Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fernando Donovan Hariyanto
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi peran perceived social support pada burnout terhadap perawat di rumah sakit X kelas A di Jakarta. Penelitian ini mengolah data dari 124 partisipan yang berstatus perawat berusia 22-53 tahun, bekerja di rumah sakit X kelas A di Jakarta, dan durasi lama bekerja dari 1 hingga lebih dari 10 tahun. Pengukuran tingkat perceived social support  dan burnout dilakukan dengan menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) keduanya dalam bentuk short form. Hasil analisis korelasi (r=-0.203, p<0.05) dan regresi (r=-0.203, p<0.05) terbukti bahwa terdapat peran perceived social support secara signifikan pada burnout. Dengan kata lain, makin tinggi perceived social support maka akan makin rendah tingkat burnout yang dialami oleh perawat. Pada penelitian ini juga menemukan bahwa dimensi dari perceived social support yang paling berpengaruh pada burnout adalah dimensi keluarga (p=0.003), jika dibandingkan dengan kedua dimensi yang lainnya, seperti teman (p=0.650), dan sosok yang spesial (p=0.610). Dengan demikian, hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perceived social support memiliki peran protektif terhadap burnout.

The objective of this study is to explore the role of perceived social support on burnout among nurses at Class A Hospital X in Jakarta. This research processes data from 124 participants who are nurses aged 22-53 years, working at Class A Hospital X in Jakarta, with a working duration ranging from 1 to over 10 years. The measurement of perceived social support and burnout levels was conducted using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI), both in short form. The results of the correlation analysis (r=-0.203, p<0.05) and regression analysis (r=-0.203, p<0.05) showed that perceived social support has a significant role in burnout. In other words, the higher the perceived social support, the lower the level of burnout experienced by nurses. This study also found that the dimension of perceived social support that most influences burnout is the family dimension (p=0.003), compared to the other two dimensions, such as friends (p=0.650), and significant others (p=0.610). Thus, these results are consistent with previous research indicating that perceived social support has a protective role against burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Dhien Santoso
"Burnout menjadi masalah yang persisten dan memprihatinkan bagi tenaga keperawatan akibat beban kerja dan tuntutan yang besar. Terdapat sejumlah faktor yang berperan terhadap burnout, salah satunya adalah resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran resiliensi terhadap burnout pada perawat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini adalah 126 perawat dengan rentang usia 22–53 tahun (M = 33.7; SD = 7.50) dengan minimal lama bekerja 1 tahun. Variabel resiliensi pada penelitian ini diukur menggunakan Connor–Davidson Resilience Scale (CD-RISC-10) dan variabel burnout diukur menggunakan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Pengambilan data penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dan disebarkan pada rumah sakit yang telah menyetujui untuk dijadikan tempat pengambilan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi mampu memprediksi dan menjelaskan 14.1% varians pada burnout dalam konteks perawat. Oleh karenanya, pihak rumah sakit dapat merancang berbagai metode atau strategi-strategi khusus agar dapat mendorong terbentuknya resiliensi yang tinggi pada perawat.

Burnout has become a persistent and concerning issue for nursing staff due to heavy workloads and high demands. However, there are factors that play a role in burnout, one of which is resilience. This study aims to examine the role of resilience in burnout among nurses. It is a quantitative study with a cross-sectional design. The participants in this study were 126 nurses from 22–53 years old (M = 33.7; SD = 7.50) with a minimum work experience of one year. Resilience was measured using the Connor–Davidson Resilience Scale (CD-RISC-10) and burnout was measured using the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Data collection was conducted using questionnaires distributed in hospitals that had agreed to participate. The data from 126 participants were then analyzed using simple linear regression analysis. The results of this study indicate that resilience can predict and explain 14.1% of the variance in burnout among nurses. Therefore, hospitals can design various methods or specific strategies to foster high resilience among nurses."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butsaina Safira Haq
"

Sebagai respons dari stress yang dirasakan di dalam pekerjaannya, perawat berisiko tinggi mengalami perasaan lelah secara emosional atau yang kerap disebut burnout. Pencegahan burnout pada perawat dapat dilakukan melalui beberapa mekanisme koping, di antaranya melalui peningkatan kesejahteraan spiritual. Penelitian ini menggunakan teknik regresi linear sederhana untuk melihat peran kesejahteraan spiritual terhadap burnout pada perawat dan teknik regresi linear berganda untuk melihat peran kedua dimensi kesejahteraan spiritual terhadap perawat. Penelitian ini melibatkan 126 orang perawat dari salah satu rumah sakit di Jakarta dengan rentang usia 22–53 tahun serta menggunakan Spiritual Well-Being Scale untuk mengukur kesejahteraan spiritual dan Oldenburg Burnout Inventory untuk mengukur burnout. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual secara signifikan dapat menjelaskan 14.2% varians burnout pada perawat (β = -.386, p < .001). Kedua dimensi dapat menjelaskan 19% varians burnout pada perawat, namun hanya dimensi kesejahteraan eksistensial yang secara signifikan berpengaruh terhadap burnout pada perawat (β = -.553, p < .001). Dimensi kesejahteraan religius ditemukan tidak berpengaruh terhadap burnout pada perawat. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya kesejahteraan spiritual dan kesejahteraan eksistensial yang baik pada perawat agar dapat melindungi mereka dari dampak negatif dari praktik keperawatan.


As a response to the stress they experience in the workplace, nurses are at high risk of developing burnout, which is a state of emotional exhaustion. Burnout can be prevented through employing various coping mechanisms, among which is increasing one’s spiritual well-being. This study used simple linear regression to examine the role of spiritual well-being on burnout and multiple linear regression to examine the role of both dimensions of spiritual well-being on burnout. The participants of this study were 126 nurses aged 22 to 53 years old working in a hospital in Jakarta. It used Spiritual Well-Being Scale to measure spiritual well-being and Oldenburg Burnout Inventory to measure burnout. Spiritual well-being was found to significantly explain 14.2% of the variance in the nurses’ burnout (β = -.386, p < .001). Both dimensions collectively explained 19% of the variance in burnout, but only existential well-being was able to significantly predict burnout in nurses (β = -.553, p < .001). Religious well-being was not found to have a significant effect on the nurses’ burnout. This study’s findings highlight the importance of good spiritual well-being and existential well-being in protecting nurses from the adverse effects of the nursing practices.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nabeela
"Burnout sering terjadi di kalangan tenaga kesehatan, terutama pada perawat. Pekerjaan perawat, yang membutuhkan tenaga, perhatian, serta waktu yang banyak, rentan menyebabkan work-family conflict (WFC). Penelitian ini bertujuan melihat peran work-family conflict (WFC) terhadap burnout pada perawat di Rumah Sakit Kelas A di Jakarta. Subjek penelitian didapatkan sebanyak 124 dengan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Work Family Conflict Scale (WAFCS) dan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Hasil analisis dilakukan menggunakan SPSS v.25 dan hasil menunjukkan bahwa terdapat peran work-family conflict (WFC) terhadap burnout. Dapat disimpulkan bahwa work-family conflict (WFC) memprediksi terjadinya burnout pada perawat di Rumah Sakit Kelas A di Jakarta.

Burnout is often observed among healthcare professionals, particularly nurses. The demanding task of nursing requires significant energy, attention, and time, which can lead to work-family conflict (WFC). This study aims to examine the role of work-family conflict (WFC) in burnout among nurses at a Class A Hospital in Jakarta. A total of 124 subjects were recruited using convenience sampling. The measurement tools used were the Work Family Conflict Scale (WAFCS) and the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Analysis was conducted using SPSS v.25, revealing a significant relationship between work-family conflict (WFC) and burnout. It can be concluded that work-family conflict (WFC) predicts the occurrence of burnout among nurses at a Class A Hospital in Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Della Ramdiyani
"Pelayanan keperawatan sebagai bentuk pelayanan secara profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan didasarkan ilmu kiat keperawatan secara komprehensif ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit. Pandangan Watson caring merupakan inti dari profesi keperawatan. Perawat seringkali mengeluhkan jika kegiatan diruangan sangat banyak dan tingkat ketergantungan klien yang tinggi sehingga perawat merasa lelah dan sensitif yang tampak dari ekpresi nonverbal seolah olah perawat tidak ramah dan kurang menunjukan sikap caring pada klien. Penelitian ini membahas mengenai hubungan sindrom burnout dan perilaku caring pada perawat yang berkerja di ruang rawat inap dengan menggunakan instrumen Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk mengukur tingkat burnout dan instrumen Caring Behavior Inventory (CBI) untuk mengukur tingkat caring yang dilakukan perawat. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan menggunakan teknik probability sampling terhadap 205 responden perawat yang bekerja diruang rawat inap. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa ada hubungan/korelasi negatif berkekuatan sedang antara sindrom burnout dan perilaku caring di rumah sakit X Jakarta dengan p-value= 0,000, r= -0,422 yang artinya semakin tinggi burnout maka semakin berperilaku caring rendah. Penting bagi institusi pelayanan keperawatan terutama bagian manajemen keperawatan memberikan akses layanan kesehatan mental, konseling dan dukungan psikososial yang dapat membantu perawat dalam mengelola stre dalam bekerja, mengidentifikasi tanda burnout dan mencari bantuan ketika diperlukan, mengadakan gathering dan pemberian penghargaan secara rutin sesuai dengan tugas dan tanggung jawab sehungga perawat sejahtera dan pelayanan yang diberikan akan berkualitas.

Nursing services as a form of professional service which is part of health services based on comprehensive nursing tips aimed at individuals, families, groups and communities both healthy and sick. Watson's view of caring is the core of the nursing profession. Nurses often complain if there are a lot of activities in the room and a high level of client dependence so that nurses feel tired and sensitive which can be seen from non-verbal expressions as if nurses are not friendly and do not show a caring attitude towards clients. This study discusses the relationship between burnout syndrome and caring behaviour in nurses working in inpatient rooms using the Maslach Burnout Inventory (MBI) instrument to measure the level of burnout and the Caring Behaviour Inventory (CBI) instrument to measure the level of caring by nurses. This research design uses cross sectional by using probability sampling technique to 205 nurse respondents who work in the inpatient room. Based on the results of the study, it shows that there is a moderate negative correlation between burnout syndrome and caring behaviour in X Jakarta hospital with p-value = 0.000, r = -0.422 which means that the higher the burnout, the lower the caring behaviour. It is important for nursing service institutions, especially the nursing management department, to provide access to mental health services, counselling and psychosocial support that can help nurses manage stress at work, identify signs of burnout and seek help when needed, hold regular gatherings and awards in accordance with duties and responsibilities so that nurses are prosperous and the services provided will be of high quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Sabrina Syamsul
"Perawat memegang peranan vital dalam pelayanan kesehatan. Tuntutan yang banyak serta shift kerja yang tidak seperti jam kerja pada umumnya membuat penelitian mengenai kepuasan kerja perawat penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran work-family conflict (WFC) beserta dimensi-dimensinya, work-interference-with-family (WIF) dan family-interference-with-work (FIW) terhadap kepuasan kerja pada perawat di rumah sakit di Jakarta. Partisipan penelitian adalah 124 perawat di rumah sakit X kelas A di Jakarta yang telah bekerja minimal 6 bulan dan berusia maksimal 60 tahun. WFC diukur menggunakan Work and Family Conflict Scale (WAFCS) serta kepuasan kerja dengan McCloskey-Mueller Satisfaction Scale (MMSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa WFC menurunkan kepuasan kerja (R2 = 0.056, F(1,124) = 8.36, p < 0.01). WIF dan FIW menurunkan kepuasan kerja (R2 = 0.067, F(1, 124) = 5.44, p < 0.01). Secara spesifik, pengaruh negatif WIF lebih besar dan signifikan daripada pengaruh FIW terhadap kepuasan kerja. Temuan ini dapat membantu rumah sakit mengembangkan intervensi kepuasan kerja dengan menggunakan faktor-faktor anteseden terkait WIF.

Nurses play a pivotal role in healthcare delivery, facing demanding workloads and irregular work schedules. These factors necessitate research into their job satisfaction. This study aims to examine the influence of work-family conflict (WFC) and its dimensions, work-interference-with-family (WIF) and family-interference-with-work (FIW), on job satisfaction among nurses in Jakarta hospitals. The study involved 124 nurses working at Hospital X, a Class A hospital in Jakarta who had been working at the hospital for at least 6 months and at a maximum age of 60 years old. WFC was measured using the Work and Family Conflict Scale (WAFCS), while job satisfaction was assessed using the McCloskey-Mueller Satisfaction Scale (MMSS). The findings revealed a significant negative relationship between WFC and job satisfaction (R2 = 0.056, F(1,124) = 8.36, p < 0.01). Both WIF and FIW were found to negatively impact job satisfaction (R2 = 0.067, F(1, 124) = 5.44, p < 0.01). Notably, the negative influence of WIF was stronger and more significant than that of FIW on job satisfaction. These findings can guide hospitals in developing job satisfaction interventions by targeting antecedent factors related to WIF."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Indah Cristiani
"Budaya organisasi dan komitmen organisasi memiliki peran perawat penting dalam meningkatkan motivasi serta menurunkan kelalahan kerja dan niat berpindah perawat. Dengan mempertahankan budaya organisasi dan komitmen organisasi yang baik dalam meningkatkan kinerja perawat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan budaya organisasi dan komitmen organisasi terhadap motivasi kerja, kelelahan dan niat berpindah perawat di rumah sakit. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan melibatkan 177 perawat rumah sakit di Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan secara proportional random sampling dan menggunakan e-form. Hasil penelitian mendapatkan faktor yang paling dominan mempengaruhi motivasi adalalah budaya klan, pasar, dan komitmen organisasi. Pada kelelahan kerja faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah budaya klan dan komitmen organisasi sedangkan faktor yang dominan mempengaruhi niat berpindah perawat adalah komitmen organisasi. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi RS untuk mempertahankan budaya saat ini dan meningkatkan komitmen organisasi untuk meningkatkan motivasi kerja perawat serta menurunkan kelelahan dan niat berpindah perawat.

Organizational culture and organizational commitment have an important role for nurses in increasing motivation and reducing job burnout and turnover intention. Maintaining a good organizational culture and organizational commitment can improve nurse performance. This study aims to identify the relationship between organizational culture and organizational commitment to work motivation, burnout and intention to move nurses in hospitals. This research design uses cross sectional by involving 177 nurses of hospitals in Central Jakarta. Data were collected by proportional random sampling and using e- form. The results showed that the most dominant factors influencing motivation were clan culture, market, and organizational commitment. In job burnout, the most dominant factors affecting are clan culture and organizational commitment, while the dominant factor affecting nurses' intention to move is organizational commitment. The results of this study provide input for hospitals to maintain the current culture and increase organizational commitment to increase nurses' work motivation and reduce burnout and nurse turnover intention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halya Hanuna Kirana
"Kualitas tidur buruk banyak dialami oleh perawat. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kejadian burnout pada perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan kejadian burnout pada perawat di Rumah Sakit. Penelitian kuantitatif analitik korelatif dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 337 perawat ruang rawat inap, ICU, IGD, dan rawat jalan yang dipilih dengan stratified random sampling di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Alat ukur yang digunakan adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Copenhagen Burnout Inventory (CBI). Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dan burnout pada perawat (p<0,001, α= 0.05). Selain itu didapatkan 73% perawat memiliki kualitas tidur yang buruk dan 12,2% perawat mengalami burnout berat. Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tidur dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis perawat. Kejadian burnout pada perawat perlu diminimalisir dengan meningkatkan kualitas tidur perawat. Oleh karena itu, penting bagi pihak Rumah Sakit dan perawat untuk meningkatkan sleep awareness, sehingga kualitas tidur perawat menjadi lebih optimal.

Many nurses experience poor sleep quality. Poor sleep quality can cause burnout in nurses. This study aims to determine the relationship between sleep quality and the incidence of burnout in nurses in hospitals. This correlative analytical quantitative with a cross-sectional approach involving 337 inpatient, ICU, ER, and outpatient nurses who were selected using stratified random sampling at one of the hospitals in Jakarta. The measuring instruments used are the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and the Copenhagen Burnout Inventory (CBI). Hypothesis testing was conducted with a chi-square statistical test. The results showed that there was a significant relationship between sleep quality and burnout in nurses (p=0.001, α= <0.005). Apart from that, it was found that 73% of nurses have poor sleep quality and 12.2% of nurses experienced severe burnout. This study shows that sleep quality can affect the psychological well-being of nurses. Therefore, hospitals and nurses need to increase nurses’ sleep awareness, so that nurses' sleep quality becomes more optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcella Angelia
"Individu dengan vaginismus sering menghadapi tantangan biopsikososial, termasuk masalah self-esteem. Padahal, self-esteem penting bagi kehidupan individu, terutama mereka yang rentan terhadap masalah psikologis seperti individu dengan vaginismus. Perceived social support diketahui berhubungan dengan self-esteem, tetapi penelitian pada populasi vaginismus masih terbatas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif noneksperimental yang menginvestigasi peran perceived social support terhadap self-esteem pada individu dengan vaginismus di Indonesia. Kriteria partisipan adalah pernah didiagnosis vaginismus, sedang atau pernah mengalami vaginismus, dan berdomisili di Indonesia. Penelitian melibatkan 115 partisipan penyintas dan penderita vaginismus dengan rentang usia 23-45 tahun di Indonesia. Instrumen yang digunakan adalah Rosenberg’s Self-Esteem Scale dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Analisis regresi linear menunjukkan bahwa perceived social support memprediksi self-esteem pada individu dengan vaginismus (β = .150, p < .001). Penelitian ini juga mengungkap temuan lain terkait tantangan terkait mencari pengobatan dan menerima diagnosis yang dihadapi oleh penyintas vaginismus di Indonesia.

Individuals with vaginismus often encounter biopsychosocial challenges, including issues with self-esteem. Self-esteem plays a critical role in the well-being of individuals, particularly for those vulnerable to psychological issues such as those with vaginismus. Although perceived social support is linked to self-esteem, research specifically focusing on the vaginismus population remains limited. This quantitative non-experimental study investigates the role of perceived social support in influencing self-esteem among individuals with vaginismus in Indonesia Participants were selected based on having been diagnosed with or currently experiencing vaginismus, and they resided in Indonesia. The study involved 115 participants aged between 23 and 45 years. The instruments utilized were the Rosenberg Self-Esteem Scale and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support, both translated into Indonesian. Linear regression analysis demonstrated that perceived social support significantly predicts self-esteem in individuals with vaginismus (β = .150, p < .001). The study also highlighted challenges related to seeking treatment and accepting the diagnosis faced by vaginismus survivors in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Putri Pratama
"Penelitian mengenai hubungan antara konflik kerja-keluarga (work-family conflict) dan kepuasan pernikahan pada berbagai sampel dengan karakteristik yang berbeda masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Perawat merupakan kelompok profesi yang menarik untuk diteliti terutama mengingat perpaduan tuntutan mental, emosional, dan fisik yang harus dihadapi dalam pekerjaan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara work-family conflict dengan kepuasan pernikahan pada perawat, terutama di Rumah Sakit X di Jakarta. Variabel work-family conflict diukur menggunakan Work and Family Conflict Scale (WAFCS) sedangkan kepuasan pernikahan diukur menggunakan Couple-Satisfaction Index-16 (CSI-16). Hasil penelitian menunjukkan bahwa work-family conflict berhubungan negatif secara signifikan dengan kepuasan pernikahan (r = -0.215; p < 0.05). Analisis mengenai hubungan kedua arah work-family conflict dengan kepuasan pernikahan menunjukkan bahwa arah family interference with work (FIW) memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kepuasan pernikahan (r = -0.220; p < 0.05). Sedangkan work interference with family (WIF) tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kepuasan pernikahan. Hasil tersebut berimplikasi pada pentingnya mengatasi dan memahami bagaimana keluarga dapat memengaruhi kewajiban pekerjaan untuk bisa meningkatkan kepuasan pernikahan serta keseimbangan kehidupan pekerjaan dan keluarga individu.

Studies on the relationship between work-family conflict and marital satisfaction on various samples with different characteristics still show inconsistent results. Nurses are an interesting professional group to study, especially due to the combination of mental, emotional, and physical demands that must be faced in nursing. This study aims to look at the relationship between work-family conflict and marital satisfaction in nurses, especially at Hospital X in Jakarta. Work-family conflict was measured using the Work and Family Conflict Scale (WAFCS) while marital satisfaction was measured using the Couple-Satisfaction Index-16 (CSI-16). The results showed that work-family conflict was significantly and negatively correlated with marital satisfaction (r = -0.215; p < 0.05). Analysis of the relationship between the two directions of work-family conflict and marital satisfaction showed that family interference with work (FIW) had a significant negative relationship with marital satisfaction (r = -0.220; p < 0.05). Meanwhile, work interference with family (WIF) does not have a significant correlation with marital satisfaction. These results imply the importance of addressing and understanding how family can influence work obligations to improve the individual’s marital satisfaction and work-family life balance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>