Ditemukan 170735 dokumen yang sesuai dengan query
Septia Ningtias Rahayu Pamungkasari
"Dukungan keluarga penting bagi remaja korban perundungan agar tidak mengalami ansietas parah. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat ansietas pada remaja korban perundungan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasi dan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 201 remaja korban perundungan. Instrumen yang digunakan adalah Adolescent Peer Relations Instrument (APRI), Perceived Social Support Family (PSS-Fa), dan Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji korelasi Rank-Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat ansietas pada remaja korban perundungan (p value = 0,000 ; α = 0,05). Saran penelitian selanjutnya agar meneliti dukungan sosial lainnya yang memiliki pengaruh terhadap tingkat ansietas pada remaja korban perundungan.
Family support plays a crucial role in mitigating the severity of anxiety experienced by adolescent victims of bullying. This study aimed to investigate the relationship between family support and anxiety levels in adolescents who have been victims of bullying. This research is a quantitative study with a correlation research design and cross sectional. The sample size of 201 adolescents who had experienced bullying. The instruments utilized included the Adolescent Peer Relations Instrument (APRI), the Perceived Social Support Family (PSS-Fa), and the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). The findings of the study were analyzed using the Rank-Spearman correlation test revealed a significant correlation between family support and anxiety levels in adolescents who have been victims of bullying (p-value = 0.000; α = 0.05). Future research recommendations include exploring the influence of other forms of social support than can influence the anxiety levels in adolescents who have been victimsz of bullying."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rita Rahayu
"Kejadian bullying pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri sebesar 42.8 sesuai dengan data Dinas Pendidikan Kota Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara terapi Gestalt dan pendidikan kesehatan tentang bahaya bullying terhadap harga diri remaja korban bullying. Desain penelitian ini menggunakan Quasi-experimental pre post with kontrol group dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. Analisis menggunakan Dependen T Test dan Independen T Test. Terapi gestalt diberikan pada kelompok pertama dan pendidikan kesehatan tentang bahaya bullying diberikan pada kelompok kedua. Harga diri remaja korban bullying yang mendapatkan terapi gestalt lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan harga diri remaja korban bullying yang mendapatkan pendidikan kesehatan tentang bahaya bullying. Terapi gestalt direkomendasikan diberikan pada remaja korban bullying.
The incidence of bullying in junior high school students amounted to 42.8 according to data from the Department of Education Sukabumi. The purpose of this study was to determine the effect of the difference between Gestalt therapy and health education about the dangers of bullying against young victims of bullying dignity. This study design using Quasi experimental pre post with control group with the number of respondents as many as 40 people. Analysis using T Test Dependent and Independent T Test. Gestalt therapy is given to the first group and the health education about the dangers of bullying given to the second group. Esteem young victims of bullying are getting gestalt therapy is significantly higher than the price of adolescent victims of bullying who received health education about the dangers of bullying. Gestalt therapy is recommended given to young victims of bullying"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47188
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Risza Farah Ramadhina
"Kejadian bullying di Indonesia sudah menjadi fenomena yang sangat umum terutama di kalangan remaja. Remaja yang menjadi korban bullying menggunakan berbagai jenis strategi koping dalam menghadapi stres yang dirasakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan strategi koping pada remaja korban bullying di SMPN 2 Depok. Penelitian kuantitatif dengan jenis deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 125 siswa, yang didapatkan melalui screening bullying, dengan teknik total sampling. Hasil analisis penelitian dengan menggunakan uji kai kuadrat menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat stres dengan strategi koping p value: 0.013 . Penelitian ini merekomendasikan pada institusi pendidikan, institusi kesehatan, dan orang tua untuk lebih memperhatikan kejadian bullying di usia remaja.
The occurrence of bullying in Indonesia has become a very common phenomenon, mainly among adolescence. Adolescence who become victims of bullying apply different types of coping strategies on dealing with perceived stress. This research aimed to determine the relationship between stress level and coping strategy in adolescence victims of bullying in SMPN 2 Depok. This quantitative research with descriptive correlation is used with cross sectional approach involve 125 students, that obtained through screening bullying, with total sampling as a technique. The result from chi square test as research analysis showed that there is a positive relationship between stress level and coping strategy p value 0.013 . This research is recommended to educational institution, health institutions, and parents to pay more attention to the occurrence of bullying in adolescence."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Soimah
"Remaja korban bullying akan mengalami dampak antara lain cemas, penurunan harga diri, penurunan prestasi akademik dan depresi. Dukungan keluarga memainkan peranan penting dalam mengatasi dampak bullying. Bullying yang terjadi pada remaja berhubungan dengan depresi apabila remaja tidak mendapatkan dukungan oleh orang tuanya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman keluarga dalam memberikan dukungan terhadap remaja korban bullying. Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian berjumlah 8 orang. Analisis data dilakukan dengan metode Colaizzi.
Hasil penelitian didapatkan lima tema, yaitu kesedihan dan kemarahan sebagai respon awal terhadap bullying, saran dan motivasi merupakan bentuk dukungan keluarga pada korban bullying, strategi dukungan keluarga sebagai upaya mempercepat proses pemulihan korban bullying, hubungan antar manusia merupakan sumber dukungan dalam mengatasi dampak bullying, ketangguhan mental sebagai dampak dari dukungan keluarga pada korban bullying. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk perawat jiwa sebagai edukator bagi keluarga dalam memberikan dukungan pada remaja korban bullying.
Adolescents of bullying victims will experience impacts such as anxiety, decreased self esteem, decreased academic performance and depression. Family support plays an important role in overcoming the impact of bullying. Bullying that occurs in adolescents is associated with depression when adolescents do not get support by their parents. This study aims to obtain an overview of the family experience in providing support to adolescents bullying victims. Design of qualitative research with phenomenology approach. Participants in the study amounted to 8 people. Data analysis was done by Colaizzi method. The results of the research are five themes, namely sadness and anger as the initial response to bullying, suggestion and motivation is a form of family support to victims of bullying, family support strategy as an effort to accelerate the process of recovery of victims of bullying, human relationships is a source of support in overcoming the impact of bullying, Mentally as the impact of family support on victims of bullying. The results of this study recommend for nurse soul as educator for family in giving support to adolescents bullying victim."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47566
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Febryola Valenia
"Remaja merupakan kelompok usia yang rentan terhadap dampak negatif bulluing, baik secara fisik maupun spikologis. Dampak negatif secara psikologis pada remaja korban bullying, seperti kecemasan, rendahnya harga diri, isolasi, depresi hingga peningkatan risiko bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan risiko bunuh diri pada remaja korban bullying. Metode penelitian menggunakan desain kuantitatif deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 438 responden dipilih melalui purposive sampling, sedangkan pemilihan sekolah dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian menggunakan Perceived Social Support-Family untuk dukungan keluarga dan Suicide Severity Rating Scale untuk mengukur risiko bunuh diri. Hasil analisis uji chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara dukungan keluarga dan risiko bunuh diri pada remaja korban bullying (p<0.05). Dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga berperan penting dalam menurunkan risiko bunuh diri pada remaja korban bullying. Dukungan emosional, informasional, penghargaan dan instrumental yang diberikan keluarga membantu meningkatkan resiliensi remaja dalam menghadapi dampak bullying. Intervensi berbasis keluarga direkomendasikan sebagai strategi efektif untuk mendukung remaja korban bullying.
Adolescents are an age group that is vulnerable to the negative impacts of bullying, both physically and psychologically. The negative psychological impact on adolescent victims of bullying, such as anxiety, low self-esteem, isolation, depression to an increased risk of suicide. This study aims to analyze the relationship between family support and suicide risk in adolescent victims of bullying. The research method used a descriptive correlation quantitative design with a cross-sectional approach. The sample size of 438 respondents was selected through purposive sampling, while the selection of schools using cluster random sampling technique. The research instrument used Perceived Social Support-Family for family support and Suicide Severity Rating Scale to measure suicide risk. The results of the chi-square test analysis showed a significant relationship between family support and suicide risk in adolescent victims of bullying (p<0.05). It can be concluded that family support plays an important role in reducing the risk of suicide in adolescent victims of bullying. Emotional, informational, appreciative and instrumental support provided by the family helps increase adolescent resilience in dealing with the impact of bullying. Family-based interventions are recommended as an effective strategy to support adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tristania `Ainiyah Pandia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan kecemasan pada dewasa muda penyintas perundungan. Partisipan berjumlah 544 orang dan merupakan dewasa muda (usia 18-25 tahun) yang pernah menjadi korban perundungan pada saat SMP dan/atau SMA. Untuk memastikan bahwa partisipan benar-benar mengalami perundungan, diberikan alat ukur Multidimensional Offline and Online Peer Victimization Scale (MOOPVS) yang berfungsi sebagai seleksi atau penapis, yang mana hanya partisipan dengan tingkat perundungan sedang hingga tinggi saja yang diikutsertakan dalam penelitian. Self-compassion diukur menggunakan Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF), sementara kecemasan diukur menggunakan State-Trait Anxiety Inventory Skala Trait (STAI-T). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara self-compassion dan kecemasan pada dewasa muda penyintas perundungan. Semakin tinggi self-compassion individu, semakin rendah tingkat kecemasannya. Selain itu, ditemukan juga bahwa perempuan memiliki self-compassion yang lebih rendah dan kecemasan yang lebih tinggi daripada laki-laki.
This study was conducted to examine the correlation between self-compassion and anxiety among bullying survivors in emerging adults. Participants included 544 emerging adults (18-25 years old) who had the experience of being bullied during middle school and/or high school. To make sure all participants had bullying experience, Multidimensional Offline and Online Peer Victimization Scale (MOOPVS) was given which served as a screening tool. Only participants with moderate to high bullying experience will be included in the analysis. Self-compassion was measured with Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF). Meanwhile, anxiety was measured with State-Trait Anxiety Inventory Scale Trait (STAI-T). The result indicates that there is negative and significant correlation between self-compassion and anxiety among bullying survivors in emerging adults. High self-compassion in individuals is associated with low anxiety. Women have significantly less self-compassion and more anxiety than men."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dewi Muliaty
"Bullying marak terjadi di mana saja dan kapan saja. Umumnya bullying meningkat ketika seseorang memasuki masa SMP dan SMA. Laki-laki maupun perempuan dapat terlibat tindakan bullying, namun laki-laki lebih sering terlibat dibandingkan perempuan. Penelitian akan bullying terkait kepuasan akan tubuh lebih banyak pada perempuan, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara bullying mengenai tampilan fisik dengan body satisfaction pada remaja putra korban bullying. Pengukuran bullying dan body satisfaction menggunakan alat ukur yang disusun oleh peneliti. Partisipan berjumlah 60 siswa SMP dan SMA yang pernah menjadi korban bullying.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara bullying dengan body satisfaction pada korban (r = -0.255; p = 0.049, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi bullying yang dialami, maka semakin rendah body satisfaction remaja putra korban bullying. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masih banyak remaja putra korban bullying yang tidak puas akan tampilan fisiknya.
Bullying is a well known problem and could happened anywhere and any time. In general, bullying heightened during middle-senior high. Both male and female can be involved in bullying but males are more involved. Researches about bullying and body satisfaction are generally dominated by female participants so this research was conducted to find the correlation between appearance related bullying and body satisfaction among male adolescence victims. Bullying and body satisfaction is measured using instruments derived by researcher. The participants of this research are 60 middle high and high school male students who have the general characteristics of a victim.The main results of this research shows that there is a significant negative correlation between bullying and body satisfaction (r = -0.255; p = 0.049, significant at L.o.S 0.05). This suggests that with higher bullying actions the victims received, the victims would develop increasingly lower body satisfaction. Based on this results, it is advisable that teachers, parents and friends actively prevent and stop bullying actions. Many victims become dissatisfied with their physical appearance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Nurizzati Sharfina
"Perundungan oleh sebaya merupakan fenomena yang penting untuk dibahas karena dampaknya yang terbukti negatif pada regulasi emosi kognitif remaja akhir. Sementara itu, penelitian terdahulu menemukan bahwa perkembangan regulasi emosi kognitif dipengaruhi oleh sosialisasi emosi ibu. Penelitian ini ingin melihat peran moderasi sosialisasi emosi ibu terhadap hubungan antara perundungan oleh sebaya dan regulasi emosi kognitif remaja akhir. Remaja akhir (N=111) yang pernah mengalami perundungan di SMA diuji menggunakan Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS), Cognitive Emotion Regulation Questionnaire (CERQ), dan Emotion as A Child Scale (EAC) Abbreviated version untuk mengukur pengalaman perundungan oleh sebaya, regulasi emosi kognitif, dan persepsi sosialisasi emosi ibu, secara berurutan. Analisis statistik simple moderation menunjukkan bahwa sosialisasi emosi suportif ibu memoderasi hubungan perundungan oleh sebaya dan regulasi emosi kognitif kurang adaptif. Penelitian ini memiliki kekurangan yaitu perundungan oleh sebaya diukur secara retrospektif sehingga pemaknaan partisipan terhadap ingatan pengalaman perundungan mereka dapat mempengaruhi hasil penelitian. Selanjutnya, penelitian terkait perundungan sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu yang tidak terlalu jauh dari pengalaman partisipan.
Peer victimization is an important phenomenon to be discussed since it has proven to be harmful to adolescents’ cognitive emotion regulation. Meanwhile, studies have shown that the development of cognitive emotion regulation is influenced by maternal emotion socialization. This study aimed to explore the role of maternal emotion socialization in moderating the relationship of peer victimization and cognitive emotion regulation of late adolescents. Late adolescents (N=111) who have experienced peer victimization in high school were tested with Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS), Cognitive Emotion Regulation Questionnaire (CERQ), and Emotion as A Child Scale (EAC) Abbreviated version to measure peer victimization, cognitive emotion regulation, and maternal emotion socialization, respectively. Simple moderation analysis showed that maternal emotion socialization moderates peer victimization and maladaptive cognitive emotion regulation. Current research has a limitation in which peer victimization was measured retrospectively, thus adolescents’ meaning of their memories being victimized could affect the research’s result. Furthermore, research in peer victimization should be done in which peer victimization takes place."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dita Nur Hidayah
"Kecemasan pada remaja dapat membawa remaja pada perilaku menyimpang dan gangguan kesehatan. Aktivitas fisik dapat mengalihkan kecemasan dengan menjadikan suasana hati menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara aktivitas fisik remaja dan tingkat kecemasan yang mereka alami. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan menggunakan instrumen International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Hamilton Anxiety Rating Scale for Anxiety (HARS).
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan tipe deskriptif korelatif dan pendekatan cross sectional terhadap100 remaja SMA kelas X dan XI yang dipilih dengan quota sampling. Data dianalisis dengan uji chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat kecemasan (p=0,222;α=0,1). Kecemasan sedang berat lebih banyak dialami oleh remaja perempuan (p=0,417; CI: 95%). Peran bimbingan dan konseling di sekolah perlu ditingkatkan untuk membangun koping remaja dalam menurunkan kecemasan.
Anxiety among adolescent could lead to negative behavior and caused many health problems. Physical activity could distract the anxiety by enhancing the mood. The purpose of the study was to identify the correlation between physical activity and anxiety level of adolescent. This study used cross sectional design and descriptive method with data accumulated by questionnaire given to 100 high school students grade X and XI were selected by quota sampling and analyzed by chi square test. International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) was used to measure activity level and Hamilton Anxiety Rating Scale for Anxiety (HARS) was used to measure anxiety level. Based on correlation analysis, there were not significant correlation among anxiety level with physical activity (p= 0, 222, α= 0,1). Moderate to severe level of anxiety were more prevalent in girl adolescent (p=0,417; CI: 95%). Guidance and counseling in schools need to be improved to build positive coping to reduce anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47455
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Almira Khalisa Pradiansyah
"Penelitian ini ditujukan untuk menggali lebih mendalam tentang strategi coping dan dukungan sosial pada remaja yang pernah mengalami perundungan. Perundungan merupakan tindakan negatif individu atau kelompok yang bertujuan untuk menyakiti pihak lain, dilakukan secara berulang dan memiliki kekuatan yang tidak seimbang. Korban perundungan kerap kali menghadapi berbagai dampak berkepanjangan dan dapat berpengaruh baik secara akademis maupun nonakademis terhadap mereka hingga setelah lepas dari peristiwa tersebut. Studi kualitatif ini dilakukan dengan melakukan wawancara semi-terstruktur kepada empat orang remaja yang pernah menjadi korban perundungan berusia 17-19 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk perundungan yang dialami oleh para partisipan adalah perundungan verbal, fisik, dan relasional. Untuk mengatasi dampak negatif perundungan, partisipan melakukan strategi emotion-focused coping terlebih dahulu. Setelah kondisi emosinya dirasa tenang, partisipan melakukan problem-focused coping. Dukungan sosial yang diperoleh secara menyeluruh pada partisipan adalah dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan komunitas, dan dukungan kepercayaan diri. Penerimaan dan pemberian bantuan terhadap individu yang pernah menjadi korban perundungan dapat membuat mereka lebih terbuka dan merasa didukung. Dengan demikian lebih besar kemungkinannya untuk dapat bangkit dari trauma masa lalu.
This research is intended to dig deeper into coping strategies and social support for adolescents who have experienced bullying. Bullying is an unjustified, persistent negative action that can be committed by an individual or a group. Bullying victims frequently have a variety of long-lasting effects, which can persist both academically and non-academically long after the incident. Additionally, the social support they receive from a variety of sources (family, the school environment, and peers) is frequently inadequate. The purpose of this study was to learn more about the process participants went through, the coping strategies they employed, and the social support they experienced when confronted with bullying. In order to gather qualitative data for this study, semi-structured interviews with four bullied adolescents between the ages of 17 and 19 were undertaken. The results showed that the forms of bullying experienced by the participants were verbal, physical, and relational bullying. To overcome the negative impact of bullying, participants carried out an emotion-focused coping strategy first. After their emotional state is calm, the participants then do problem- focused coping. Social support obtained as a whole for participants is emotional support, instrumental support, community support, and confidence support. Accepting and providing assistance to individuals who have been victims of bullying can make them more open and feel supported. Thus it is more likely to be able to recover from past trauma."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library