Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrian Satria Indrayasa
"Sebanyak 97% remaja di Indonesia pernah mengonsumsi pornografi, menunjukkan prevalensi akses pornografi yang sangat tinggi di kalangan anak muda Indonesia. Hal ini merupakan salah satu dampak dari keberadaan internet yang menjadi tempat bagi masyarakat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan seksualitas mereka. Prevalensi akses pornografi yang tinggi memunculkan pertanyaan terkait pengaruh konsumsi pornografi terhadap kehidupan sehari-hari individu. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemahaman yang dalam terkait pengalaman individu yang mengonsumsi pornografi dalam berperilaku seksual, memersepsikan lawan jenis, dan mengevaluasi diri dengan juga mempertimbangkan riwayat konsumsi pornografi, jenis media dan genre konsumsi pornografi, serta tujuan konsumsi pornografi individu. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif terhadap enam partisipan mahasiswa laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan cenderung memiliki keinginan untuk mereplikasi perilaku dan posisi seksual yang digambarkan dalam pornografi. Beberapa partisipan juga memiliki kecenderungan menunjukkan perilaku objektifikasi dan seksisme terhadap perempuan. Dua dari empat partisipan memandang konsumsi pornografi sebagai suatu perilaku yang berdampak negatif pada masyarakat, termasuk diri mereka sendiri, sementara dua partisipan lain merasa bahwa pornografi lebih banyak memberikan dampak positif. Perlu didiskusikan lebih lanjut alasan partisipan yang memiliki pandangan negatif terhadap pornografi tetap mengonsumsinya.

As many as 97% of teenagers in Indonesia have consumed pornography, indicating a very high prevalence of pornography access among Indonesian youth. This is one of the impacts of the internet becoming a place for people to explore and express their sexuality. The high prevalence of pornography access raises questions concerning the influence of pornography consumption on individuals' daily lives. This study aims to explore a deeper understanding of the experiences of individuals who consume pornography in terms of sexual behavior, perception towards the opposite sex, and self-evaluation by also considering the individuals’ history of pornography consumption, types of media and genres of pornography consumption, and the purpose of pornography consumption. This study was conducted using a qualitative method with six male student participants. The results showed that participants tended to have a desire to replicate sexual behaviors and positions depicted in pornography. Two out of four participants viewed pornography consumption as a behavior that negatively affects society, including themselves, while the other two participants felt that pornography had more positive impacts. It is worth discussing further why participants who have a negative view of pornography still consume it."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlian Rista Aditya
"Prevalensi HIV pada LSL terus meningkat dari tahun ke tahun, 8% pada 2007 menjadi 17% pada 2011. Tingginya prevalensi HIV pada populasi ini disebabkan oleh pratek perilaku seks aman berupa penggunaan kondom secara konsisten yang masih rendah, 32% pada 2007 dan 24% pada 2011. Tujuan penelitian: Diperolehnya informasi yang mendalam tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada pekerja seks laki-laki panti pijat serta situasi dan pola penggunaan kondomnya. Desain penelitian: Kualitatif menggunakan rapid assessment procedures. Sebanyak 30 informan dipilih melalui ?stratified? purposive sampling dari 15 panti pijat laki-laki, diwawancarai secara mendalam menggunakan structured open-ended question, ditranskrip dan matriks dibuat untuk memilah data sesuai tema-tema yang muncul. Observasi situasi di panti pijat dan analisis dokumen dilakukan untuk melengkapi wawancara mendalam. Analisis-interpretasi data dilakukan berdasarkan 5 level Socio Ecological Model.
Hasil: Sebagian besar faktor-faktor pada level individual (pengetahuan, motivasi dan kesiapan menggunakan kondom, niat, keputusan menggunakan kondom, keterampilan, dan selfefficacy) dalam situasi yang memadai dan menjadi faktor pendukung penggunaan kondom secara konsisten. Namun pengaruh faktor-faktor ini tidak langsung dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor interpersonal terutama klien, atasan/manajer panti pijat, teman dan pasangan tetap serta oleh faktor-faktor situasi organisasi panti pijat seperti aturan organisasi, mekanisme rantai suplai distribusi dan promosi kondom, struktur dan budaya organisasi. Faktor-faktor pada level komunitas tidak mendukung tetapi juga tidak menghambat secara langsung karena jejaring, kapasitas, kepemimpinan, partisipasi dan sumber daya komunitas masih embrional dan belum kuat. Faktor-faktor pada level kebijakan publik mendukung perilaku penggunaan kondom informan karena memungkinkan ketersediaan dan distribusi kondom serta program HIV berjalan di panti pijat. Namun karena adanya kontradiksi antara beberapa kebijakan publik, pengaruhnya menjadi terbatas. Ditemukan juga ada 3 pola umum penggunaan kondom pada informan yang merupakan model sederhana dari stage of change model, health believe model, precaution adoption process model dan social cognitive theory.
Kesimpulan/rekomendasi: semua informan telah menggunakan kondom tetapi hanya sebagian kecil informan, sekitar 30%, yang penggunaan kondomnya konsisten. Faktor pada level interpersonal dan organisasional adalah faktor yang paling mempengaruhi penggunaan kondom informan dibandingkan faktor-faktor pada level individual, komunitas dan kebijakan publik. Disarankan agar intervensi pencegahan HIV menyasar lebih dalam faktor-faktor pada kedua level tersebut.

Background: HIV prevalence among MSM increase time to time, 8% in 2007 to 17% in 2011. High HIV prevalence among this population caused by low unsafe sex practices in form of consistent condom use, 32% in 2007 and 24% in 2011. Study purpose: to acquired insight of consistent condom use suporting and inhibiting factors among massage parlor-based male sex workers as well as situation and patterns of condom use behavior. Study design: qualitative approach using rapid assessment procedure method. Thirty informans were select through ?stratified? purposive sampling from 15 massage parlors, interviewed using structured open-ended questions, trancripted and matrix developed for data sorting to captured any emerged themes. Documents and secondary data analysis and observation carried out to suplement indepth interview. Data analysis and interpretation done based on 5 levesl of Socio Ecological Model.
Results: Most of factors at individual level (knowledge, motivation and readiness to use condom, behavioral intention, deicion about acting, condom use skill, self-efficacy) were adequate and as supporting factors for consistent condom use practices. However influences of these factors was indirect and greathly influenced by interpersonal factors particularly by clients, massage parlor managers, peers and steady partners as well as by organizational factors such as massage parlor work regulation, condom supply chain management and promotion, organizational culture and structure. Factors at community level were neither support nor inhibit directly to consitent condom use practices. These are mainly caused by inadequate and embryonic stage of community networking, capacity, leadership, participation, and resources. Factors at public policy level support informant?s consistent condom use practices since these factors enabled condom availability and distribution and presence of HIV prevention program inside the massage parlors as well. However due to contradiction among those existing public policy, the influences were narrow. This study found 3 general patterns of informant?s condom use practices which are served as simple model of social cognitive theory, stages of change model, health believe model and precaution adoption process model.
Conslusion/recommendation: All informants had used condom but only few of them, about 30%, had used it consistently. Factors at interpersonal and organizational level were the most influencing factors for consistent condom use practices among informants compared to factors at individual, community and public policy level. It is recommended to have deeper and more intensive intervention at those two levels."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T32564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Wulandhani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religiositas dan kompulsivitas seksual pada mahasiswa laki-laki. Mahasiswa laki-laki memiliki karakteristik tertentu yang menjadikannya berbeda dari populasi lain karena berada pada tahap perkembangan emerging adulthood, yaitu periode eksplorasi yang memungkinkan individu untuk mencoba cara hidup baru dan melakukan eksperimentasi seksual. Pengukuran religiositas dilakukan dengan alat ukur The Revised-Muslim Religiosity-Personality Scale (Krauss & Hamzah, 2011), sementara kompulsivitas seksual diukur melalui Sexual Compulsivity Scale (Kalichman & Rompa, 2001). Partisipan pada penelitian ini berjumlah 467 laki-laki yang memiliki status mahasiswa aktif dan belum menikah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara religiositas dan kompulsivitas seksual (r = -,093; n = 467; p < 0,05, two tail). Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada mahasiswa laki-laki, semakin tinggi tingkatan dan manifestasi kesadarannya tentang keberadaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari maka mereka semakin tidak sulit mengontrol impuls seksual yang disadari. Karena penelitian ini tergolong baru di Indonesia, maka penelitian lanjutan sangat diperlukan.

This study examined the relationship between religiosity and sexual compulsivity among male college students. Male college students have a distinct feature compared than any other population as emerging adulthood that makes them more likely to do exploration and engage in sexual experimentation. Religiosity was measured by The Revised–Muslim Religiosity-Personality Inventory (Krauss & Hamzah, 2011), whereas the sexual compulsivity was measured by Sexual Compulsivity Scale (Kalichman & Rompa, 2001). The respondents of this study were 467 Indonesian male college students.
The result of this study shows that there is negative significant relationship between religiosity and sexual compulsivity (r = -,093; n = 467; p < 0,05, two tail). It indicates that in male college students, the higher level or manifestation of God-consciousness in daily life indicates the lower propensity to experience sexual disinhibition and under-controlled sexual impulses and behaviors as self-identified by individual. Because this is the first research related sexual compulsivity that conducted in Indonesia, further research is needed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Mahendra
"ABSTRACT
Diskursus mengenai seksualitas dan gender telah menjadi hal yang begitu sensitif dan kontroversial di Indonesia. Terlebih lagi mengenai eksistensi individu dengan orientasi seksual yang berbeda. Prasangka atau sikap negatif yang diarahkan kepada individu yang diidentifikasi dengan orientasi seksual non-heteroseksual dalam ruang lingkup ilmu psikologi disebut sebagai prasangka seksual. Berbagai penelitian telah berusaha mengungkap variabel yang memiliki hubungan dengan prasangka seksual. Secara konsisten, kontak interpersonal dan religiositas muncul dalam penelitian-penelitian tersebut. Berangkat dari berbagai penemuan tersebut, penelitian ini berusaha untuk menginvestigasi hubungan kausalitas antara kontak interpersonal terhadap prasangka seksual dengan menggunakan desain eksperimental Solomon four group design. Melibatkan 28 laki-laki yang berada dalam rentang usia dewasa muda, penelitian ini berusaha mengerucutkan populasi penelitian pada laki-laki dalam rentang umur 15 ndash; 35 tahun. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan metode analisis statistik Factorial Analysis of Covariate dan melibatkan religiositas sebagai kovariat. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh kontak interpersonal terhadap prasangka seksual, dengan mengontrol pengaruh religiositas terhadap prasangka seksual. Namun, terdapat pengaruh yang signifikan dari religiositas terhadap prasangka seksual yang dimiliki oleh individu. Pembahasan lebih lanjut mengenai temuan dalam penelitian ini akan didiskusikan secara mendetail di dalam naskah.

ABSTRACT
Discourses on sexuality and gender have been a highly controversial and sensitive subject in Indonesia. Moreover, with the existence of individuals possessing dissimilar sexual orientations. Prejudice or negative attitudes directed to individuals with non heterosexual orientations in the scope of psychology is also known as sexual prejudice. The multitudinous nature of studies reveals variables interconnecting with the phenomenon of sexual prejudice. Interpersonal contacts and religiosity persistently arise from those particular studies. By deriving from those specific researches, this study contrives to investigate the causal relationship between interpersonal contacts towards sexual prejudice by utilizing the lsquo Solomon four group design rsquo experimental design. This study comprises of 28 young adult male specifically focusing on the traversing age group of 15 to 35. Data obtained from this study are then processed using the statistical analysis method of Factorial Analysis of Covariate whilst religiosity is allocated as the covariate. By controlling the element of religiosity as an influence to sexual prejudice, the outcome of the analysis exhibits no effect of interpersonal contact towards sexual prejudice. However, religiosity plays a key role in the individual rsquo s sexual prejudice. This study will emphasize on the aforementioned subject which will be onwardly explored in great detail. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisya Ameridya
"Dalam memenuhi hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, dokter obstetri dan
ginekologi (obgyn) memiliki peran yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan
kesehatan, namun beberapa dokter obgyn laki-laki melakukan kekerasan seksual kepada
pasien perempuan. Kekerasan seksual ini melanggar hak perempuan untuk mengakses
layanan kesehatan seksual dan reproduksi secara aman dan nyaman. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap pengalaman pasien perempuan yang menjadi korban
kekerasan seksual oleh dokter obgyn laki-laki dengan menggunakan teori kriminologi
feminis radikal. Melalui pendekatan penelitian kualitatif feminis dengan mewawancarai
tiga pasien perempuan korban, penelitian ini memperlihatkan pengalaman korban
mengenai kekerasan seksual yang dilakukan oleh dokter obgyn laki-laki dan dampak
yang dirasakan korban. Pengalaman dokter obgyn perempuan dan laki-laki selama
menjalani pendidikan dan profesi obgyn juga dibahas dalam penelitian ini. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa akar penyebab kekerasan seksual oleh obgyn laki-laki
terhadap pasien perempuan berasal dari patriarki, yang diwujudkan melalui dominasi/bias
gender laki-laki dalam institusi kedokteran dan objektifikasi tubuh perempuan.
Akibatnya, kekerasan seksual oleh dokter obgyn laki-laki terhadap pasien perempuan
terjadi melalui kerentanan berlapis yang dibentuk oleh relasi kuasa yang timpang berbasis
model hubungan paternalistik dan berbasis seks/gender. Relasi yang timpang ini
membentuk kerentanan berlapis bagi pasien perempuan karena posisi mereka sebagai
pasien dan sebagai perempuan. Penelitian ini juga menyoroti dampak fisik, psikologis,
dan ekonomi dari kekerasan seksual yang dialami korban.

To fulfill women's rights to sexual and reproductive health, obstetricians and
gynecologists (obgyns) play a crucial role in providing healthcare services. However,
some male obgyns perpetrate sexual violence against female patients. This sexual
violence violates women's rights to access sexual and reproductive healthcare in a safe
and comfortable manner. This study aims to reveal the experiences of female patients
who have been victims of sexual violence by male obgyns using radical feminist
criminology theory. Through a qualitative feminist research approach, including
interviews with three female patient victims, this study reveals the experiences of victims
regarding sexual violence perpetrated by male obgyns and the impact felt by the victims.
The experiences of both female and male obgyns during their education and professional
practice are also discussed in this research. The findings of this study reveal that the root
causes of sexual violence by male obgyns against female patients stem from patriarchy,
manifested through male dominance/gender bias within the medical institution and the
objectification of women's bodies. As a result, sexual violence by male obgyns against
female patients occurs through layered vulnerabilities shaped by imbalanced power
relations based on paternalistic model and sex/gender. These imbalanced relations create
layered vulnerabilities for female patients due to their positions as patients and as women.
This research also reveals the physical, psychological, and economic impact of the sexual
violence experienced by the victims.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Kusumaswari
"Sejalan dengan perkembangan teknologi masa kini, penggunaan internet untuk kegiatan seksual, dimana pornografi termasuk di dalamnya semakin marak. Sejauh ini, penelitian mengenai aktivitas mengakses pornografi masih lebih berfokus pada laki-laki, walaupun aktivitas mengakses pornografi pada perempuan dilaporkan meningkat. Lebih lanjut, banyak penelitian mengenai pornografi memiliki dampak yang buruk terhadap perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini mengeksplorasi aktivitas mengakses pornografi dan sexual well-being pada perempuan, serta pandangan terkait dengan mengakses pornografi sebagai seorang perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan wawancara terfokus pada enam perempuan dewasa muda yang mengakses pornografi di internet, dan menemukan bahwa partisipan mengakses pornografi secara rutin dengan alasan utama karena kebosanan, mengisi waktu luang, memuaskan hasrat, dan mencari referensi. Partisipan juga melaporkan pandangan yang cenderung positif terkait dengan aktivitas yang dilakukannya, Lebih lanjut, partisipan juga menyadari konten kekerasan pada pornografi di internet namun memiliki cara tersendiri dalam menyikapinya.

In line with today's technological developments, the use of the internet for sexual activities, including pornography, is increasingly widespread. So far, research on the activity of accessing pornography is still more focused on men, although the activity of accessing pornography among women has been reported to increase. Furthermore, many studies on pornography have negative impact on women. Therefore, this study explores the activities of accessing pornography and sexual well-being in women and views related to accessing pornography as a woman. This study was conducted with a qualitative method using focused interviews on six emerging adult women who accessed pornography on the internet and found that participants access pornography regularly with the main reasons being boredom filling their free time, satisfying desires, and looking for references. Participants also reported positive views regarding pornographic viewing. Furthermore, participants are also aware of violent content in pornography on the internet but have their way of dealing with it."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Hayyin
"Infeksi HPV merupakan penyebab penyakit menular seksual terbanyak. Meskipun HPV sering dikaitkan dengan perempuan dan kanker serviks, data menunjukkan insiden yang tinggi pada kalangan pria dan perempuan. Tetapi, kesadaran mengenai infeksi dan vaksinasi HPV masih rendah pada kalangan pria. Mahasiswa kedokteran sejak tahap preklinik memiliki peran dalam manajemen HPV masa mendatang. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa preklinik laki-laki terkait infeksi dan vaksinasi HPV. Studi potong lintang ini meneliti mahasiswa preklinik laki-laki di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Subjek diberikan kuesioner daring tentang pengetahuan dan perilaku terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Kemudian, dilakukan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa laki-laki preklinik FKUI terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Terdapat 120 mahasiswa FKUI tingkat 1, 2, dan 3 yang terlibat dalam studi ini. Sebanyak 90,8% sampel memiliki pengetahuan baik mengenai infeksi dan vaksinasi HPV, sedangkan 38% sampel menunjukkan perilaku tepat terkait vaksinasi HPV. Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0,05) antara tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswa FKUI preklinik mengenai infeksi serta vaksinasi HPV. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan dan perilaku tersebut.

HPV infection is the leading cause of sexually transmitted diseases. While HPV is often associated with women and cervical cancer, data show a high incidence among men and women. However, awareness about HPV remains low among men. Medical students in the pre-clinical phase play a critical role in the future management of HPV. This study explores the relationship between knowledge and practice among male pre-clinical students concerning HPV infection and vaccination. This cross-sectional study examined male pre-clinical students from Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Subjects were given an online questionnaire regarding their knowledge and practice towards HPV infection and vaccination. The chi-square statistical test was used to determine the correlation between knowledge and practice of male pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. A total of 120 students from FKUI in first, second, and third year participated in this study. 90.8% of the sample showed good knowledge about HPV infection and vaccination, while 38% exhibited appropriate practice regarding HPV vaccination. Bivariate analysis indicated no significant correlation (p>0.05) between the knowledge and practice of pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. However, further research is needed to explore the relationship between knowledge and practice on this topic."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Blanca Ayesha Rachman
"Emotional Victim Effect (EVE) menjelaskan bagaimana ekspresi emosi pada korban berdampak pada persepsi kredibilitas laporannya. EVE ditemukan dalam berbagai penelitian terhadap korban kekerasan seksual perempuan. Namun, EVE masih belum banyak dieksplorasi untuk korban laki-laki. Pada penelitian ini, peneliti melakukan eksperimen untuk mengetahui apakah EVE ditemukan pada laki-laki korban kekerasan seksual. Partisipan penelitian ini merupakan mahasiswa Ilmu Hukum yang telah lulus mata kuliah hukum acara pidana (N=138) yang direkrut menggunakan teknik pengambilan sampel convenience sampling. Partisipan menyaksikan video tentang seorang laki-laki yang melaporkan kejadian kasus kekerasan seksual yang dialaminya. Kelompok eksperimen menyaksikan video korban dengan ekspresi emosi negatif yang kuat sedangkan kelompok kontrol menyaksikan video korban dengan ekspresi emosi netral. Hasil utama penelitian ini adalah EVE tidak ditemukan pada laki-laki korban kekerasan seksual karena tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ekspresi emosi negatif korban terhadap persepsi kredibilitas laporannya. Selanjutnya, penelitian ini juga menemukan bahwa semakin tinggi penerimaan mitos pemerkosaan laki-laki berhubungan dengan semakin rendahnya persepsi kredibilitas terhadap korban. Temuan pada penelitian ini menyoroti pentingnya upaya peningkatan pemahaman dan sensitivitas oleh masyarakat terutama aparat penegak hukum terhadap laporan kekerasan seksual laki-laki.

Emotional Victim Effect (EVE) explains how a victim's expression of emotion impacts the perceived credibility of their report. EVE was found in various studies of female victims of sexual assault. However, EVE has still not been explored much for male victims. In this study, researcher conducted an experiment to find out whether EVE was found in male victims of sexual assault. The participants in this research were law students who had passed the criminal procedural law course (N=138) who were recruited using convenience sampling techniques. Participants watched a video of a man reporting a case of sexual assault he had experienced. The experimental group watched a video of a victim with strong negative emotional expressions while the control group watched a video of a victim with neutral emotional expressions. The main result of this research is that EVE was not found in male victims of sexual assault because there was no significant effect of the victim's negative emotional expression on the perceived credibility of his report. Furthermore, this research also found that higher acceptance of male rape myths was associated with lower perceived credibility towards the victim. The findings of this research highlight the importance of efforts to increase understanding and sensitivity by the community, especially law enforcement officers, towards reports of male sexual assault."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carina Putri Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kekerasan seksual terhadap perempuan, khususnya dalam bentuk pemerkosaan, merupakan masalah serius yang terjadi di Indonesia. Meskipun demikian, masih belum tercipta kondisi yang mendukung bagi korban karena adanya penerimaan mitos pemerkosaan. Studi ini dilakukan untuk menguji peranan seksisme ambivalen dan objektifikasi seksual terhadap perempuan dalam memprediksi penerimaan mitos pemerkosaan pada mahasiswa laki-laki di wilayah Jabodetabek. Hasil menunjukkan bahwa seksisme ambivalen ? = 0,412, t 2, 272 =8,118.

Sexual violence against woman, particularly in the form of rape, is a serious problem that occurs in Indonesia. However, the condition for rape victim is still not supporting enough because of rape myth acceptance. This study is conducted to examine the role of ambivalent sexism and sexual objectification of women to predict rape myth acceptance among male college student in Jabodetabek region. The result shows that ambivalent sexism 0,412, t 2, 272 8,118."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Regina Destrina
"Kemajuan teknologi ibarat dua mata pisau, disatu sisi menguntungkan, disisi lain merugikan. Internet sebagai produk jasa perkembangan teknologi dan sebagai sarana informasi yang apabila digunakan tidak terkendali dapat membahayakan penggunanya, khususnya remaja, karena jaringan internet memuat segala macam informasi termasuk materi informasi termasuk materi pornografi. Penelitian ini dilakukan dengan sampel sebanyak 402 remaja SMAN 5 Depok dengan metode cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden terpapar pornografi. Efek keterpaparan yang terjadi adalah 47,1% mengalami adiksi, 36,2% mengalami eskalasi, 42,6% mengalami desentisasi dan 41,0% responden melakukan perilaku berisiko. Hasil analisa dengan uji statistis Chi-Square pada α = 0,05, didapat hasil ada hubungan antara efek keterpaparan (adiksi, eskalasi dan desentisasi) dengan perilaku seksual.

The technology progress has two sides, benefits and harmful. Internet as product of the technology progress and as a media information which uses unwisely can be harmful for users, because the internet link has many information including pornography materials. The research had done with 402 adolescents as sampel in Depok High School with cross-sectional method. The results of this research is majority (81,8%) of respondents report the exposure of internet pornography. The effects of exposures are 47,1% respondents got addict, 36,2% got escalation, and 42,6% in desentization. Analytic statistic with Chi-Square on α = 0,05, there is relation between the internet pornography effects (addiction, escalation and desentization) with sexual behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>