Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roslily Hanna
"Diskriminasi berbasis agama kerap menjadi isu yang tidak terpisahkan dalam kehidupan Masyarakat Indonesia, tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Tulisan ini mengangkat cerita tentang narasi toleransi dan diskriminasi berbasis agama yang terjadi di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Tangerang Selatan. Bagaimana diskriminasi berbasis agama terjadi di sekolah tidak terlepas dari figure of hegemony yang ada di sekolah, terutama sebagian guru dan otoritas sekolah. Diskriminasi berbasis agama yang terjadi di sekolah juga hadir dengan berbagai bentuk yang bervariasi. Mulai dari larangan melakukan perayaan acara Natal di sekolah, sulitnya perizinan untuk menggunakan ruang kelas untuk beribadah, bias dalam mengatur aturan berpakaian di sekolah, serta menerapkan aturan-aturan tertentu dalam kegiatan dan ruang belajar di sekolah. Hegemony dalam beragama yang terjadi di sekolah tentunya juga tidak terlepas dari counter-hegemony. Pada bagian keempat tulisan ini akan spesifik menceritakan proses counter-hegemony yang terjadi di sekolah. Terutama melalui peranan guru di kelas memberikan informasi kepada siswa terkait dengan sudut pandang lain dalam melihat narasi toleransi selain dari sudut pandang hegemony, kegiatan OSIS, dan juga diskusi lintas agama antara guru dan siswa.

Religious discrimination has long been an issue that seems near inseparable from Indonesian society, the education system being a sphere that is not exempt from that very fact. This paper aims to discuss how religious discrimination takes hold at a public high school in the city of Tangerang Selatan. Diving into how religious discrimination are inextricably linked to figures of hegemony at school, as such teachers and other school authorities. Religious discrimination at school also takes shape in a multitude of forms. From banning Christmas celebrations at school, to the difficulty of receiving permits from school authorities to use classrooms for religious prayer, biases in school dress codes, and other select rules that applied certain religious identities. Although, this religious hegemony has not stood without resistance from counter-hegemony. Counter-hegemony in this case refers to the role of teachers in the classroom informing students on different perspective to see religious discrimination other than the hegemonic point of view, student council events, and interfaith dialogue between teachers and students."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicky Chairani Isa Chamidi
"ABSTRACT
Dalam beberapa tahun belakangan, sikap yang mengarah pada intoleransi beragama pada guru di Indonesia cenderung meningkat. Studi-studi sebelumnya hanya menjadikan faktor ekonomi dan tingkat pendidikan sebagai faktor utama yang dapat membentuk sikap toleransi maupun intoleransi beragama dalam diri individu. Berbeda dengan studi-studi sebelumnya, argumentasi dalam tulisan ini adalah jaringan sosial dan lingkungan keluarga sebagai faktor lain yang juga dapat berperan dalam membentuk sikap toleransi-intoleransi beragama pada guru. Studi ini secara khusus menggambarkan sikap toleransi-intoleransi beragama pada guru di Kota Tangerang dan faktor yang melatarbelakangi sikap tersebut. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam.

ABSTRACT
In recent decades, teachers attitudes that lead to religious intolerance tended to be increased in Indonesia. Previous studies show that the economic factor and the level of education are the main factors that can shape religious tolerance or intolerance attitudes. In contrast with the previous studies, the argumentation on this paper are social network and family environment as another factors those play important roles in shaping religious tolerance intolerance attitudes of teachers. This study specifically illustrates the case of teachers religious tolerance intolerance attitudes in Tangerang City and the factors that shaping their attitude. This study uses qualitative method with the data collection conducted through in depth interview. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Eka Pratiwi
"ABSTRAK
Sistem pendidikan dan sekolah memiliki kontribusi besar untuk mendorong toleransi beragama siswa. Salah satu cara termudah untuk mendorong toleransi beragama adalah dengan memberikan pengetahuan yang cukup mengenai kepercayaan dan keragaman. Di Indonesia, nilai keragaman dan toleransi diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Idealnya, semakin baik nilai PKn seorang siswa, semakin baik pula probabilitas siswa menunjukkan toleransi beragama. Namun, ketika menyangkut sikap, pengaruh lingkungan dan nilai-nilai yang dianut subjek juga patut dipertimbangkan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bukti-bukti tentang bagaimana sikap yang ditanamkan di rumah dan sekolah berkontribusi pada sikap siswa. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya intellectual humility sebagai virtue untuk mendorong sikap positif seperti toleransi beragama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar peran nilai PKn, toleransi beragama orang tua, toleransi beragama guru, dan intellectual humility dalam memprediksi toleransi beragama siswa. Penelitian ini dilakukan pada 182 partisipan siswa SMA, 182 orang tua siswa, dan 62 guru. Penelitian ini menggunakan alat ukur Toleransi Beragama untuk mengukur variabel sikap toleransi beragama siswa, orang tua, dan guru, serta menggunakan alat ukur Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) untuk mengukur variabel IH. Pengambilan sampel pada penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan metode convenience sampling. Data dianalisis menggunakan multiple regression analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel secara bersama-sama dapat memprediksi toleransi beragama siswa SMA (F(4, 177) = 15,05, p < 0,000), R2 = 0,254. Namun, ketika dilakukan regresi parsial, hanya toleransi agama orang tua dan intellectual humility yang signifikan memprediksi toleransi beragama sampel. Ini menyiratkan bahwa sikap orang tua lebih berperan daripada kontribusi sekolah. Namun, fakta bahwa intellectual humility berkontribusi secara signifikan dapat dianggap sebagai peluang bagi sekolah atau institusi pendidikan lainnya untuk menerapkan virtue ini ke dalam sistem. Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi sekolah atau lembaga pendidikan untuk mendorong siswa agar memiliki virtue dan sikap positif, terutama intellectual humility dan toleransi beragama. Keterbatasan yang ditemukan dari penelitian ini adalah adanya penolakan yang terjadi terkait pengukuran toleransi beragama yang disebabkan oleh karakteristik budaya partisipan.

ABSTRACT
The education and school system have a major contribution to encourage religious tolerance of students. One of the easiest ways to encourage religious tolerance is to provide sufficient information regarding beliefs and diversity. In Indonesia, the value of diversity and tolerance is well introduced in civic education. Ideally, the better the subject's performance score, the better the probability of students showing religious tolerance. However, in terms of attitudes, the influence of the community and the virtues of the subjects are also worth considering. Previous research has shown numerous evidence of how shared attitudes at home and school contributes to student attitudes. Recent research also shows the significance of intellectual humility as a virtue to promote positive attitudes such as religious tolerance. This study aims to see how much civic education performance, parents' religious tolerance, teachers' religious tolerance, and intellectual humility can predict students' religious tolerance. This research was conducted on 182 participants of high school students, 182 parents, and 62 teachers. This study uses the Religious Tolerance measurement to measure the variable of religious tolerance of students, parents, and teachers, wereas using the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) to measure the IH variable. Sampling method used by this study was convenience sampling. Data were analyzed using multiple regression analysis. The results of this study indicate that all variables together can predict the religious tolerance of high school students (F (4, 177) = 15.05, p <0.000), R2 = 0.254. Interestingly, the partial regression analysis shows that only parents' religious tolerance and intellectual humility can significantly predict the sample's religious tolerance. This implies that parents' attitudes matter more than school contributions. However, the fact that intellectual humility contributes significantly can be seen as the opportunity for schools to implement the virtue into their systems. This study provides some implications for schools or educational institutions about virtue and positive attitude encouragement, especially regarding intellectual humility and religious tolerance. A few limitations found in this study is including the refusal that occurs related to the measurement of religious tolerance caused by the cultural characteristics of the participants."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melva Rizqiana
"Studi kualitatif ini menganalisis sistem toleransi yang ada pada tingkat interaksional dalam transportasi publik. Berdasarkan studi terdahulu, analisis interaksi dalam transportasi publik telah dilakukan pada level mikro atau makro. Berangkat dari pemikiran strukturasi Anthony Giddens, studi ini mengeksplorasi bagaimana agen mereproduksi toleransi di KRL Commuter Line dengan menekankan analisis hubungan agen dan struktur. Penelitian ini menemukan bahwa agen melihat aturan memberikan kursi kepada penumpang yang membutuhkan sebagai bentuk toleransi dalam transportasi publik. Adapun agensi tersebut direproduksi berdasarkan refleksivitas agen melalui perilaku pemanfaatan tata ruang, aturan, dan sumber daya secara spasial. Lebih lanjut, penelitian ini menemukan adanya keunikan dalam dualitas peran Petugas Pengawalan Kereta (Walka) yang merupakan salah satu instrumen struktural KRL sekaligus agen penting yang terlibat dalam reproduksi toleransi melalui agensi mereka. Berkaitan dengan teori strukturasi, studi juga menjelaskan faktor-faktor pendukung dan penghambat beserta bentuk tindakan agen yang menentang praktik berkaitan dengan toleransi. Selain itu, meskipun jarang dibahas dalam wacana publik, sistem tersebut nyatanya hadir sebagai konsekuensi penerapan aturan yang dilembagakan oleh PT. KCI dari tingkat agensi ke level sistem sosial.

This qualitative study analyzes the existing system of tolerance on the interactional level in public transportation. Over the course of interaction studies in public transportation, many of them have explained interaction analysis between micro or macro analysis. Building from Anthony Giddens structuration theory, the study explores how agents reproduce tolerance in the KRL Commuter Line based on the analysis of both agents and structure relation. Based on the findings, the author found that agents perceived the rule of yielding the seat to passengers in need as a form of tolerance in the shared space of public transportation. Respective to the circumstances passengers find themselves in, the agency was reproduced based on the agents reflexivity through spatial conduct of rules and resources. However, uniquely exist in the latter findings is Petugas Pengawalan Kereta (Walka), one of the structural instruments of the KRL had become an important agent involved in the reproduction of tolerance through their agencies. Appraising the structuration theory, this study also explains the enabling and constraining factors and how agents challenge the practice associated with tolerance. Although it is not apparent in public discourse, the system is an unintended consequence of the institutionalized rules applied by PT. KCI from the agency to the social system level."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Rahmadianty
"Banyaknya waktu yang digunakan masyarakat perkotaan untuk beraktivitas di dalam ruangan dapat menimbulkan masalah kesehatan akibat kualitas udara di dalam ruangan, seperti Sick Building Syndrome SBS . Tidak hanya pada pekerja di perkantoran, siswa sekolah juga berisiko terhadap SBS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah koloni bakteri di udara dalam ruang kelas dengan kejadian SBS pada siswa di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan. Digunakan desain studi cross-sectional dengan variabel independen adalah jumlah koloni bakteri; variabel independen adalah kejadian SBS; dan suhu, kelembaban, pencahayaan, jenis kelamin, status gizi, riwayat alergi, riwayat asthma, hewan peliharaan, kebiasaan melewatkan sarapan, kebiasaan berolahraga, kebiasaan mengonsumsi camilan, serta kebiasaan merokok adalah variabel kovariat. Analisis statistik menunjukkan proporsi kejadian SBS sebesar 59,8 dan jumlah koloni bakteri tidak berhubungan signifikan dengan kejadian SBS. Riwayat asthma, kebiasaan melewatkan sarapan, dan kebiasaan berolahraga berhubungan signifikan dengan kejadian SBS. Siswa yang berada di kelas dengan jumlah koloni bakteri di udara< 135 koloni berisiko mengalami kejadian SBS 1,677 kali lebih tinggi, setelah dikontrol oleh variabel kebiasaan sarapan, kebiasaan berolahraga, dan pencahayaan.

It has been estimated that people spend almost 90 of their time indoors, mainly in urban areas. This could lead to health problems caused by the indoor air quality, such as Sick Building Syndrome SBS . Besides the office workers population, there is also increasing concern about SBS problem in school student. Using cross sectional study design, the associations between total indoor air bacterial count in the classroom and SBS in students of 2 Tangerang Selatan High School was investigated. We determined the total bacterial count as dependent variable SBS incidence as independent variabel classroom temperature, humidity, and lighting intensity as environmental covariate variables and gender, nutritional status, history of allergy and asthma pet ownership skipping breakfast snacking habit exercising habit and smoking habit as individual covariate variables. Statistical analysis results showed a high proportion of SBS 59,8 and the total indoor air bacterial count is not significantly associated with SBS. History of asthma, skipping breakfast, and exercising habit are significantly associated with SBS. Students who are studying in classroom with total bacterial count 135 colony have 1,677 times higher risk of experiencing SBS than the non risk group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Syahid Izharuddin
"ABSTRAK
Selama bertahun-tahun, toleransi beragama di antara kelompok agama telah menjadi masalah sosiopolitik kritis di Indonesia dan di seluruh dunia. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang menyelidiki mekanisme psikologis yang mungkin mendasari munculnya toleransi pada orang beragama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah peran kerendahan hati intelektual dan fleksibilitas kognitif dalam memprediksi hubungan antara religiusitas dan toleransi beragama tergantung pada tingkat agresivitas. Kami menggunakan analisis mediasi atas data religiusitas, kerendahan hati intelektual, fleksibilitas kognitif, dan agresivitas dari 226 mahasiswa Muslim Indonesia untuk menguji prediksi kami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerendahan hati intelektual dan fleksibilitas kognitif secara signifikan memediasi pengaruh religiusitas dalam meningkatkan toleransi beragama. Seperti yang diperkirakan, kerendahan hati intelektual adalah mediator yang lebih kuat pada orang-orang beragama yang memiliki tingkat agresivitas yang tinggi, sedangkan fleksibilitas kognitif adalah mediator yang lebih kuat pada orang-orang beragama dengan tingkat agresivitas yang rendah. Oleh karena itu, tingkat agresivitas orang beragama menentukan apakah kerendahan hati intelektual atau fleksibilitas kognitif akan menjadi faktor yang efektif dalam meningkatkan toleransi beragama. Temuan kami menunjukkan pentingnya mengembangkan kerendahan hati intelektual dan fleksibilitas kognitif untuk mempromosikan perilaku toleran di antara umat beragama.

ABSTRACT
Over the years, religious tolerance between religious groups has become a critical sociopolitical problem in Indonesia and throughout the world. To date, there has been no study that has investigated psychological mechanism which might underlie the emergence of tolerance in religious people. The purpose of this study is to investigate whether the roles of intellectual humility and cognitive flexibility in predicting the relationship between religiosity and religious tolerance are dependent on the levels of aggressiveness. We employed mediation analyses over data of religiosity, intellectual humility, cognitive flexibility, and aggressiveness from 226 Indonesian-Moslem students to test our predictions. The results showed that intellectual humility and cognitive flexibility significantly mediated the influence of religiosity in increasing religious tolerance. As predicted, intellectual humility is a stronger mediator in religious people who possess high level of aggressiveness, while cognitive flexibility is a stronger mediator in religious people with low level of aggressiveness. Hence, the level of aggressiveness of a religious person determines whether intellectual humility or cognitive flexibility would be an effective factor in increasing his/her religious tolerance. Our findings suggest the importance of developing intellectual humility and cognitive flexibility to promote tolerant behavior among religious people."
2019
T55223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dearni Thalia
"Mempraktikkan toleransi beragama masih menjadi masalah di Kota Depok. Toleransi beragama sendiri dapat dipahami sebagai perilaku menghormati atau menghargai individu lain yang memiliki kepercayaan berbeda, serta tidak menghalangi penganut kepercayaan lain dalam menjalankan agamanya. Penelitian terdahulu menemukan bahwa kerendahan hati intelektual sebagai suatu kebajikan berkaitan dengan toleransi beragama. Akan tetapi, belum mempertimbangkan keberagaman agama dalam penelitian yang dilakukan. Kerendahan hati intelektual tersebut dapat dipahami sebagai kesadaran individu bahwa dirinya bisa saja salah tanpa merasa terserang oleh pendapat-pendapat lain yang berbeda dengannya. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerendahan hati intelektual dengan toleransi beragama pada emerging adult yang menjalani pendidikan di Kota Depok. Partisipan dalam penelitian ini adalah emerging adult berusia 18–25 tahun (M = 21.33 dan SD = 1.26) yang pernah atau sedang menjalani pendidikan di Kota Depok dengan lingkungan yang terdiri dari keberagaman agama (N = 146). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) dan Religious Tolerance Measurement. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kerendahan hati intelektual dan toleransi beragama r(146) = 0.257, p < 0.01, one-tailed. Implikasi penelitian ini adalah institusi pendidikan diharapkan dapat lebih mempromosikan kerendahan hati intelektual dan toleransi beragama karena tidak hanya memungkinkan pelajar untuk dapat terbuka pada pengetahuan-pengetahuan baru, namun juga dapat menghindari konflik-konflik interpersonal dalam lingkungan yang terdiri dari keberagaman dan perbedaan.

Practicing religious tolerance still becomes an issue in Depok. Religious tolerance itself can be understood as respectful behaviours and attitudes toward individuals from different beliefs and does not interfere with their religious practices. Previous research found intellectual humility as a virtue related to religious tolerance. However, they have not considered religious diversity in their research. Intellectual humility can be understood as one's non-threatening awareness of their intellectual fallibility. This study aims to determine the relationship between intellectual humility and religious tolerance in emerging adults who have attended education in Depok. Participants in this study were emerging adults aged 18–25 years old (M = 21.33 and SD = 1.26) who had or are currently studying in Depok with an environment consisting of religious diversity (N = 146). The research instruments used were the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) and the Religious Tolerance Measurement. The result shows that there is a positive and significant relationship between intellectual humility and religious tolerance r(146) = 0.257, p < 0.01, one-tailed.. This research implies that educational institutions are expected to promote intellectual humility because not only does it allow students to be open to new knowledge, but also to avoid interpersonal conflicts in an environment consisting of diversity and differences."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Nurul Mufidah
"ABSTRAK
Penelitian ini mengamati hubungan antara konformitas dan perilaku prososial
terhadap toleransi beragama remaja muslim di wilayah DKI Jakarta. Penelitian
bersifat kuantitatif dengan metode pendekatan survei kuesioner yang dianalisis
dengan menggunakan teknik Analisa Regresi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner adaptasi Socio-Religious Tolerance, konstruk alat ukur Konformitas, dan kuesioner adaptasi Prosocial Tendencies Measure-Revised. Sampel penelitian adalah remaja muslim yang mengikuti kegiatan organisasi masyarakat yaitu Jama'ah Tabligh, FPI, dan Kelompok Tarbiyah. Pemilihan responden menggunakan teknik non probability dan convenience sampling dari tiga organisasi masyarakat di DKI Jakarta. Data primer yang diperoleh dari 300 responden (n=300) berusia 16-18 tahun. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2018. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yaitu konformitas dan perilaku prososial dengan uji F berpengaruh terhadap toleransi beragama. Hasil secara parsial dengan uji t menunjukkan bahwa, variabel konformitas dan perilaku prososial berpengaruh secara parsial terhadap toleransi beragama dengan tingkat
signifikansi 10,23% dan 15,07%.

ABSTRACT
This research observing the relationship between conformity and behavior prososial against one form of religious tolerance muslim teens in jakarta area. Quantitative methods of research with a questionnaire that survey analyzed by using a technique regression analysis. The questionnaires used is the questionnaire adaptation socioreligious tolerance, construct a measuring instrument conformity, and questionnaires adaptation prosocial measure-revised tendencies. The research sample is muslim teens who follow community organizations Jama' ah Tabligh, FPI, and clusters of preacher. The selection of respondents had to use the technique of non probability and convenience of sampling of three community organization in Jakarta. Primary
data obtained from 300 respondents ( n = 300 ) aged 16-18 years. The research was done in october to november 2018. The results of the study simultaneously shows that variables independent namely conformity and behavior prososial by test f impact on form of religious tolerance. The result in partial by test t shows that, variable conformity and behavior prososial influential in partial to form of religious tolerance with a significance 10,23 % and 15,07 %."
2019
T52513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ramadhani Nugraha
"ABSTRACT
Permasalahan yang sering timbul karena adanya imigran adalah isu toleransi, kepedulian, dan multikulturalisme, meskipun imigran bukanlah sesuatu yang baru. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan imigran biasanya hanya merupakan kebijakan jangka pendek. Padahal tanpa disadari, anak-anak juga ikut menjadi korban dari isu-isu tersebut dan hanya mendapatkan sedikit perhatian. Banyak yang sering lupa bahwa anak-anak merupakan agen perubahan yang bisa memberikan dampak jangka panjang apabila kesadaran mereka terhadap isu-isu terkait sudah diberikan sejak dini. Salah satu cara untuk menimbulkan kesadaran tersebut adalah melalui narasi. Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana dua cerita mengenai permasalahan imigran dalam dua periode yang berbeda dan berasal dari Jerman yakni Bestimmt wird alles gut dan Fremder Bruder menampilkan isu toleransi, kepedulian, dan multikulturalisme dalam cerita anak-anak. Untuk menjelaskannya, penulis menggunakan dua teori, yakni strategi narasi dan sosiologi sastra. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengamatan yang baik dan pemilihan strategi yang tepat dari penulis karya sastra mampu menjelaskan isu maupun situasi yang kompleks dengan baik, mudah dipahami, dan tetap menyenangkan bagi anak-anak. Tidak hanya menyenangkan, tetapi strategi narasi ini juga memiliki dampak terhadap cara berpikir dan bersikap yang akhirnya ditunjukkan anak-anak setelah membaca karya sastra tersebut.

ABSTRACT
The problems that often arise because of the existence of immigrants is the issue of tolerance, careness, and multiculturalism, although immigrants are not something new. The steps taken to solve immigrant problems are usually only short-term policies. Yet unknowingly, children also become victims of these issues and just get a little attention. Many people often forget that children are agents of change that can have long-term effects if their awareness of related issues is given early on. One way to generate that awareness is through narration. This research will explain how the two stories of immigrant problems in two different periods and derived from Germany entitled Bestimmt wird alles gut and Fremder Bruder present issues of tolerance, careness and multiculturalism in children's stories. To explain it, the author uses two theories, narrative strategy and sociology of literature. The results of this study indicate that good observation and proper selection of strategies from literary authors are able to explain complex issues and situations well, easily understood, and remain fun for children. Not only is fun, but this narrative strategy also has an impact on the way of thinking and attitude that children end up showing after reading the literary works."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Nobel kurniawan
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses sosialisasi nilai toleransi beragama siswa melalui peran kurikulum terselubung. Pendidikan toleransi dibutuhkan untuk menjawab persoalan radikalisme yang sedang berkembang di masyarakat dan lembaga pendidikan Indonesia. Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan mixed method dalam mengumpulkan data. Hasil studi menunjukkan bahwa persepsi siswa yang toleran dibentuk melalui kurikulum terselubung, melalui aspek formal dan informal. Toleransi masih menyisakan ruang bagi kekerasan simbolik. Pendidikan multikultural adalah sebuah proses yang inklusif. Selain struktur formal, agensi relasional melibatkan partisipasi individu untuk membangun komunitas multireligius sekolah yang inklusif.

ABSTRACT
This study describes the socialisation of religious tolerance through the hidden curriculum. Tolerance education is necessary to answer the spread of religious radicalism in the society and institution of education. This research applies the qualitative approach, strategised with mixed method. The result shows that students rsquo perspective on religious tolerance is socialised formally and informally by the hidden curriculum. Despite that, this study discovers that tolerance has reserved a vulnerable room for symbolic violence. Multicultural education is a continual process of inclusion. Besides the school rsquo s formal structure, relational agency can be exercised through the school rsquo s informal culture to build an inclusive multireligious community."
2017
S65587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>