Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Debora Karyoko
"Indonesia merupakan negara ketiga dengan konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) tertinggi di Asia Tenggara di tahun 2022, dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter per orang setiap tahunnya. Sebanyak 61,3% masyarakat Indonesia mengonsumsi lebih dari 1 kali per hari menurut Riskesdas pada tahun 2018 dan meningkat menjadi 47,5% pada data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola dan tingkat konsumsi SSBs dengan berbagai faktor pada siswa/i SMA Negeri 68 Jakarta tahun 2024. Penelitian ini merupakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April-Mei 2024 dengan jumlah responden sebanyak 134 orang. Data yang diambil merupakan data primer dengan pengisian kuesioner serta wawancara untuk pengisian food recall 24 hours dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Setelahnya, data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat (uji chi-square). Dari pengujian univariat, diperoleh hasil 12,69% responden termasuk dalam kategori konsumsi SSBs yang tinggi. Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan SSBs di rumah (p-value = <0,001; OR = 20,000) dan pengaruh teman sebaya (p-value = 0,018; OR = 4,588) dengan konsumsi SSBs pada remaja di SMA Negeri 68 Jakarta tahun 2024. Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan siswa/i SMA Negeri 68 Jakarta mengetahui kondisi tingkat konsumsi SSBs dapat menyebarkan kesadaran akan pentingnya membatasi konsumsi minuman berpemanis kepada keluarga maupun lingkungan terdekat. Pihak keluarga disarankan untuk dapat membatasi ketersediaan minuman berpemanis di rumah dan memberikan contoh dalam membatasi konsumsi minuman berpemanis dengan membaca kandungan gizi yang tertulis pada label gizi sebelum membeli, serta mempelajari lebih lanjut dampak dan fakta-fakta terbaru mengenai minuman berpemanis.

Indonesia is the third highest country in Southeast Asia for Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption in 2022, with a consumption rate of 20.23 liters per person per year. According to Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018, 61.3% of the Indonesian population consumed more than once a day, and this figure increased to 47.5% in Survei Kesehatan Indonesia (SKI) in 2023. This study aims to describe the patterns and levels of SSB consumption along with various factors among students of SMA Negeri 68 Jakarta in 2024. This research utilizes a cross-sectional study design conducted in April-May 2024, with a total of 134 respondents. The data collected is primary data obtained through questionnaires and interviews for 24-hour food recall and the Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). The data obtained were analyzed by univariate and bivariate analysis (using the chi-square test). From the univariate analysis, it was found that 11.94% of respondents fall into the high SSB consumption category. Bivariate analysis shows a significant relationship between the availability of SSBs at home (p-value = < 0.001; OR = 20,000) and peer influence (p-value = 0,018; OR = 4,588) with SSB consumption among adolescents at SMA Negeri 68 Jakarta in 2024. After understanding the research results, it is expected that the students of SMA Negeri 68 Jakarta will be aware of their SSB consumption levels and can spread awareness about the importance of limiting sweetened beverage consumption to their families and close environment. Families are advised to limit the availability of sweetened beverages at home and set an example in limiting sweetened beverage consumption by reading nutritional content on labels before purchasing, as well as further studying the impacts and latest facts about sweetened beverages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Indah Pratiwi
"Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) adalah minuman dengan jumlah gula tambahan yang tinggi, meningkatkan asupan kalori, dan mengandung sedikit atau tanpa nutrisi (Bogart et al., 2017; Haughton et al., 2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi SSB pada remaja di SMA Islam PB Soedirman Jakarta Timur pada tahun 2019. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2019 di SMA Islam PB Soedirman Jakarta Timur dengan total 115 responden, menggunakan desain penelitian cross sectional. Data dikumpulkan dengan mengisi kuesioner secara mandiri oleh responden. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisis multivariat dengan model prediksi regresi logistik ganda. Berdasarkan hasil analisis univariat, ditemukan bahwa 62,6% responden mengkonsumsi SSB tingkat tinggi (≥ 2x / minggu). Hasil bivariat menunjukkan jenis kelamin, konsumsi SSB ibu, konsumsi SSB teman, ketersediaan SSB di rumah dan ketersediaan SSB di sekolah dikaitkan dengan konsumsi SSB pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang terkait dengan konsumsi SSB adalah ketersediaan SSB di sekolah. Responden yang menganggap SSB tersedia di sekolah memiliki kesempatan 3,3 kali untuk mengkonsumsi SSB tingkat tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak menganggap SSB tersedia di sekolah. Peneliti menyarankan agar siswa secara selektif memilih minuman dan membawa botol minum untuk mengurangi konsumsi SSB di luar rumah. Sekolah disarankan untuk memberikan pendidikan mengenai konsumsi SSB, mendidik kantin dan membatasi SSB yang tersedia di kantin, melakukan gerakan untuk membawa air botolan, dan menyediakan fasilitas isi ulang air minum untuk siswa. Orang-orang disarankan untuk memperhatikan jenis minuman yang tersedia di rumah dan memberikan contoh konsumsi mengenai minuman sehat untuk anak-anak.

Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) are drinks with high amounts of added sugar, increase calorie intake, and contain little or no nutrition (Bogart et al., 2017; Haughton et al., 2018). This study aims to determine the factors associated with SSB consumption in adolescents at PB Soedirman Islamic High School in East Jakarta in 2019. This study was conducted in May 2019 at PB Soedirman Islamic High School in East Jakarta with a total of 115 respondents, using a cross sectional research design. Data is collected by filling out the questionnaire independently by the respondent. The data obtained were then analyzed by univariate, bivariate analysis with the Chi-Square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression prediction models. Based on the results of univariate analysis, it was found that 62.6% of respondents consumed high levels of SSB (≥ 2x / week). Bivariate results showed that gender, SSB consumption of mothers, consumption of SSB friends, availability of SSB at home and availability of SSB in schools were associated with SSB consumption in adolescents. Multivariate analysis shows that the dominant factor associated with SSB consumption is the availability of SSB in schools. Respondents who considered SSB as available at school had a 3.3 times chance to consume high-level SSB compared to those who did not consider SSB as available at school. Researchers suggest that students selectively choose drinks and bring drinking bottles to reduce SSB consumption outside the home. Schools are advised to provide education regarding SSB consumption, educate the canteen and limit the SSB available in the canteen, make movements to bring bottled water, and provide drinking water refill facilities for students. People are advised to pay attention to the types of drinks available at home and give examples of consumption regarding healthy drinks for children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Winindya Sari
"Sugar-sweetened beverages (SSBs) merupakan minuman yang diberi tambahan gula sederhana yang menambah kandungan energi karena padat kalori dan tinggi gula, namun memiliki sedikit kandungan zat gizi lain sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi SSBs dengan berbagai faktor dan mengetahui faktor dominan konsumsi SSBs pada siswa SMAN 47 Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada bulan Maret – April 2022 dengan jumlah responden sebanyak 120 orang. Data yang diambil adalah data primer dengan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara univariat, bivariat (uji chi-square), dan multivariat (uji regresi logistik ganda). Hasil analisis univariat menunjukkan 90% responden mengonsumsi SSBs tingkat tinggi. Hasil bivariat menunjukkan bahwa uang saku, paparan iklan dan media, serta ketersediaan SSBs di rumah memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsumsi SSBs. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi SSBs adalah ketersediaan SSBs di rumah. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi gizi terkait dampak konsumsi SSBs berlebih, menyediakan tempat pengisian ulang air mineral, dan mengimbau orang tua siswa untuk menyediakan makanan sehat di rumah. Pemerintah disarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai media intervensi, membatasi iklan minuman yang kurang sehat, dan menerapkan kebijakan pengenaan cukai SSBs.

Sugar-sweetened beverages (SSBs) are drinks that are added with simple sugar which can increase the energy content because they are calorie-dense and high in sugar, but low in other nutrients. Excessive consumption of SSBs can cause nutritional problems such as increasing the risk of overweight and obesity. This study aims to determine the relationship between SSBs consumption and various factors, also determine the dominant factor of SSBs consumption among students of SMAN 47 Jakarta in 2022. This study used a cross sectional study design conducted in March – April 2022 with 120 respondents. The data taken is primary data using the questionnaires. The data obtained will then be analyzed by univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate (multiple logistic regression). Based on the results of univariate analysis, it was found that 90% of respondents consumed high levels of SSBs. Bivariate results show that pocket money, advertising and media exposure, and the availability of SSBs at home have a significant relationship to SSBs consumption. Multivariate analysis showed that the dominant factor associated with SSBs consumption were availability of SSBs at home. The school is advised to provide nutrition education especially the impact of excessive consumption of SSBs, provide mineral water refills, and encourage parents to provide healthy food at home. The government is advised to use social media as a medium for intervention, limit advertising of unhealthy drinks, and implement a policy of imposing excise tax on SSBs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Zahroosita Fatikasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) dengan beberapa faktor dan menentukan faktor yang paling dominan pada siswa SMAN 25 Jakarta. Pada penelitian ini, konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) merupakan variabel dependen, sedangkan pengaruh paparan media sosial, frekuensi online food ordering, konsumsi fast food, pengetahuan mengenai SSBs, screen time, pengaruh teman, uang jajan, dan jenis kelamin merupakan variabel independen. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2020 kepada 226 siswa-siswi kelas 10, 11, dan 12 SMAN 25 Jakarta yang dipilih secara tidak acak. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 75,2% responden memiliki tingkat konsumsi yang tinggi yaitu mengonsumsi SSBs ≥ 3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa pengaruh paparan media sosial, konsumsi fast food, dan screen time berhubungan dengan konsumsi SSBs pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan pengaruh paparan media sosial sebagai faktor dominan yang memengaruhi konsumsi SSBs pada remaja. Peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk dapat menambah edukasi kepada siswanya mengenai perilaku makan yang sehat khususnya dalam pemilihan jenis minuman yang sehat. Pemerintah disarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai media untuk intervensi mengenai pemilihan jenis makan dan minuman yang sehat untuk remaja serta merancang regulasi untuk mencegah penyebaran konten maupun iklan mengenai SSBs agar remaja tidak terpapar oleh konten maupun iklan SSBs yang dapat memengaruhi konsumsi SSBs.

This study aims to determine factors associated with Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption and to determine the dominant factor among students of SMAN 25 Jakarta. The dependent variable in this study is Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption, and the independent variables are frequency of online food ordering, fast food consumption, knowledge about SSBs, screen time, peer influence, pocket money, and sex. This is a quantitative study with cross-sectional design. This study conducted in April 2020 at SMAN 25 Jakarta with a total of 226 respondents who were not selected randomly from the first grade until third grade. Data were collected through filling out online questionnaires. The data obtained were then analyzed by univariate, bivariate analysis using chi-square, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results show that 75,2% of the respondents had a high level of SSB consumption ie consuming SSBs ≥ 3 times per week. The results also show the influence of social media exposure, fast food consumption, and screen time related to the consumption of SSBs in adolescents. Multivariate analysis shows the influence of social media exposure as a dominant factor influencing SSB consumption among adolescents. This study suggests to the school to be able to increase education to students about healthy eating behavior, especially in choosing healthier drinks. The government is advised to use social media as a medium for interventions regarding the selection of healthy foods and drinks for adolescents and to design regulations to prevent the distribution of content and advertisements regarding SSBs so that adolescents are not exposed to SSB content or advertisements that can affect SSB consumption.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Ariani
"Minuman ringan berpemanis merupakan minuman ringan dalam kemasan yang menambahkan pemanis sebagai salah satu bahan atau kandungan dalam minuman. Belakangan ini minuman ringan yang mengandung pemanis berkontribusi sebanyak 9,2% terhadap total asupan energi masyarakat Amerika. Penelitian yang dilakukan Park et al (2011) terhadap remaja di Amerika menunjukkan bahwa 64,9% remaja mengonsumsi minuman ringan berpemanis ≥ 1 kali/hari. Selain itu, penelitian yang dilakukan Nurfitriani (2011) terhadap sejumlah mahasiswa menunjukkan bahwa 56% responden mengonsumsi 1-4 botol minuman berpemanis dalam satu minggu.
Menurut Gabungan Asosiasi Perusahaan Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), penjualan minuman ringan berpemanis mengalami kenaikan mencapai Rp 605 triliun pada 2010 yang sebelumnya hanya Rp 383 triliun pada 2007. Tingginya konsumsi minuman ringan berpemanis ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor seperti tingkat pengetahuan gizi, sikap, pengaruh teman sebaya, keluarga, media massa, dan faktor lainnya. Penulis melalui penelitian ini ingin mengetahui gambaran konsumsi minuman ringan berpemanis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada siswa/i SMA Negeri 1 Bekasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional, mengambil sebanyak 102 siswa kelas X dan XI sebagai responden penelitian dengan menggunakan metode quota sampling. Setiap responden diminta untuk mengisi sendiri (self-administered) kuesioner yang tersedia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65,7% responden sering mengonsumsi minuman ringan berpemanis yaitu sebanyak ≥ 30 kali perbulan. Hasil uji statistik dengan nilai p value = 0,038 (p < 0,05) menunjukkan bahwa sikap terhadap minuman ringan berpemanis berhubungan dengan konsumsi minuman ringan berpemanis pada remaja. Adanya upaya edukasi terkait kesehatan dan gizi yang dilakukan pihak sekolah perlu diadakan guna meningkatkan kesadaran siswa dalam memilih makanan minuman yang lebih sehat dan bergizi.

Sugar sweetened beverages is a beverage that contain the sweeteners as an ingredients in beverages. Currently, sugar sweetened beverages has contributed as much as 9.2% of total energy intake of American society. Research conducted Park et al (2011) of adolescents in the United States showed that 64.9% of adolescents consume sugar sweetened beverages ≥ 1 time/day. In addition, research conducted Nurfitriani (2011) toward a number of students showed that 56% of respondents consume sugar sweetened beverages as much as 1-4 bottles a week.
According to the data from Gabungan Asosiasi Perusahaan Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), sugar sweetened beverages sales increased to Rp 605 trillion in 2010, which was previously only Rp 383 trillion in 2007. The high consumption of sugar sweetened beverages may be caused by many factors such as level of nutrition knowledge, attitudes, peer influence, family, mass media, and other factors. Through the study authors wanted to know the description of sugar sweetened beverages consumption and factors that influence its consumption toward students of SMAN 1 Bekasi.
This study is a quantitative study with cross-sectional design, using 102 people from tenth and eleventh grade student as survey respondents taken by quota sampling method. Each respondent asked to fill the questionnaire by selfadministered way.
The results showed that 65.7% of respondents frequently consume sugar sweetened beverages as many as ≥ 30 times per month. Based on the result of statistic test (p value = 0,038) showed that attitude toward sugar sweetened beverages seems have a relation of sugar sweetened beverages consumption in adolescents. The educational effort related health and nutrition issue is needed to be held by the schools teachers to raise awareness of the students in choosing nutritious foods and beverages.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Risky Auliani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan beberapa faktor dan menentukan faktor yang paling dominan pada siswa SMAN 35 Jakarta. Pada penelitian ini, asupan kalsium merupakan variabel dependen, sedangkan frekuensi konsumsi SSBs, frekuensi konsumsi susu dan hasil olahannya, frekuensi konsumsi sumber kalsium jenis hewani, frekuensi konsumsi sumber kalsium jenis nabati, kebiasaan sarapan, jenis kelamin, pengetahuan gizi mengenai kalsium, uang jajan, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu merupakan variabel independen. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross – sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2020 kepada kelas 10 dan 11 SMAN 35 Jakarta yang terpilih hasil dari random. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi – square, dan multivarat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 50% responden memiliki asupan kalsium rendah (<437mg/hari). Hasil juga menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi susu dan hasil olahannya, frekuensi sumber kalsium jenis hewani, frekuensi konsumsi sumber kalsium jenis nabati, dan uang jajan berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan frekuensi konsumsi susu dan hasil olahannya sebagai faktor dominan yang mempengaruhi asupan kalsium pada remaja. Disarankan untuk pihak sekolah untuk membuat kebijakan bagi kantin untuk menyediakan menu gizi seimbang dan institusi kesehatan untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan kalsium, konsumsi susu dan sumber kalsium lainnya kepada remaja.

This study aims to determine factors relations with calcium intake and determine the dominant factor among student of SMAN 35 Jakarta. The dependent variable in this study is Calcium Intake and the independent variables are sugar sweetened beverages consumption frequency, milk and dairy products consumption frequency, vegetables sources of calcium consumption frequency, animal – type sources of calcium consumption frequency, breakfast habit, sex, calcium – related knowledge, pocket money, father’s education and mother’s education. This is a quantitative study with cross – sectional design. This study conducted in April 2020 to grade 10th and 11th at SMAN 35 Jakarta who were selected randomly. Data were collected through filling out online questionnaires. The data obtained were then analyzed by univariate, bivariate analysis using chi – square, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results show that 50% of the respondents had a low level of calcium intake (<437 mg/hari). The result also show the influence of milk and dairy products consumption frequency, vegetables sources of calcium consumption frequency, animal – type sources of calcium consumption frequency and pocket money related to calcium intake in adolescents. Multivariate analysis shows the influence of milk and dairy products consumption frequency as ad dominant factor influencing calcium intake among adolescents.
Thus, it is recommended for the school to make the rule for canteen to provide “gizi seimbang” menu and the related health institution to provide education about the importance of calcium intake, milk and dairy products consumption frequency and others calcium – rich foods sources consumption frequency (vegetables – type and animal – type) for adolescents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Lidya Sari
"Sugar sweetened beverages (SSBs) merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggi kandungan gula tambahan namun rendah nilai zat gizi. Apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan kejadian obesitas dan penyakit tidak menular lainnya pada remaja. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui prevalensi konsumsi SSBs kemasan dan diketahuinya perbedaan proposi tingkat konsumsi SSBs kemasan berdasarkan karakteristik individu, penggunaan label pangan, aktivitas fisik, dan faktor lingkungan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan karakteristik responden yaitu siswa/I SMA Budhi Warman 2 Jakarta kelas X dan XI sebanyak 185 siswa pada April 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner online berupa google form secara mandiri. Data yang diperoleh akan dianalisis secara univariat dan bivariat chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64,9% siswa SMA Budhi Warman 2 Jakarta mengonsumsi SSBs kemasan tingkat tinggi 2x/hari. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara jenis kelamin, pengetahuan SSBs, kemampuan membaca label informasi nilai gizi, ketersediaan SSBs kemasan di rumah, konsumsi SSBs kemasan ibu, dan pengaruh teman sebaya dengan tingkat konsumsi SSBs kemasan. Peneliti menyarankan agar siswa lebih selektif dalam memilih jenis minuman kemasan dan mempelajari serta memahami label informasi nilai gizi. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi mengenai konsumsi SSBs kemasan, label pangan terutama label informasi nilai gizi, dan gizi seimbang. Masyarakat disarankan untuk memperhatikan persediaan SSBs kemasan di rumah dan menjadi panutan bagi anak dalam menerapkan perilaku konsumsi minuman yang lebih sehat.

Sugar sweetened beverages (SSBs) are drinks with high calories and added sugar but little or no nutrition value. Overconsumption of SSBs may leads to increases obesity and adverse effect on health. The purpose of this study is to know the prevelance of SSBs consumption and to prove the differences of SSBs consumption based on individual characteristic, use of food label, physical activity, and environmental factors. A cross sectional study conducted on 185 students among SMA Budhi Warman 2 Jakarta on April 2020. The data is collected by filling out the online questionnaire (google form) by respondent. The data was analyzed by univariate and bivariate (chi square) method. Based on the result, the prevalence of student with high level of SSBs is 64,9%. Bivariate analysis shows that there are the differences level of SSBs consumption based on gender, knowledge about SSBs, understanding of nutrition label, avaibility of SSBs at home, mothers SSBs consumption, and peer influence. The researcher suggests that student should to choose the drink packaged selectively and learn about nutrition label. The school is advised to give education about SSBs consumption, food label on drink packaged, and balanced nutrition massage. People also advised to pay attention to the types of packaged drink available at home and be role model to consume a healthier drinks for children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Dewi Anggraini
"

Sugar Sweetened Beverages (SSBs) merupakan jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh usia remaja. Mengonsumsi SSBs secara berlebihan dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan risiko kegemukan pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang paling berhubungan dengan konsumsi SSBs serta hubungan antara konsumsi SSBs dengan status gizi pada siswa di SMPN 2 Bandung tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2020 di SMPN 2 Bandung dengan jumlah responden 153 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri dan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, analisis bivariat dengan chi square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui 69,9% responden mengonsumsi SSBs tingkat tinggi (> 2 kali/hari). Hasil bivariat menunjukkan pendidikan ibu, ketersediaan SSBs di rumah, dan paparan media memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsumsi SSBs. Analasis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi SSBs adalah pendidikan ibu (OR: 3,03), setelah dikontrol oleh variabel paparan media, ketersedian SSBs di rumah dan aktifitas fisik. Responden dengan ibu berpendidikan rendah berpeluang 3 kali lebih tinggi mengonsumsi SSBs tingkat tinggi dibandingkan responden dengan ibu berpendidikan tinggi. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa konsumsi SSBs berhubungan dengan status gizi (OR: 2,45). Konsumsi SSBs tinggi berisiko mengalami kegemukan. Peneliti menyarankan siswa mengurangi kebiasaan mengonsumsi SSBs dengan cara mengganti SSBs dengan minuman yang lebih sehat seperti susu plain, pihak sekolah memasukkan hal-hal terkait SSBs pada salah satu mata pelajaran, dan orang tua membatasi ketersediaan SSBs di rumah.


Sugar Sweetened Beverages (SSBs) are the type of drink most consumed by adolescents. Excessive consumption of SSBs can give a negative impact for health, one of which is increasing the risk of being obesity in adolescents. This study aims to determine the factors most related to SSBs consumption and the relationship between SSBs consumption and nutritional status of students at SMPN 2 Bandung in 2020. This study conducted in February and March 2020 at SMPN 2 Bandung with a total of 153 respondents, using a cross sectional study design. Data is collected by anthropometric measurements and filling out the questionnaires. The obtained data were analyzed using univariate, bivariate analysis with chi square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests. Based on the results of univariate analysis it was found that 69,9% of respondents consumed high levels of SSBs (> 2 times /day). Bivariate results show that maternal education, availability of SSBs at home, and media exposure have a significant relationship to SSBs consumption. Multivariate analysis showed that the dominant factors associated with SSBs consumption were maternal education (OR: 3,03), after being controlled by media exposure variables, SSBs availability at home and physical activity. Respondents with low-educated mothers had a chance 3 times higher of consuming high-level SSBs compared to respondents with highly educated mothers. In this study it was also known that SSBs consumption was related to nutritional status (OR: 2,45). Consumption of high SSBs is at risk of being obesity. Researchers suggest students reduce their habits of consuming SSBs by replacing SSBs with healthier drinks such as plain milk, the school includes things related to SSBs in one subject, and parents limit the availability of SSBs at home.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ayu Alit Indiraswari
"Survei Sosial dan Ekonomi Nasional menunjukkan Provinsi Nusa Tenggara Barat menempati peringkat pertama provinsi dengan proporsi  rumah tangga pengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di tahun 2022, yaitu sebesar 56,81%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 juga  memberikan fakta bahwa 61,27% penduduk Indonesia berusia  ≥3 tahun mengonsumsi minuman manis sebanyak ≥1 kali perhari. Mengonsumsi MBDK melebihi batas dapat berujung pada  dampak negatif seperti kegemukan, kerusakan gigi, dan gangguan metabolisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian MBDK pada balita oleh orang tua di PAUD Kumara Asih Kota Mataram tahun 2024. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan secara primer pada 63 responden dengan kuesioner online secara self-administrated. Dari penelitian ini, sebanyak 42,9% orang tua  memiliki perilaku buruk dalam pemberian MBDK untuk anak balitanya. Kebiasaan konsumsi MBDK orang tua menjadi faktor yang berhubungan dalam perilaku pemberian MBDK oleh orang tua balita PAUD Kumara Asih. Untuk itu, perlunya edukasi  terhadap orang tua mengenai pentingnya batasan konsumsi MBDK sesuai anjuran sehingga dapat membuat orang tua lebih sadar dan mulai membatasi konsumsi  MBDK baik pada anak maupun pada orang tua.

The National Survey on Social and Economy showed West Nusa Tenggara as the province with highest household consumption of sugar-sweetened beverages (SSBs) in 2022, with prevalence of 56,81%. The 2018 Basic Health Research stated 61,27% of the Indonesian citizens aged  ≥3 years consumed SSBs  ≥1 time per day. SSBs consumption exceeding the limit could lead to some negative impact as overweight,  tooth decay, and metabolic disorder. This study aims to find description and factors associated with parents' behaviour in providing SSBs for children under 5 years old in PAUD Kumara Asih, Mataram City, 2024. The research method used is quantitative with a cross-sectional study design. The data collected from 63 respondents with self-administrated online questionnaires. From this study, around 42,9% parents had poor behaviour in  providing SSBs for children under 5 years old. Parents' SSBs consumption is the factor associated with parents' behaviour in providing SSBs for children under 5 years in PAUD Kumara Asih. Education for parents about the importance of limitation on SSBs consumption are needed to make parents more aware and start limiting SSBs consumption both in children and parents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aulia
"Sugar Sweetened Beverages (SSBs) merupakan cairan yang dimaniskan dengan berbagai bentuk gula tambahan seperti corn syrup, dekstrosa, fruktosa, glukosa, sukrosa, madu dan gula yang secara alami terdapat di dalam bahan pangan namun telah dipekatkan, jika dikonsumsi secara berlebihan maka akan menyebabkan kejadian obesitas dan mengakibatkan faktor risiko lain seperti penyakit tidak menular yaitu diabetes dan penyakit kardiovaskular. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan proporsi konsumsi Sugar Sweetened Beverages (SSBs) berdasarkan konsumsi fast food, screen time, karakteristik individu, karakteristik lingkungan pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 185 orang. Data diambil melalui pengisian kuesioner online secara mandiri oleh responden. Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 61,6% mahasiswa Universitas Indonesia mengonsumsi SSB dalam tingkat tingi (≥ 200 kkal). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara ketersediaan SSBs p-value 0,045 dan odds ratio OR 2,057 (1,068-3,963), pengaruh media sosial p-value 0,025 dan odds ratio OR 2,273 (1,159-4,457), konsumsi fast food p-value 0,049 dan odds ratio OR 0,514 (0,277-0,954), dan screen time p-value 0,044 dan odds ratio OR 1,986 (1,066-3,699) terhadap konsumsi SSBs. Peneliti menyarankan konsumen untuk memperhatikan konsumsi SSBs dan memilih alternatif lain agar tidak mengonsumsi SSBs berlebihan saat melakukan kegiatan luar bersama dengan teman maupun keluarga. Produsen SSBs disarankan untuk mencantumkan label gizi pangan terkait jumlah gula yang ada di produk SSBs terutama SSBs yang berbentuk warlaba. Peneliti juga menyarankan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dapat mencantumkan infromasi nilai gizi dalam bentuk traffic light atau penggunaan warna yang berbeda untuk membedakan kandungan zat gizi yang rendah, sedang dan juga tinggi seperti warna hijau untuk kandungan zat gizi yang rendah, warna kuning untuk kandungan zat gizi yang sedang dan warna hijau untuk kandungan zat gizi yang tinggi.

Sugar Sweetened Beverages (SSBs) are liquids that are sweetened with various forms of added sugar such as corn syrup, dextrose, fructose, glucose, sucrose, honey, and sugar which are naturally found in foodstuffs but have been concentrated, if it consumes in excess, it will cause an obesity and lead to other risk factors such as infectious diseases diabetes and cardiovascular disease. The purpose of this study is to determine the differences in the proportion of consumption of Sugar Sweetened Beverages (SSBs) based on consumption of fast food, screen time, individual characteristics, environmental characteristics among the students at University of Indonesia in 2023. This study used a cross-sectional study design with a sample size of 185 respondents. Data was collected by filling online questionnaires independently by respondents. Data will be analyzed univariately and bivariate. The results showed that 61.6% of University of Indonesia students consumed high levels of SSB (≥ 200 kcal). The results of the bivariate analysis showed that there was a significant proportion difference between the availability of SSBs p-value 0.045 and odds ratio OR 2.057 (1.068-3.963), social media influence p-value 0.025 and odds ratio OR 2.273 (1.159-4.457), consumption of fast-food p -value 0.049 and odds ratio OR 0.514 (0.277-0.954), and screen time p-value 0.044 and odds ratio OR 1.986 (1.066-3.699) for consumption of SSBs. Researchers suggest consumers to pay attention to consumption of SSBs and choose other alternatives to avoid heavy consumption of SSBs when doing outdoor activities with friends or family. SSBs producers are advised to put food nutrition labels related to the amount of sugar in SSBs products, especially SSBs in the form of franchises. Researchers also suggest that the Food and Drug Monitoring Agency (BPOM) can put nutritional value information in the form of traffic lights or the use of different colors to distinguish low, medium, and high nutrient content such as green for low nutrient content, yellow for medium nutrient content and green for high nutrient content."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>