Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michelle Maureen
"Aplikasi Bumble sebagai aplikasi kencan feminis dilengkapi dengan beberapa fitur perlindungan, namun normalisasi KBGO, manipulasi identitas, dan perbedaan motivasi pengguna masih menyuburkan KBGO pada perempuan. Studi-studi sebelumnya hanya memberikan pembahasan sampai pada topik mengenai bentuk- bentuk tindakan kekerasan yang mungkin terjadi di aplikasi kencan, namun penelitian ini turut membahas agensi perempuan dalam meresponi KBGO yang dialami. Peneliti berargumen bahwa subjektivitas agensi, diwujudkan dalam tindakan- tindakan yang dilakukan perempuan sebagai bentuk meresponi KBGO yang dialami. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi digital. Informan dalam penelitian ini sejumlah 6 orang perempuan yang sedang dan/atau pernah menggunakan aplikasi Bumble; berusia 22 hingga 27 tahun; dan pernah mengalami KBGO yang terjadi di Bumble maupun aplikasi lain yang difasilitasi oleh Bumble. Temuan dalam penelitian memperlihatkan bahwa perempuan menunjukkan agensi dalam berbagai tindakan untuk merespon KBGO yang terjadi, baik yang dilakukan secara publik maupun privat. Sherry Ortner mengungkap bahwa agensi perempuan didasari oleh subjektivitas yang berada dalam konteks formasi sosial dan budaya. Agensi perempuan tidak hanya berfokus pada perlawanan yang dilakukan, namun juga tentang bagaimana perempuan membuat dan mencari makna. Tentang apa yang dirasakan, dipikirkan, dan bagaimana perempuan meresponi kondisi KBGO yang menimpanya.

The Bumble application as a feminist dating application is equipped with several protective features, but the normalization of KBGO, identity manipulation, and differences in user motivation still feed KBGO among women. Previous studies only provide discussion on the topic of forms of violent acts that may occur on dating applications, but this research also discusses women's agency in responding to the KBGO they experience. Researchers argue that agency subjectivity is manifested in the actions carried out by women as a form of responding to the KBGO they experience. Data collection was carried out using an in-depth interview process and direct observation on the Bumble application. The informants in this study were 6 women who currently and/or have used the Bumble application; aged 22 to 27 years; and have experienced KBGO that occurs on Bumble or other applications facilitated by Bumble. The findings in the research show that women show agency in various actions to respond to KBGO that occurs, whether carried out publicly or privately. Sherry Ortner reveals that women's agency is based on subjectivity which is in the context of social and cultural formations. Women's agency does not only focus on the resistance carried out, but also on how women make and search for meaning. About what women feel, think, and how they respond to the KBGO conditions that befall them."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deani Agnes Monikha
"Kekerasan berbasis gender telah diakui sebagai penyalahgunaan hak asasi manusia, dengan perempuan dan anak perempuan sering menjadi korban. Menggabungkan teori agensi Kabeer dan konsep resistensi Crann dan Barata, penelitian ini mengkaji tentang agencyperempuan dan strategi mereka melawan kekerasan dalam konteks film Believe Me: The Abduction of Lisa McVey (2018) and Citation (2020). Melalui analisis tekstual dari narasi, adegan, karakter, dan dialog dalam percakapan dengan konsep agency perempuan dan perlawanan, penelitian ini berusaha untuk menantang pemahaman konvensional tentang perempuan yang mengalami kekerasan berbasis gender yang seringkali dipandang sebagai korban pasif. Penulis berpendapat bahwa agensi perempuan dalam kedua film tersebut sangat penting dalam mengembangkan strategi untuk memerangi penindasan. agency mereka mencakup pasif seperti polos dan mematuhi pelaku dan respon aktif, seperti memutuskan pendekatan terbaik untuk keadaan tertentu sebagai strategi mereka. Selain itu, analisis menemukan bahwa agency bisa mengubah perempuan dari korban menjadi penyintas dengan mengaktifkan dan melatihnya untuk memerangi kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini berkontribusi pada studi tentang kesetaraan gender dalam film.

Gender-based violence has been recognized as an abuse of fundamental human rights, with women and girls frequently being the victims. Incorporating Kabeer's theory of agency and Crann and Barata's resistance concept, this research examines female agency and their strategies for fighting violence in the context of the movies, namely Believe Me: The Abduction of Lisa McVey (2018) and Citation (2020). Through a textual analysis of the narratives, scenes, characters, and dialogue in conversation with the concept of female agency and resistance, this study seeks to challenge the conventional understanding of women and girls who encounter gender-based violence that are often viewed as passive victims. The author argues that the female agency in both films is crucial in developing the strategy to combat oppression. Their agency encompasses both passive as innocent and obeying perpetrators and active response, such as deciding on the best approach for particular circumstances as their strategies. In addition, the analysis found that female agency can transform women from victims to survivors by activating and exercising it to combat violence against women. This research contributes to the study of gender equality in movies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Verrina Salsabilla
"Sextortion adalah pemerasan yang dilakukan melalui jaringan komputer dan melibatkan beberapa ancaman untuk melepaskan gambar korban yang eksplisit secara seksual. Kejahatan ini merupakan kejahatan teknologi berbasis gender baru yang masih kurang diteliti di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran relasi gender dalam viktimisasi sextortion terhadap perempuan melalui pengalaman empat narasumber, yaitu AY, AP, I, dan WNS dengan menggunakan feminist radical theory. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mendengar pengalaman para narasumber secara mendalam. Berdasarkan pengalaman para narasumber, diketahui bahwa relasi gender sangat berpengaruh dalam pembangunan nilai-nilai maskulinitas agresif dan budaya patriarkis. Hal ini dengan melihat aspek kontrol dan kekuasaan, perilaku seksisme, dan objektifikasi tubuh perempuan, dari pengalaman para narasumber. Penelitian ini juga melihat pengaruh online misogini terhadap kekerasan terhadap perempuan, serta melihat kontinum kekerasan seksual yang meliputi perilaku sextortion.

Sextortion is a type of extortion carried out through a computer network and involves threats to release sexually explicit images of the victim. This crime is a new gender-based technology crime that is still under-researched in Indonesia. Therefore, this study aims to look at the role of gender relations in the victimization of sextortion against women through the experiences of four informants, namely AY, AP, I, and WNS using a feminist radical theory. This study uses qualitative methods to know more about the experiences of the informants deeply. Based on the experiences of the informants, it is known that gender relations are very influential in the development of aggressive masculinity values and patriarchal culture. This is done by looking at the aspects of control and power, sexist behavior, and the objectification of women's bodies, from the experiences of the informants. This research also looks at the influence of online misogyny on violence against women, and looks at the continuum of sexual violence which includes sextortion behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book presents new research on gender-based violence in Southeast Asia, bringing together varied scholarly work in law, policy, and practice. It enables a greater understanding of violence against women as an international concern, highlighting particular issues that arise in the region. Against a background of international obligations to ensure women's rights through laws and policies that are geared at ending violence against women and girls, this research documents the state failures, individual shame and fear, and societal culture that collectively affects the reporting, investigation, prosecution of perpetrators, and protection of victims. The research explores differing legal mechanisms both internationally, and within nation states, relating to cases of physical and sexual violence. It recognizes the need for functioning mechanisms to ensure women can report their cases safely and be provided with protective and therapeutic services in a way that is systematic, effective, and measurable. Laws and court decisions are analyzed, crisis and safety centers are examined, and in-depth interviews are conducted with actors and NGOs with relevant roles and functions in the mechanism of cases of violence against women. The result is a comprehensive assessment of the incalculable harm it does within Southeast Asian society, and the obstacles it presents for law enforcement. The chapters uncover mechanisms with unique characteristics across Southeast Asia, providing a nuanced understanding of the cultural and social backgrounds, as well as the religious structures, that can both help and hinder suitable frameworks. It is relevant to scholars, policymakers, and practitioners in law, criminology, and gender sociology.
“This is a valuable contribution towards empowering the women of South East Asia out of victimhood to valued equality, involvement in governance and leadership through the elimination of violence and discrimination and an excellent resource not just for those working in this field but for those involved in law making, the media and the people of South East Asia.”
- Professor Felicity Gerry QC, Barrister at Crockett Chambers Melbourne and Libertas Chambers, London, and Professor of Legal Practice at Deakin University and Honorary Professor at Salford University."
Singapore: Springer Singapore, 2022
e20550253
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Beata Kurnia
"Di Indonesia, Perempuan Pembela Hak Asasi Manusia (PPHAM) memainkan peran penting dalam mendukung hak asasi dan keadilan gender. Namun, mereka sering dihadapkan pada berbagai jenis kekerasan berbasis gender, yang membahayakan keselamatan dan kesejahteraan mereka. Keadaan ini diperparah oleh kurangnya perlindungan resmi negara; akibatnya, PPHAM harus bergantung pada mekanisme perlindungan informal dari keluarga, teman, dan komunitas. Studi ini menyelidiki pengalaman PPHAM dalam menghadapi kekerasan berbasis gender, serta upaya mereka untuk memperoleh perlindungan informal melalui aksi kolektif dan solidaritas feminis. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Analisis didasarkan pada teori burnout dan self-care oleh Gorski (2015) dan dinamika perlindungan informal dipahami melalui teori aksi kolektif dan solidaritas feminis Sweetman (2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPHAM menghadapi kekerasan fisik, psikis, finansial, dan digital yang mengancam keselamatan mereka selain kekerasan fisik dan psikologis. Penelitian ini menyoroti pentingnya perlindungan yang komprehensif dan inklusif bagi PPHAM serta pentingnya memperkuat mekanisme perlindungan informal berbasis solidaritas komunitas. Perlindungan informal yang diberikan oleh keluarga, teman, dan komunitas terbukti sangat penting dalam mendukung pemulihan PPHAM.

In Indonesia, Women Human Rights Defenders (WHRDs) play an important role in supporting human rights and gender justice. However, they are often exposed to various types of gender-based violence, which endangers their safety and well-being. This situation is exacerbated by the lack of official state protection; As a result, WHRDs must rely on informal protection mechanisms from family, friends and communities. This study investigates WHRDs’ experiences in facing gender-based violence, as well as their efforts to obtain informal protection through collective action and feminist solidarity. This research is qualitative research that uses participant observation and in-depth interviews. The analysis is based on burnout and self-care theory by Gorski (2015) and the dynamics of informal protection are understood through Sweetman's theory of collective action and feminist solidarity (2015). The research results show that PPHAM faces physical, psychological, financial and digital violence that threatens their safety in addition to physical and psychological violence. This research highlights the importance of comprehensive and inclusive protection for WHRDs as well as the importance of strengthening informal protection mechanisms based on community solidarity. Informal protection provided by family, friends and community has proven to be crucial in supporting WHRDs’ recovery."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fatimah Evita Amanah Wibowo
"Penelitian ini bertujuan menguraikan perwujudan sexual scripts yang berkaitan dengan pemaknaan perilaku seksual dalam penggunaan aplikasi kencan daring Bumble bagi perempuan dan laki-laki heteroseksual, di tengah konstruksi sosial feminitas dan maskulinitas heteronormatif yang berlaku di masyarakat, serta ekspektasi budaya hookup yang dapat muncul. Studi terdahulu belum mengangkat aspek seksual menjadi penting dalam membentuk pola penggunaan aplikasi, yang dapat dilihat sebagai bentuk perwujudan sexual scripts dalam aplikasi kencan daring, khususnya Bumble. Penelitian ini berargumen aplikasi kencan daring Bumble mampu mewujudkan sexual scripts yang berperan membentuk maupun menjelaskan pola serta praktik penggunaan aplikasi dan berkaitan dengan pemaknaan perilaku seksual pengguna. Sexual scripts pun mampu menunjukkan perbedaan laki-laki dengan perempuan heteroseksual dalam hal ekspresi dan praktik seksualnya. Virtual ethnography digunakan sebagai metode penelitian, mencakup wawancara mendalam serta observasi online. Temuan penelitian menunjukkan terwujudnya sexual scripts berdasarkan Simon & Gagnon dalam aplikasi Bumble pada level skenario kultural, interpersonal, serta intrapskis. Level interpersonal menjadi level yang dominan, karena berperan sentral sebagai peleburan skenario kultural dengan level intrapsikis melalui adaptasi yang dilakukan, serta secara konkrit menjelaskan pola dan praktik penggunaan Bumble. Pemaknaan perilaku seksual mendukung maupun memaknai level interpersonal dan intrapsikis sexual scripts, karena pemaknaannya turut dilihat melalui praktik penggunaan dan nilai yang dimiliki pengguna Bumble.

This study aims to describe the embodiment of sexual scripts related with sexual behavior cognition in online dating application Bumble for heterosexual women and men, amid the prevailing social construction of heteronormative femininity and masculinity, also hookup culture expectation that can arise. Previous studies overlook sexual aspects is important in shaping usage patterns, which can be seen as a form of sexual scripts embodiment in online dating applications, especially Bumble. This study argues the online dating application Bumble able to embody sexual scripts that plays role in shaping also explaining patterns and practices of application usage include relating to users' sexual behavior cognition. Sexual scripts also able to show differences between heterosexual men and women sexual expression and practice. Virtual ethnography used as a research method, includes in-depth interviews and online observations. Research findings show the embodiment of sexual scripts based on Simon & Gagnon in Bumble application at the cultural scenarios, interpersonal, and intrapsychic level. The interpersonal level becomes the dominant level because it plays a central role as a fusion of cultural scenarios with intrapsychic level through adaptations, also concretely explains the patterns and practices of using Bumble. Sexual behavior cognition supports and interprets the interpersonal and intrapsychic levels of sexual scripts, because the cognition also seen through practices and values of Bumble users. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Wandansari
"Skripsi ini membahas tentang hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan keterampilan sosial pada perempuan yang berada dalam masa dewasa muda, yaitu sekitar 18 – 40 tahun. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara frekuensi kekerasan dalam pacaran dan keterampilan sosial, dengan nilai korelasi (r) sebesar -0.235 (p < 0.05). Bentuk kekerasan yang berhubungan secara signifikan adalah kekerasan psikologis dan kekerasan fisik. Dimensi-dimensi dari keterampilan sosial yang memiliki hubungan paling kuat dalam kekerasan adalah social expressivity dan social control.

The focus on this study is whether there is correlation between dating violence and social skill in young adulthood women, which is 18 – 40 years old. This is a qualitative study with correlational design. The result of this study is there is a significant correlation between dating violence and social skill, in which r = -0.235 (p < 0.05). Psychological aggression and physical assault have significant correlation with social skills. In other hand, social expressivity and social control have the strongest correlation to violence in the dimensions of social skills."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Zandy Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan self esteem pada perempuan dewasa muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 101 perempuan dewasa muda. Pengukuran kekerasan dalam pacaran menggunakan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scales 2 dan pengukuran self esteem menggunakan Rosenberg Self Esteem Scale. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan self esteem perempuan dewasa muda (r = -0,252, p<0,05). Ketiga bentuk kekerasan yaitu psikologis, fisik dan seksual juga berhubungan signifikan dengan self esteem.

This research investigates the relationship between dating violence and self esteem on young women. This study uses a quantitative approach with cross sectional study design. One hundred and one young women were served as a participants in study. Measurement of dating violence using The Revised Conflict Tactics Scales 2 and measurement of self esteem using Rosenberg Self Esteem Scale. The result of study authenticate that there is a significant relationship between dating violence and self esteem on young women (r = -0,252, p<0,05). The third form of violence, that is psychological, physical, and sexual has a significant relationship with self esteem."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S44811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Auliyanti
"disadari secara langsung karena adanya pembiaran ? pembiaran (Sharpe & Taylor, 1999). Kekerasan dalam pacaran sendiri di definisikan sebagai suatu tindakan yang menekan, merusak atau melecehkan secara seksual maupun psikologis (Bird & Melville, 1994). Adanya standar ganda yang menjadi dasar utama berjalannya suatu hubungan menunjukkan tidak hanya tujuan dan cara pandang laki ? laki dan perempuan yang berbeda, tetapi menunjukkan pula bahwa laki ? laki memiliki kekuasaan lebih besar dari perempuan dalam hubungan tersebut (Dilorio, 1989 dalam Bird & Melville, 1994). Pandangan yang terbentuk dan diyakini mengenai peran laki ? laki dan perempuan dalam suatu hubungan juga tak lepas dari peran pengasuhan orangtua dan sosialisasi peran gender dalam keluarga (Norman & Collins, 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana remaja perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam pacaran memaknai relasi, cinta dan mempersepsi peran dirinya maupun pasangan mereka. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengasuhan orangtua serta pandangan gender, sehingga mereka tetap bertahan dengan kekerasan yang terjadi sebelum akhirnya keluar dari hubungan tersebut. Sampel penelitian ini adalah tiga orang remaja perempuan yang mengalami kekerasan oleh pasangan mereka dengan usia pacaran lebih dari satu tahun. Hasil penelitian menunjukkan gambaran pola pengasuhan, ideologi gender, pemaknaan terhadap cinta, dan peran pacar serta kekerasan yang beragam dan sedemikian rupa mempengaruhi bertahannya responden dalam hubungan pacaran yang berkekerasan. Pada penelitian ini juga ditemukan data yang mengarah pada kodependensi dengan pasangan yang abusive pada ketiga responden.
In dating context, violence against women cannot be directly realized because of the inattentive principle and believe that the abusive partner will change (Sharpe & Taylor, 1999). Dating violence defined as actions in dating which elements to press, to damage and to flatter sexually or psychologically (Bird & Melville, 1994). Double standard as the way a relationship should be, shows that not only are men?s goals likely to be different from women?s but males have more power in the relationship (Dilorio, 1989 on Bird & Melville, 1994). Believe toward women and men roles in a relationship cannot be separated from the role of parenting and gender socialization on family (Norman & Collins, 1995).
The purpose of this research is to find out how teenage girls who became victim of dating violence explain their dating relationship with their partners, love, also their perception of themselves and the partners. That issues influenced by parenting and gender view that has roles to form the relationship, so they keep stay on the relationship before they find way out of the abusive relationship. Sample for this research are three teenage girls who experienced dating violence in more than one years relationship with their abusive partner. The research showed variation on parenting, gender ideology, their understanding of love, relationship and violence that affect them to stay in abusive relationship. This research also found that three respondents are trapped in codependency with their abusive partner.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gustiaulia Nabila Retmono
"Online dating has become a new norm in Indonesia, with a reported 30% of Indonesians using dating applications and a 26% increase in numbers of chats sent through Bumble during the pandemic. This paper aims to explore why Bumble is chosen among other online dating applications by youths in Jakarta, and the possible implications online dating applications has on the dating culture in Jakarta. Uses and gratifications theory and cultural studies are used as concept basis of the research as we assume individual’s active and conscious choices in media consumption and dating. It is found that social integrative needs score the highest, and online dating applications provides accessibility to new connections and challenging existing stigmas and status quo regarding gender roles in dating. Users are aware of the safety risks related to online dating, hence making safety a priority among other factors when choosing an online dating application.

‘Online dating’ atau kencan online telah menjadi kebiasaan baru di Indonesia, dan data menunjukkan bahwa 30% orang Indonesia menggunakan aplikasi kencan online dan 26% peningkatan dalam jumlah chat terkirim lewat Bumble selama pandemi. Karya ini bertujuan untuk mendalami alasan orang memilih Bumble sebagai platform kecan online dibandingkan aplikasi lain, dan dampak yang mungkin aplikasi kencan online bawa pada budaya kencan di Jakarta. Teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan dan kajian budaya akan digunakan sebagai basis karya ini untuk memenuhi asumsi bahwa para individu secara aktif dan sadar memilih media yang ia konsumsi dalam berkencan. Hasil menunjukan bahwa kebutuhan social mendapatkan nilai tertinggi, dan aplikasi kencan online berdampak dalam menjalin hubungan dengan orang baru dan menantang stigma yang ada tentang peran jenis kelamin dalam berkencan. Pengguna aplikasi sudah paham resiko yang ada saat berkencan online, maka keamanan menjadi faktor utama saat memilih aplikasi kencan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>