Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166549 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fidelio Soares de Carvalho
"Penelitian ini berfokus pada perancangan dan pengembangan antena tekstil wearable berbahan dasar jeans yang beroperasi pada dua pita frekuensi utama (2,4 GHz, 5,2 GHz). Antena ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan aplikasi komunikasi nirkabel moderen untuk pita lebar, seperti dalam sektor Industrial, Scientific, and Medical (ISM), serta Wi-Fi. Studi ini mencakup tinjauan literatur, perancangan dan simulasi menggunakan perangkat lunak CST Suite Studio, serta fabrikasi dan pengukuran kinerja antena. Antena yang dirancang diharapkan memiliki karakteristik unggul seperti ringan, biaya rendah, kuat secara mekanis, mudah diproduksi, bebas perawatan, dan mudah dipasang. Evaluasi kinerja antena dilakukan dengan mengukur parameter seperti koefisien refleksi, bandwidth gain, dan pola radiasi. Selain itu, uji fleksibilitas antena dilakukan untuk memastikan keandalan kinerja dalam berbagai kondisi mobilitas pengguna. Antena ini mendukung berbagai standar Wi-Fi, termasuk IEEE 802.11a, 802.11n, 802.11ac, dan 802.11ax (Wi-Fi 6). Hasil pengukuran dari antena tekstil menunjukkan antena dapat bekerja di frekuensi 2,33 GHz-2,43 GHz dan 5,02 GHz-5,29 GHz dengan masing-masing bandwidth 100 MHz dan 270 MHz. Adapun hasil pola radiasi antena menunjukkan directional dan gain 1,51 dB dan 3,39 dB untuk frekuensi 2,4 GHz dan 5,2 GHz, hasil pengukuran ini sama dengan hasil simulasi. Kondisi di atas tercapai jika antena dalam keadaan planar.

This research focuses on the design and development of a wearable textile antenna made from denim fabric, operating in two primary frequency bands (2.4 GHz, 5.2 GHz). The antenna is designed to meet the needs of moderen wireless communication applications for broadband, such as in the Industrial, Scientific, and Medical (ISM) sectors, as well as Wi-Fi. This study includes a literature review, design and simulation using CST Suite Studio software, as well as fabrication and performance measurement of the antenna. The designed antenna is expected to possess superior characteristics such as being lightweight, low-cost, mechanically robust, easy to manufacture, maintenance-free, and easy to install. The performance evaluation of the antenna is conducted by measuring parameters such as reflection coefficient, bandwidth, gain, and radiation pattern. Additionally, flexibility tests of the antenna are performed to ensure reliable performance under various user mobility conditions. This antenna supports various Wi-Fi standards, including IEEE 802.11a, 802.11n, 802.11ac, and 802.11ax (Wi-Fi 6). The measurement results from the textile antenna, it works at frequencies 2.33 GHz-2.43 GHz and 5.02 GHz-5.29 GHz with bandwidths of 100 MHz and 270 MHz, respectively. The results of the antenna radiation pattern show directional pattern and the antenna gain of 1.51 dB and 3.39 dB for the 2.4 GHz and 5.2 GHz frequencies, these measurement results agree with the simulation results. Therefore the proposed antenna can be uses as candidate for wearable Wi-Fi applications. This conditions can be reach in planar condition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tb. Tidra Barezna Imanu
"Skripsi ini membahas rancang bangun antena reconfigurable untuk aplikasi cognitive radio pada alokasi spektrum 1,8 GHz, 2,1 GHz uplink, 2,1 GHz downlink, dan 2,35 GHz. Rancang bangun antena terdiri dari dua antena yaitu antena sensing dan antena communicating yang digabungkan dalam satu divais. Antena sensing memiliki karakteristik ultrawideband dari 1,65 GHz - 3,75 GHz (bandwidth = 2,1 GHz) dan antena communicating memiliki karakteristik narrowband pada frekuensi 1.8 GHz, 2.1 GHz uplink, 2.1 GHz downlink, dan 2.35 GHz. Hasil validasi dengan pengukuran diperoleh hasil yang sesuai dengan rancangan simulasi, terutama meliputi parameter return loss, pola radiasi, dan gain.

This bachelor thesis discusses a design and fabrication of reconfigurable antenna for cognitive radio applications, especially for allocation of spectrum 1.8 GHz, 2.1 GHz Uplink, 2.1 GHz Downlink, and 2.35 GHz. The antenna design consists of two antennas which sensing antenna and communicating antenna. The sensing antenna has ultrawideband characteristics from 1.65 GHz - 3.75 GHz (the bandwidth about 2.1 GHz) and the communicating antenna has narrowband characteristics at the center frequency 1.8 GHz, 2.1 GHz uplink, 2.1 GHz downlink, and 2.35 GHz. The validation has been conducted by the measurement, where it agrees with the simulation result, in particular for the parameter of return loss, radiation pattern and gain of the antenna."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Yuswardi
"ABSTRAK
Antena mikrostrip merupakan salah satu alternatif antena dalam komunikasi wireless. Hal ini dikarenakan antena mikrostrip memiliki massa yang ringan dan bisa menyesuaikan dengan bentuk perangkat komunikasi. Pada skripsi ini, dibahas teknik untuk meminiaturisasi yaitu dengan metamaterial CRLH. Antena yang dirancang bekerja pada frekuensi 3.3 ? 3.4 GHz. Antena dirancang dan disimulasikan dengan menggunakan software CST Microwave Studio 2011. Dari hasil simulasi, didapat bandwidth 470 MHz dengan VSWR ≤ 2 pada frekuensi 3.3 GHz. Sedangkan hasil pengukuran, frekuensi kerja bergeser menjadi 3.26 namun masih dalam range frekuensi 3.3 ? 3.4 GHz. Bandwidth yang diperoleh 250 MHz dengan VSWR ≤ 2. Dengan teknik CRLH ini bisa mereduksi dimensi antena sebesar 61.11%

ABSTRACT
Microstrip antenna has become one of the alternative antenna design in wireless technology. This is mainly because its characteristics which are light weight and easily adjusted in most of communication devides. This final project propose a miniaturization technique by using CRLH metamaterial element. The antenna design work at frequency 3.3 ? 3.4 GHz and simulated using CST Microwave Studio. The simulation results show a relatively wide bandwidth of 470 MHz with VSWR ≤ 2 at 3.3 GHz, while the measurement has a frequency shift to 3.26 GHz, but still in the 3.3 ? 3.4 GHz frequency range. And the antenna bandwidth is also become narrower to 250 MHz with VSWR ≤ 2. So, with this proposed design, the antenna dimension can be effectively reduced to 61.11%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1692
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Syihabuddin P.
"Penelitian mengenai Integrated Circuit (IC) khususnya untuk aplikasi komunikasi nirkabel masih sangat kurang di Indonesia. Padahal, komunikasi nirkabel di Indonesia sedang berkembang pesat mengenai teknologi LTE dan WIMAX. Oleh karena itu, penelitian tentang IC di Indonesia harus mulai dirintis untuk mendukung perkembanagan komunikasi nirkabel tersebut. Concurrent multiband Low Noise Amplifier (LNA) merupakan salah satu penelitian IC untuk aplikasi komunikasi nirkabel karena dapat bekerja empat pita frekuensi (quadband) yaitu 0.900 GHz dan 1.800 GHz untuk aplikasi GSM, 2.300 GHz untuk aplikasi WIMAX, dan 2.600 GHz untuk aplikasi LTE di Indonesia.
Pada penelitian yang telah banyak dilakukan sebelumnya, hasil perancangan concurrent multiband LNA tidak mampu mendapatkan spesifikasi gain yang tinggi. Untuk itu, dalam penelitian ini LNA dirancang menggunakan konfigurasi transistor secara cascade dan teknik power constrained simultaneous noise and input matching (PCSNIM) pada topologi inductive source degeneration yang mampu mendapatkan nilai gain tinggi, dan noise yang rendah.
Perancangan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Advanced Design System (ADS) versi 2009 dan Altium Designer Summer 09, kemudian hasil perancangannya difabrikasi di atas PCB. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, rancangan LNA telah memenuhi spesifikasi yaitu memiliki K > 1, S21 sebesar 28.584 ~ 33.348 dB, S11 sebesar -20.679 ~ -30.817 dB, S22 sebesar -15.66 ~ -18.581 dB, NF sebesar 0.44 ~ 0.573 dB untuk keempat band frekuensinya. Hasil pengukuran PCB menunjukkan hasil S11 sebesar - 5.48763 ~ -6.7214 dB, S21 sebesar -17,7247 ~ -27.0854 dB dan S22 sebesar - 4.13519 ~ -9.30733 dB pada keempat band frekuensinya.

Research about Integrated Circuit (IC), specifically for wireless communication applications is still lacking in Indonesia. In fact, wireless communication is growing rapidly in Indonesia about LTE and WiMAX technologies. Therefore, research about IC in Indonesia should be initiated to support the development of the wireless communication. Concurrent Multiband Low Noise Amplifier (LNA) is one of the research IC for wireless communication applications because it can work four frequency bands (quadband) is 0.900 MHz and 1.800 GHz for GSM applications, 2.300 GHz for WIMAX applications, and 2.600 GHz for LTE applications in Indonesia.
In the research that has been done before, the results of concurrent multiband LNA design is not able to get a high gain specification. Therefore, in this study LNA designed using transistors in cascade configurations and techniques of power constrained simultaneous noise and input matching (PCSNIM) on inductive source degeneration topology that is able to get the value of high gain, and low noise.
This design is using software Advanced Design System (ADS) version 2009 and Altium Designer Summer 09, then the results of LNA design was fabricated on top of the PCB. Based on the simulation results, the design of LNA has fullfiled the specifications that have K > 1, S21 is 28 584 ~ 33 348 dB, S11 is ~ -30 817 -20 679 dB, S22 is -15.66 ~ -18 581 dB, NF is 0.44 dB ~ 0573 on desired frequency bands. PCB measurement results show the results of S11 is -5.48763 ~ -6.7214 dB, S21 is -17,7247 ~ -27.0854 dB and S22 is -4.13519 ~ -9.30733 dB on desired frequency bands."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Topik Teguh Estu
"Antena fleksibel adalah komponen penting dari perangkat elektronik yang dapat dikenakan. Bahan yang diperlukan untuk teknologi ini harus memiliki fleksibilitas dan
konduktivitas tinggi saat mengalami deformasi, seperti pembengkokan dan peregangan. Namun, studi tentang efek pembengkokan pada kinerja antena patch fleksibel masih
terbatas. Dalam tesis ini, membahas proses desain dan fabrikasi antena patch fleksibel yang terdiri dari kawat nano perak (Ag NWs) sebagai patch peradiasi dan ground plane dan polydimethylsiloxane (PDMS) sebagai substrat. Antena beroperasi pada frekuensi 5 GHz dan dirancang menggunakan perangkat lunak analisis elektromagnetik CST Studio Suite. Kinerja antena single patch dan patch array 1x2 yang dibuat menunjukan hasil yang sesuai spesifikasi yang diharapkan. Pada kondisi non-bending, nilai terukur antena single patch S11 = -21,18 dB dan VSWR 1,18 yang mendekati hasil simulasi S11=-23,76 dB dan VSWR = 1,14 dan nilai terukur antena patch array 1x2 S11 = -15,19 dB dan VSWR 1,42 dan nilai simulasi S11= -19,35 dB dan VSWR 1,24. Dalam tesis ini juga membahas pengaruh pembengkokkan bidang-H, bidang-E, dan bidang diagonal pada kinerja antena single patch pada berbagai radius pembengkokan (10–100 mm), dan pengaruh pembengkokan pada antena patch array 1x2 dengan radius pembengkokan 60 mm dan 80 mm. Prototipe antena yang dibuat menunjukkan frekuensi resonansi yang sedikit bergeser, VSWR yang rendah, dan half power beam width (HPBW) yang lebar dalam semua kondisi pembengkokan, yang membuktikan kinerja antena yang sangat baik.
Secara keseluruhan, kinerja prototipe antena dalam berbagai kondisi pembengkokan berada dalam batas toleransi untuk aplikasi nyata.

Flexible antennas are an essential component of wearable electronic devices. The materials required for this technology must have high flexibility and conductivity when subjected to deformations, such as bending and stretching. However, studies on the effect
of bending on flexible patch antenna performance are limited. In this thesis, we discuss the design and fabrication process of a flexible patch antenna consisting of silver nanowires (Ag NWs) as a radiating patch and ground plane and polydimethylsiloxane (PDMS) as a substrate. The antenna operates at a frequency of 5 GHz and is designed using the CST Studio Suite electromagnetic analysis software. The performance of the single patch antenna and the 1x2 patch array that was made showed the results according to the expected specifications. In non-bending conditions, the measured value of the single patch antenna S11 = -21.18 dB and VSWR 1.18 which is close to the simulation results of S11 = -23.76 dB and VSWR = 1.14 and the measured value of the patch array 1x2 antenna is S11 = - 15.19 dB and VSWR 1.42 and the simulation value of S11 = - 19.35 dB and VSWR 1.24. This thesis also discusses the effect of bending the H-plane, E-plane, and diagonal planes on performance of single patch at various bending radii (10– 100 mm), and the effect of bending onpatch array 1x2 antenna with bending radius of 60mm and 80mm. The antenna prototype created shows a slightly shifted resonant frequency, low VSWR, and a wide half power beam width (HPBW) under all bending conditions, which proves the antenna's excellent performance. Overall, the performance of the antenna prototype under various bending conditions is within tolerance limits for real applications.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dudi Nugroho
"Seiring dengan perkembangan teknologi seluler maka teknologi satelit merupakan bagian yang penting masuk di dalamnya. Terlebih lagi dengan akan diluncurkannya Quasi Zenith satellite yang melewati beberapa negara di Asia dan Australia diantaranya adalah Indonesia. Dengan satelit ini kinerja komunikasi seluler menjadi lebih baik.
Untuk Indonesia terutama di sekitar Jakarta maka untuk mengakses satelit tersebut maka antena harus memiliki elevasi 45°. Selain itu harus dapat beroperasi pada 2.6 GHz (2.605 GHz - 2.63 GHz).
Dalam penelitian ini dibuat antena mikrostrip 2x2 yang tersusun secara planar dengan bentuk patch segitiga sama sisi. Dari hasil pengukuran terbukti bahwa antena memiliki elevasi pola radiasi 45° pada frekuensi resonansinya. Sedangkan karakteristik penting lainnya adalah bandwidth impedansinya yang lebar 10.4% atau 277.11 MHz (2.80211 GHz - 2.525 GHz), sehingga dapat dipergunakan untuk aplikasi wireless communication pada Quasi Zenith Satellite.
Hal tersebut diatas diperoleh dengan mengatur jarak antar elemen antena dan mengatur pergeseran fasa. Di mana pergeseran fasa dicapai dengan cara mengatur perbedaan panjang padapencatuan. Antena yang tersusun secara planar ini memiliki ukuran substrat 20 cm x 20 cm. Adapun substrat tersebut memiliki permitivitas relatifnya sebesar 2.2 dengan ketebalan substrat 0.8 mm.

With development of Celluler technology so satellite technology is important for that. Moreover Quasi Zenith satellite will be launched and will pass some country in Asia and Australia, one of them is Indonesia. By this satellite so celluler communication performance is getting better.
For Indonesian area especially Jakarta, to access that satellite, antenna must has Radiation Pattern elevation about 45°. While the system must be operated on 2 GHz (2.605 GHz - 2.63 GHz).
In this Research, has made microstrip antenna 2x2 planar array with equilateral triangular patch. From measurement result are proven that antenna has Radiation Pattern elevation about 45° at resonance frequency. Meanwhile, another important characteristic is impedance bandwidth 10.4% or 277.11 MHz (2.80211 GHz - 2.525 GHz), so it can be used for application of wireless communication in Quasi Zenith Satellite.
It can be reached by controlling spacing patch element and progressive phase. When progressive phase can be reached by controlling difference of length of feeding. This antenna substrat has dimension 20 cm x 20 cm, with relative permitivity 2.2 and thick of substrat is 0.8 mm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theonaldo Vincentius Androdi
"Dalam perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi, power amplifier memainkan peran yang sangat penting dan krusial dalam sistem komunikasi nirkabel karena merupakan komponen utama yang menentukan efisiensi dan keandalan sistem transmisi. Power amplifier mengambil daya terbesar dalam sistem transmiter, sehingga efisiensi dan keandalannya sangat mempengaruhi kinerja keseluruhan. Penelitian ini berfokus pada power amplifier kelas E yang dikenal memiliki efisiensi daya tinggi hingga 100%, menjadikannya ideal untuk aplikasi nirkabel. Frekuensi kerja 2,4 GHz sangat penting dalam teknologi komunikasi nirkabel seperti WiFi, Bluetooth Low Energy (BLE), dan Zigbee. Tujuan penelitian ini adalah merancang power amplifier kelas E dengan efisiensi tinggi pada frekuensi 2,4 GHz menggunakan simulasi dalam Advanced Design System (ADS) dari Keysight, dengan PDK TSMC RF 90 nm, tanpa implementasi fisik. Metodologi penelitian dimulai dengan studi literatur untuk memahami teori dasar dan perkembangan terkini terkait power amplifier kelas E, karakteristik transistor, matching network, dan parameter kinerja. Selanjutnya, ditentukan spesifikasi utama power amplifier dan dilakukan simulasi serta karakterisasi transistor untuk memastikan kinerja optimal. Analisis stabilitas dilakukan untuk memastikan transistor berada dalam kondisi stabil tanpa syarat. Simulasi load pull dilakukan untuk menentukan impedansi optimal yang digunakan untuk merancang matching network. Proses tuning dan optimisasi menggunakan ADS dilakukan untuk mencapai parameter kinerja yang ditargetkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa power amplifier kelas E yang dirancang berhasil memenuhi sebagian besar target yang ditetapkan. Pada variasi proses TT (Typical-Typical), power amplifier menunjukkan performa yang baik dengan gain sebesar 10,734 dB dan PAE sebesar 51,709%. Stabilitasnya mencapai 1,153, S21 sebesar 17,6 dB, S11 sebesar -12,218 dB, dan S22 sebesar -8,49 dB.

In the rapid advancement of information and communication technology, the power amplifier has become a crucial component in wireless communication systems. The power amplifier consumes the most power in the transmitter system, thus its efficiency and reliability significantly affect overall performance. This research focuses on the class E power amplifier, known for its high power efficiency of up to 100%, making it ideal for wireless applications. The 2.4 GHz operating frequency is critical in wireless communication technologies such as WiFi, Bluetooth Low Energy (BLE), and Zigbee. The objective of this research is to design a high-efficiency class E power amplifier operating at 2.4 GHz using simulations in Keysight's Advanced Design System (ADS) with the TSMC RF 90 nm PDK, without physical implementation. The research methodology begins with a literature study to understand the fundamental theory and recent developments related to class E power amplifiers, transistor characteristics, matching networks, and performance parameters. Subsequently, the main specifications of the power amplifier are determined, followed by simulations and transistor characterization to ensure optimal performance. Stability analysis is conducted to ensure the transistor operates unconditionally stable. Load pull simulations are performed to determine the optimal impedance used for designing the matching network. The tuning and optimization processes using ADS are carried out to achieve the targeted performance parameters. The research results show that the designed class E power amplifier successfully meets most of the set targets. In the TT (Typical-Typical) process variation, the power amplifier demonstrates good performance with a gain of 10.734 dB and a PAE of 51.709%. Its stability factor reaches 1.153, S21 is 17.6 dB, S11 is -12.218 dB, and S22 is -8.49 dB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartuti Mistialustina
"Dimasa sekarang sistem komunikasi membutuhkan antena dengan versatilitas yang tinggi. Kebutuhan akan antena yang dapat beroperasi pada frekuensi yang berbeda atau dapat dikonfigurasi ulang adalah suatu hal yang bermanfaat karena perubehan sistem mungkin terjadi. Teknologi antena mikrosttip dengan frekuensi ganda berkembang pesat. Salah satu metodenya yang populer adalah Miscellaneousloading diuji frequency. Pada tekuik ini frekuensi ganda dihasilkan dengan menambahkan beban, diantamnya adalah beban stub. Penelitian yang dilakukan oleh Davidson. S.E dan Richards, W.F memperoleh hasil bahwa perubahan panjang studi dapat menala basil frekuensi resonansi. Namun pada penelitian tersebut penalaan hanya dilakukan peda saat simulasi untuk memperoleh frekuensi yang diinginkan, setelah pabrikasi penalaan tidak dilakukan lagi. Pada kundisi lain kemampuan penalaan pada suatu antena memberikan kesempatan untuk melaknkan pengembangan dalam hal fungsi dan kernampuan dari teknologi komunikasi frekuensi tinggi. Pada skripsi ini telah dHakukan rancang bangun antena segiempat frekuensi ganda ditala dengan menggunakan beban stub yang berperan sebagai resonator dan juga penala berupa saluran mikrostrip yang terbuat dari lempengan tembaga yang dapat diubah-ubah posisinya. Penalaan dapat dilakukan hingga tahap pabrikasi. Digunakan lima variasi ukuran beban dengan panjang 0,5/.d dan lebar masing-masing 12 mm, 10 mm, 8 mm, 6 mm, dan 4 mm. Pencatuan yang digunakan adalah dengan menggunakan saiuran mikrostrip dengan inset Antena rancangan pada awalnya merupakan suatu desain antena yang bekerja pada frekuensi sekitar 2,4 GHz, Setelah diberi beban dari hasil pengukuran diperoleh bahwa ukuran beban yang optimal dalam menghasilkan frekuensi resonansi ganda ditala adalah 0,5hd x 4 mm. Beban ini menghasilkan antena dengan daerah frekuensi operasi 2.41 GHz sampai dengan 2,66 GHz untuk frekuensi resonansi pertama dan 1,22 GHz sampai dengan l,94 GHz untuk frekuensi resonansi kedua. Gain antena hasil rancangan adalah 4,49 dE untuk frekuensi resonansi 2,37 GHz dan 4.48 dB untuk frekuensi resonansi 1,55 GHz dan 2,48 GHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S39994
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haekal
"Teknologi nirkabel sangat berkembang sekarang ini dan salah satu elemen terpenting adalah antena. Pada umumnya antena di sisi pengguna berdimensi kecil dan diharapkan memiliki nilai gain tinggi. Dengan menggunakan struktur High Impedance Surface (HIS) sebagai substrat maka gain dapat meningkat tanpa menambahkan dimensi antena.
Pada penelitian ini, struktur HIS berbentuk planar rectangular diimplementasikan sebagai substrat antena mikrostrip dengan dua feedline yang bekerja di frekuensi 2,445 GHz dengan bandwidth 85 MHz. Unit cell HIS dirancang dan disimulasikan untuk melihat daerah frekuensi kerja dengan memperhatikan reflection phase diagram. Unit cell dengan susunan 1x2 elemen diimplementasikan pada antena mikrostrip patch lingkaran yang dicatu dengan teknik elektromagnetik kopel. Antena ini terdiri dari dua lapisan substrat. Lapisan pertama terdiri dari patch berbentuk lingkaran dan lapisan kedua terdiri dari dua feeding line bersama unit cell HIS.
Hasil simulasi menunjukan di port 1 bandwidth bernilai 150 MHz dan gain sebesar 7,85 dB. Untuk port 2, menunjukan bandwidth 160 MHz dan gain 7,98 dB. Pengukuran dilakukan dan menunjukan hasil untuk port 1 memiliki bandwidth 160 MHz dan gain 7,92 dB. Sedangkan untuk port 2, bandwidth bernilai 170 MHz dan gain sebesar 7,12 dB.

Wireless technology is developing nowadays and one of the most important elements in wireless technology is the antenna. For the user, antenna usually has compact size and considers having high gain. By using High Impedance Surface structure as the substrate, it can enhance gain performance without increase dimension of antenna.
In this research, planar rectangular HIS structure has been implemented as substrate of microstrip antenna with dual feeding line. The resonant frequency is 2,445 GHz with 85 MHz bandwidth. HIS unit cell is designed and simulated to obtain the resonant frequency as shown in its reflection phase diagram. The unit cell consists of 1x2 planar array configuration is implemented in circular patch microstrip antenna using electromagnetic coupled feeding method. The antenna consists of two substrate layers. The first layer consists of circular patch and the second substrate consists of two feed lines with HIS unit cell.
Based on simulation results, in port 1 shows bandwidth of 150 MHz and 7,85 dB gain. For port 2, the bandwidth is 160 MHz with 7,98 dB gain. To validate the simulation result, measurement has been conducted. Measurement results show 160 MHz bandwidth and 7,92 dB gain in port 1, meanwhile, in port 2, shows 170 MHz bandwidth and 7,12 dB gain.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63640
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Taufik Ardiansyah
"Indonesia dihadapi pada tantangan globalisasi, di mana Indonesia belum memiliki kemampuan persaingan yang baik dengan bangsa lain. Selain itu, bangsa ini juga memiliki tugas untuk menyelesaikan persoalan missing link dan digital devide yang sampai scat ini belum tertuntaskan.
Program Universal Service Obligation adalah salah satu program kewajiban layanan komunikasi yang menjadi tanggung jawab semua pihak untuk diakomodir oleh pemerintah. Dengan program ini, layanan komunikasi diberikan dengan membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi, sehingga dapat memberikan aksesibilitas layanan komunikasi yang memadai kepada masyarakat.
Pembangunan USO dirasakan lambat, bila Indonesia ingin menjawab tantangan globalisasi dalam beberapa tahun mendatang, maka implementasi USO dapat menggunakan salah satu alternatif dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz.
Pemilihan teknologi nirkabel dengan memanfaatan frekuensi 2.4 GHz dapat menggunakan teknologi berbasis wireless internal protocol sebagai alternatif infrastruktur jaringan dengan wi-fi sebagai akses komunikasi data dengan salah satu karena frekuensi ini terbebas dari Biaya Hak Penggunaan Frekuensi, sehingga dalam pengaplikasiannya dapat mereduksi biaya operasional yang dikeluarkan. Akan tetapi, diperlukannya revisi regulasi untuk implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz agar menjadi lebih jelas penggunaan frekuensi ini yang akan didayagunakan untuk kepentingan USO dengan tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai frekuensi bebas.
Regulasi dalam implementasi USO sendiri perlu adanya revisi dengan ditambahkan pemanfaatan frekuensi ini sebagai salah satu alternatif solusi implementasi USO. Implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi ini dapat menghasilkan regulasi yang sinergi karena nnengatur kembali KM.34 Tahun 2004 dan KM.2 Tahun 2005. Diharapkan pemerintah dapat mempertimbangkan usulan ini karena akan memberikan implikasi yang positif kepada masyarakat secara lokal dan dalam jangka waktu panjang dapat memberikan efek positif secara nasional dengan suksesnya penggelaran program USO ini.

Indonesia is faced with globalization challenge, where Indonesia doesn?t have good challenge capability with other nations. Beside that, this nation also has a duty to finished missing link problem and digital devide which so far was undone.
Universal Service Obligation program is one of the communication service obligation programs that become responsibility for every related company accommodated by government. With this program, communication service is given in construction of telecommunication network infrastructure, so that can give adequate communication service accessibility for society.
USO development felt slow, if Indonesia want to answer globalization challenge in the next couple years, so USO implementation can apply one alternative of the benefit of 2.4 GHz frequency.
The selection of wireless technology utilizing 2.4 GHz frequency can use technology based on wireless internet protocol as alternative of network infrastructure with wi-fi as data communication access because this frequency is free from right cost of frequency utilization, so in it application can reduce operational cost. However, the regulation revision is needed for USO implementation utilizing 2.4 GHz frequency, to make clear the utilization of this frequency which will exploit for USO interest and still can be used by society as free frequency.
Regulation in USO implementation itself required some revision with addition frequency utilization as one of alternative solution in USO implementation. USO implementations uses this frequency can produce synergy regulation because rearrange KM.34 year 2004 and KM.2 year 2005. It is expected that government can consider this proposal because it will gave a positive implication into society locally and in long term it can gave positive effect by nationally with the succession of this USO program exhibition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>