Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48764 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahidah Raihanah
"Apoteker di rumah sakit bertanggung jawab atas pelayanan kefarmasian yang meliputi informasi obat yang akurat dan independen. Apoteker memainkan peran kunci dalam memastikan penggunaan obat yang efektif, aman, dan rasional. Apoteker juga berperan dalam menilai bukti ilmiah untuk mendukung pengambilan keputusan klinis berdasarkan bukti terbaik yang tersedia. Dalam konteks penggunaan antipsikotik, penting untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko secara teliti dalam meresepkan obat tersebut. Penilaian berbasis bukti (Evidence- Based Medicine—EBM) dilakukan dengan membuat resume dan telaah kritis untuk artikel jurnal studi cohort. Penulisan resume dilakukan dengan membandingkan bagian pendahuluan (introduction), metode (method) dan hasil (result) dari kedua penelitian tersebut. Sedangkan telaah kritis dilakukan dengan mengisi formulir checklist studi kohort yang dibuat oleh Critical Appraisal Skills Programme (CASP) sebagai appraisal tool untuk studi cohort. Peran apoteker dalam menerapkan pelayanan klinis dengan menggunakan Evidence-Based Medicine dapat dilakukan dengan melakukan edukasi dan mendasarkan pengambilan keputusan dari hasil penilaian telaah kritis dan resume artikel jurnal.

Pharmacists in hospitals are responsible for pharmaceutical services that include accurate and independent drug information. Pharmacists play a key role in ensuring the effective, safe and rational use of medications. Pharmacists also play a role in assessing scientific evidence to support clinical decision making based on the best available evidence. In the context of antipsychotic use, it is important to carefully consider the benefits and risks in prescribing such drugs. Evidence-Based Medicine (EBM) is carried out by creating a resume and critical review of cohort study journal articles. Writing a resume is done by comparing the introduction, method and results of the two studies. Meanwhile, the critical review was carried out by filling out the cohort study checklist form created by the Critical Appraisal Skills Program (CASP) as an appraisal tool for cohort studies. The pharmacist's role in implementing clinical services using Evidence Based Medicine can be done by providing education and basing decision making on the results of critical assessments and journal article resumes.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Salma Mutmainah
"Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek mengatur standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan yang efisien sangat penting untuk menjaga kendali mutu dan biaya, menghindari ketidakefisienan yang dapat berdampak negatif (Kemenkes RI, 2016). Pengendalian persediaan obat bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan, dengan tujuan mencegah kekosongan persediaan yang dapat mempengaruhi pelayanan farmasi. Penelitian ini mengevaluasi kejadian out of stock (OOS) pada obat ethical di Apotek Roxy Jagakarsa pada bulan Juli 2023, dengan menyarankan tindakan substitusi sebagai solusi umum. Temuan ini menggambarkan pentingnya manajemen pengelolaan sediaan farmasi yang efektif dan rasional untuk mendukung kelancaran pelayanan farmasi di apotek.

Based on the Minister of Health Regulation of the Republic of Indonesia Number 73 of 2016 concerning Standards of Pharmaceutical Services in Pharmacies, it regulates the management standards of pharmaceuticals, medical devices, and disposable medical supplies as well as clinical pharmacy services. Efficient management is crucial to maintain quality control and cost-effectiveness, avoiding inefficiencies that can have negative impacts (Ministry of Health, 2016). Inventory control aims to achieve a balance between supply and demand, preventing stockouts that can affect pharmacy services. This study evaluates the occurrence of out-of-stock (OOS) incidents for ethical drugs at Roxy Jagakarsa Pharmacy in July 2023, suggesting substitution as a common solution. These findings highlight the importance of effective and rational pharmaceutical inventory management to support smooth pharmacy operations.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Larasati Nurhidayah
"Pemusnahan adalah kegiatan transaksi pengeluaran obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) yang kedaluwarsa, hasil penarikan, dan rusak secara permanen hingga tidak layak dikembalikan menjadi aset lagi. Pemusnahan obat adalah kegiatan yang dapat terjadi di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, apotek, industri, dan distributor farmasi. Pemusnahan bertujuan untuk menjamin sediaan yang tidak layak digunakan ditangani sesuai standar dan dapat mengurangi beban penyimpanan. Tiap jenis sediaan memiliki prosedur dan metode yang sesuai untuk memastikan pemusnahan dilakukan dengan tuntas. Pengelolaan pemusnahan obat yang tidak benar menjadi masalah dunia yang dapat berujung menjadi masalah lingkungan yang membahayakan masyarakat karena kontaminasi air bersih dan tanah. Distributor farmasi memiliki risiko menampung sediaan farmasi tidak masuk persyaratan yang harus dimusnahkan sesuai persyaratan sebagai bentuk kepatuhan dan dukungan terhadap keselamatan lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji persyaratan dan tata cara pemusnahan obat tidak masuk persyaratan di distributor farmasi sebagai referensi untuk menyusun pedoman pemusnahan. Tata cara dan persyaratan pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dikaji dari beberapa regulasi dan sumber yang berlaku, terbaru, dan relevan. Hasil kajian merangkum tentang regulasi terkait pemusnahan, tata cara penanganan obat reguler dan narkotika-psikotropika-prekursor tidak masuk persyaratan, dokumen dan berita acara, metode pemusnahan sediaan tidak masuk persyaratan, serta persyaratan fasilitas untuk pengelolaan limbah.

Disposal is a transactional act of extracting expired, recalled, permanently damaged drug and disposable medical supplies. Drug disposal could occur in health facilities such as hospital, pharmacy, industrial plant, and pharmaceutical distributor. Disposal is done to assure unqualified medical supplies are handled according to standards and reduce inventory burden. Some types of supply need special methods and procedures to ensure thorough extermination. Improper drug disposal management is a worldwide problem that can cause dangerous environmental and population problems from contaminated water and soil. Pharmaceutical distributor has the likelihood to store unqualified medical supplies that need to be disposed in order to support environmental safety and as a form of compliance. This study is done to collect and assess conditions and procedures disposal of unqualified products in pharmaceutical distributor as a reference to compile a disposal guideline. Conditions and procedures were collected and assessed from new, relevant, and related sources. Result of this study is concluded to related regulations, unqualified regular and regulated drugs handling procedures, archives and reports, disposal methods, and facility’s requirements to handle waste.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Auline Salsabila
"Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan kegiatan pendistribusian atau penyaluran obat setiap PBF menerapkan pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Kimia Farma Trading & Distribution merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pendistribusian obat, alat kesehatan, dan Bahan Media Habis Pakai (BMHP). Dilakukan analisa terhadap implementasi CDOB pada manajemen mutu, organisasi, manajemen, dan personalia, serta ketentuan khusus narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi secara aktual di Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Berdasarkan hasil pengamatan implementasi tersebut diketahui bahwa Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 secara aktual sudah sesuai.
Pharmaceutical Large Distributor is a company in the form of a legal entity that has a license to procure, store, distribute drugs and / or medicinal materials in large quantities in accordance with statutory provisions. In carrying out the distribution or distribution of drugs, each PBF is required to apply the guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB). Kimia Farma Trading & Distribution is one of the companies engaged in the distribution of drugs, medical devices, and Consumable Media Materials (BMHP). An analysis was conducted on the actual implementation of CDOB in quality management, organization, management, and personnel, as well as special provisions for narcotics, psychotropic drugs, and pharmaceutical precursors at Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Based on the observation of the implementation, it is known that Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 is actually in accordance."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Midi Candra
"Pedagang besasr farmasi merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyalran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apoteker penanggung jawab memiliki tanggung jawab terhadap proses pengadaan, penyimpanan, hingga penyaluran ke tempat pelayanan kefarmasian. Praktik kerja profesi yang dilaksanakan di PT Farmasia Inovasi Megatrading dilakukan untuk membantu calon apoteker mendapat pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan pengalaman praktik untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di pedagang besar farmasi. Pada praktik kerja ini dilakukan pelaksanaan tugas khusus yaitu pemasangan tirai PVC untuk meningkatkan kebersihan area penyimpanan.

Pharmaceutical wholesalers are companies in the form of legal entities that have permits to procure, store, distribute drugs and/or medicinal ingredients in large quantities in accordance with statutory provisions. The pharmacist in charge is responsible for the procurement process, storage, and distribution to pharmaceutical service locations. Professional work practices carried out at PT Farmasia Inovasi Megatrading are carried out to help prospective pharmacists gain knowledge, insight, skills and practical experience to carry out pharmaceutical work at pharmaceutical wholesalers. In this internship, a specific task is carried out the installation of PVC curtains to improve storage area cleanliness.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Distribusi obat harus memenuhi aspek yang tercantum pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) agat obat dapat ditangani dengan baik untuk menghindari kerusakan atau penyalahgunaan obat. Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Obat-obat Tertentu (OOT) merupakan produk obat yang dapat menyebabkan kecanduan sehingga berpotensi tinggi untuk disalahgunakan diluar tujuan medis. Diperlukan juga adanya dokumentasi, pencatatan dan pelaporan yang berfungsi untuk memonitor transaksi sediaan farmasi yang keluar dan masuk di PBF. Adanya dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan dapat memudahkan dalam melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu sediaan dan harus ditarik dari peredaran. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan membahas tentang Implentasi Standar Operasional Prosedur (SOP) dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan obat narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT di PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 2 dengan metode observasi dan wawancara kepada Apoteker Penanggung Jawab dan Petugas. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis implementasi Standar Operasional Prosedur (SOP) dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT di PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 telah memenuhi standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

Medicine distribution must fulfill the aspects listed in Good Medicine Distribution Practices (CDOB) so that medicines can be handled properly to avoid damage or misuse of medicines. Narcotics, Psychotropics, Precursors and Certain Drugs (OOT) are medicinal products that can cause addiction so they have a high potential for abuse for other than medical purposes. There is also a need for documentation, recording and reporting which functions to monitor transactions of pharmaceutical preparations coming in and out of the PBF. The existence of documentation, recording and reporting can make it easier to carry out investigations if there is a problem with the quality of the preparation and it must be withdrawn from circulation. Based on the explanation above, the author will discuss the implementation of Standard Operating Procedures (SOP) for documentation, recording and reporting of narcotic drugs, psychotropics, precursors and OOT at PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 2 using observation and interview methods with Responsible Pharmacists and Officers. . Based on the results of observations and analysis of the implementation of Standard Operating Procedures (SOP), documentation, recording and reporting of narcotics, psychotropics, precursors and OOT at PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 has met the standards for Good Drug Distribution Methods (CDOB) and has carried out in accordance with applicable Standard Operating Procedures (SOP).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Luthfiyyah
"Obat merupakan bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi manusia. Industri farmasi yang memiliki izin edar harus memastikan obat memenuhi standar keamanan, khasiat, mutu, dan informasi produk sesuai peraturan perundang-undangan. Sistem mutu industri farmasi mengharuskan dokumentasi seluruh kegiatan pembuatan obat untuk membangun, mengendalikan, dan memantau kualitas obat, dengan contoh protokol yang mencakup kualifikasi, validasi, verifikasi, dan uji stabilitas. Verifikasi metode analisis, menggunakan instrumen seperti spektrofotometri inframerah, UV-Visible, dan KCKT, menegaskan validitas data laboratorium. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makan mengatur bahwa obat harus mematuhi standar Farmakope Indonesia, yang diikuti oleh PT. Pfizer Indonesia dengan mengonversi metode analisis sesuai Farmakope Indonesia Edisi 6. PT. Pfizer Indonesia menetapkan standar internal untuk protokol verifikasi metode analisis di laboratorium kimianya, termasuk pembuatan protokol verifikasi metode analisis spektrofotometri inframerah berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi 6.

Medicines are substances or mixtures of substances used for diagnosis, prevention, healing, recovery, health improvement and human contraception. The pharmaceutical industry that ensures distribution permits for drugs must meet safety, efficacy, quality and product information standards in accordance with statutory regulations. The pharmaceutical industry quality system requires documentation of all drug manufacturing activities to establish, control, and integrate drug quality, with example protocols that include qualification, validation, verification, and stability testing. Verification of analytical methods, using instruments such as infrared spectrophotometry, UV-Visible, and HPLC, confirms the validity of laboratory data. The regulations of the Food and Drug Supervisory Agency stipulate that medicines must comply with the standards of the Indonesian Pharmacopoeia, which PT. Pfizer Indonesia with the analysis conversion method according to the Indonesian Pharmacopoeia Edition 6. PT. Pfizer Indonesia sets internal standards for analytical method verification protocols in its chemical laboratories, including creating infrared spectrophotometric analytical method verification protocols based on the Indonesian Pharmacopoeia Edition 6.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Hiththah Bama Bihurinin
"Waktu tunggu didefinisikan sebagai jangka waktu dimana bahan (bahan awal yang dikeluarkan, produk antara dan dalam jumlah besar menunggu pengemasan akhir) dapat ditahan pada kondisi tertentu dan akan tetap berada dalam spesifikasi yang telah ditentukan. Studi waktu tunggu menetapkan batas waktu untuk menyimpan bahan pada berbagai tahap produksi. Hal ini memastikan bahwa kualitas produk tidak memberikan hasil di luar kriteria penerimaan selama waktu tunggu. PT Guardian Pharmatama sebagai industri farmasi harus memastikan bahwa produk yang mereka hasilkan aman, efektif, dan berkualitas sesuai dengan penggunaan yang dimaksudkan dengan cara membuat prosedur tetap, protokol, serta laporan studi waktu tunggu (bulk holding time study) bersama dengan Departemen Quality Assurance divisi Quality Management System agar pelaksanaan studi dapat terlaksana dengan baik. Tahapan pelaksanaannya meliputi studi literatur terkait, menyusun prosedur tetap, sirkulasi persetujuan prosedur tetap ke semua penanggung jawab terkait, menyusun protokol, sirkulasi persetujuan protokol ke semua penanggung jawab terkait, melakukan persiapan sampel dan melaksanakan studi waktu tunggu (bulk holding time study), melakukan pemeriksaan hasil studi dan membuat laporan, serta sirkulasi persetujuan laporan ke semua penanggung jawab terkait. Berdasarkan hasil studi waktu tunggu (bulk holding time study) yang dilakukan, semua parameter pengujian bahan awal setelah ditimbang sebelum proses pencampuran, larutan penyalut, tablet/ kaplet ke tahap coatinng, serta tablet salut selaput/ kaplet salut selaput pada Produk Obat Tradisional/ Suplemen Kesehatan memenuhi syarat kualitas selama waktu penyimpanannya.

Bulk Holding Time is defined as the period during which materials (dispensed raw materials, intermediates, and bulk products awaiting final packaging) can be held under specified conditions and remain within predefined specifications. Bulk Holding Time studies establish the time limits for holding materials at various production stages. This ensures that the product quality does not yield results outside the acceptance criteria during the bulk holding time. PT Guardian Pharmatama, as a pharmaceutical industry, must ensure that the products they produce are safe, effective, and of quality according to their intended use by developing standard procedures, protocols, and bulk holding time study reports in collaboration with the Quality Assurance Department of the Quality Management System division to ensure proper implementation of the study. The implementation stages include relevant literature studies, drafting standard procedures, circulating the approval of standard procedures to all relevant responsible parties, drafting protocols, circulating the approval of protocols to all relevant responsible parties, preparing samples and conducting the bulk holding time study, examining study results, drafting reports, and circulating the approval of reports to all relevant responsible parties. Based on the results of the bulk holding time study conducted, all test parameters for raw materials after weighing before the mixing process, coating solutions, tablets/caplets to the coating stage, as well as film-coated tablets/film-coated caplets in Traditional Medicine/Health Supplement Products meet the quality requirements during their storage time.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Novita
"Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri kesehatan dalam melaksanakan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri Farmasi harus menjamin efektivitas dan memenuhi berbagai rangkaian uji sesuai regulasi. Laboratory Information Management System (LIMS) adalah sebuah software yang digunakan dalam penyimpanan dan mengolah data khususnya laboratorium. LIMS berguna dan efektif dalam memproses data dari analisis rutin baik dalam skala industri maupun laboratorium. Berdasarkan CPOB, perangkat lunak harus melewati computerized system validation (CSV) untuk memastikan perangkat lunak menghasilkan output yang konsisten. Tujuan tugas khusus ini adalah Mengetahui gambaran dan tahapan implementasi Laboratory Information Management System (LIMS) terhadap analisa produk di PT. Beta Pharmacon. Metode yang dilakukan pada tugas khusus ini adalah diskusi dan implementasi langsung setiap tahapan yang dilakukan pada sistem, sehingga didapatkan tahapan implementasi Laboratory Information Management System (LIMS) dalam analisa produk di PT. Beta Pharmacon adalah dimulai dari proses development yaitu pembuatan master data, kemudian dilakukan verifikasi master data berupa dry run dengan output Certificate of Analysis (CoA). Master data akan dimigrasi ke QA Environment untuk divalidasi oleh Quality Assurance Validation (QAV) dan apabila sudah mendapatkan approval dan divalidasi, master data akan dimigrasi ke Prod Environment sehingga master data dapat digunakan dalam analisa produk.
The pharmaceutical industry is a company that has licensed from Minister of Health to manufacturing of drugs or drug materials. The pharmaceutical industry must ensure effectiveness and comply with various testing procedures according to regulations. Laboratory Information Management System (LIMS) is a software used for storing and processing data, especially in laboratories. LIMS is useful and effective in processing data from routine analyses on an industrial or laboratories scale. According to Good Manufacturing Practice (GMP), software must pass computerized system validation (CSV) to ensure that the software produces consistent outputs. The purpose of this special task is to understand the overview and stages of implementing the Laboratory Information Management System (LIMS) for product analysis at PT. Beta Pharmacon. The method used in this special assignment is discussion and direct implementation of each stage performed on the system, so the result of implementing the Laboratory Information Management System (LIMS) in product analysis at PT. Beta Pharmacon starting from the development process, which includes creating master data, followed by master data verification in the form of a dry run with the output of a Certificate of Analysis (CoA). The master data will be migrated to the QA Environment for validation by Quality Assurance Validation (QAV), and once approved and validated, the master data will be migrated to the Production Environment so that the master data can be used in product analysis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nahdiya Rahmah
"Kanker menjadi salah satu penyebab kematian utama pada 10 juta kasus di seluruh dunia pada tahun 2020. Salah satu terapi yang dapat diberikan kepada pasien kanker yaitu menggunakan obat sitostatika. Proses produksi obat sitostatika menurut CPOB memerlukan penanganan khusus seperti produksi di gedung terpisah dari produk non sitostatika, area produksi yang dedikatif, pengaturan sistem tata udara, dan pengaturan kelas kebersihan untuk proses produksi sediaan steril, serta perlindungan terhadap personel dan produk. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah proses produksi sediaan sitostatika di PT CKD OTTO Pharmaceuticals, menganalisis kesesuaian proses produksi sediaan sitostatika dengan CPOB dan menganalisis perbedaan proses produksi sediaan sitostatika dibandingkan proses produksi sediaan steril lainnya. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan proses produksi sediaan sitostatika di PT CKD OTTO Pharmaceuticals meliputi tahapan  penerimaan bahan awal dan bahan kemas, sampling bahan awal dan bahan kemas, penyiapan sebelum produksi, sterilisasi, pencucian vial dan depyrogenation, penimbangan material, mixing, transfer produk, filling, freeze drying, crimping, external washer, inspeksi visual, pelabelan, pengemasan sekunder, hingga proses agregasi. Seluruh proses produksi sediaan sitostatika di PT CKD OTTO Pharmaceuticals telah sesuai dengan CPOB meliputi aspek bangunan-fasilitas, personalia, kelas kebersihan yang digunakan, pengaturan tekanan udara, sistem terkait produksi, hingga monitoring lingkungan. Terakhir, perbedaan proses produksi sediaan sitostatika dibandingkan proses produksi sediaan steril lainnya terletak pada bangunan, tekanan udara yang digunakan, tahapan penerimaan bahan awal, penimbangan material, mixing, filing, dan external washer.

Cancer is one of the leading causes of death in 10 million cases worldwide in 2020. One of the therapies that can be given to cancer patients is using cytostatic drugs. The production process of cytostatics according to CPOB requires special handling such as production in a separate building from non-cytostatics products, dedicative production areas, air system settings, and hygiene class settings for the production process of sterile preparations, as well as protection of personnel and products. This study aims to examine the production process of cytostatics preparations at PT CKD OTTO Pharmaceuticals, analyze the suitability of the production process of cytostatics preparations with CPOB and analyze the differences in the production process of cytostatics preparations compared to the production process of other sterile preparations. Data collection was carried out by observation, interview, and literature study. The results showed that the production process of cytostatics preparations at PT CKD OTTO Pharmaceuticals included the stages of receiving initial materials and packaging materials, sampling initial materials and packaging materials, pre-production preparation, sterilization, vial washing and depyrogenation, material weighing, mixing, product transfer, filling, freeze drying, crimping, external washer, visual inspection, labeling, secondary packaging, to the aggregation process. The entire production process of cytostatics preparations at PT CKD OTTO Pharmaceuticals is in accordance with CPOB, including aspects of building-facilities, personnel, hygiene classes used, air pressure settings, production-related systems, and environmental monitoring. Finally, the difference in the production process of cytostatics preparations compared to the production process of other sterile preparations lies in the building, the air pressure used, the stages of receiving initial materials, weighing materials, mixing, filing, and external washers.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>