Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155602 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shanifa Dianmurdedi
"BPJS Kesehatan merupakan salah satu lembaga sosial yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan yang disebut dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada setiap orang. Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) merupakan salah satu rumah sakit yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sebagai penyedia Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FPKTL). Pengadaan obat pada fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dilakukan dengan menggunakan fasilitas terbaru yang disebut dengan Apotek Online BPJS Kesehatan. Apotek Online BPJS Kesehatan menjual obat dengan harga yang telah disesuaikan dengan e-catalogue sehingga harga obat lebih terjangkau. Tugas khusus praktik kerja di Rumah Sakit Universitas Indonesia ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan harga obat yang tersedia di Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan harga obat di Apotek Online BPJS Kesehatan sehingga rumah sakit dapat menghindari kerugian ketika akan melakukan pengadaan obat pada periode berikutnya. Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data pembelian obat terakhir di RSUI. Data yang dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan harga obat yang terdaftar di Apotek Online BPJS Kesehatan dan diketahui terdapat 112 jenis obat yang memiliki selisih harga. Dari 112 jenis obat, 31 jenis obat yang dibeli melalui distributor farmasi memiliki harga lebih mahal sehingga diperlukan peran rumah sakit dalam memilih distributor yang menjual obat dengan harga yang sesuai dengan harga obat di Apotek Online BPJS Kesehatan dan dibutuhkannya kontrak payung antara industri farmasi dengan rumah sakit dalam proses pengadaan obat sehingga industri dapat menjamin ketersediaan obat dan kestabilan harga obat.

BPJS Kesehatan is a social institution that was formed to organize a health insurance program called Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), which is a government program that aims to provide protection in the form of health care benefits given to everyone. University of Indonesia Hospital (RSUI) is one of the hospitals that has collaborated with BPJS Kesehatan as a provider of Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FPKTL). Procurement of medicines at health facilities that have collaborated with BPJS Health is carried out by using the newest facility called the Apotek Online BPJS Kesehatan. Apotek Online BPJS Kesehatan sells medicines at prices that have been adjusted to the e-catalogue so that medicine prices are more affordable. This internship assignment at the University of Indonesia Hospital aims to analyze the comparison of drug prices available at the University of Indonesia Hospital with drug prices at the Apotek Online BPJS Kesehatan so that the hospital can avoid losses when procuring drugs in the following period. Data analysis was carried out by collecting data on recent drug purchases at RSUI. The data collected then compared to the prices of drugs registered at the Apotek Online BPJS Kesehatan and it was discovered that there were 112 types of drugs that had price differences. Of the 112 types of medicines, 31 types of medicines that was purchased through pharmaceutical distributors have higher prices so the role of hospitals is needed in choosing distributors who sell medicines at prices that match the price of medicines at the Apotek Online BPJS Kesehatan and the need for a contract between the pharmaceutical industry and hospital in the drug procurement process so that the industry can guarantee drug availability and drug price stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Sistem distribusi obat tidak terlepas dengan yang namanya manajemen logistik yang merupakan aktivitas penting dalam rumah sakit karena menjamin ketersediaan pasokan baik untuk obat-obatan maupun perlengkapan operasional lainnya dengan biaya yang minimum. Salah satu alur dalam manajemen logistik adalah prosedur penyimpanan. Penyimpanan disebut sebagai jantung dari manajemen logistik karena dengan melihat penyimpanan obat maka dapat diketahui apakah tujuan manajemen logistik tercapai atau tidak serta penyimpanan adalah hal yang sangat menentukan kelancaran pada saat pendistribusian obat. Dalam laporan tugas khusus ini penulis ingin mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan obat dan BMHP di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penyusunan tugas khusus ini dilakukan menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif. Hasil pengamatan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel check list lalu dihitung dan di persentasekan berdasarkan skala guttman dengan menggunakan perhitungan skor, untuk hasil memenuhi syarat diberikan skor 1 dan tidak memenuhi syarat diberikan skor 0. Didapatkan hasil dengan persentase untuk penyimpanan obat yang sesuai dengan standar adalah 96,7% dan 3,33% untuk penyimpanan obat yang belum sesuai. Perolehan persentase tersebut menunjukkan bahwa sistem penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai sudah masuk dalam ketegori penyimpanan yang sangat baik.
The drug distribution system is closely intertwined with logistics management, which is a vital activity in hospitals because it ensures the availability of supplies, both for medications and other operational equipment, at minimal cost. One of the key components of logistics management is storage procedures. Storage is often referred to as the heart of logistics management because by examining drug storage, it can be determined whether the logistics management objectives are achieved or not, and storage significantly influences the smoothness of drug distribution. In this specific task report, the author aims to determine the percentage of compliance with drug and Medical Devices and Household Health Supplies (BMHP) storage at the Outpatient Pharmacy Depot of the University of Indonesia Hospital. The preparation of this specific task is conducted using an observational method that is descriptive in nature. The observation results are then compiled into a checklist table and calculated and presented as percentages based on the Guttmann scale using scoring calculations, where a score of 1 indicates compliance and a score of 0 indicates non-compliance. The results show that the percentage of compliance with standard drug storage is 96.7%, with 3.33% for drug storage not meeting the standards. The percentage obtained indicates that the drug and disposable medical supplies storage system falls into the category of very good storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Firdausi
"Obat dengan indikasi gangguan gastrointestinal termasuk dalam 10 besar obat yang paling banyak diresepkan. Seringkali, pasien dengan keluhan gangguan gastrointestinal diresepkan beberapa obat secara bersamaan. Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit gastrointestinal perlu diperhatikan, karena dapat mengubah fisiologi saluran gastrointestinal yang mempengaruhi farmakokinetik obat. Maka dari itu dilakukan pengkajian resep yang juga termasuk bagian dari pelayanan farmasi klinik di apotek yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian resep untuk penyakit gastrointestinal berdasarkan kajian administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Resep yang dikaji pada laporan ini diambil dari Apotek Roxy Biak bulan April 2023. Sebanyak tiga resep kasus diambil untuk laporan ini, berisi obat-obat untuk gangguan gastrointestinal yang diinstruksikan dokter untuk diracik. Hasil pengkajian resep menunjukkan, pada aspek administratif data pasien masih terdapat ketidaklengkapan, Pada aspek farmasetik, ada beberapa obat yang harus diperhatikan stabilitasnya jika diracik, terutama sediaan obat bersalut. Pada aspek klinis, diketahui terdapat resep yang memiliki masalah terkait dosis yang kurang tepat dan interaksi obat. Obat untuk gangguan gastrointestinal yang menyebabkan interaksi dengan obat oral secara farmakokinetik, sebaiknya tidak diracik menjadi satu sediaan, melainkan diberi instruksi waktu pemakaian obat.

Drugs for gastrointestinal disorders indications are among the top 10 most commonly prescribed medications. Often, patients with complaints of gastrointestinal disorders are prescribed several drugs simultaneously. Drugs used to treat gastrointestinal diseases need to be considered because they can change gastrointestinal tract physiology, which affects drug pharmacokinetics. Therefore, a prescription screening is carried out, which is also part of the clinical pharmacy service at the pharmacy and aims to determine the suitability of prescriptions for gastrointestinal diseases based on administrative studies, pharmaceutical suitability, and clinical considerations. The prescriptions studied in this report were taken from Roxy Biak Pharmacy in April 2023. A total of three case prescriptions were taken for this report, containing drugs for gastrointestinal disorders that the doctor instructed to be compounded. The results of the prescription screening show that in the administrative aspect, patient data is still incomplete. In the pharmaceutical aspect, there are several drugs whose stability must be considered when formulated, especially coated drug preparations. In the clinical aspect, there are prescriptions that have problems related to inappropriate dosage and drug interactions. Drugs for gastrointestinal disorders that cause interactions with oral drugs pharmacokinetically should not be mixed into one preparation, but should be given instructions on when to use the drug.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Fizriani
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Roxy Jagakarsa bertujuan untuk menelaah faktor penyebab terjadinya kekosongan produk OTC di Apotek Roxy Jagakarsa dan menganalisis strategi untuk mengatasi kekosongan produk OTC di Apotek Roxy Jagakarsa. Metode pelaksanaan penyusunan tugas khusus dilakukan dengan jenis penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif, yang berfokus pada jumlah produk Over The Counter (OTC) yang mengalami kondisi out of stock. Data hasil pengkajian menunjukkan bahwa terdapat 92 jenis obat yang mengalami kondisi "Out Of Stock" di Apotek Roxy Jagakarsa. Faktor-faktor penyebab kekosongan stok meliputi lead time yang lambat dalam pengiriman obat, keterbatasan ketersediaan jenis obat paten tertentu, kesalahan dalam pengiriman obat, kerusakan obat selama proses pendistribusian, dan penghentian produksi oleh produsen (discontinue). Strategi yang digunakan untuk mengatasi kekosongan stok meliputi proses substitusi, di mana obat yang tidak tersedia digantikan dengan obat yang memiliki kandungan yang sama dan tersedia dalam stok apotek.

Pharmacist Professional Work Practices at the Roxy Jagakarsa Pharmacy aims to examine the factors that cause avoidance of OTC products at the Roxy Jagakarsa Pharmacy and analyze strategies to overcome the lack of OTC products at the Roxy Jagakarsa Pharmacy. The method for carrying out special preparation tasks is carried out using a type of qualitative descriptive research, which focuses on the number of Over The Counter (OTC) products that are out of stock. Data from the study shows that there are 92 types of medicines that are in an "Out Of Stock" condition at the Roxy Jagakarsa Pharmacy. Factors causing stock shortages include slow lead times in drug delivery, limited availability of certain types of patented drugs, errors in drug delivery, drug damage during the distribution process, and production permits by manufacturers (discontinued). The strategy used to overcome stock shortages includes a substitution process, where drugs that are not available are replaced with drugs that have the same content and are available in pharmacy stock.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Nurhayati
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) berperan penting menangani hingga mendistribusikan sediaan, termasuk sediaan yang sensitif terhadap lingkungan sekitar seperti produk CCP. Salah satu cara memastikan kualitas cold chain product ketika proses distribusi adalah dengan melakukan validasi proses pendistribusian itu sendiri dengan tujuan untuk mengamati suhu yang dihasilkan pada pengemasan cold chain product. Validasi pendistribusian cold chain product dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan pengemas berupa styrofoam serta 6 water pack dan diamati suhunya menggunakan data logger. Pengemasan cold chain product dengan styrofoam menggunakan 6 water pack belum mampu menjaga suhu pada rentang suhu 2-8ºC selama proses pendistribusiannya sehingga perlu dilakukan validasi kembali untuk memastikan kualitas cold chain product.

Pharmaceutical wholesalers (PBF) play an important role in handling and distributing preparations, including preparations that are sensitive to the surrounding environment such as CCP products. One way to ensure the quality of cold chain products during the distribution process is to validate the distribution process itself with the aim of observing the temperature produced in the packaging of cold chain products. The validation of the distribution of cold chain products was carried out experimentally using a packaging in the form of styrofoam and 6 water packs and the temperature was observed using a data logger. Cold chain product packaging with styrofoam using 6 water packs has not been able to maintain the temperature in the temperature range of 2-8ºC during the distribution process, so it needs to be re-validated to ensure the quality of the cold chain product.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Violeta Lestari
"Pengelolaan sediaan farmasi di puskesmas terdiri dari serangkaian tahapan yang dimulai dari perencanaan hingga pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP. Proses pencatatan dan pelaporan merupakan elemen penting dalam penatalaksanaan obat baik yang ketika obat diterima, disimpan, didistribusikan, serta yang digunakan di Puskesmas, termasuk pencatatan dan pelaporan dalam pembuatan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO merupakan suatu laporan atau format yang berisi tentang penggunaan dan pengeluaran obat. LPLPO dibuat oleh puskesmas pada setiap bulannya yang berfungsi untuk monitoring pemakaian dan penerimaan obat setiap bulan dengan tujuan dapat menjaga ketersediaan obat pada puskesmas dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan hasil pengamatan terkait data yang tertera pada kartu stok masing-masing obat yang ada di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sesuai dengan data yang terdapat pada Laporan Pemakaian dna Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Periode Januari hingga Maret Tahun 2023 Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Daftar sepuluh penggunaan obat terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Januari hingga Maret tahun 2023 antara lain Parasetamol 500 mg, Metformin 500 mg, DMP Kombinasi/ Alpara tab, Amlodipin 10 mg, Tablet Tambah Darah (Rematri), Vitamin B Kompleks, Deksametason, Guaifenesin, Cetirizin, dan Vitamin A 200000 IU.

Management of pharmaceutical supplies at community health centers consists of a series of stages starting from planning to recording and reporting as well as monitoring and evaluating the management of pharmaceutical supplies and BMHP. The recording and reporting process is an important element in drug management, both when drugs are received, stored, distributed, and used at the Community Health Center, including recording and reporting in making Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO is a report or format that contains information about the use and dispensing of drugs. The LPLPO is made by the puskesmas every month which functions to monitor the use and receipt of medicines every month with the aim of maintaining the availability of medicines at the puskesmas within a certain period of time. Based on the results of observations related to the data listed on the stock card for each drug in the Kramat Jati District Health Center, it is in accordance with the data contained in the Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) for the period January to March 2023 at the Kramat Jati District Health Center. The list of the ten most commonly used drugs at the Kramat Jati District Health Center for the period January to March 2023 includes Paracetamol 500 mg, Metformin 500 mg, DMP Combination/Alpara tab, Amlodipine 10 mg, Blood Increase Tablets (Rheumatism), Vitamin B Complex, Dexamethasone, Guaifenesin , Cetirizine, and Vitamin A 200000 IU.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Violeta Lestari
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang berfungsi untuk melaksanakan proses pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa mutu sediaan farmasi yang didistribusikan tetap terjaga hingga sampai ke tangan konsumen salah satunya dengan cara menerapkan pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Penerapan CDOB merupakan standar agar PBF dapat mempertahankan dan memastikan mutu obat yang diterima oleh pasien sama dengan mutu obat yang dikeluarkan oleh industri farmasi. PBF dalam pelaksanaannya juga memiliki sistem manajemen yang baik salah satunya dengan adanya Standar Prosedur Operasional (SPO). Penerapan SPO terhadap obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu dan/atau label wajib dilakukan penarikan. Sedangkan pemusnahan dilakukan pada obat dan/atau bahan obat, kemasan, label dan/atau brosur yang tidak memenuhi standar persyaratan mutu, khasiat dan keamanan. Implementasi Standar Prosedur Operasional (SPO) penanganan obat dan/atau bahan obat kembalian, penarikan kembali (recall) dan pemusnahan obat dan/atau bahan obat di PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 telah memenuhi standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) are companies in the form of legal entities whose function is to carry out the process of procurement, storage and distribution of medicines in large quantities in accordance with statutory provisions. PBF also has the responsibility to ensure that the quality of the pharmaceutical preparations distributed is maintained until they reach consumers, one of which is by implementing Good Distribution Practice (GDP) guidelines. The implementation of GDP is a standard so that PBF can maintain and ensure the quality of medicines received by patients is the same as the quality of medicines issued by the pharmaceutical industry. In its implementation, PBF also has a good management system, one of which is the Standard Operational Procedure (SOP). The application of SOP to drugs and/or medicinal substances that do not meet the standards and/or requirements for safety, efficacy, quality and/or labeling must be withdrawn. Meanwhile, destruction is carried out on drugs and/or medicinal ingredients, packaging, labels and/or brochures that do not meet the standard requirements for quality, efficacy and safety. Implementation of Standard Operational Procedures (SOP) for handling returned medicines and/or medicinal substances, recalls and destruction of medicines and/or medicinal substances at PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 has met the standards for Good Distribution Practice (GDP) and has been implemented in accordance with applicable Standard Operational Procedures (SOP)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Nadya Putri
"Kegiatan penyaluran sediaan farmasi merupakan bagian penting dalam upaya memastikan akses obat yang merata. Pedagang Besar Farmasi (PBF) memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga mutu obat dari awal pengadaan hingga obat tersalurkan. Sesuai dengan Peraturan BPOM Nomor 6 tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), PBF harus memastikan bahwa proses distribusi memenuhi standar yang ditetapkan. Namun, pelaksanaan CDOB sering kali mengalami kendala, terbukti dari berbagai pelanggaran yang ditemukan BPOM pada tahun 2017 salah satunya adalah ditemukan adanya gudang atau bangunan yang tidak memenuhi persyaratan. Tugas khusus ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi penerapan aspek bangunan dan peralatan di PT Anugrah Argon Medica (AAM) Cabang Tangerang melalui metode observasi langsung dan wawancara dengan apoteker serta tim quality. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa PT AAM Cabang Tangerang telah menerapkan aspek bangunan dan peralatan sesuai dengan pedoman teknis CDOB. Semua aspek yang diamati, termasuk bangunan, suhu dan lingkungan, peralatan sistem komputer, validasi, dan kualifikasi telah memenuhi standar yang ditetapkan CDOB.

The distribution of pharmaceutical preparations is an essential component of ensuring equitable access to medicines. Pharmaceutical Wholesalers (PBFs) bear a significant responsibility for maintaining drug quality from procurement to distribution. According to BPOM Regulation Number 6 of 2020 concerning the Technical Guidelines for Good Distribution Practices (CDOB), PBFs must ensure that the distribution process meets established standards. However, CDOB implementation often faces challenges, as evidenced by various violations found by BPOM in 2017, including non-compliant warehouses or buildings. This special project aims to evaluate the implementation of building and equipment aspects at PT Anugrah Argon Medica (AAM) Tangerang Branch using a direct observation method and interviews with pharmacists and the quality team. The evaluation results indicate that PT AAM Tangerang Branch has implemented building and equipment aspects in accordance with the CDOB technical guidelines. All observed aspects, including buildings, temperature and environment, computer system equipment, validation, and qualification, have met the standards set by CDOB.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Maulana
"Perusahaan Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Diperlukan suatu tindakan menyeluruh yang dapat menjaga mutu obat pada seluruh proses pengelolaan obat termasuk pada proses distribusi obat. Sehingga, PBF yang merupakan sarana dalam fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi harus menerapkan ketentuan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk dapat memenuhi kriteria tersebut. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) merupakan suatu pedoman cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi CDOB yang baik dan benar di PBF Jakarta 2. Pelaksanaan implementasi CDOB di PBF Jakarta 2 berdasarkan studi literatur pada Peraturan BPOM No. 6 Tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis CDOB. Hasil yang diperoleh yaitu PT. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 telah melakukan seluruh proses layanan distribusi dan perdagangan produk dan alat kesehatan sesuai dengan CDOB dan peraturan yang berlaku mencakup keseluruhan 12 bab.

Large Pharmaceutical Companies (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits to procure, store and distribute large quantities of pharmaceutical supplies in accordance with statutory provisions. A comprehensive action is needed that can maintain drug quality throughout the drug management process, including the drug distribution process. Thus, PBF, which is a means of distribution or dispensing pharmaceutical preparation facilities, must implement the provisions of Good Medicine Distribution Methods (GMDM) to be able to meet these criteria. Good Medicine Distribution Method (GMDM) is a guideline for the distribution/distribution of medicines and/or medicinal substances which aims to ensure quality along the distribution/distribution route according to the requirements and intended use. This research aims to determine the good and correct implementation of CDOB at PBF Jakarta 2. The implementation of CDOB at PBF Jakarta 2 is based on a literature study of BPOM Regulation No. 6 of 2020 concerning CDOB Technical Guidelines. The results obtained were PT. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 has carried out the entire distribution and trading service process for medical products and devices in accordance with CDOB and applicable regulations covering all 12 chapters.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Aprilia Sri Kartikasari
"Mutu obat harus terjamin sepanjang jalur penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Semua pihak yang terlibat dalam penyaluran obat dan/atau bahan obat bertanggung jawab untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan mempertahankan integritas rantai penyaluran selama proses distribusi. Ketentuan cara penyaluran obat dan/atau bahan obat diatur dalam Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang harus diterapkan oleh PBF sebagai pelaku yang memiliki izin dalam distribusi obat. Oleh karena itu, untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan obat tetap terjaga, perlu diketahui implementasi dari SOP mengenai pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 yang dituliskan berdasarkan CDOB. Hasil observasi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran obat regular di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 dibandingkan dengan SOP dan CDOB terkait, dan dilakukan gap analysis dari hasil perbandingan tersebut. Dalam tugas khusus ini, SOP terkait pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 sesuai Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) tahun 2020 dan sudah diimplementasikan dengan baik.

The quality of medicines must be guaranteed along the distribution or distribution route according to the requirements and intended use. All parties involved in the distribution of drugs and/or medicinal substances are responsible for ensuring the quality of drugs and/or medicinal substances and maintaining the integrity of the distribution chain during the distribution process. Provisions for distributing medicines and/or medicinal substances are regulated in Good Distribution Practice (GDP) which must be implemented by pharmaceutical wholesaler as actors who have permits in the distribution of medicines. Therefore, to ensure that the quality of drugs and/or medicinal substances is maintained, it is necessary to know the implementation of the SOP regarding procurement, receiving, storage and distribution at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 which is written based on GDP. The results of observations of the procurement, receiving, storage and distribution of regular medicines at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 were compared with the relevant SOP and CDOB, and a gap analysis was carried out from the comparison results. In this report, the SOPs related to procurement, receiving, storage and distribution at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 are in accordance with the 2020 Good Distribution Practice (GDP) and have been implemented well.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>