Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222782 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridha Syalli Adha
"Berat badan berlebih merupakan pintu gerbang berbagai penyakit dan angkanya terus meningkat. Penelitian ini membahas faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian berat badan berlebih pada pekerja Perusahaan minyak dan gas bumi di laut jawa tahun 2024. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan metode mixed method – sequencial explanatory design. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 105 orang. Variabel dependen penelitian yaitu berat badan berlebih dan variabel independen terdiri atas jenis kelamin, usia, kondisi psikologis, akses informasi kesehatan, akses makanan/minuman sehat, akses makanan/minuman tidak sehat, pola makan, aktivitas fisik, waktu tidur, perilaku menetap, lokasi kerja, dan shift kerja. Hasil penelitian menyebutkan 63% pekerja mengalami kondisi berat badan berlebih dimana 17% nya obesitas. Berdasarkan hasil analisis, akses informasi kesehatan dan pola makan memiliki hubungan signifikan dengan berat badan berlebih, pola makan merupakan faktor risiko dominan penyebab berat badan berlebih dengan OR 9. Perusahaan diharapkan dapat menyusun program kesehatan untuk pekerja terutama untuk menangani kejadian berat badan berlebih. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk melihat variabel lain yang belum diteliti yang mungkin berhubungan dengan berat badan berlebih.

Overweight is a gateway to various diseases, and its prevalence continues to rise. This study examines the risk factors associated with the occurrence of overweight among oil and gas company workers in the Java Sea in 2024. The study employs a cross-sectional design with a mixed-method sequential explanatory approach. A total of 105 respondents participated in the study. The dependent variable is overweight, while the independent variables include gender, age, psychological condition, access to health information, access to healthy food/drinks, access to unhealthy food/drinks, eating patterns, physical activity, sleep duration, sedentary behavior, work location, and work shift. The results indicated that 63% of workers experienced excess weight, with 17% being obese. Analysis revealed that access to health information and eating patterns have a significant relationship with excess weight, with eating patterns being the dominant risk factor (OR 9). It is recommended that the company develop health programs for workers, particularly to address the issue of excess weight. Future research should explore other variables that may be related to excess weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanita Haldy
"Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebabkan kematian utama di Indonesia. Pada perusahaan minyak dan gas, PJK menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit diantara pekerja saat ini. Terdapat 5 kejadian evakuasi medis pada tahun 2023 di Perusahaan ini dengan diagnosis gangguan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, analisis faktor risiko PJK pada Perusahaan ini menjadi hal yang fundamental sebagai dasar dalam menentukan program promosi kesehatan yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi risiko PJK 10 tahun mendatang pada pekerja dengan metode framingham dan hubungan antara faktor risiko menggunakan desain penelitian
cross sectional dan mixed-method sequential explanatory. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat risiko PJK di Perusahaan minyak dan gas ini adalah 3,8% risiko tinggi, 18,1% sedang dan 78,1% rendah. Gambaran faktor risiko PJK, antara lain 34,4% riwayat CVD keluarga, 82,7% pria, 51,4%, berusia <40 tahun, 67,6% dislipidemia, 26,7% hipertensi, 15,2% diabetes melitus, dan 81,9% kelebihan BB, 40% perokok aktif, 27,6% waktu tidur berisiko, 49,5% tidak aktif berolahraga, 99% sedenter, 52,5% berpola makan tidak baik, 6,7% stress psikososial, 40% bekerja di area non-office, 23,8% shift. Analisis hubungan diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara usia, hipertensi, diabetes dan risiko PJK pada pekerja dan usia merupakan faktor risiko dominan PJK. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin, dislipidemia, BMI, alkohol, sedenter, pola makan, waktu tidur, stress psikososial, jenis pekerjaan, area kerja dan risiko PJK pada pekerja. Selain itu, berdasarkan analisis kualitatif yang dilakukan pada faktor
determinan perilaku pekerja, diketahui terdapat hubungan antara faktor determinan perilaku dan perilaku pekerja. Pada faktor pengetahuan (faktor pre-disposisi) diketahui bahwa pekerja non office kurang memahami faktor risiko PJK. Potensi penyebabnya adalah edukasi kesehatan pekerja belum merata pada seluruh area kerja. Analisis faktor pemungkin diketahui bahwa perusahaan telah memberikan dukungan penuh untuk meningkatkan kesehatan pekerja, namun masih ditemukan pekerja yang belum melakukan perbaikan perilaku kesehatan. Analisis faktor penguat memperlihatkan bahwa perusahaan telah menjalankan pengawasan dan pemantauan secara baik dan kosisten, namun pelaksaan program kesehatan setiap site belum terintegrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan program promosi kesehatan yang komprehensif dan menyeluruh, baik dari perusahaan, pekerja, dan juga pembuat kebijakan.

Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in Indonesia. In oil and gas companies, CHD is one of the main causes of disease-related deaths among workers. In 2023, there were 5 medical evacuation incidents at this company with diagnoses of heart and vascular disorders. Therefore, analyzing CHD risk factors at this company is fundamental in determining appropriate health promotion programs. This study was conducted to predict the 10-year risk of CHD among workers using the Framingham method and to assess the relationship between risk factors using a cross-sectional and mixed-method sequential explanatory research design. The results showed that the CHD risk levels at this oil and gas company were 3.8% high risk, 18.1% moderate risk, and 78.1% low risk. The risk factors for CHD included 34.4% with a family history of CVD, 82.7% men, 51.4% under 40 years old, 67.6% with dyslipidemia, 26.7% with hypertension, 15.2% with diabetes mellitus, 81.9% overweight, 40% active smokers, 27.6% with risky sleep duration, 49.5% not physically active, 99% sedentary lifestyle, 52.5% with poor eating habits, 6.7% with psychosocial stress, 40% working in non-office areas, and 23.8% working shifts. There was a significant association between age, hypertension, diabetes, and CHD risk among workers, with age being the dominant risk factor for CHD. There was no association between family history, gender, dyslipidemia, BMI, alcohol consumption, sedentary lifestyle, dietary habits, sleep patterns, psychosocial stress, job type, work area, and CHD risk among workers. Additionally, qualitative analysis of behavioral determinants showed a relationship between behavioral determinants and worker behavior. Regarding worker knowledge as predisposing factors, non-office workers were found to have less understanding of CHD risk factors. The potential cause is uneven health education across all work areas. Analysis of enabling factors revealed that the company has provided full support to improve worker health, but some workers have not yet improved their health behaviors. The analysis of reinforcing factors showed that the company has implemented good and consistent health monitoring, but the implementation of health programs at each site is not yet integrated. Therefore, comprehensive and thorough improvements in health promotion programs are needed from the company, workers, and policymakers. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Mochtar
"Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, baik pada populasi masyarakat umum maupun populasi pekerja. Pekerja migas, baik off-shore maupun on-shore, terpapar dengan berbagai hazard, yang secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor mereka. Hingga saat ini belum ditemukan adanya studi yang mempelajari tentang faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor pada pekerja migas di Timur Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor pada pekerja off-shore dan on-shore perusahaan migas 'X' di Qatar. Dengan metode potong lintang, studi ini menganalisis dan membandingkan data pekerja off-shore dan on-shore perusahaan 'X' pada dua tahun berbeda, yaitu tahun 2008 dan 2018. Data pekerja yang dianalisis meliputi jenis kelamin, usia, kadar-kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida dan gula darah sewaktu, tekanan darah sistolik dan diastolik, kebiasaan merokok, penggunaan obat tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. Data yang ada juga digunakan untuk menghitung risiko kardiovaskular mayor pekerja dengan menggunakan Framingham Risk Score.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa pada periode 2008-2018, pekerja off-shore mengalami perburukan pada sembilan faktor risiko, yaitu tekanan darah sistolik, gula darah sewaktu, LDL, kolesterol total, trigliserida, berat badan, pengobatan tekanan darah, jumlah penderita diabetes dan sindrom metabolik. Selain itu, pekerja off-shore mengalami perburukan significant risiko kardiovaskular mayor dari skor FRS 9,2% (risiko ringan) menjadi 20,3% (risiko tinggi). Pada periode yang sama, pekerja on-shore hanya mengalami perburukan pada dua faktor risiko, yaitu LDL dan berat badan, serta mengalami perbaikan pada satu faktor risiko, yaitu HDL. Selain itu, pekerja on-shore juga mengalami perburukan risiko kardiovaskular mayor dari skor FRS 10,0% (risiko ringan) menjadi 17,0% (risiko sedang). Berdasar hasil studi ini disimpulkan bahwa dibanding pekerja on-shore, pekerja off-shore mengalami lebih banyak perburukan faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor.

Cardiovascular disease is a prevalent disease and associated with high mobidity and mortality in both general and worker population. Oil and gas workers, both off-shore and on-shore, are exposed to various hazards in the workplace, which directly or indirectly increase the workers' risk factors and risk of developing major cardiovascular events. Up to present, no study investigating risk factors and risk of major cardiovascular events in the Middle East has been found. This study was intended to analyze the risk factors and risk of major cardiovascular events in the off-shore and onshore workers of the 'X' oil and gas company in Qatar. Using a cross-sectional method, this study analyzed and compared the health data of the off-shore and on-shore workers of the 'X' company in the two different year, namely 2008 and 2018. The data analyzed included gender, age, the levels of total cholesterol, LDL, HDL, triglycerides and blood sugar, systolic and diastolic blood pressure, smoking habit, use of blood pressure medications, body weight and height. The available data was also utilized to calculate the workers' risk of developing major cardiovascular events using Framingham Risk Score.
This study found that during the period of 2008-2018, the off-shore workers suffered the worsening in the nine cardiovascular risk factors, namely systolic blood pressure, blood sugar, LDL, total cholesterol, triglycerides, body weight, blood pressure medication, numbers of diabetic and metabolic syndrome. In addition, the off-shore workers experienced a significant deterioration in the risk of developing major cardiovascular event from a FRS score of 9.2% (mild risk) to 20.3% (high risk). In the same period, on-shore workers experienced the worsening only in two risk factors, namely LDL and weight, and experienced an improvement in one risk factor, namely HDL. In addition, on-shore workers also experienced a deterioration in the risk of developing major cardiovascular events from a FRS score of 10.0% (mild risk) to 17.0% (moderate risk). Based on the study, it is concluded that compared to the onshore workers, the off-shore workers experienced more worsening of risk factors and risk of major cardiovascular events.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pariangan, Oksen
"Bahaya psikososial berpengaruh terhadap kesehatan kerja melalui persepsi dan pengalaman yang dialami pekerja. Bahaya psikososial tak hanya berkaitan dari individu pekerja, melainkan konteks pekerjaan, sosial dan perusahaan atau organisasinya. Peneliti melihat bagaimana tingkat risiko psikososial yang dihadapi oleh para pekerja di sektor migas dengan menggunakan HSE Management Standard Indicator Tool dari HSE UK yan bertujuan untuk menghasilkan gambaran sesuai dengan tingkatan dan kategori, yaitu demand, control, manager support, peer support, relationship, role, dan change. Penelitian berhasil mendapatkan 63 responden pengisi kuesioner dengan sebelumnya menggunakan pendekatan rumus besar sampel jenuh dari data sekunder dan secara umum, gambaran kondisi psikososial di PT X berada pada level 4.

Psychososial hazards affect occupational health through perceptions and experiences experienced by workers. Psychososial hazards are not only related to individual workers, but also to the work, sosial and corporate context or organization. Researchers see how the level of psychososial risk faced by workers in the oil and gas sector by using the HSE Management Standard Indicator Tool from HSE UK which aims to produce a picture according to levels and categories, namely demand, control, manager support, peer support, relationship, role, and change. The study succeeded in getting 63 respondents to fill out the questionnaire by previously using a saturated sample size formula approach from secondary data and in general, the description of psychososial conditions at PT X was at level 4."
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Dahlan
"Tesis ini membahas faktor-faktor risiko kelelahan dan pemulihan kelelahan, tingkat kelelahan dan pemulihan, serta potensi penurunan Human Performance akibat kelelahan akut dan kronis. Penelitian ini dilakukan di perusahaan Migas X yang merupakan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) dengan proses kerja kompleks dan kritikal yang berpotensi menimbulkan kelelahan pada pekerja dan menyebabkan kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional area dilakukan dengan metode pengisian kuesioner online oleh 1650 responden yang didapatkan dengan cara random sampling pada bulan April – Mei 2021. Data yang masuk di olah untuk mendaptkan nilai kelelahan akut, kronis, pemulihan, at-risk behavior, human performance, kemudian dilakukan Analisis hubungan antara faktor risiko kelelahan, nilai kelelahan, pemulihan serta human performance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam faktor risiko yang secara signifikan memengaruhi kelelahan akut, sembilan faktor risiko yang secara signifikan memengaruhi kelelahan kronis, dua faktor yang secara signifikan memengaruhi pemulihan kelelahan, serta terdapat hubungan yang signifikan antara kenaikan tingkat kelelahan kronis ataupun akut terhadap penurunan Human Performance.

This thesis discusses the faktors of fatigue and recovery, level of fatigue and recovery, the potential human performance degradation due to acute and chronic fatigue. This research was conducted at the Migas X company which is an oil and gas company with a complex and critical process that causes fatigue to workers and potentially cause work accidents. The design of this study is a cross sectional and the data conducted by online questionnaire which filled out by 1650 respondents obtained by random sampling in April – May 2021. The results showed that there were six risk faktors that significantly affected acute fatigue, nine risk faktors that significantly affected chronic fatigue, two faktors that significantly exhaust fatigue recovery, and there is a significant relationship between an increase in chronic or acute fatigue and a decrease in Human Performance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Avrila Putri
"

Sindrom metabolik adalah kumpulan dari beberapa faktor risiko berupa tingginya kadar gula darah, rendahnya kadar High Density Lipid (HDL), tingginya kadar trigliserida, obsesitas sentral serta hipertensi. Seseorang yang mengidap sindrom metabolik memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kronik seperti kardiovaskuler dan diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari. Berdasarkan hasil Medical Check Up pada pegawai Perusahaan Migas X Jakarta di tahun 2014, angka dislipidemia mencapai 69,4%, obesitas 14,8%, overweight 33,17%, diabetes 8,7%. Selain itu, berdasarkan pengamatan penulis, pegawai pusat Perusahaan Migas X memiliki gaya hidup yang cenderung sedentary karena lebih banyak duduk di kursi untuk mengerjakan pekerjaan administratif dan cukup sering mengonsumi makanan yang tinggi lemak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada pekerja kantor pusat Perusaahan Migas X dengan menggunakan desain studi cross sectional. Hasil penelitian ditemukan bahwa prevalensi sindrom metabolik pada pekerja kantor pusat Perusaahan Migas X adalah 25%. Variabel independen yang berhubungan signifikan dengan kejadian sindrom metabolik adalah pola makan protein hewani (p value= 0,016), pola makan lemak (p value=0,037), Indeks Masa Tubuh (p value=0,001), aktivitas fisik (p value= 0,010), perilaku sedentary (p value=0,030) dan merokok (p value=0,037). Oleh karena itu, perlu adanya strategi untuk memberikan pengetahuan dan informasi terkait pola makan yang seimbang serta meningkatkan kemauan pekerja untuk senantiasa melakukan aktivitas fisik yang cukup dan teratur serta tidak merokok untuk menjaga berat badan yang ideal, memiliki gaya hidup yang sehat dan mencegah penyakit kronik akibat sindrom metabolik.


Metabolic syndrome is a cluster of some risk factors such as high level of glucose and triglyceride, low level of High Density Lipid (HDL), central obesity, and hypertension. Someone who suffers from metabolic syndrome has higher risk to get chronic disease like cardiovascular disease and diabetes melitus type 2 in the future. As per Medical Check Up result of Oil and Gas Company X workers in 2014, found that dyslipidemia up to 69,4%, obesity 14,8%, overweight 33,17%, diabetes 8,7%. Furthermore, based on observation, office workers of Oil and Gas Company X tend to have sedentary life style since they spent most of their time at office to sit for doing some administrative task and often consume high fat food. Thus, the objective of this study was to analyze the risk factors that associate with metabolik syndrome on Head Office Workers of Oil and Gas Company X using cross sectional design study. The result of this study foud that prevalence of metabolik syndrome on Head Office Workers of Oil and Gas Company X is 25%. The independent variables that were significant with metabolic syndrome were animal protein diet (p value = 0.016), fat diet (p value = 0.037), body mass index (p value= 0,001), physical activity (p value = 0.010), and sedentary lifestyle (p value = 0.030) and smoking (p value= 0,037). Therefore, it is necessary to create strategy in order to provide knowledge and information regarding a balanced diet and increase the willingness of workers to do sufficient and regular physical activity and stop smoking to maintain ideal body weight, having a healthy life style and prevent chronic disase caused by metabolik syndrome.

"
2019
T53142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf Hidayat
"Penelitian ini mengevaluasi tingkatan dan distribusi faktor risiko dan distress pada pekerja di industri tekstil PT UNITEX tahun 2024. Desain penelitian cross-sectional dengan pendekatan semi-kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, serta data sekunder dari klinik perusahaan dan dokumen pendukung lainnya. Partisipan adalah 54 pekerja tetap PT UNITEX. Sebanyak 96,3% (52) pekerja mengalami distress, dengan rincian 46,3% (25) distress ringan, 29,6% (16) distress sedang, dan 20,4% (11) distress berat. Distress lebih banyak dialami oleh laki-laki (97,7%), usia <30 tahun (100%), belum menikah atau cerai mati (100%), kepribadian tipe A (100%), kondisi fisik lingkungan kerja yang buruk (97,9%), desain tugas yang baik (97%), bekerja <5 tahun (100%), shift (100%), bekerja >40 jam per minggu (96,4%), beban kerja rendah (100%), konflik peran rendah (100%), ambiguitas peran tinggi (100%), tanggung jawab rendah (100%), hubungan interpersonal buruk (100%), kontrol pekerjaan rendah (100%), pengembangan karir buruk (96,7%), dukungan sosial rendah (100%), dan home-work interface rendah (96,2%). Penelitian ini menunjukkan tingginya prevalensi distress di antara pekerja PT UNITEX, dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan dan personal. Disarankan agar perusahaan mengimplementasikan program pengelolaan distress, memperbaiki kondisi fisik lingkungan kerja, mengkaji ulang pembagian beban kerja, dan meninjau kembali tata cara pelaksanaan pekerjaan.

This study aims to see the level and distribution of risk factors and distress in workers in the textile industry PT UNITEX in 2024. This study uses a cross-sectional study design through a semi-quantitative approach, namely data collection using questionnaires, interviews, and using secondary data such as employee complaint or symptom data from the company clinic and other supporting documents. A total of 54 permanent workers of PT UNITEX participated in this study. The results of this study indicate that 96.3% (52) workers experienced distress. The majority of respondents experienced mild distress, namely 46.3% (25) respondents, followed by moderate distress of 29.6% (16) respondents, severe distress 20.4% (11) respondents and no distress as many as 3.7% (2) respondents. It was also found that distress was more experienced by men (97.7%), age <30 years (100%), unmarried or divorced (100%), type A personality (100%), poor physical conditions of the work environment (97.9%), good task design (97%), working <5 years (100%), shifts (100%), working >40 hours per week (96.4%), low workload (100%), low role conflict (100%), high role ambiguity (100%), low responsibility (100%), poor interpersonal relationships (100%), low job control (100%), poor career development (96.7%), low social support (100%), and low home-work interface (96.2%). The researcher suggested that the company immediately provide a program related to distress management, make improvements to the physical conditions of the work environment to comply with the specified regulations, review the division of workloads for employees, and review the procedures for carrying out work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Atara Trisyani
"Skripsi ini membahas tentang analisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja konstruksi di Proyek Y PT.X Tahun 2024. Kelelahan kerja (fatigue) adalah suatu kondisi dimana terjadi perasaan lelah dan penurunan fungsi mental dan fisik yang menyebabkan berkurangnya semangat kerja sehingga menurunkan efektivitas dan efisiensi kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kauntitatif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah prurposive sampling. Analisi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 48,9% responden mengalami kelelahan kerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan faktor risiko terkait pekerjaan seperti beban kerja, durasi kerja, durasi lembur, jenis pekerjaan dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan, seperti konsumsi minuman berkafein, konsumsi air mineral, kualitas tidur, kuantitas tidur, dan pekerjaan sampingan.

Work fatigue (fatigue) is a condition where there is a feeling of fatigue and a decrease in mental and physical function which causes a decrease in morale, thereby reducing work effectiveness and efficiency. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional design. The sampling technique used was purposive sampling. Data analysis in this study was carried out using two ways, namely chi square. The results of this study showed that 48.9% of respondents experienced job fatigue. There is a significant relationship between fatigue and work-related risk factors such as workload, work duration, overtime duration, type of work and non-work-related risk factors, such as caffeinated beverage consumption, mineral water consumption, sleep quality, sleep quantity, and side jobs"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Handradika
"Pekerja di lapangan migas, khususnya di lepas pantai memiliki risiko yang tinggi terhadap pajanan BTX di area kerja. Pajanan bersumber dari aktifitas yang langsung bersentuhan dengan uap dan gas hidrokarbon yang sifatnya mudah menguap pada suhu kamar (Volatile organic compounds - VOC) sehingga memungkinkan terhisap oleh para pekerja dan menimbulkan efek kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan tingkat risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik dari Pajanan BTX terhadap pekerja lepas pantai beserta manajemen risiko yang harus dilakukan. Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) yang meliputi 4 langkah penting: identifikasi bahaya, analisis dosis-respon, analisis pajanan dan karakterisasi risiko. Jumlah sampel berupa 95 orang pekerja tetap di perusahaan hulu migas X. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung, tingkat risiko dihitung dengan cara membagi asupan dengan dosis referensi BTX. Sebagai pembanding (control) dilakukan juga perhitungan terhadap 7 orang pekerja lepas pantai yang bekerja hanya di kantor (office).
Hasil penelitian menunjukkan risiko pajanan benzene non karsinogenik harus diwaspadai bagi pekerja lepas pantai dimana dari perhitungan diketahui nilai RQ (Risk Quotient) yang lebih dari satu baik untuk pajanan realtime (ada 21,05% pekerja) maupun pajanan lifetime (61,05% pekerja). Sementara untuk risiko pajanan non karsinogenik dari toluene dan xylene termasuk rendah. Ini ditunjukkan dari hasil perhitungan RQ untuk realtime maupun lifetime yang semuanya (100%) bernilai kurang dari satu (RQ <1). Untuk risiko kesehatan pajanan karsinogenik benzene, diperoleh bahwa 20% pekerja lepas pantai memiliki efek karsinogenik pada pajanan realtime dan 60% pekerja pada pajanan lifetime. Disimpulkan bahwa perlu dilakukan manajemen risiko terhadap pajanan senyawa benzene di lingkungan kerja lepas pantai, agar pekerja terhindar dari risiko kesehatan baik risiko nonkarsinogenik dan risiko karsinogenik jangka panjang.

This research has objective to predict carsinogenic and non carcinogenic effect of BTX exposure to offshore workers and the risk management required. It is cross sectional study which utilize the environmental health risk assessment approach. Sample consists of 95 offshore workers in upstream oil and gas company X. research data is compiled from direct interview and company measurement data. As a control, 7 administrative workers are involved in calculation.
The result of this research is non carcinogenic exposure of benzene must become a high concern which has risk quotient - RQ 21.05% at realtime exposure and 61.05% at lifetime exposure. There is little risk related to toluene and xylene. Its respectively RQ is lower than 1 for both of them. For carcinogenic health risk of benzene, 20% of offshore workers and 60% of offshore workers has carcinogenic effect to their health risk.It can be concluded that risk management is required for being applied in order to minimize the benzene health effect to offshore workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalman Hafizh Aulia
"Kelelahan kerja merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh pekerja, termasuk pekerja di UPT Balai Yasa Tegal yang bertugas melakukan perbaikan dan perawatan gerbong kereta. Kelelahan kerja apabila dibiarkan dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja di UPT Balai Yasa Tegal. Faktor risiko yang diteliti meliputi faktor risiko individu (usia, kuantitas tidur, kualitas tidur), faktor risiko pekerjaan (beban kerja, jenis pekerjaan, manajemen perusahaan), dan faktor risiko lingkungan kerja (suhu, pencahayaan, kebisingan). Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan desain studi cross-sectional terhadap 80 pekerja di UPT Balai Yasa Tegal sebagai responden. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner karakteristik individu dan pekerjaan, SSRT, PSQI, NASA-TLX, persepsi terhadap manajemen, dan persepsi terhadap lingkungan kerja. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat 58 pekerja (72,5%) yang mengalami kelelahan kerja ringan dan 22 pekerja (27,5%) yang mengalami kelelahan kerja sedang. Hasil analisis inferensial dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur (p-value=0,003 ; OR=8,125), beban kerja (p-value=0,00 ; OR=15,217), suhu (p-value=0,003 ; OR=6,333), pencahayaan (p-value=0,000 ; OR=10,938), dan kebisingan (p-value=0002, ; OR=5,940) dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja di UPT Balai Yasa Tegal.

Work fatigue is one of the health problems often experienced by workers, including UPT Balai Yasa Tegal workers who are tasked with repairing and maintaining railroad cars. If left unchecked, work fatigue can increase the risk of work accidents and work-related diseases. This research was conducted to analyze risk factors related to work fatigue in workers at UPT Balai Yasa Tegal. The risk factors studied included individual risk factors (age, sleep quantity, sleep quality), Work-related risk factors (workload, type of work, company management), and work environment risk factors (temperature, lighting, noise). The research was conducted using quantitative methods and cross-sectional study design on 80 workers at UPT Balai Yasa Tegal as respondents. The research instruments used include individual and job characteristics questionnaires, SSRT, PSQI, NASA-TLX, perceptions of management, and perceptions of the work environment. The results of the descriptive analysis showed that there were 58 workers (72.5%) who experienced mild work fatigue and 22 workers (27.5%) who experienced moderate work fatigue. The results of inferential analysis using the chi-square test show that there is a significant relationship between sleep quality (p-value=0.003 ; OR=8.125), workload (p-value=0.00 ; OR=15.217), temperature (p-value =0.003 ; OR=6.333), lighting (p-value=0.000 ; OR=10.938), and noise (p-value=0002, ; OR=5.940) with work fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>