Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 226637 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mario Raka Pratama
"PT X merupakan sebuah perusahaan tambang di Papua Tengah, melaporkan bahwa selama pandemi Covid-19, 57.8% pekerja mengalami burnout, 47.7% stres, dan 51.4% depresi. Divisi geoteknikal PT X, yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi dan mobilitas tinggi, menghadapi faktor risiko gangguan psikososial yang signifikan. Penelitian tahun 2024 bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko ini dan memberikan rekomendasi untuk pengelolaan gangguan psikososial, mendukung komitmen perusahaan dalam pencegahan, perlindungan, promosi, dan dukungan kesehatan mental karyawan. Studi ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang deskriptif analitik di divisi geoteknikal PT X di Tembagapura dan Timika, Papua, dari April hingga Mei 2024. Populasi penelitian terdiri dari 644 karyawan, dengan 323 responden yang dipilih secara acak sederhana. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner COPSOQ III dan DASS-21. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gejala depresi 12.38%, ansietas 17.96%, dan stres kerja 21.67% di antara karyawan divisi geoteknikal PT X tahun 2024, dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Faktor individu, pekerjaan, organisasional, interpersonal, dan sosial berkontribusi signifikan terhadap gejala-gejala tersebut. Perusahaan disarankan mengadopsi strategi intervensi komprehensif untuk mengelola dan mencegah gangguan psikososial di kalangan karyawan.

PT X is a mining company in Central Papua, reported that during the Covid-19 pandemic, 57.8% of its employees’ experienced burnout, 47.7% experienced stress, and 51.4% experienced depression. PT X's geotechnical division, characterized by high-risk and high-mobility roles, faces significant psychosocial risk factors. The 2024 study aimed to identify these risk factors and provide recommendations for managing psychosocial disorders, supporting the company's commitment to prevention, protection, promotion, and support for employees' mental health. This quantitative study employed a cross-sectional descriptive analytic design in PT X's geotechnical division in Tembagapura and Timika, Papua, from April to May 2024. The study population comprised 644 employees, with 323 randomly selected respondents. Data were collected using COPSOQ III and DASS-21 questionnaires. The research findings revealed a prevalence of 12.38% for depression, 17.96% for anxiety, and 21.67% for work stress among PT X's geotechnical division employees in 2024, with varying severity levels. Individual, occupational, organizational, interpersonal, and social factors significantly contributed to these symptoms. The company is advised to adopt a comprehensive intervention strategy to manage and prevent psychosocial disorders among its employees."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Wiarsih
"Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah perubahan kejiwaan. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul adalah gangguan proses pikir yangditnadai dengan lupa, pikun, bingung dan curiga; gangguan perasaan diantaranya ditandai dengan kelelahan, acuh tak acuh, mudah tersinggung; gangguan fisik/somatik tanpa penyebab yang jelas meliputi gangguan pola tidur, gangguan makan dan minum; ganggugan perilaku ditandai dengan enggan berhubungan dengan orang lain dan ketidakmampuan merawat diri sendiri.
keluarga merupakan masyarakat terkecil dimana lansian berada. Perubahan kejiwaan pada lansia akan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Oleh karena itu keluarga dan lansia perlu mengetahui perubahan kejiwaan pada lansian agar dapat mencegah terjadinya gangguan jiwa pada lansia. Keterlibatan keluarga akan menentukan keberhasilan perawatan kesehatan jiwa lansia yang digambarkan pada tulisan ini.

Changing in physical and psychosocial in elderly associated with aging. The observed changes represent the cummulative effects of heredity, environment, nutrition, rest, activity and altered health state while the most observed changes in psychosocial state of the elderly such as forgetfulness, memory loss, narrowed, attention spans, confusional states and impairment of their mind and emotional states increased accompany with their physical state.
Family is the closest person around the elderly, a caring attitude, calm conversation and promotion of the comfort contribute to the relief of confusional states, and also emotional support helps the family cope with the elderly persons disorientation and confusion. Family is the most important person to help the elderly in maintaining their health states physically and psychosocially.
"
1999
JJKI-2-7-Sept1999-253
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Hidayati
"ABSTRAK
Ketidakberdayaan merupakan salah satu masalah kesehatan psikososial yang sering dialami oleh masyarakat perkotaan. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan Chronic Kidney Disease CKD . Penulis melakukan asuhan keperawatan psikososial selama 5 hari kepada klien yang mengalami ketidakberdayaan. CKD menimbulkan berbagai permasalahan yang turut menjadi salah satu penyebab ketidakberdayaan. Intervensi yang diberikan berupa rangkaian strategi pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial ketidakberdayaan. Evaluasi hasil implementasi keperawatan psikososial ketidakberdayaan perlu dikembangkan dan diimplementasikan di ruang perawatan umum. Kata kunci :Chronic Kidney Disease CKD , Ketidakberdayaan, masyarakat perkotaanKetidakberdayaan merupakan salah satu masalah kesehatan psikososial yang sering dialami oleh masyarakat perkotaan. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan Chronic Kidney Disease CKD . Penulis melakukan asuhan keperawatan psikososial selama 5 hari kepada klien yang mengalami ketidakberdayaan. CKD menimbulkan berbagai permasalahan yang turut menjadi salah satu penyebab ketidakberdayaan. Intervensi yang diberikan berupa rangkaian strategi pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial ketidakberdayaan. Evaluasi hasil implementasi keperawatan psikososial ketidakberdayaan perlu dikembangkan dan diimplementasikan di ruang perawatan umum. Kata kunci :Chronic Kidney Disease CKD , Ketidakberdayaan, masyarakat perkotaan

ABSTRACT
Powerlessness is a form of psychosocial health problem which is experienced more by those living in urban societies. This paper intends to provide an describe of nursing care to powerlessness issues on a client with Chronic Kidney Disease CKD . The author conducted psychosocial nursing care for a period of five days to a client experiencing moderate powerlessness. CKD raised various problems, which in turn became a cause of the ensuing powerlessness issues. Intervention provided was in the form of series nursing care strategies related to the powerlessness. Evaluation of the implementation results demonstrated that signs of powerlessness on client decreased. Psychosocial nursing care intervention of powerlessness need to be developed and implemented at patient general care wards. Keywords Chronic kidney disease , Powerlessness, urban community"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Thalia
"Studi literatur menunjukkan bahwa perundungan dapat diturunkan jika para siswa yang menjadi saksi perundungan bersedia menolong korban. Kesediaan menolong korban perundungan sangat tergantung pada efikasi diri maupun efikasi komunitas mereka. Namun dampak bagi saksi siswa yang bersedia menolong masih kontradiktif; ada studi yang menunjukkan bahwa saksi penolong korban akan meningkat self esteemnya, dan ada studi-studi lain yang menunjukkan bahwa saksi penolong dan pendukung pelaku yang akan mengalami kesulitan psikososial. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model terbentuknya permasalahan psikososial yang dapat menjelaskan peranan keyakinan efikasi diri, keyakinan efikasi komunitas dan perilaku menolong saksi. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 239 siswa. Dari pengihitungan SEM didapatkan bahwa kesulitan psikososial akan meningkat dengan menurunnya keyakinan efikasi diri melalui mediator perilaku mendukung pelaku. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku mendukung pelaku lebih rentan mengalami kesulitan psikososial dibandingkan perilaku menolong korban.

Literature studies show that bullying can be reduced if students who bystander bullying are willing to help the victims. Willingness to help victims of bullying is very dependent on their self-efficacy and collective efficacy. But the impact for student bystander who are willing to help is still contradictory; some studies show that the self-esteem of defender will be increased, and other studies show that defender and prepetrator supporter will experience psychosocial difficulties. This study aims to find a model for the formation of psychosocial problems that can explain the role of self-efficacy beliefs, collective efficacy beliefs, and bystander’s helping behavior. This study was conducted by a survey method using a questionnaire. Participants in this study were 239 students. From the SEM calculation found that psychosocial difficulties would be increased with the decrease of self-efficacy beliefs through mediators of behavior of supporting perpretrator. Based on this result, it can be concluded that the behavior of supporting prepetrator is more prone to experiencing psychosocial difficulties than the behavior of helping the victim."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T54525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yuliati
"ABSTRAK
Jumlah penduduk perkotaan cenderung meningkat setiap tahunnya dan berdampak pada meningkatnya masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Salah satu masalah kesehatan yang muncul akibat gaya hidup yang buruk di perkotaan yaitu gagal ginjal kronik. Perjalanan penyakit yang panjang, komplikasi yang sering muncul, serta terapi hemodialisa yang dilakukan secara rutin sering menimbulkan masalah psikososial seperti ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu yang memandang dirinya tidak mampu melakukan sesuatu yang bermakna dan tidak mampu mengontrol situasi. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan analisis asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien Bapak I dengan gagal ginjal kronik. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi latihan berpikir positif dan afirmasi positif. Evaluasi hasil implementasi menunjukkan terjadinya penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan pada klien skor meningkat dari 40 menjadi 48 . Perlu dilakukan kolaborasi intervensi keperawatan generalis dan spesialis agar didapatkan hasil yang lebih optimal.Kata kunci: afirmasi positif, gagal ginjal kronis, ketidakberdayaan, latihan berpikir positif

ABSTRACT
The number of urban population is increasing every year which impacts on the increasing urban health problems. One of the health problems which comes from poor urban lifestyle is chronic kidney disease. The long course of the disease, frequent complications, and routine hemodialysis therapy often lead to psychosocial problems such as powerlessness. Powerlessness is the perception of individuals who see themselves incapable of doing something meaningful and unable to control the situation. The writing of this final paper aims to provide the analysis of powerlessness nursing care to clients Bapak I with chronic kidney disease. Evaluation of the implementation showed a decrease in signs and symptoms of powerlessness on the client the score increases from 40 to 48 . It is necessary to collaborate with generalist and specialist nursing interventions in order to obtain more optimal results.Keywords chronic kidney disease, positive affirmation, positive thinking exercise, powerlessness"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasywa Salwa Rosydiwo
"Skripsi ini membahas gambaran faktor psikososial pada pekerja di PT X tahun 2023 yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor psikososial yang mencakup konten dan konteks pekerjaan, mengingat belum adanya upaya manajemen risiko psikososial di PT X sebagai perusahaan konsultan lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada 39 pekerja di PT X selama bulan Juni 2023. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan metode campuran (mix method) yang mencakup pengisian kuesioner dan pelaksanaan wawancara mendalam yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 variabel karakteristik yang diteliti, seluruhnya berada pada kateogori baik yang dibuktikan dengan nilai mean >3,50. Karakteristik yang dipersepsikan paling baik adalah hubungan interpersonal di tempat kerja (5,14), sedangkan karakteristik yang memerlukan perhatian khusus—meskipun masih ada pada kategori baik—yaitu pengembangan karir (3,62), beban dan kecepatan kerja (3,91), dan jadwal kerja (4,00). Selain itu, berbagai upaya pengendalian psikososial juga sudah terimplementasi di PT X, tetapi perlu dikembangkan lebih lanjut agar bisa lebih sistematis sesuai dengan model manajemen risiko psikososial di tempat kerja

This thesis discusses the description of psychosocial factors among workers at PT X in the year 2023, aiming to obtain understanding of the psychosocial factors encompassing content of work and context to work, given the absence of psychosocial risk management efforts at PT X as environmental consultant firm. The research was conducted among 39 workers at PT X during the month of June 2023. The study design employed was a descriptive study with a mixed-method approach, involving the administration of questionnaires and conducting in-depth interviews, which were subsequently analyzed using univariate analysis. The research findings indicate that out of the 10 characteristic variables studied, all of them fall within the good category, as evidenced by mean scores >3.50. The characteristic perceived most positively is interpersonal relationships in the workplace (5.14), while characteristics that require special attention—even though still in the good category—are career development (3.62), workload and work pace (3.91), as well as work schedule (4.00). Additionally, various psychosocial control measures have been implemented at PT X, but further development is needed to make them more systematic in accordance with the psychosocial risk management model in the workplace."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Risnawati
"Bahaya psikososial di tempat kerja adalah interaksi antara lingkungan kerja, job content, kondisi organisasi dengan kapasitas, kebutuhan, budaya, pertimbangan personal pekerja yang berpotensi mempengaruhi kesehatan, performa kerja dan kepuasan kerja. Risiko psikososial di tempat kerja berdampak pada kesehatan fisik, mental dan sosial para pekerja. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor psikososial yang berhubungan terhadap tingkat risiko psikososial. Penelitian ini dilakukan di Universitas X pada karyawan pada bulan Januari-Mei 2022. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel 188 responden. Data risiko psikososial diambil menggunakan instrumen Pandemic-Related Perceived Stress Scale of COVID-19 (PSS-10-C), data factor psikososial diambil menggunakan kuesioner yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas menggunakan instrumen COPSOQ III dan NIOSH Generic Job Questionnaire. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada arena rumah dan sosial tidak terdapat variabel yang signifikan dengan tingkat risiko psikososial. Pada arena individu terdapat usia yang berhubungan signifikan terhadap tingkat risiko psikososial. Pada arena kerja variabel yang berhubungan signifikan dengan tingkat risiko psikososial adalah masa kerja, pola WFH, beban kerja, konflik peran, ketidakjelasan peran, job insecurity, work life balance. Variabel yang paling berhubungan adalah pola WFH, konflik peran, dan work life balance.

Psychosocial hazards in the workplace are interactions between the work environment, job content, organizational conditions with capacities, needs, culture, and personal considerations of workers that have the potential to affect health, work performance and job satisfaction. Psychosocial risks in the workplace have an impact on the physical, mental and social health of workers. The purpose of this study is to analyze psychosocial factors related to the level of psychosocial risk. This research was conducted at University X on employees in January-May 2022. This research is quantitative using a cross sectional study design with a sample of 188 respondents. Psychosocial risk data was taken using the Pandemic-Related Perceived Stress Scale of COVID-19 (PSS-10-C) instrument, psychosocial factor data was taken using a questionnaire that had passed the validity and reliability test using the COPSOQ III instrument and the NIOSH Generic Job Questionnaire. The results of this study indicate that in the home and social arenas there are no significant variables with the level of psychosocial risk. In the individual arena, age is significantly associated with the level of psychosocial risk. In the work arena, the variables that are significantly related to the level of psychosocial risk are years of service, WFH pattern, workload, role conflict, role ambiguity, job insecurity, work life balance. The most related variables are WFH pattern, role conflict, and work life balance"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Wiwie
"Hubungan antara disabilitas dengan kondisi psikik pasien nyeri punggung ba~ah kronik perlu diperhatikan pada dalam melakukan penatalaksanaan / program rehabilitasi, oleh permasalahan nyeri kronik erat kaitannya dengan hal - hal emosional. Pendekatan yang bersifat biopsikososial mengikutsertakan berbagai disiplin sangat bermanfaat mengatasi disabilitas.
Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana korelasi kondisi psikik dengan derajat disabilitas, khususnya keadaan ansietas dan depresi pada pasien nyeri punggung bawah kronik. Disamping itu juga meninjau hubungan kondisi fisik serta intensitas nyeri terhadap disabilitas.
Penelitian dilakukan terhadap 65 orang pasien NPBK yang berobat jalan di poliklinik Unit Rehabilitasi Medik RSCM selama bulan Agustus - Oktober 1994. Instrumen yang dipergunakan adalah DAS , PPDGJ II, HDRS, HARS, VAS dan tes Schober. Analisa hubungan antara variabel variabel tersebut dilakukan dengan tehnik korelasi matriks dan regresi bertahap.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang bernakna secara statistik antara disabilitas dengan kondisi psikik, dan tidak ada korelasi bermakna dengan intensitas nyeri maupun kondisi fisik Diperoleh hasil korelasi yang bermakna secara statistik antara derajat depresi dengan tingkat kinerja peran sosial ( r = 0,46 ) dan dengan tingkat disabilitas perilaku keseluruhan (r = 0,43). Kondisi psikik dspresi memberikan sumbangan sebanyak 21 % varians kinerja peran sosial. Penilaian psikopatologi dengan PPDGJ II mendapatkan 58,4 % pasien NPBK mengalami gangguan yang termasuk dalam kelompok Depresi.
Keterbatasan fungsi pasien NPBK yang tampak menonjol disfungsinya adalah underactivity, slowness, marital afective, marital sexual, sexual relation, work'performance dan interest in
job."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Putu Yudasma M.
"Masalah kesehatan di lingkungan perusahaan seperti juga di lingkungan masyarakat l1I'I1UIl1, banyak disebabkan berbagai macam faktor yang dikenal scbagai "hazard" di tempat kexja. “Hazard kezja” ini sangat bcrpengaruh tcrhadap produktivitas kerja, melalui penurunau kondisi dan gangguan kwehatannya. Dengan adanya gangguan secara raga dan jiwa terhadap kesehatannya, seorang karyawan akan menurun pula kemampuan untuk melakukan aktivitasnya dalam melakukan pekerjaan.
Pasal 24 UU Kesehatan RI No. 23 Lahun 1992 menyebutkan bahwa kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik intelektual maupun emosional, baik dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, sekolah, pekenjaan, maupun masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lainnya. Definisi ini mcncmpatkan manusia harus selalu dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik) @rl unsur "mga" (organobiologi), "jiwa” (psiko-edukatif), dan ”sosia1” (sosio~kultural) dalam upaya peningkatan “kualitas hidup” manusia yang terdiri dari kesejahteraan raga, jiwa dan sosial.
Bahaya psikososial yang berhubungan dengan kesehatan jiwa, sering kali kurang mendapat perhatian dari pihak manajemen perusahaan, karena secara umum hazard ini lebih bersifat abstrak. Berbeda dengan hazard iisik, seperti bising, panas, bahan kimia berbahaya, dan lain-lain yang bersifat nyata, daxi aspck pengukuran dan dampaknya kepada karyawan dapat diiclaskan dengan Iebih mudah dan konkrit. Scbcnarnya aspek hazard psychososial merupakan hazard yang sangat penting, karena sangat terkait dengan kemampuan dasar pekeija sebagai manusia seperti kemampuan bcrpikir, kemampuan beradaptasi dengan pola perubahan di linglcungan kerja, mengelola dan kemampuan mengontrol situasi stress yang dihadapi pckcija dan lain-lain.
Secara umum seorang pekeija yang terganggu kesehatan jiwanya akan menumn pula daya pikirnya, daya konsentrasi, ketrampilan, dan ketangkasan dalam melalcukan pekezjaan. Hal ini sangat terkait dengan pengamhnya terhadap tingginya angka ketidakhadiran, meningkatnya angka kematian dan kecelakaan kcrja. Selain itu, faktor-faktor tersebut diatas akan berdampak pula terhadap menumnnya kemampuan berinteraksi dengan orang lain, membmulcnya hubungan dengan sesama karyawan atau dengan atasannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pcrsepsi karyawan terhadap bahaya psikososial kerja yang mcmpengaruhi tingkat stress di PT Rekayasa Industri dengan pendckatan cnoss-sectional, menggunakan mctoda pengukuran self report measure dan teknik life event scale melalui kuesioner. Cara penelitian ini digunakan untuk mcmperoleh gambaran tingkat stress kerja dan aspek bahaya psikososial kerja sebagai stressor. Populasi dalarn penelitian ini adalah karyawan yang bcijumlah 128 karyawan. Analisa penelitian ini menggunakan analisa statistic univaxiat, bivariat dengan uji chi-square, kemudian analisa multivariate dengan menggunakan uji regresi logistic.
Hasil penelilian mcnunjukkan ada sekitar 37,5 % karyawan mengalami stress kerja tingkat ringan, 59,4 % karyawan tingkat sedang dan 3,1 % karyawan mengalami stress tingkat berat. Sedangkan faktor bahaya psikososial keija yang bcrmakna secara statistik dan dominan terhadap tingkat stress adalah parameter hubungan interpersonal. Peneliti berharap penelitian ini dapat mcmberikan masukan dan rekomendasi kepada PT Rekayasa lndustri untuk mernbuat program management stress kerja dengan mengacu kepada aspek-aspek bahaya psikososial kexja yang dialami oleh karyawan, sehingga pola program penyuluhan di lingkungan perusahaan akan bergeser dan penyuluhan pekerjaan yang sifat hazardnya hanya disebabkan oleh stressor iisik, kimia, dan biologi kepada penyuluhan yang bcrkaitan juga dengan stressor psikososial.

Problem of healthy in the company, like also in public society, caused of many factor which is known as “hazard” at work. This "Hazard at work" has an effect to work productivity, through its health trouble and condition degradation. With trouble existence by physical and mental healthy, employee will be downhill also the ability to do his activity in conducting work.
Article 24 “UU Kesehatan RI” No. 23, 1992 mentioning that mental healthy carried out to realize mental in an optimal both of the emotional and also intellectual goodness, let done by individual, environmental of family, school, job, and also the society that supported by mental health services and other facilities. This definition place human being should be viewed with a holistic point of view. Physically (organ biology), “mental” (psycho-educative), and "social" (social-cultural) are elements in improving the quality of life.
Psychosocial hazards which deal with mental health, frequently less get attention from company management party, because in general this hazard has the character of abstraction. Diifer from physical hazards, like noise, hot, dangerous chemicals, and others, iiom aspect of its impact and measurement can be explained with easy and clearly. In fact, aspect of psychosocial is the important hazard, because it has related with ability of worker as human being like ability thinking, ability adaptation with pattem of environment, managing and the ability control situation of stress faced by worker and others.
In general, a worker armoyed by health of his mental will decrease his mind, concentration, skilled, and agility in conducting job. This matter is very relevant with his influence the absence, the increasing of mortality and accidents. Others, the above factors will affect to decrease his ability to interact with others, deteriorating of it relation with other employees or with his supervisor.
The purpose of this research is to better understand the psychosocial hazards that influence in the workplace and how to manage the occupational stress levels of PT Rekayasa Industti employees, especially the engineers who work in PT Rekayasa lndustii. This research has been conducted iiom a cross-sectional approach, with self report measure and life event scale technique carried out through questionnaires that conducted to the responders. This method is used to gain an overview of conditional stress levels and psychosocial hazards that constitute of stressor. The samples of this research are part of engineer’s respondents. There were 128 responders, and the research statistic analyze data use techniques of univariate and bivariate through the Chi-square test, together with multivariate through the logistic regressions test.
The result of this research show there is about 37,5 % employees have experienced of light level, 59,4 % employees medium level and 3,1 % employees have experienced of stress of heavy level. Beside that, factor of hazard psychosocial in the work place have a meaning of statistically and dominant to level of stress is parameter of relation interpersonal. Researcher hope this research can give input and recommend to PT Rekayasa Indusui to develop management work stress program with related to many aspect of hazard psychosocial experienced by employees, so that the pattern of program counseling in the company will shift from work counseling which is the nature of its hazard which cause by stressor physical, chemical, and biological to interconnected counseling by stressor psychosocial.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34288
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiveni Elisabhet
"Anak usia sekolah merupakan tahapan perkembangan psikososial yang berada pada tahap Industry vs Inferiority. Analisa yang dilakukan sesuai dengan pendekatan teori Eric Ericson yaitu berkaitan dengan aspek perkembangan dan tugas perkembangan psikososial di tahapan Industry. Hasil dari pemberian terapi pada karya ilmiah ini adalah adnya perubahan aspek perkembangan, tugas perkembangan dan kecerdasan emosional pada anak usia sekolah. Rekomendasi untuk karya ilmiah berikutnya adalah melakukan analisa dengan kombinasi pendekatan teori psikoanalisa Sigmun Freud dan menganalisa peran kader dalam pendidikan kesehatan di kelompok sehat serta faktor-faktor yang memicu tumbuh kembang anak usia sekolah.

School-aged children are a stage of psychosocial development that is at the stage of industry and inferiority. The method used is the series of cases. The analysis was carried out in accordance with Eric Ericson’s theoretical approach, which is related to developmental aspects and psychosocial development tasks at the industrial stage. The results of therapy in this scientific work are changes in the aspects of development, developmental tasks and emotional intelligence in school-aged children. The recommendation for the next scientific work is to carry out an analysis using a combination of the psychoanalytic theory of Sigmund Freud and to analyze the role of executives in health education in healthy groups and the factors that trigger the growth and development of the school- age children
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>