilakukan dengan Community Based dan bukan Facility Based. Di samping itu Puskesmas perlu melakukan pengukuran kepuasan pasien secara berkala dan terus menerus sebagai sarana evaluasi terhadap pelayanan yang telah diberikan.

Factors that Correlate with the Utilization of Puskesmas Medical Treatment and Description of Patients Perceptions of Satisfaction at Puskesmas Pal V Pontianak City Year 2000In health development and health promotion in particular, Puskesmas plays an important role as a basic health service provider. To improve the people health maximally, Puskesmas needs to maintain and extend its service coverage as well as to improve its service quality.
Puskesmas Pal V is one of Puskemas in Pontianak City whose level of patient visits tends to decline in the last three years. The service area of Puskesmas Pal V extends within the outskirts of the cit and next to Pontianak district. The area consists of plantations and farms. Its people are mostly primary school graduates. The area has not been accessed by clean water supply of the local government water company so that it relies on rains, rivers and wells. Epidemic diseases like diarrhea and dengue fever as well as malaria and TBC are commonly found in this area. Result from the 1999 nutrition status survey shows that total KEP is 32.6%.
This study was aimed at examining the utilization of medical treatment at Puskesmas and factors that correlate with the utilization as well as obtaining description of patients of satisfaction toward the medical treatment provided by Puskesmas Pal V. This study was quantitative and employed cross sectional type of study.
Result from univariate analysis shows that level of utilization of medical treatment at Puskesmas Pal V in Pontianak City year 2000 is 54%. The lowest proportion of satisfaction includes toilet/water closet sanitation, on-schedule treatment time and extended waiting time. The largest proportion of reasons not to take medical treatment at the Puskesmas is related to Puskesmas long distance. Result from Chi Square statistical test shows that certain variables consisting of distance, fee and needs are significantly correlated with the utilization of medical treatment. The multivariate analysis indicates that variables including distance, fee, education and needs play important roles in the utilization of medical treatment. In addition, independent variable that dominantly correlates with the utilization of medical treatment is needs.
The recommendations offered are as follows: in the future, the local government, to reform the Puskesmas, should consider the evaluation of the Puskemas service by employing Community Based approach rather than Facility Based approach. In addition, Puskemas needs to conduct regular and continuous assessment of patients' satisfaction as an evaluation on the service provided.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wahidah
"Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya, diperlukan pelayanan yang berorientasi kepada pelanggan artinya produk/jasa didesain sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan maka organisasi perlu mengidentifikasi kebutuhan pelanggannya, dengan demikian dapat meningkatkan mutu pelayanan. Ini merupakan tanda bahwa organisasi telah menerapkan sistem manajemen mutu. Dalam menentukan kebutuhan pelanggan terhadap mutu pelayanan dapat digunakan dimensi mutu berdasarkan teori Parasuraman yaitu responsiveness, reliability, assurance, emphaty, dan tangibles.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan (pasien) terhadap mutu pelayanan unit rawat jalan Puskesmas Kecamatan Pademangan tahun 2008, dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif desain cross sectional dan metode kualitatif dengan wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke rawat jalan Puskesmas Kecamatan Pademangan tahun 2008, dengan sampel sebanyak 100 responden yang diambil secara acak untuk mengisi kuesioner dan 20 informan dari 100 responden untuk diwawancarai secara mendalam mengenai kebutuhannya terhadap mutu pelayanan. Analisa data kuantitatif dengan deskriptif univariat sedangkan kualitatif dengan hasil wawancara yang merupakan data primer dan hasil penelusuran studi literatur yang merupakan data sekunder.
Hasil penelitian didapatkan dari 5 dimensi mutu yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah dimensi reliability dengan nilai rata-rata sebesar 3,925 yang terdiri dari kebutuhan akan petugas kesehatan bersikap ramah saat menerima pasien, memberikan informasi yang jelas kepada pasien, memberikan pelayanan yang tepat, pemeriksaan sesuai dengan yang dikeluhkan pasien. Sedangkan tingkat kepentingan terendah adalah dimensi tangibles dengan nilai rata-rata sebesar 3,39 yang terdiri dari kecukupan tempat duduk di ruang tunggu, kebersihan di ruang tunggu, periksa dan toilet, kenyamanan di ruang tunggu dan periksa, ketersediaan AC, TV, kipas angin, tempat parkir, peralatan medis yang layak pakai dan lengkap serta penampilan petugas yang rapi.
Dari hasil penelitian ini menyarankan agar Puskesmas Kecamatan Pademangan memenuhi kebutuhan pasiennya dengan memperbaiki sistem di loket agar tidak terjadi antrian panjang, menerapkan 3S (senyum, sapa, dan salam) dalam melayani pasien, dan public relation dengan memberikan dan menjelaskan informasi yang dibutuhkan pasien, serta pemeliharaan peralatan medis dan fasilitas yang tersedia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salahuddin
"Kepuasan mempengaruhi minat beli ulang atau minat berkunjung kembali pelanggan ke tempat pelayanan jasa yang sama (Ziethaml, Parasuraman dan Berry, 1990). 'Menurut Barnes (2003) pembelian· u ang. perekomendasian konsumen kepada orang lain dan peningkatan jumlah pembelian adalah bentuk loyalitas yang dapat d itunjukkan oleh konsumen.
Penelitian Abdurrahman (2002) menemukan bahwa minat pasien mengunjungi kembali ke Puskesmas yang sama disebabkan pelayanan yang mereka dapatkan amat memuaskan. Kotler dan Keller (2007) mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam hal minat beli, yaitu faktor budaya, faktor sosial factor pribadi dan factor psikologis.
Berdasarkan data laporan tahunan yang diperoleh dari P.uskesmas Calang, jumlah kunjungan pasien rawat jalan umum pada tahun 2006 berjumlah 27468 orang dan 23985 pada tahun 2007 ini menunjukkan terjadi penurunan kunjungan pasien rawat jalan umum ke Puskesmas Calang sebanyak 12,68%, hal ini diduga disebabkan belum maksimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas petugas kepada pasien di unit rawat jalan umum puskesmas calang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20946
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Sumantri
"Klinik Sanitasi merupakan bagian dari program pelayanan Puskesmas yang dapat mengakses kegiatan kuratif dan rehabilitatif dengan kegiatan promotif dan preventif dalam mengatasi penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan. Sejak bulan Nopember 1995 Klinik Sanitasi diperkenalkan dan dikembangkan di Puskesmas Wanasaba Kabupaten Lombok Timur Propinsii NTB. Selanjutnya diikuti oleh beberapa Propinsi diantaranya di Propinsi Jawa Timur. Secara kuantitatif dari tahun 1996 (14 Puskesmas) sampai dengan tahun 2000 (25 Puskesmas) telah terjadi peningkatan pelaksanaan program Klinik Sanitasi. Akan tetapi kualitas peningkatan pelaksanaan kegiatan Klinik Sanitasi belum diketahui. Salah satu evaluasi kualitas adalah kepuasan yang bersifat subyektif. Untuk itu dilakukan pendekatan pengukuran dengan sistem mutu pelayanan jasa yaitu ISO 9004-2.
Mutu pelayanan terdiri dari tanggung jawab managemen, sumber daya material, struktur sistem mutu, keterkaitan dengan pelanggan, proses pemasaran, proses perencanaan dan performance serta perbaikan jasa. Sedangkan kepuasan diukur dengan tarif, jarak, ramah, baik, penampilan, nyaman, manfaat, kecepatan pelayanan, informasi dan keterkaitan pada klien. Untuk Variabel Confounding terdiri dari: jenis kelamin, umur, pendidikan, pengetahuan, penghasilan, pekerjaan, dan status pernikahan. Untuk menentukan skor kepuasan dan mutu dilakukan tahapan penyesuaian dengan indeks komposit melalui Multi Reability dengan Cronbach Alpha. Selanjutnya dilakukan analisis Univariant dengan distribusi frekuensi dan analisis bivarian untuk mengetahui adanya hubungan antara mutu dengan kepuasan dan kepuasan dengan variabel Confounding. Jika terjadinya kemaknaan dilakukan analisis multivariat untuk mengetahui hubungan antara mutu dengan kepuasan yang dikontrol oleh variabel Confounding yang menghasilkan bermakna.
The Relation of Quality Sevice of Sanitation Clinic in Public Health Centre Based on ISO 9004-2 and the Client Satisfaction in Mojokerto District-East Java Province 2000.Sanitation Clinic is a part of public health centre (Puskesmas) program. Which can be provider in a card with promotion and preventive activities to anticipate environment based disease. Since November 1995, Sanitation Clinic had introduced and developed in Wanasaba public its development was followed by some provinces, one of them was East Java province. Quantitative, there is increasing number of clinic with only 14 clinics in 199E to 25 clinics in year 2000 however the quality of the clinic has never been studied. One of quality process. Therefore this study with then try to find correlation between client satisfaction with quality service increased by ISO 9004-2.
The service quality as measured by ISO 9004-2 consists of managerial responsibility, quality structure and system, customer interrogated, marketing process, planning pro class, performance and service repairmen. And the satisfaction is measured by fee, distance, polite clean performance, layoy, useful the speed of service, information, client integrity for external factor of gender, aid, education, knowledge, wage job and marital status. To definer satisfaction and quality score that is used reliability analysis with Cronbach alpha. Further univariate analysis by distribution frequency and analysis bivariate to know the related quality with satisfaction by external factor multivariate is done to know the related quality with satisfaction that is controlled by external factor.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T7746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenawaty Husin
"Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pelayanan kesehatan, dimana saat ini dunia telah memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, maka persaingan menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari. Pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu indikator mengukur kualitas pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kepuasan pasien dan melihat bagaimana hubungan persepsi jarak ke Puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien dan hubungan kaiakteristik pasien terhadap tingkat kepuasan. Penelitian ini menggunakan responden berupa pasien yang berkunjung di 36 Puskesmas di Kota Palembang, selama 4 hari berturut-turut dan jumlah sampel sebanyak 384 orang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel secara proporsional random sampling. Data primer didapat melalui pengisian kuesioner, penilaian kepuasan pasien dengan menggunakan kuesioner adalah salah satu Sara untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan pelayanan yang telah diberikan oleh Puskesmas, sehingga puskesmas dapat segera melakukan perbaikan yang diperlukan sesuai dengan harapan pasien.
Analisa statistik yang digunakan adalah analisa univariat untuk melihat gambaran deskriptif dari karakteristik Pasien BP umum Puskesmas di Kota Palembang, dan mengetahui hubungan persepsi jarak ke Puskesmas terhadap tingkat kepuasan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunjung BP Umum Puskesmas di Kota Palembang lebih banyak perempuan dari pada pengunjung laki-laki, tingkat pendidikan pasien yang berkunjung lebih banyak yang berpendidikan tinggi, pasien yang bekerja lebih banyak dari pasien yang tidak bekerja. Secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien masih rendah, sehingga perlu langkah-langkah perbaikan, guna memenuhi harapan pelanggan atau pasien. Dari 384 responden yang bertempat tinggal jauh dari Puskesmas cenderung untuk tidak puas (66,7 %) dibandingkan pasien yang bertempat tinggal dekat, terutama dalam hal persepsi jarak ke Puskesmas. Pemerintah diharapkan mendapat masukan agar membuat kebijakan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan; juga mendekatkan persepsi jarak ke Puskesmas dengan menggunakan sarana Puskesmas keliling dan membuka hotline 24 jam, pager. Dan untuk jangka panjang merubah sistem pelayanan Puskesmas, dengan merubah Puskesmas pembantu menjadi Puskesmas kelurahan sehingga setiap kelurahan ada Puskesmas; serta mengadakan survei mengenai tingkat kepuasan pasien secara berkala .Sehingga persepsi jarak ke Puskesmas menjadi mudah. Disamping itu, mengadakan penyegaran kepada petugas Puskesmas mengenai komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pelanggan.

Along with science and technology development especially in health service field, which the world entering to globalization and free trade, so the competition become a matter that cannot be avoid. Health service including Puskesmas (health center of sub-district region) is striving for increasing service quality. One of indicators to measure health service is patient (customer) satisfaction.
This research purpose to gain an illustration about patient satisfaction level and to see how distance relation perception to Puskesmas with its satisfaction and patient characteristic relation to satisfaction level. This research use respondent as patient who pay a visit to 36 Puskesmas in Palembang City, during 4 days in succession. This research has done by cross sectional approach. Take samples by proportional random sampling. Primary data get by questioners fulfilling as one way to know weakness and lack service has done by Puskesmas, so Puskesmas can improve it as same as patient' expectation immediately.
Statistical analysis used is univariat to see description of general BP patient characteristic at Palembang City, and to know distance perception effect to Puskesmas against patient satisfaction level. Research result shown that patient who pay a visit general BP Puskesmas at Palembang City amount of woman greater than men, most of educational background level patient is high, employment greater than unemployment.
As overall, patient satisfaction level is low, so that need to take improves it, to fulfill customer expectation (patient satisfaction)_ There 384 participant (respondent) who lived far from Puskesmas tend not satisfaction (66,7%) than patient who lived near Puskesmas. The government is expected to gain input critically to make customer satisfaction-oriented policies; also bring Puskesmas to close (distance perception) to Puskesmas, as by facilitate to Puskesmas-mobile that go around, customer care hotline 24 hours, and id caller. In the long term to make a change Puskesmas system, to turn assist-Puskesmas become Puskesmas (health center of lower sub-district area) so in future, each lower sub-district had a Puskesmas; to survey about patient satisfaction level gradually, finally, distance perception to Puskesmas is ease. Therefore, to make re-education and training program to Puskesmas' official, especially is interpersonal communication toward customer satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>