Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176152 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Rashif Athallah Nurianto
"Pelat kapal, terutama yang digunakan dalam struktur dewi-dewi, harus memiliki kualitas tinggi dan ketahanan terhadap korosi di lingkungan laut untuk menjamin keselamatan operasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku korosi dan karakteristik permukaan pelat dewi-dewi yang terpapar korosi air laut melalui pengujian eksperimental dan tervalidasi melalui pemodelan numerik. Pengujian tarik dilakukan untuk menentukan karakteristik sifat mekanik dari material dewi-dewi, termasuk tegangan yield, tegangan maksimum, regangan saat patah, dan modulus elastisitas. Pengamatan morfologi permukaan dilakukan dengan menggunakan 3D laser scan dna pembuatan model sederhana. Simulasi numerik melibatkan pembuatan model 3D spesimen terkorosi menggunakan 3D Laser Scan dan perangkat lunak Inventor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesimen terkorsi memiliki yield stress sebesar 94.226 MPa. Selain itu, pemodelan numerik mengindikasikan area dengan konsentrasi tegangan tinggi yang rentan terhadap kegagalan struktural. Faktor keamanan dihitung sebesar 0.537, yang dmenunjukkan bahwa materil dewi-dewi terkorosi tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang diterapkan tanpa mengalami perubahan ataupun kerusakan.

Ship plates, especially those used in dewi-dewi structures, must have high quality and corrosion resistance to ensure operational safety. This study aims to examine the corrosion behavior and surface characteristics of dewi-dewi plates exposed to seawater corrosion through experimental testing and validation via numerical modeling. Tensile tests were conducted to determine the mechanical characteristics of the material, including yield strength, ultimate tensile strength, elongation at fracture, and modulus of elasticity. Surface morphology observations were conducted using 3D laser scanning. Numerical simulation involved creating a 3D model of the corroded specimen using 3D Laser Scanning and Inventor software. The research results indicate that the corroded specimen has a yield stress of 94.226 MPa. Additionally, numerical modeling indicates areas with high stress concentration that are prone to structural failure. The safety factor was calculated to be 0.537, indicating that the corroded material does not have sufficient strength to withstand the applied load without damage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Steven Geovanli
"Penelitian ini membahas mengenai sifat mekanik dan perilaku korosi pada paduan Zn1Zr dengan variasi penambahan kadar tembaga. Penambahan tembaga pada paduan seng-zirkonium membentuk solid solution pada matriks seng serta membentuk fasa CuZn5 yang menyebabkan pembentukan butir yang jauh lebih halus. Semakin banyak penambahan tembaga yang ditambahkan pada paduan Zn1Zr, maka semakin tinggi nilai kekerasan yang dihasilkan. Penguatan paduan terjadi melalui mekanisme solid solution strengthening dan penghalusan butir. Penambahan tembaga pada paduan Zn1Zr meningkatkan nilai potensial korosi dan menghasilkan lapisan pasif oksida CuO yang dapat melindungi matriks Zn. Fasa CuZn5 menyebabkan terjadinya korosi mikro-galvanik akibat perbedaan potensial dengan matriks Zn. Paduan Zn1ZrxCu memiliki laju korosi yang lebih tinggi daripada paduan Zn1Zr, namun masih cocok untuk diaplikasikan untuk material implan mampu luruh karena lebih mendekati laju korosi seng murni dan masih dibawah batas maksimal laju korosi yang diperbolehkan untuk suatu biomaterial.

This research discusses the mechanical properties and corrosion behavior of the Zn1Zr alloy with variations in the addition of copper content. The addition of copper to the zinc-zirconium alloy forms a solid solution in the zinc matrix and forms the CuZn5 phase which causes the formation of much finer grains. The more additional copper added to the Zn1Zr alloy, the higher the hardness value produced. Alloy strengthening occurs through solid solution strengthening and grain refinement mechanisms. The addition of copper to the Zn1Zr alloy increases the corrosion potential value and produces a passive layer of CuO oxide which can protect the Zn matrix. The CuZn5 phase causes micro-galvanic corrosion due to the potential difference with the Zn matrix. The Zn1ZrxCu alloy has a higher corrosion rate than the Zn1Zr alloy, but is still suitable for application to wearable implant materials because it is closer to the corrosion rate of pure zinc and is still below the maximum permissible corrosion rate for a biomaterial."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadli
"ABSTRAK
Paduan Cu-Zn 70/30 atau dikenal juga sebagai Cartridge Brass memiliki
sifat konduktivitas panas dan listrik yang sangat baik, ketahanan korosi yang
tinggi, serta kemampubentukan yang baik. Cu-Zn 70/30 sangat luas digunakan
sebagai core dan tank radiator otomotif, komponen amunisi, maupun perangkat
bangunan dan arsitektur sehingga sangat rentan sekali terpapar oleh lingkungan
yang korosif seperti air laut dan ammonia. Thermo-Mechanical Controlled
Processing (TMCP) adalah salah satu metode rangkaian pengontrolan pemanasan
dan pembentukan dengan tujuan meningkatkan kualitas sifat material. Oleh
karena itu, pada penelitian ini digunakan metode TMCP dengan canai hangat
untuk meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.
Proses canai dilakukan dengan metode bolak-balik dengan deformasi sebesar 60%
(30%-30%) dimana pada setiap pass-nya paduan Cu-Zn dipanaskan terlebih
dahulu pada temperatur 300oC dengan waktu tahan berbeda mulai dari 30, 60, dan
120 menit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan
semakin lamanya waktu pemanasan dan kemudian dideformasi lebih lanjut maka
terjadi penurunan ukuran butir dari 92.2 μm menjadi 36.5 μm yang berpengaruh
pada peningkatan kekerasan sebesar 174.12 HV dan kekuatan tarik mencapai
525.4 MPa pada waktu tahan 120 menit. Selain itu, semakin lama waktu
pemanasan juga memberikan perilaku korosi yang berbeda pada dua lingkungan
korosif. Pada lingkungan air laut (NaCl 3.5%), paduan kuningan cenderung
mengalami penurunan laju korosi hingga 0.0218 mm/yr untuk weight loss dan
0.1404 mm/yr untuk polarisasi. Sedangkan pada lingkungan ammonia (Mattsson?s
Solution) terjadi hal yang berkebalikan dimana paduan kuningan cenderung
mengalami kenaikan laju korosi hingga mencapai 0.1906 mm/yr untuk weight loss
dan 5.1209 mm/yr untuk polarisasi. Ditambah lagi, terdapat indikasi adanya
fenomena Anneal Hardening karena tersegregasinya atom terlarut pada dislokasi
atau batas butir sehingga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.

ABSTRACT
Cu-Zn alloy (70/30) also known as Cartridge Brass possesses high thermal
and electrical conductivity, high corrosion resistance, and good formability. Thus,
used extensively for core and tank automotive radiator, ammunition component,
and architectural hardware. This wide applications are susceptible to exposure of
corrosive environments such as seawater and ammonia environments. Thermo-
Mechanical Controlled Processing (TMCP) is one method consists of controlled
heating and controlled forming to produce high quality materials. Therefore, this
research focuses on the study of mechanical properties and corrosion resistance
Cu-Zn 70/30 by implementing warm rolling TMCP method. Rolling process was
conducted in reversible way with deformation degree of 60% (30%-30%) and
before each pass of the rolling the material is heated up to temperature 300oC with
different holding time from 30, 60, and 120 minutes. The results showed that as
the longer holding time of the heating and was continued by further deformation,
it affects the grain size to be much smaller from 92.2 μm to 36.5 μm and thus
corresponds to the increasing of hardness value up to 174.12 HV dan Ultimate
Tensile Strength (UTS) up to 525.4 MPa for 120 minutes of holding time. On the
other hand, the longer holding time of heating, it gives brass different behaviour in
two different corrosive environments. In the seawater environment (NaCl 3.5%),
brass tend to have lower corrosion rate in value of 0.0218 mm/yr and 0.1404
mm/yr for weight loss and polarization respectively. On the contrary, in the
ammoniacal environment (Mattsson?s Solution) brass tend to have higher
corrosion rate with value up to 0.1906 mm/yr and 5.1209 mm/yr for weight loss
and polarization respectively. In addition, it indicates that Anneal Hardening
caused by segregation of solute atoms into dislocations or grain boundary has
taken place that affect a significant change in hardness, tensile strength, and
corrosion resistance of Cu-Zn 70/30."
2016
S65441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Iqbal Al Farobi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadli
"ABSTRAK
Paduan Cu-Zn 70/30 atau dikenal juga sebagai Cartridge Brass memiliki
sifat konduktivitas panas dan listrik yang sangat baik, ketahanan korosi yang
tinggi, serta kemampubentukan yang baik. Cu-Zn 70/30 sangat luas digunakan
sebagai core dan tank radiator otomotif, komponen amunisi, maupun perangkat
bangunan dan arsitektur sehingga sangat rentan sekali terpapar oleh lingkungan
yang korosif seperti air laut dan ammonia. Thermo-Mechanical Controlled
Processing (TMCP) adalah salah satu metode rangkaian pengontrolan pemanasan
dan pembentukan dengan tujuan meningkatkan kualitas sifat material. Oleh
karena itu, pada penelitian ini digunakan metode TMCP dengan canai hangat
untuk meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.
Proses canai dilakukan dengan metode bolak-balik dengan deformasi sebesar 60%
(30%-30%) dimana pada setiap pass-nya paduan Cu-Zn dipanaskan terlebih
dahulu pada temperatur 300oC dengan waktu tahan berbeda mulai dari 30, 60, dan
120 menit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan
semakin lamanya waktu pemanasan dan kemudian dideformasi lebih lanjut maka
terjadi penurunan ukuran butir dari 92.2 μm menjadi 36.5 μm yang berpengaruh
pada peningkatan kekerasan sebesar 174.12 HV dan kekuatan tarik mencapai
525.4 MPa pada waktu tahan 120 menit. Selain itu, semakin lama waktu
pemanasan juga memberikan perilaku korosi yang berbeda pada dua lingkungan
korosif. Pada lingkungan air laut (NaCl 3.5%), paduan kuningan cenderung
mengalami penurunan laju korosi hingga 0.0218 mm/yr untuk weight loss dan
0.1404 mm/yr untuk polarisasi. Sedangkan pada lingkungan ammonia (Mattsson?s
Solution) terjadi hal yang berkebalikan dimana paduan kuningan cenderung
mengalami kenaikan laju korosi hingga mencapai 0.1906 mm/yr untuk weight loss
dan 5.1209 mm/yr untuk polarisasi. Ditambah lagi, terdapat indikasi adanya
fenomena Anneal Hardening karena tersegregasinya atom terlarut pada dislokasi
atau batas butir sehingga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.

ABSTRACT
Cu-Zn alloy (70/30) also known as Cartridge Brass possesses high thermal
and electrical conductivity, high corrosion resistance, and good formability. Thus,
used extensively for core and tank automotive radiator, ammunition component,
and architectural hardware. This wide applications are susceptible to exposure of
corrosive environments such as seawater and ammonia environments. Thermo-
Mechanical Controlled Processing (TMCP) is one method consists of controlled
heating and controlled forming to produce high quality materials. Therefore, this
research focuses on the study of mechanical properties and corrosion resistance
Cu-Zn 70/30 by implementing warm rolling TMCP method. Rolling process was
conducted in reversible way with deformation degree of 60% (30%-30%) and
before each pass of the rolling the material is heated up to temperature 300oC with
different holding time from 30, 60, and 120 minutes. The results showed that as
the longer holding time of the heating and was continued by further deformation,
it affects the grain size to be much smaller from 92.2 μm to 36.5 μm and thus
corresponds to the increasing of hardness value up to 174.12 HV dan Ultimate
Tensile Strength (UTS) up to 525.4 MPa for 120 minutes of holding time. On the
other hand, the longer holding time of heating, it gives brass different behaviour in
two different corrosive environments. In the seawater environment (NaCl 3.5%),
brass tend to have lower corrosion rate in value of 0.0218 mm/yr and 0.1404
mm/yr for weight loss and polarization respectively. On the contrary, in the
ammoniacal environment (Mattsson?s Solution) brass tend to have higher
corrosion rate with value up to 0.1906 mm/yr and 5.1209 mm/yr for weight loss
and polarization respectively. In addition, it indicates that Anneal Hardening
caused by segregation of solute atoms into dislocations or grain boundary has
taken place that affect a significant change in hardness, tensile strength, and
corrosion resistance of Cu-Zn 70/30."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srikandi Wahyu Arini
"ABSTRAK
Batu bata menggunakan tanah sebagai bahan baku utamanya, namun bata yang terbuat hanya dari tanah memiliki performa yang kurang baik. Dalam rangka membuat batu bata sebagai material yang lebih ramah lingkungan dan memiliki performa yang lebih baik maka dilakukan kajian karakteristik sifat fisik dan mekanik batu bata pembakaran dengan tambahan 4% sabut kelapa berukuran 2,5 cm yang telah di diolah dan di curing dalam tiga kondisi perawatan. Berdasarkan hasil pengujian sifat fisik dan mekanik bata, didapatkan bahwa penambahan 4% serabut kelapa berukuran 2,5 cm yang telah diolah meningkatkan sifat mekanik bata pada semua kondisi curing namun tidak semua sifat fisik meningkat.

ABSTRACT
Batu bata menggunakan tanah sebagai bahan baku utamanya, namun bata yang terbuat hanya dari tanah memiliki performa yang kurang baik. Dalam rangka membuat batu bata sebagai material yang lebih ramah lingkungan dan memiliki performa yang lebih baik maka dilakukan kajian karakteristik sifat fisik dan mekanik batu bata pembakaran dengan tambahan 4% sabut kelapa berukuran 2,5 cm yang telah di diolah dan di curing dalam tiga kondisi perawatan. Berdasarkan hasil pengujian sifat fisik dan mekanik bata, didapatkan bahwa penambahan 4% serabut kelapa berukuran 2,5 cm yang telah diolah meningkatkan sifat mekanik bata pada semua kondisi curing namun tidak semua sifat fisik meningkat."
2014
S61442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zamri Rahmat
"Teknologi semprot panas merupakan suatu teknologi pelapisan yang sekarang banyak digunakan pada industri pabrik, minyak dan gas ataupun power plant. Pada penelitian ini telah dilakukan dua jenis teknik pelapisan semprot panas yaitu metode pelapisan High Velocity Oxygen Fuel dan metode Electric Arc Spray. Kedua metode ini memiliki jenis pelapisan logam yang berbeda.Tujuannya untuk mempelajari hasil lapisan molibdenum dan lapisan aluminium pada substrat baja tahan karat 316L. Pelapisan molibdenum dengan metode High Velocity Oxygen Fuel dilakukan dengan menggunakan serbuk molibdenum, sedangkan pelapisan aluminium dengan metode Electric Arc Spray menggunakan kawat aluminium.Adapun ketebalan pelapisan molibdenum pada substrat dengan kisaran 15-20 m dan ketebalan pelapisan aluminium pada substrat dengan kisaran 90-100 m.Sebelum proses pelapisan dilakukan pemanasan sampel untuk menghilangkan kontaminasi yang menempel.Selanjutnya dilakukan pengkasaran permukaan subsrat dengan tingkat kekasaran 10-20 m menggunakan grit blasting abrasive Brown Aluminium Oxide.Karakteristik hasil pelapisan dilakukan dengan uji Positive Material Identification PMI merk Niton XL2-800 model X-Ray Fluorescent, pengujian SEM/EDX, pengujian metalografi mikroskop optik, pengujian kekerasan, pengujian keausan dan pengujian ketahanan korosi dengan sembur garam Salt Spray. Pengujian dengan alat Positive Material Identification PMI memperlihatkan bahwa terjadi suatu ikatan mekanis pelapis dengan permukaan substrat. Pada pengamatan mikro dengan mikroskop optik perbesaran 100x terlihat bahwa ikatan pelapis molibdenum terhadap permukaan substrat lebih kuat dibandingkan dengan pelapis aluminium terhadap permukaan substrat. Pada pengamatan dengan uji SEM/EDX terlihat bagian antarmuka lapisan pelapis membentuk suatu ikatan mekanis dengan permukaan substrat, dimana untuk lapisan molibdenum lebih baik ikatannya dengan permukaan substrat dibandingkan dengan lapisan aluminium. Pengamatan dengan pengujian hardness dan uji keausan, terlihat bahwa untuk pelapisan aluminium pada substrat menghasilkan nilai hardness yang lebih rendah dibandingkan substrat yang dilapisi molibdenum sedangkan untuk uji keausan,nilai pelebaran celah substrat yang dilapisi aluminium b= 0,545 mm lebih besar dibandingkan dengan substrat yang dilapisi molibdenum b = 0,375 mm sehingga tingkat keausan lebih baik untuk nilai yang lebih kecil.Pengamatan substrat dengan uji sembur garam, kedua lapisan tidak mempengaruhi daerah penggoresan namun terlihat perubahan warna secara signifikan yang terlihat adanya pembentukan korosi secara merata.

The technology of Thermal Spray is a coating technology is now widely used in the industries of oil and gas, factory or power plant. This research has been conducted on two types of coating technique of thermal spray coating method of High Velocity Oxygen Fuel and method of Electric Arc Spray. This different method to compare of this type coating metal on 316L stainless steel substrates. Molybdenum Coating with the method of High Velocity Oxygen Fuel using powder molybdenum and Aluminium Coating with the method Electric Arc Spray wire with 99.5 aluminium composition. The thickness of the coating on substrates with molybdenum with range 15 20 m and the thickness of the aluminum coating on substrates with the range of 90 100 m. Proceedings before the coating is carried out first warming to eliminate contamination.And then surface to be rough using grit blasting abrasive Brown Aluminum Oxide with range 10 20 m.Observations of the substrate after coating will identified with Positive Material Identification PMI Niton XL2 800 model Fluorescent X ray testing, SEM EDX, testing metalografi optical microscopy, hardness test,wear testing,testing corrosion resistant with Salt Spray.The result of testing with Positive Material Identification PMI shown coating had been a mechanical bond with substrate layer. On the observation with SEM EDX test shown bond of molibdenum's coating is better than aluminium's coating on substrate. Observations with the hardness testing and wear test related both, aluminum coating on substrate produces a lower hardness values than substrate coated molybdenum. The value of wear test results are aluminium coated substrates b 0.545 mm is greater than with molybdenum coated substrates b 0.375 mm . It means that the lower value will be more wear resistance.For observations of the substrate with salt spray test, both of looks discoloration significantly and visible presence of formation of corrosion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Wahyu Utomo
"Piston pada motor adalah komponen dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima hentakan pembakaran pada ruang bakar cylinder liner. Material penyusun piston tersebut adalah aluminium AC8H yang sifatnya ringan, kuat, dan tahan aus. Dalam proses pengecoran paduan aluminium, penambahan modifier dan perlakuan panas merupakan proses yang dapat mempengaruhi sifat mekanis coran paduan. Sifat mekanis yang dimaksud adalah kekerasan, kekuatan tarik, keuletan serta keausan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan penggantian proses perlakuan panas T6 (artificial ageing) yang merupakan standar dari proses pembuatan piston dengan proses penambahan modifier dan kemungkinan mempersingkat proses perlakuan T6 (artificial ageing) dengan proses T4 (natural ageing). Penelitian dilakukan dengan melebur ingot AC8H yang kemudian ditambahkan modifier stronsium dalam ladle. Jumlah kandungan stronsium yang dihasilkan setelah proses penambahan modifier adalah sebesar 0,00072% Sr, 0,0068% Sr, 0,0133% Sr dan 0,031% Sr. Hal yang sama dilakukan dengan menambahkan modifier phospor, dimana kandungan phospor yang dihasilkan menjadi 0,0036% P,0,0038% P, 0,0041% P dan 0,0046% P. Pada perlakuan panas setelah proses pengecoran, hasil ascast dilakukan proses T6 (artificial ageing) dan T4 (natural ageing) dengan pengamatan 0 jam, 24 jam, 48 jam , 72 jam, 96 jam dan 120 jam. Masing masing sampel hasil percobaan diatas dilakukan pengujian karakterisasi struktur mikro dan sifat mekanis.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan 0,031 % Sr dan Proses perlakuan panas T4 (natural ageing) 96 jam dan 120 jam setelah quenching memiliki sifat mekanis yang telah masuk range standar kualifikasi komponen piston. Dalam implementasi hasil ini masih harus dilanjutkan dengan uji coba melalui proses engine dyno test.

Piston is motor components of the engine which works as a press incoming air and recipient burning fuel in the cylinder liner space. Material of aluminum piston is AC8H that are lightweight, strong, and wear resist. In the process of casting aluminum alloy, adding modifiers and heat treatment is a process that can affect the mechanical properties as cast alloy. Mechanical properties of the object is referred to hardness, tensile strength, elongation and wear resistance.
This research aims to find out the possibility of replacing the T6 heat treatment process (artificial ageing), as standard process of making a piston with the addition of modifiers and possibility to shorten the treatment T6 (artificial ageing) with the T4 (natural ageing). Research conducted by melt ingot AC8H then added Strontium in ladle. Strontium added that the amount until contain 0.00072% Sr, 0.0068% Sr, 0.0133% Sr, and 0.031% Sr. The same is done by adding Phospor until contain 0,0036% P, 0.0038% P, 0.0041% P and 0.0046% P. In the heat treatment process sample after casting will be process with T6 and T4 observation 0 hour, 24 hours, 48 hours, 72 hours, 96 hours and 120 hours. Each sample of an experiment conducted over the microstructure characterization and mechanical properties test.
The test results indicate that the addition of 0.031% Sr. and heat treatment process T4 (natural ageing) 96 hours and 120 hours after quench as mechanical properties have already entered the qualifying standard range of part-piston. Implementation of the experiment must be continued to engine dyno test process before mass production."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25267
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Ahmad Haqiqie
"Penggunaan mineral anorganik pada industri pembuatan kertas mulai berkembang. Mineral tersebut berfungsi sebagai filler kertas untuk mengurangi penggunaan pulp yang berlebih. Selain menguntungkan secara ekonomi, penggunaan filler pada kertas dapat meningkatkan sifat optik dan retensi kertas yang dihasilkan. Salah satu mineral yang memiliki potensi baik untuk digunakan sebagai filler adalah zeolit. Pada penelitian ini dilakukan variasi pada ukuran zeolit sebagai bentuk optimalisasi karakteristik kertas yang diinginkan. Hasil yang diamati digunakan sebagai pembanding terhadap kertas dengan filler PCC mengingat PCC merupakan salah satu filler yang umum digunakan sebagai material filler kertas. Berdasarkan hasil yang didapatkan, zeolit sebagai filler belum dapat disebut sebagai mineral alternatif PCC ketikan digunakan pada kertas. Nilai brightness pada kertas dengan zeolit berada jauh di bawah kertas dengan PCC. Hal tersebut disebabkan oleh nilai brightness PCC yang lebih tinggi. Namun, opacity yang didapatkan oleh kertas zeolit berada pada spesifikasi yang dibutuhkan dan sebanding dengan kertas PCC sebab indeks bias kedua mineral tersebut tidak terpaut jauh. Pada karakteristik yang lain, yaitu sifat mekanik, terbukti zeolit dan pengecilan ukuran partikelnya berhasil meningkatkan kuat tarik kertas yang dihasilkan. Ukuran partikel yang diperkecil pada durasi tertentu dapat menahan partikel beraglomerasi dan mempertahankan ikatan antar serat kertas dengan optimal.

The use of inorganic minerals in the papermaking industry is growing. These minerals function as paper fillers to reduce the use of excess pulp. Besides being economically beneficial, the use of fillers in paper can improve the optical and retention properties of the paper produced. One mineral that has good potential to be used as a filler is zeolite. In this study, variations in zeolite size were carried out as a form of optimization of the desired paper characteristics. The results observed were used as a comparison to paper with PCC filler considering that PCC is one of the fillers commonly used as paper filler material. Based on the results obtained, zeolite as a filler cannot be called an alternative mineral to PCC when used in paper. The brightness value of paper with zeolite is far below paper with PCC. This is due to the higher brightness value of PCC. However, the opacity obtained by zeolite paper is within the required specifications and comparable to PCC paper because the refractive indices of the two minerals are not far apart. In other characteristics, namely mechanical properties, it was evident that zeolite and its particle size reduction successfully increased the tensile strength of the paper produced. The reduced particle size for a certain duration can prevent particles from agglomerating and maintain optimal bonding between paper fibers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>