Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akmal Al Afghani
"Konsumsi energi yang bersumber dari bahan bakar fosil (petroleum) semakin hari kian meningkat, menyebabkan kenaikan dampak lingkungan khususnya Global Warming Potential. Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar petroleum sebagai upaya penurunan emisi. Namun, pemanfaatan petroleum sebagai sumber energi, khususnya gas alam, disinyalir akan selalu menjadi yang paling besar dibandingkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). PT AMM dengan dua sebagai salah satu produsen gas terbesar di Indonesia, dilakukan analisis untuk mengetahui hotspot pada kegiatan daur hidup produksi gas alam dengan software OpenLCA dan metodologi ReCiPe. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komparasi hasil dampak lingkungan antara metodologi ReCiPe dan IMPACT 2002+. Daur hidup produksi gas alam pada PT AMM untuk setiap 1 MMSCFD produk gas alam dengan lapangan Site A memberikan hasil dampak Global Warming Potential (GWP) sebesar 4.885 kgCO2-eq, Particulate Matter Formation (PM) sebesar 0,30 kgPM2.5-eq, Ozone Formation (OF) sebesar 1,50 kgNOx-eq, dan Terrestrial Acidification (TA) sebesar 1,00 kgSO2-eq. Sementara pada lapangan Site B memberikan hasil dampak GWP sebesar 3.555 kgCO2-eq, PM sebesar 0,52 kgPM2.5-eq, OF sebesar 3,36 kgNOx-eq, dan TA sebesar 1,72 kgSO2-eq. Hotspot pada Site A berasal dari tahapan WHB-TOX, sementara Site B berasal dari Inlet-Separation. Hasil analisis komparasi hasil dampak dari metodologi antara ReCiPe dan IMPACT 2002+ untuk dampak GWP secara statistik tidak memiliki perbedaan secara signifikan untuk kedua lokasi studi karena mengacu pada model perhitungan yang sama. Untuk dampak TA secara statistik pada lokasi Site A memiliki perbedaan signifikan, sementara pada lokasi Site B tidak memiliki perbedaan signifikan. Tidak konsistennya hasil untuk dampak TA karena perbedaan acuan model perhitungan.

Energy consumption from fossil fuels (petroleum) has been increasing day by day, causing a rise in environmental impacts, especially the Global Warming Potential (GWP). Indonesia has implemented policies to reduce the use of petroleum fuels as an effort to lower emissions. However, the use of petroleum as an energy source, especially natural gas, is predicted to always remain the largest compared to the use of New Renewable Energy (NRE). PT AMM, as one of the largest gas producers in Indonesia, conducted an analysis to identify hotspots in the life cycle activities of natural gas production using OpenLCA software and the ReCiPe methodology. Additionally, this study aims to analyze the comparative environmental impact results between the ReCiPe and IMPACT 2002+ methodologies.The life cycle of natural gas production at PT AMM for every 1 MMSCFD of natural gas product at Site A field resulted in a Global Warming Potential (GWP) impact of 4,885 kgCO2-eq, Particulate Matter Formation (PM) of 0.30 kgPM2.5-eq, Ozone Formation (OF) of 1.50 kgNOx-eq, and Terrestrial Acidification (TA) of 1.00 kgSO2-eq. Meanwhile, at Site B field, the GWP impact was 3,555 kgCO2-eq, PM of 0.52 kgPM2.5-eq, OF of 3.36 kgNOx-eq, and TA of 1.72 kgSO2-eq. The hotspot at Site A originated from the WHB-TOX stage, while at Site B it came from Inlet-Separation.The comparative analysis results of impact from the methodologies between ReCiPe and IMPACT 2002+ for GWP impact statistically showed no significant difference for both study locations because they refer to the same calculation model. For TA impact, statistically, Site A showed a significant difference, while Site B did not show a significant difference. The inconsistency in TA impact results is due to differences in the reference calculation models."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damai Kasih Lintanghati
"Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi utama dan terbesar penggunaannya di Indonesia. Kebutuhannya pun dinilai cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Emisi dari pembakaran gas disebut dapat menimbulkan isu lingkungan. Selain dalam tahap penggunaannya, proses produksi gas juga perlu ditinjau peranan dan dampaknya terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal tersebut lewat metode Life Cycle Assesment (LCA). Penelitian ini dibatasi oleh sistem gate-to-gate yang meliputi proses dari tahap produksi saja, dan digunakan untuk menentukan dampak lingkungan dari langkah produksi atau proses. Tinjauan proses yang dinilai dampak lingkungannya terdiri atas alur produksi gas dan kondensat serta produk samping air terproduksi.Analisa LCA proses produksi akan dihitung menggunakan peranti lunak SimaPro versi 9.0.049 dan berbasis pada neraca massa yang disimulasikan pada Aspen HYSYS versi 11. Data yang menjadi input LCA dalam penelitian ini merupakan data bahan baku, produk, produk samping, pemakaian energi, serta gas buang atau emisi pembakaran. Dari hasil penilaian dampak lingkungan, didapatkan nilai beban emisi yang dihasilkan dari proses produksi gas jual adalah 409,35 kg CO2/ton produk; 0,062 kg CH4/ton produk; 0,0062 kg NOx/ton produk; dan 0,0007 kg SOx/ton produk dengan total emisi ke udara dari proses produksi gas adalah 1,929 107 UBP/ton produk. Pada alur produksi kondensat dihasilkan beban emisi sebesar 0,206 kg CO2/ton produk; 4,05 10-5 kg CH4/ton produk; 4,37 10-6 kg NOx/ton produk; dan 9,96 10-6 kg kg SOx/ton produk dengan nilai total emisi ke udara dari proses produksi kondensat adalah 6,38 102 UBP/ton produk. Sedangkan pada hasil produk selanjutnya yaitu air dihasilkan beban emisi sebesar 102,981 kg CO2/ton produk; 1,566 CH4/ton produk; 0,157 kg NOx/ton produk; dan 0,018 kg kg SOx/ton produk dengan total emisi ke udara dari proses produksi air adalah 8,3410 107 UBP/ton produk. Kontribusi beban emisi terhadap lingkungan ini dapat diminalisasi dengan beberapa upaya seperti memaksimalkan efisiensi energi dari peralatan yang beroperasi di lapangan, injeksi CO2 sequestration, pemanfaatan gas H2S menjadi bahan kimia H2SO4 dan menggalangkan gerakan green electricity.

Fossil fuels are one of the main and biggest sources of energy in Indonesia. Their needs are also considered to increase from year to year. Emissions from combustion of gas are said to cause environmental issues. In addition to the use phase, the gas production process also needs to be reviewed for its role and impact on the environment. This study aims to identify this through the Life Cycle Assessment (LCA) method. This method is a method used to estimate the environmental impact resulting from a production process starting from exploration to the final process and disposal to the environment, or commonly known as the cradle to grave approach. This study is limited by the gate-to-gate system which includes processes from the production stage only, and is used to determine the environmental impact of the production steps or processes. A review of the processes assessed for environmental impacts consists of gas and condensate production flows and produced water byproducts. Production process LCA will be calculated using SimaPro software version 9.0.049 and based on mass balance which is simulated in Aspen HYSYS version 11. The data which is input for LCA in this research is data of raw materials, products, by-products, energy consumption, and exhaust gas or combustion emissions. From the results of the environmental impact assessment, the value of the emission load generated from the sales gas production process is 409.35 kg CO2/ton product; 0.062 kg CH4/ton product; 0.0062 kg NOx/ on product; and 0.0007 kg SOx/ton product with total emissions to the air from the gas production process is 1.929×107 UBP/ton product. In the condensate production process, emissions load of 0.206 kg CO2/ton of product is produced; 4.05×10-5 kg ​​ CH4/ton product; 4.37×10-6 kg NOx/ton product; and 9.96×10-6 kg kg SOx/ton product with total emissions to the air from the condensate production process is 6.38×102 UBP/ton product. Whereas in the next product result, water is produced an emission load of 102.981 kg CO2/ton product; 1,566 CH4/ton product; 0.157 kg NOx/ton product; and 0.018 kg kg SOx/ton product with total emissions to the air from the produced water production process is 8.3410×107 UBP/ton product. The contribution of the emission load to the environment can be finalized by several efforts such as maximizing the energy efficiency of equipment operating in the field, CO2 equesterian injection, utilization of H2S gas into H2SO4 chemicals and promoting the movement of green electricity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yazeedrana Pancasakti
"Sesuai dengan Nationally Determined Contribution, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 29% pada tahun 2030. Namun, kondisi saat ini menunjukkan bahwa masih ada dilema di sektor energi sebagai salah satu sektor dengan kontribusi emisi GRK tertinggi. Emisi GRK di sektor tersebut pun masih diproyeksi untuk terus meningkat akibat naiknya produksi dan konsumsi batubara. PT X, sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, ikut berkomitmen untuk mengurangi emisi GRKnya dengan cara mengonversi pembangkit listrik yang saat ini menggunakan batubara sebagai bahan bakar dengan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam. Studi ini dilakukan untuk mengetahui jumlah emisi GRK yang akan dikurangi apabila PT X melakukan transisi energi ke gas alam untuk keperluan pembangkit listriknya. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui risiko apa saja yang perlu diperhatikan saat transisi energi tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa akan ada pengurangan emisi GRK sebesar 49.5% jika dilakukan transisi energi. Risiko yang terlibat meliputi risiko finansial, kebijakan, bencana alam, lingkungan & sosial, dan operasional.

According to the Nationally Determined Contribution, the Indonesian government vowed to reduce their GHG emissions by 29% by 2030. However, the current situation shows a dilemma where the energy sector, one of the highest contributors of GHG emissions, is facing a rising trend of emissions. The rise is motivated by the increasing production as well as consumption of coal. PT X, as one of the biggest mining companies in the country, is looking to convert their coal plant to a natural gas one as part of their commitment to decrease their GHG emissions by 30% by 2030 to support the same cause. Therefore, this research attempts to find out how much emission reduction would be realized with the plant conversion, along with the risks involved in the process using Life Cycle Assessment. The result shows that 49.5% of the GHG emissions will be reduced. Financial, regulatory, natural disaster, environmental & social, and operational risks have been identified during the energy transition process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadian Nadif Haikal
"Indonesia merupakan negara yang termasuk ke dalam salah satu penyumbang karbon dioksida terbesar di dunia. Industri semen merupakan industri yang masuk ke dalam sector IPPU (industrial process and product used) yang mana menyumbang emisi gas rumah kaca pada sector tersebut dibandingkan industri lainnya. Semen yang menjadi salah satu bahan baku yang dibutuhkan untuk sebuah infrastruktur bangunan. Indonesia yang sedang menggalangkan pembangunan infrastruktur nasional harus memerhatikan dampak lingkungan proses produksi semen terhadap lingkungan. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi semen dengan menggunakan metode life cycle assessment. Terdapat dua tahapan produksi yang memberikan dampak terbesar yaitu klin process dan finish mill & pack yang disebabkan akibat pembakaran batu bara. Penelitian ini membuat analisis perbandingan antara kondisi sekarang dengan target perusahaan dalam meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif sebesar 15% dengan mengidentifikasi risiko yang berpotensi muncul dan membuat mitigasi pencegahan resiko
Indonesia is a country that is included in one of the largest carbon dioxide emitters in the world. The cement industry is an industry that is included in the IPPU (industrial process and product used) sector which contributes to greenhouse gas emissions in that sector compared to other industries. Cement is one of the raw materials needed for a building infrastructure. Indonesia, which is promoting the development of national infrastructure, must pay attention to the environmental impact of the cement production process on the environment. Thus, this study was conducted to analyze the environmental impact resulting from the cement production process using the life cycle assessment method. There are two stages of production that have the biggest impact, namely the klin process and the finish mill & pack caused by burning coal. This study makes a comparative analysis between the current condition and the company's target in increasing the use of alternative fuels by 15% by identifying risks that have the potential to arise and making risk prevention mitigations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Curran, Mary Ann
New York: McGraw-Hill, 1996
620.82 CUR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Dandy Widiantara
"Kegiatan produksi timah memberikan dampak negatif tidak hanya terhadap lingkungan dan tapi juga sumber daya alam. Hal ini terutama terjadi karena kebutuhan energi yang besar dalam kegiatan penambangan dan pengolahan timah. Salah satu kegiatan yang membutuhkan banyak energi adalah penggunaan energi. PT XYZ merupakan salah satu produsen timah di Bangka Belitung yang melakukan upaya efisiensi energi pada proses produksi nya. Untuk mengetahui dampak lingkungan dan efisiensi energi pada PT XYZ dilakukan penilaian daur hidup pada keselurah aktifitas produksi, yaitu menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Tujuan penelitian ini adalah Mengevaluasi dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi timah PT XYZ menggunakan metode LCA serta menganalisis penurunan dampak lingkungan dan biaya yang dihasilkan setelah adanya program-program efisiensi energi. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi daur hidup menggunakan metode LCA dengan software SIMAPRO dan metode CML IA Baseline, analisis pengelolaan energi menggunakan standar Sistem Manajemen Energi ISO 50001, serta perhitungan analisis biaya menggunakan metode Benefit Cost Ratio (BCR). Program 1 yang diterapkan adalah modifikasi pengeringan debu tanur dengan menghilangkan unit rotary kiln. Program 2 yang diterapkan adalah peralihan teknologi tanur pantul menjadi tanur listrik. Pemilihan program didapatkan dari hasil penentuan Significant Energy Used (SEU), dan evaluasi eksisting menggunakan LCA. Hasil penilaian daur hidup setelah program didapatkan bahwa persentase dampak yang dihasilkan dari program 1 dan 2 jauh lebih rendah dibandingkan skenario 1, seperti terlihat pada dampak abiotic depletion, setelah adanya program 1 menjadi hanya 87,17% dan setelah program 2 sebesar 12,92% dibandingkan dengan eksisting (100%). Hal itu juga terjadi dengan ke empat dampak yang lain dari mulai global warming potential, ozone layer depletion, acidification, dan euthropication. Hasil analisis biaya program ke-1 adalah program yang akan memberikan benefit secara lebih cepat, karena perbandingan efisiensi energi dengan biaya investasi lebih baik. Tapi tidak signifikan memberikan impact pada penurunan dampak lingkungan. Namun, program ke-2 memberikan benefit lebih lambat, namun memberikan impact pada penurunan dampak lingkungan dengan lebih signifikan.

Tin production activities have a negative impact not only on the environment but also on natural resources. This mainly occurs because of the large energy requirements in tin mining and processing activities. One activity that requires a lot of energy is energy use. PT XYZ is one of the tin producers in Bangka Belitung which makes energy efficiency efforts in its production process. To determine the environmental impact and energy efficiency at PT XYZ, a life cycle assessment was carried out on all production activities, namely using the Life Cycle Assessment (LCA) method. The aim of this research is to evaluate the environmental impacts resulting from PT XYZ's tin production process using the LCA method and to analyze the reduction in environmental impacts and costs resulting from energy efficiency programs. In this research, a life cycle evaluation was carried out using the LCA method with SIMAPRO software and the CML IA Baseline method, energy management analysis using the ISO 50001 Energy Management System standard, and cost analysis calculations using the Benefit Cost Ratio (BCR) method. Program-1 implemented was a modification of kiln dust drying by eliminating the rotary kiln unit. Program-2 implemented is the transition from reflective furnace technology to electric furnace. Program selection is obtained from the results of determining Significant Energy Used (SEU), and existing evaluation using LCA. The results of the life cycle assessment after the program showed that the percentage of impacts resulting from programs 1 and 2 was much lower than scenario 1, as seen in the impact of abiotic depletion, after program 1 it was only 87.17% and after program 2 it was 12.92% compared to existing (100%). This also occurs with the four other impacts starting from global warming potential, ozone layer depletion, acidification, and eutrophication. The results of the 1st program cost analysis are programs that will provide benefits more quickly because the ratio of energy efficiency to investment costs is better. However, it does not have a significant impact on reducing environmental impacts. However, the second program provides benefits more slowly but has a more significant impact on reducing environmental impacts."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Eugenia Gandasasmita
"Indonesia merupakan negara kedua terburuk dalam hal pengelolaan limbah plastik di dunia. Kebanyakan plastik di Indonesia dibakar secara terbuka dan ditimbun begitu saja. Pemerintah Indonesia sudah memiliki rencana penanganan yakni dengan melipatgandakan laju daur ulang. Oleh karena itu, perlu diketahui seberapa besar dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses daur ulang yang dilakukan di Indonesia. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses daur ulang plastik polyethylene terephthalate dengan menggunakan metode life cycle assessment. Terdapat dua faktor terbesar yang menyebabkan dampak lingkungan pada proses daur ulang PET yakni, penggunaan maupun pembakaran bahan bakar fosil sebagai sumber energi serta pengelolaan limbah air dan bahan kimia sisa produksi yang kurang baik. Kedua faktor tersebut merupakan masalah utama yang harus diperbaiki untuk dapat menghasilkan potensi dampak lingkungan seminimal mungkin. Sehingga, perbaikan proses daur ulang PET dapat dimulai dengan memitigasi kedua faktor tersebut.

Indonesia is the second worst country in the world in terms of plastic waste management. Most plastic waste in Indonesia ended up being openly burned and in landfill. Indonesian government already made a strategic plan in handling this problem by doubling the recycling rate. Therefore, it is important to know how big does recycling process in Indonesia will impact the environment. Thus, this study is conducted to analyse the environmental impact of recycling polyethylene terephthalate plastic using the life cycle assessment method. It has been found that there are two main factors causing mostly of the environmental impact from PET recycling. Those factors are due to the combustion of fossil fuel as an energy source and the poorly managed waste water and chemical residues treatment. These two factors indicate that a corrective action must be made in order to produce minimum amount of environmental impact. Hence, improvement of the recycling process can start with mitigating these two factors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Afriansyah
"Industri tahu yang tersebar di wilayah DKI Jakarta dengan teknologi yang masih tradisional, penggunaan kayu bakar dan tidak adanya fasilitas pengolahan limbah cair berpotensi untuk memberikan dampak bagi lingkungan. Untuk menganalisis potensi dampak lingkungan yang dihasilkan dapat menggunakan pendekatan Life Cycle Assessment terhadap daur hidup produksi tahu untuk dua industri tahu di kecamatan Mampang Prapatan dan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Analisis dampak dilakukan dengan metode change-oriented yaitu menggunakan tiga skenario untuk membandingkan penggunaan bahan bakar kayu, LPG dan adanya fasilitas pengolahan limbah cair untuk unit fungsional 1 kg tahu. Batasan sistem yang digunakan yaitu gate to gate dan pengolahan data menggunakan software OpenLCA serta metode CML-IA Baseline untuk metode penilaian dampak. Skenario penggunaan sampah kayu sebagai bahan bakar dan tanpa adanya pengolahan limbah cair pada daur hidup produksi tahu menghasilkan dampak tertinggi yaitu dampak GWP sebesar 3.73902 kg CO2 eq, acidification sebesar 0.02424 kg SO2 eq, eutrophication sebesar 0.02215 kg PO4 eq, human toxicity sebesar 2.55568 kg 1.4-DB eq dan photochemical oxidation sebesar 0.00090 kg C2H4 eq. Dengan analisis kontribusi diketahui proses perebusan merupakan hotspot dengan rata-rata kontribusi dampak sebesar 88.18% dengan sampah kayu sebagai kontributor utama. Pada industri tahu yang menggunakan LPG sebagai bahan bakar, hotspot terletak pada proses penggilingan kedelai dengan energi listrik sebagai kontributor utama. Rekomendasi perbaikan dengan penerapan cleaner production dan pembangunan fasilitas pengolahan limbah cair pada industri tahu diharapkan dapat menurunkan potensi dampak lingkungan yang dihasilkan.

The tofu industry, which is spread throughout the DKI Jakarta area, using traditional technologies, relies on firewood, and lacks wastewater treatment facilities, all of which have the potential to harm the environment. A life cycle assessment (LCA) approach can be applied for two tofu industries in the Mampang Prapatan and Jagakarsa sub-districts, South Jakarta, to analyse the potential environmental impacts. The impact analysis used a change-oriented LCA method with three scenarios to compare the use of wood fuel, LPG, and wastewater treatment facilities for the 1 kg tofu functional unit. Impact analysis was performed using OpenLCA software and the CML-IA Baseline method with a gate-to-gate system boundary. The scenario of using wood waste as fuel and without wastewater treatment in the life cycle of tofu production resulted the highest impact GWP of 3.73902 kg CO2 eq, acidification of 0.02424 kg SO2 eq, eutrophication of 0.02215 kg PO4 eq, human toxicity of 2.55568 kg 1.4-DB eq and photochemical oxidation of 0.00090 kg C2H4 eq. With contribution analysis, the use of wood waste as fuel in the boiling process is a main contributor to all impact categories with an average impact contribution of 88.18%. In the tofu industry that employed LPG as fuel, the hotspot lay in the soybean milling process, with electricity as the main contributor. Recommendations for improvement with the implementation of cleaner production and the construction of wastewater treatment facilities in the tofu industry are expected to reduce the potential environmental impacts produced."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Ala Almaududi
"Dalam rangka menghasilkan produksi migas di lapangan lepas pantai Perusahaan “PO”, terdapat gas buang (flaring dan venting) yang berpotensi menjadi sumber emisi gas rumah kaca (Ritchie & Roser, 2020; The World Resources Institutes, 2020) dan dapat menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Diperlukan usaha perolehan dan penyediaan energi migas yang tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan serta tetap dapat menghasilkan keuntungan, selaras dengan prinsip Sustainability Energy (Russel, 2008; Klarin, 2018). Sebagai upaya penerapan prinsip Sustainability Energy di Perusahaan “PO”, dilakukan kajian terkait dampak gas buang dari kegiatan operasi produksi migas dengan menggunakan pendekatan metode Life Cycle Assesment/ LCA (Elcock, 2007). Mengacu pada metode LCA, dilakukan kajian dengan tahapan; menentukan tujuan (goal) dan ruang lingkup (scope) penelitian; melakukan life cycle inventory terhadap proses dan data yang dikumpulkan; menghitung impact assesment dari emisi Gas rumah kaca yang disebabkan gas venting dengan menggunakan metode IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) Inventory Guideline 2006, dan dari gas flare dengan menggunakan metode Compendium API (American Petroleum Institute) 2009; dan tahapan selanjutnya melakukan intrepretasi, menentukan skenario perbaikan lingkungan serta kajian keekonomiannya. Kegiatan operasi produksi migas di perusahaan “PO” menghasilkan total gas buang sebesar 12.73 mmscfd (juta kaki kubik per hari) yang dapat menyebabkan emisi GRK sebesar 756 Gg (Giga gram) CO2 ekuivalen setiap tahun. Dengan skenario upaya perbaikan lingkungan (penerapan gas microturbine, gas lift, merubah gas venting menjadi gas flare), menghasilkan potensi pengurangan emisi GRK antara 240-368 Gg CO2 ekuivalen setiap tahun, namun penerapannya tidak dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan apabila diperlakukan sebagai “business as usual” sehingga prinsip Sustainability Energy tidak dapat dipenuhi. Diperlukan upaya lebih lanjut untuk mendorong tercapainya prinsip Sustainability Energy dalam usaha penyediaan energi migas, diantaranya melalui penerapan mekanisme pasar karbon atau pemberian insentif dari pemerintah.

Some excess gas is flared and vented in offshore oil and gas production at PO Company; the gas flare and vent is a source of greenhouse gas (GHG) emissions potential that cause global warming and climate change (Ritchie & Roser, 2020; The World Resources Institutes, 2020). Therefore further efforts need to reduce the causes of environmental damage, including implementing the principle of Sustainable Energy, an attempt to obtain and provide energy that implies environmentally friendly and generates economic profit (Russel, 2008; Klarin, 2018). The Life Cycle Assessment (LCA) approach is feasible to apply the principle of sustainable energy in the oil and gas industry (Elcock, 2007). Refer to the LCA approach, there are steps for determining the impact of excess gases (flaring and venting) in PO company; defining the goals and scope; conducting life cycle inventory; calculating the impact assessment of greenhouse gas emissions (gas venting calculation refer to IPCC Inventory Guideline 2006, and for gas flare refer to API Compendium 2009); next phase is interpretation, define scenarios of environmental improvement and economic analysis. The total excess gas from oil and gas production operations at "PO" company is about 12.73 mmscfd (million cubic feet per day), generating GHG emissions potential of 756 Gg (Giga gram) CO2 equivalent every year. Due to environmental improvement scenarios (i.e., Microturbine, gas lift, or venting to flare), GHG emission reductions are between 240-368 Gg CO2 equivalent annually. Nevertheless, the implementation cannot generate profits for the company if it is treated as "business as usual." Hence further efforts are needed to encourage the fulfillment of Sustainability Energy in PO company, including implementing a carbon market mechanism or encouraging government incentives"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Agradhyasto
"Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang mempunyai jejak emisi yang besar. Deforestasi, penggunaan pupuk yang berlebihan, hingga limbah yang kurang baik dimanfaatkan menjadi masalah yang mengganggu. Limbah kelapa sawit berupa POME atau palm oil mill effluent merupakan limbah cair yang hnaya dimanfaatkan menjadi pupuk. Sementara, terdapat potensi yang besar untuk mengubah POME menjadi sebuah produk yang lebih berharga yaitu biogas. Hal ini dapat didukung dengan analisis siklus hidup atau LCA sebagai pengukur emisi yang hadir dalam setiap tahapan perkebunan kelapa sawit. Analisis LCA yang dilakukan meliputi seluruh tahapan proses dimulai dari pembukaan lahan hingga pembuatan biogas dengan berbagai parameter seperti pemanasan global, ekotoksisitas lingkungan, eutrofikasi hingga penggunaan air. Berdasarkan analisis yang dilakukan, emisi tertinggi dihasilkan oleh perkebunan. Salah satu dampak dari perkebunan sawit adalah lepasnya emisi yang setara dengan 20 ton CO2 per tahun. Emisi yang dihasilkan dapat dikurangi dengan beberapa cara yang diantaranya adalah penggunaan kembali limbah kelapa sawit, termasuk biogas. Pembuatan biogas dapat mengurangi dampak emisi gas rumah kaca hingga 85% lebih rendah daripada membiarkan POME di dalam bak terbuka. Penggantian Biogas menjadi bahan bakar untuk menghasilkan listrik dapat menurunkan emisi hingga menjadi 9,9% dibandingkan diesel. Pengurangan penggunaan pupuk kimia dapat mengurangi dampak hingga emisi 6% dari jumlah penggunaan awal.

Oil palm is one of the crops that has a significant emission footprint. Deforestation, excessive fertilizer use, and poor waste management are among the troubling issues. Palm oil mill effluent (POME), which is the liquid waste from palm oil mills, is typically only utilized as fertilizer. However, there is great potential to convert POME into a more valuable product, namely biogas. This can be supported by conducting a life cycle analysis (LCA) as a measure of emissions throughout every stage of the oil palm plantation. The LCA analysis encompasses the entire process from land clearing to biogas production, considering various parameters such as global warming potential, environmental ecotoxicity, eutrophication, and water usage. Based on the analysis, the highest emissions are generated by the plantations themselves. One of the impacts of oil palm plantations is the release of emissions equivalent to 20 tons of CO2 per year. These emissions can be reduced through various means, including the reuse of oil palm waste, including biogas. Biogas production can reduce greenhouse gas emissions by up to 85% compared to letting POME remain in open ponds. Substituting biogas as a fuel source for electricity generation can reduce emissions by up to 9.9% compared to diesel. Reducing the use of chemical fertilizers can also mitigate impacts, resulting in a 6% reduction in emissions compared to the initial usage level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>