Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164283 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eni Istita
"Tuberkulosis ditetapkan sebagai penyebab kematian akibat agen infeksi tunggal terbesar kedua di dunia pada tahun 2022. Indonesia menempati peringkat kedua kasus tuberkulosis tertinggi di dunia, dengan kasus mencapai 724.309. Pada tahun 2021-2022, terdapat peningkatan 79,61% kasus tuberkulosis di Kecamatan Cilodong, Kota Depok. Kenaikan kasus tersebut mengakibatkan tingginya risiko penularan, sehingga diperlukan perilaku kesehatan untuk mencegah penularan tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilodong tahun 2024. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Data dikumpulkan dari lembar kuesioner 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata perilaku masyarakat terhadap pencegahan penularan tuberkulosis dalam skala 100 adalah 80,3. Variabel yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru meliputi jenis kelamin, pendapatan keluarga, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, isyarat untuk bertindak, dan efikasi diri, dengan nilai-p < 0,05. Usia tidak memiliki hubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian informasi mengenai tuberkulosis paru kepada masyarakat dengan cakupan lebih luas agar dapat menekan angka kasus tuberkulosis.

Tuberculosis was the second leading cause of death from a single infectious agent globally in 2022. Indonesia ranked second worldwide for the highest number of tuberculosis cases, with 724,309 cases. In 2021-2022, there was a 79.61% increase in tuberculosis cases in Cilodong District, Depok City. This rise led to a high risk of transmission, necessitating health behaviors to prevent tuberculosis transmission. This study aims to analyze factors related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behaviors in the working area of the UPTD Puskesmas Cilodong in 2024. The study used a quantitative method with a cross-sectional design. Data were collected from questionnaires distributed to 100 respondents. The average score for community behavior towards preventing tuberculosis transmission was 80.3 out of 100. Variables related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behavior included gender, family income, knowledge, perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, and self-efficacy, with a p-value < 0.05. Age did not relate to prevention behavior. Therefore, providing broader information about pulmonary tuberculosis to the society is necessary to help reduce tuberculosis cases. Public awareness and education efforts are crucial to mitigating the spread of this disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Fitri
"Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Riau, Kabupaten Rokan Hulu merupakan peringkat ke-3 tertinggi jumlah kasus penderita TBC Paru dari 12 kab/kota yang ada di Provinsi Riau. Puskesmas Ujung Batu merupakan salah satu puskesmas yang memiliki kasus penderita TBC terbanyak se-Kabupaten Rokan Hulu. Faktor penyebab dari tingginya angka penderita TBC Paru dapat disebabkan oleh praktik perilaku pencegahan penularan penyakit TBC Paru yang rendah sehingga mempercepat penyebaran TBC Paru. Faktor- faktor yang mempengaruhi pencegahan penularan TBC Paru adalah faktor pengetahuan, sikap dan tindakan dari individu. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi penderita TBC Paru dalam berperilaku untuk mencegah penularan TBC Paru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap perilaku pencegahan penularan penyakit pada penderita TBC Paru di wilayah kerja Puskesmas Ujung Batu. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus melalui wawancara mendalam terhadap lima orang informan utama dan lima orang informan kunci. Hasil dari penelitian ini diperoleh mayoritas penderita TBC Paru berjenis kelamin laki-laki yang berusia 30-60 tahun,status sosial ekonomi keluarga berada di level menengah kebawah dengan tingkat pendidikan mayoritas tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), praktik dalam keluarga sebagian besar sudah menerapkan perilaku pencegahan penularan TBC Paru, budaya dalam batuk/bersin sebagian penderita sudah berperilaku menutup mulut dengan tangan/masker namun budaya meludah masih disembarang tempat. Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh kuat terhadap perilaku pencegahan penularan penyakit pada penderita TBC Paru. Bagi puskesmas sebaiknya mengoptimalkan sosialisasi terkait peran dukungan keluarga bagi penderita TBC Paru, sehingga masyarakat khususnya keluarga dapat berperan aktif dalam memberikan dukungan untuk meningkatkan perilaku pencegahan penularan penyakit pada penderita TBC Paru.

Based on health profile data for Riau Province, Rokan Hulu Regency is ranked 3rd with the highest number of cases of pulmonary TB sufferers from 12 districts/cities in Riau Province. Ujung Batu Health Center is one of the health centers that has the most TB cases in Rokan Hulu Regency. The causal factor for the high number of patients with pulmonary tuberculosis can be caused by the low level of practice of prevention of transmission of pulmonary tuberculosis, thereby accelerating the spread of pulmonary tuberculosis. The factors that influence the prevention of transmission of pulmonary tuberculosis are the factors of knowledge, attitudes and actions of individuals. Support from the family is the most important element in increasing the self-confidence and motivation of people with pulmonary tuberculosis in behavior to prevent transmission of pulmonary tuberculosis. The purpose of this study was to determine the description of family support for the behavior of preventing disease transmission in patients with pulmonary tuberculosis in the working area of the Ujung Batu Health Center. Methods This research uses qualitative methods with case studies through in-depth interviews with five key informants and five key informants. The results of this study obtained that the majority of pulmonary TB sufferers were male aged 30-60 years, the socioeconomic status of the family was at the lower middle level with the education level of the majority graduating from junior high school (SMP), most of the practices in the family had implemented behavioral prevention of pulmonary TB transmission, culture in coughing/sneezing, some sufferers have the behavior of covering their mouths with their hands/masks, but the culture of spitting is still everywhere. This study shows that family support has a strong effect on disease prevention behavior in patients with pulmonary tuberculosis. It is better for puskesmas to optimize socialization related to the role of family support for pulmonary tuberculosis sufferers, so that the community, especially families, can play an active role in providing support to improve disease transmission prevention behavior in pulmonary tuberculosis sufferers. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chessy Ariesca Prisilya
"Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang umumnya menyerang golongan usia produktif dan golongan sosial ekonomi rendah. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia maupun pada tingkat dunia.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan pasien pasca tuberkulosis paru. Desain penelitian adalah studi analitik cross-sectional. Data diambil pada bulan juni 2011 hingga bulan agustus 2012 dengan menggunakan kuesioner kepada 194 responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian (total sampling). Hasil penelitian menunjukkan responden pada penelitian ini yang berusia dibawah 45 tahun sekitar 56,5% memiliki pengetahuan yang cukup dan sekitar 75,4% memiliki pengetahuan lebih baik, sedangkan pada responden dengan usia di atas 45 tahun yang memiliki pengetahuan yang cukup sekitar 43,5% dan 24,6% memiliki pengetahuan yang lebih baik. Dan responden yang berjenis kelamin laki-laki didapatkan 53,6% memiliki pengetahuan cukup dan 48,8% yang memiliki pengetahuan baik sedangkan pada yang berjenis kelamin perempuan didapatkan 46,4% memiliki pengetahuan yang cukup dan 51,2% yang memiliki pengetahuan yang baik. Responden dengan pengetahuan yang cukup dengan kondisi sedang sakit didapatkan sekitar 82,6% dan sehat sebanyak 17,6%. Sementara itu, pada responden dengan pengetahuan yang baik didapatkan responden dengan kondisi sakit sebanyak 76% dan sehat 24%. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan subyek penelitian mengenai penyakit tuberkulosis paru dan usia subyek penelitian dengan nilai p=0,009. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan subyek mengenai penyakit tuberkulosis paru dan usia subyek penelitian.

Tuberculosis is an infectious disease that generally affects the productive age group and low socioeconomic groups of society. The disease is still a major public health problem in Indonesia and also in the world. The purpose of the study is to determine the knowledge about of post-pulmonary tuberculosis patients. The design of this study was cross-sectional analytic study. The data was taken from June 2011 to august 2012 with questionnaire to 194 subjects who fulfilled the criteria of research samples (total sampling). The results shows that among the respondents under the age of 45, 56.5 % have sufficient knowledge and 43.5% have good knowledge, as for the respondents over the age of 45, 75.4 % have sufficient knowledge and 24.6 % have good knowledge. Alsomong the male respondents, 53,6% have sufficient knowledge and 48,8% have good knowledge, as for female respondents, 46.4 % have sufficient knowledge and 51.2 % have good knowledge. Another result shows that among respondents with sufficient knowledge, 82,6% have unhealthy condition while 17,4% others are healthy, as for respondents with good knowledge, 76% have unhealthy condition while 24% others are healthy. Result shows there is a significant relationship between age of post-tuberculosis patients and knowledge of post-tuberculosis patients about pulmonary tuberculosis with p value 0,0009. In conclusion, there is a significant relationship between age of post-ruberculosis patients and knowledge of post-tuberculosis patients about pulmonary tuberculosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verra Widhi Astuti
"ABSTRAK
Nama : Verra Widhi AstutiProgram Studi : Magister Ilmu KeperawatanJudul Tesis : Pengaruh Edukasi Kesehatan Terstruktur Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru dan Stigma Masyarakat Tuberkulosis TB merupakan penyakit infeksi yang sangat mudah menular melalui percikan dahak. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan TB paru sangat penting karena kurangnya pengetahuan tentang TB paru dapat berakibat pada kurangnya perilaku pencegahan dan menimbulkan kesalahpahaman mengenai cara penularannya yang berdampak pada munculnya stigma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi edukasi kesehatan terstruktur terhadap perilaku pencegahan TB paru dan stigma masyarakat di kabupaten Bogor, Indonesia. Desain penelitian kuasi eksperimen jenis pretest and posttest with control group. Penelitian dilakukan pada 41 responden untuk masing-masing kelompok yang diseleksi dengan purposive sampling. Intervensi ini diberikan dalam 4 sesi yang dilaksanakan 2 kali seminggu. Setelah 10 hari, analisis t-test menunjukkan peningkatan rerata pengetahuan, sikap, dan keterampilan yaitu sebesar 1,56; 3,73; dan 9,61, serta penurunan rerata stigma masyarakat sebesar 6,97. Edukasi terstruktur dapat meningkatkan perilaku pencegahan penularan TB paru p value = 0,000 dan menurunkan stigma masyarakat p value = 0,000 . Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan alternatif pilihan intervensi keperawatan komunitas yang dapat diberikan kepada masyarakat berisiko TB paru.

ABSTRACT
Name Verra Widhi AstutiStudy Program Master in Nursing, Community Health Nursing SpecializationJudul Tesis The Effect of Stuctured Health Education to Pulmonary Tuberculosis Transmission Preventive Behavior and Public Stigma in Bogor Regency Tuberculosis TB is a common infectious disease that easily transmitted through sputum splashes. Community knowledge and awareness of pulmonary TB transmission is very important. It may result in a lack of prevention behavior and it leads to misconceptions about the mode of transmission that affects the emergence of stigma. This study aims to determine the effect of structured health education intervention on pulmonary TB prevention behavior in the Bogor district of Indonesia. A quasi experimental research design applied with pre and post test with control group types. The study involved 41 respondents for each group selected by purposive sampling. Intervention consisted of 4 sessions that was held 2 times a week. After 10 days, the t test analysis showed an average increase of knowledge, attitude, and skill were 1.56 3.73 and 9.61, and a decrease in average stigma was 6.97. Structured health education can improve the prevention behavior of pulmonary tuberculosis transmission p value 0,000 and reduce the public stigma p value 0,000 . The results are expected to provide an alternative choice of community nursing interventions that can be given to people at risk of pulmonary TB."
2017
T48520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lopulalan, Stevanie Hermine
"Penyakit Tuberkulosis (TB) memerlukan penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) minimal 6 bulan. Kepatuhan pasien dalam menggunakan OAT merupakan kunci keberhasilan terapi penyakit ini. Penelitian ini bertujuan membandingkan efek pemberian intervensi pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan penggunaan OAT pada pasien TB di Puskesmas Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Pasien yang bersedia menjadi responden penelitian dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok satu terdiri dari 34 pasien yang menerima intervensi pendidikan kesehatan berupa leaflet. Kelompok dua terdiri dari 32 pasien yang menerima intervensi berupa kombinasi leaflet dan ceramah. Tingkat kepatuhan responden diukur menggunakan kuesioner Morisky scale sebelum dan sesudah pemberian intervensi.
Berdasarkan analisis hasil uji Wilcoxon, kelompok perlakuan satu tidak menunjukkan perubahan kepatuhan yang bermakna secara statistik (p=0,089) namun terlihat adanya arah peningkatan status kepatuhan (p=0,044). Sedangkan kelompok perlakuan dua menunjukkan arah peningkatan kepatuhan (p=0,002) penggunaan OAT yang bermakna (p=0,004). Kedua kelompok bersifat setara secara statistik jika tidak memperhitungkan keberagaman jenis kelamin dan pekerjaan responden.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan pemberian intervensi kombinasi leaflet dan ceramah meningkatkan kepatuhan secara bermakna dan lebih baik dibandingkan intervensi leaflet terhadap kepatuhan penggunaan OAT pada pasien TB di Puskesmas Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Berdasarkan analisis bivariat, karakteristik responden tidak mempengaruhi peningkatan kepatuhan kecuali tingkat pendidikan responden pada kelompok satu.

Tuberculosis (TB) requires the use of Anti Tuberculosis Drugs (ATD) for at least 6 months. Patients adherence to ATD treatment is the key to ensure this treatment success. This study aimed to compare the provision effect of health education interventions on adherence to ATD used in TB patients at sub-district health center of Cimanggis in Depok.
Patients who were would to be the respondent, were divided into two treatment groups. The first group consisted of 34 patients who received health education interventions in the form of leaflets. The second group consisted of 32 patients who received health education interventions in the combination form of leaflets and lectures. The respondent compliance status was measured by Morisky's guided interview questionnaires scale method before and after the intervention.
Based on the Wilcoxon test analysis, the first group's treatment showed no significantly increases on adherence to ATD used (p = 0.089). However, compliance changes seen increased (0.044). While the second group showed significantly (p = 0.004) increases on adherence to ATD used (p = 0.002). Both group is statistically equal if not take into account the diversity of respondent's gender and employment.
Thus, it can be concluded that the combination form of leaflets and lectures gives a better effect than the form of leaflets on increased adherence to ATD used in TB patients at Sub-district Public Health Center of Cimanggis in Depok. Based on the bivariate analysis, there is no association between the adherence increases and respondent's characteristic except for education background of the first group's respondent.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42801
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Prihatini
"Diabetes melitus merupakan faktor risiko independen aktivasi infeksi TB laten. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perilaku berobat pasien DM dengan kemungkinan terjadinya tuberkulosis. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan melalui kuesioner, pemeriksaan sputum dan rontgen. Didapatkan 104 (35,7%) pasien dengan TB dari 291 pasien DM. Waktu yang dibutuhkan pasien untuk mencari pengobatan ketika sakit, cara pasien mengatasi gejala, transportasi untuk menjangkau fasilitas layanan kesehatan, punya asuransi atau jaminan kesehatan dan memiliki tabungan kesehatan keluarga berhubungan dengan kejadian TB (p<0,05).

Diabetes mellitus is an independent risk factor of activation of latent TB infection. The purpose of this research is to know relation between characteristics of treatment behavior of DM patient with prevalence of TB.The design of this research is cross-sectional study. Data is collected by questionnaire, sputum test and radiology test.104 (35.7%) from 291 patients with DM are diagnosed as TB.Time needed by patients to seek for treatment,how people take care of their symptoms, how patients go to primary health center, are they having an insurance or government assurance and having family savings for health is related with prevalence of TB (p<0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadistya Novitri Adinda
"Pengalaman diketahui berhubungan dengan pengetahuan tuberkulosis. Pengalaman dapat diperoleh dari riwayat pengobatan tuberkulosis. Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tuberkulosis dan hubungan pengalaman dengan pengetahuan TB. Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan membandingkan kelompok pasca-TB dan suspek TB. Dari penelitian didapatkan 83 pasca-TB dan 83 suspek TB. Analisis deskriptif menunjukkan 92,8% pasca-TB mengetahui TB dapat disembuhkan sementara 10% suspek TB mengetahuinya. Uji analisis Chi-square menunjukkan p<0,05 untuk pengetahuan kesembuhan TB dan p>0,05 untuk pengetahuan penularannya jika dihubungkan dengan pengalaman. Dengan demikian, disimpulkan bahwa pengalaman berhubungan dengan pengetahuan kesembuhan TB tetapi tidak berhubungan dengan pengetahuan penularannya.

Experience is known to have role in knowledge. This study aimed to find descriptive data of tuberculosis knowledge and the association between experience and knowledge. The method is cross-sectional with comparation of post-TB group and TB suspect grorup. This study involved 83 post-TB and 83 TB suspects. Descriptive analysis showed 92,8% post-TB subjects know that TB is curable, while 10% TB suspects do not know. Chi-square analysis showed p<0,05 for knowledge of treatability and p>,05 for knowledge of transmission when associated with experience. It is concluded that experience is associated with better treatability knowledge but not associated with transmission knowledge."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamikar Baridwan Syamsir
"TB paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di level nasional tetapi juga di level global. Usia dewasa merupakan salah satu kelompok yang memiliki resiko terkena TB. Bahkan WHO menyebutkan bahwa sebagian besar penderita TB banyak menyerang kelompok usia produktif. Kepatuhan pengobatan dan perilaku pencegahan penularan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi untuk meningkatkan angka kesembuhan pasien TB sehingga dapat menekan laju penularan dan mencegah terjadinya resistensi obat. Tujuan disusunnya Karya Ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan oleh residen ners spesialis keperawatan komunitas kepada kelompok dewasa dengan TB paru. Sampel yang digunakan pada program inovasi ini yakni 32 pasien. Pengambilan sampe menggunakan teknik total sampling. Upaya yang diinisiasi oleh perawat bernama Program Menu STOP TB (Mencegah Penularan Melalui Upaya Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan Pengobatan) yang terdiri dari 8 sesi, diantaranya sesi selection of participans, sesi intervensi psikoedukasi, sesi restrukturisasi kognitif, sesi latihan pernapasan, sesi activity scheduling, sesi problem solving, sesi tutorial aplikasi web menu stop tb; sesi maintain health behaviours. Pelaksanaan inovasi ini menggunakan pendekatan terapi dukungan kelompok. Hasil dari pelaksanaan program inovasi ini, sebagai berikut : (1) adanya rerata peningkatan rerata tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam pencegahan penularan TB sebelum dan setelah intervensi Menu STOP TB; (2) adanya rerata peningkatan tingkat persepsi dan efikasi diri dalam pencegahan penularan TB sebelum dan setelah intervensi Menu STOP TB; (3) adanya perbedaan yang bermakna pada rerata pengetahuan, sikap dan keterampilan, persepsi dan efikasi diri dalam upaya pencegahan penularan TB sebelum dan setelah intervensi Menu STOP TB dengan nilai p Value < 0,05. Pelaksanaan program Menu STOP TB efektif meningkatkan perilaku dan persepsi pencegahan penularan pada kelompok dewasa TB. Perawat dapat menggunakan pendekatan terapi dukungan kelompok untuk meningkatkan perilaku dan persepsi pada klien.

Pulmonary tuberculosis (TB) is still a public health problem not only at the national level but also at the global level. Adult age is one of the groups that have a risk of developing TB. In fact, WHO states that most TB sufferers attack the productive age group. Treatment adherence and transmission prevention behavior are factors that contribute to increase the cure rate for TB patients so that they can reduce the rate of transmission and prevent drug resistance. The purpose of this scientific paper is to provide an overview of the implementation of nursing care for communities carried out by community nurses to groups of adults with pulmonary TB. The sample used in this innovation program is 32 patients through total sampling technique.The effort initiated by the nurse was called the Menu STOP TB Program (Preventing Transmission Through Efforts to Examine, Find, Treat and Maintain Treatment) which consisted of 8 sessions, including selection of participants, psychoeducational intervention session, cognitive restructuring session, breathing exercise session, activity scheduling session, problem solving session, menu stop tb web application tutorial session; maintain health behavior session. The implementation of this innovation uses a support group therapy approach. The results of the implementation of this innovation program are as follows: (1) an increase in the average level of knowledge, attitudes and skills in preventing TB transmission before and after the Menu STOP TB intervention; (2) the average increase in the level of perception and self-efficacy in preventing TB transmission before and after the Menu STOP TB intervention; (3) there is a significant difference in the average knowledge, attitudes and skills, perceptions and self-efficacy in preventing TB transmission before and after the Menu STOP TB intervention with p-value <0.05. The implementation of the Menu STOP TB program is effective in increasing the behavior and perception of prevention of transmission in the TB adult group. Nurses can use a support group therapy approach to improve client behavior and perceptions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anette Yongki Wijaya
"Latar Belakang: TB hingga saat ini masih termasuk dalam sepuluh besar penyebab kematian di dunia. Dalam penatalaksanaannya terdapat beberapa tantangan seperti infeksi HIV/AIDS, diabetes melitus, dan beban resistensi obat. Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2019, di Indonesia terdapat 9.118 kasus TB RO dengan 46% di antaranya memulai pengobatan. Dan pada Global Tuberculosis Report 2020, terdapat kenaikan sekitar 2,345 kasus menjadi 11.463 kasus dengan kenaikkan cakupan memulai pengobatan hanya 2%. Selain itu, munculnya pandemi COVID-19 membuat deteksi, konfirmasi, dan pengobatan TB dan TB MDR menurun. Hal ini dapat meningkatkan risiko lebih jauh beban resistensi obat, khususnya TB MDR.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observatif dengan data kuantitatif. Sumber data berasal dari data sekunder berupa rekam medik RSUP Persahabatan tahun 2020. Dengan desain studi kasus kontrol, 50 sampel dalam kelompok kasus dan 100 sampel dalam kelompok kontrol dianalisis menggunakan SPSS dengan uji chi square, OR untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel, dan p<0,05 sebagai batas kemaknaan.
Hasil: Usia ≤30 tahun (OR=0,30; p=0,019) dan kepatuhan minum obat (OR=6,64; p=0,000) memiliki hubungan statistik yang signifikan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020.
Kesimpulan: Faktor risiko yang berhubungan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020 adalah usia dan kepatuhan minum obat. Diperlukan pengawasan lebih di masa pandemi COVID-19 ini terhadap kepatuhan minum obat pada kelompok usia >30 tahun. Serta diperlukan penelitian mengenai hubungan COVID-19 dengan TB MDR.

Background: Tuberculosis is still one of the top ten diseases causing death globally. Several challenges could not be omitted in TB treatment, for instance HIV/AIDS infection, diabetes mellitus, dan drug resistant burden. According to Global Tuberculosis Report 2019, in Indonesia there were 9,118 drug resistant TB cases which around 46% were on treatment. However, in Global Tuberculosis Report 2020, the case increased about 2,345 cases to 11,463 cases, yet the treatment enrollment only raised about 2%. The emerging of COVID-19 pandemic causing TB and MDR-TB’s notification, confirmation, and treatment decrease significantly. Due to this situation, the burden of drug resistant TB would be uncontrollable and causing more serious damage in the future.
Aim: The aim of this study is to identify factors associated with MDR-TB in Persahabatan Hospital year 2020.
Methods: This is a quantitative analytic-observational study using secondary data from Persahabatan Hospital’s medical records. With case control as the study design, 50 cases and 100 controls were analyzed with SPSS. Chi square analysis, OR to understand the association degree between variables, and P-Value <0,05 as significance level are used in this study.
Result: Age ≤30 years (OR=0,30; p=0,019) and treatment adherence (OR=6,64 p=0,000) have significant statistical association with MDR-TB cases in Persahabatan Hospital year 2020.
Conclusion: Age and treatment adherence are the risk factors associated with MDR-TB cases in Persahabatan Hospital year 2020. Further treatment supervision needed in COVID-19 pandemic era among patients age of >30 years. And furthermore, studies about association between COVID-19 and MDR-TB are needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaitun
"Motivasi pemilihan makanan merupakan salah satu faktor penting karena dapat menentukan pola makan seseorang. Motivasi pemilihan makanan dapat membentuk intervensi yang efisien dan adaptif dalam memodifikasi kebiasaan makan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan, terutama di kalangan pekerja yang merupakan hampir separuh populasi global untuk meningkatkan produktivitas mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi pemilihan makanan pada komunitas bike to work kota Depok. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Total responden pada penelitian ini yaitu 251 anggota komunitas bike to work kota Depok tahun 2024 dengan menggunakan cara total sampling. Hasil penelitian dengan menggunakan skala likert rentang 1-4 menunjukkan bahwa 8 dari 9 motivasi pemilihan makanan adalah hal yang penting bagi komunitas bike to work kota Depok tahun 2024 dengan rerata tertinggi yaitu pada motivasi kesehatan (mean= 3,45), susasana hati (mean= 3,34), dan kandungan alami (mean= 3,33). Sementara motivasi pemilihan makanan yang kurang penting bagi komunitasi bike to work Kota Depok yaitu perhatian etis (mean= 2,82). Selain itu, faktor usia, jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan, sosial ekonomi, pendidikan, dan tingkat stres memiliki hubungan yang bermakna (p-value <0,05) dengan motivasi pemilihan makanan pada komunitas bike to work kota Depok tahun 2024.

Food choice motivation is an important factor because it can determine a person's eating patterns. Food choice motivation can form an efficient and adaptive intervention in modifying eating habits to maintain health and well-being, especially among workers who constitute almost half of the global population to increase their productivity. This study aims to determine the factors related to food choice motivation in the bike to work community in Depok city. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. Total respondents in this study were 251 members of the Depok city bike to work community in 2024 with total sampling. The results of this study using a Likert scale ranging from 1-4 show that 8 out of 9 motivations for choosing food are important for the bike to work community in Depok city in 2024 with the highest mean being health motivation (mean= 3.45), mood (mean = 3.34), and natural content (mean= 3.33). Meanwhile, the motivation for choosing food that is less important for the bike to work community in Depok City is ethical concern (mean= 2.82). Age, gender, marital status, employment, socio-economics, education, and stress level have a significant relationship (p-value <0,05) with food choice motivation for the bike to work community in Depok city in 2024."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>