Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Baskoro
"Kebutuhan baja berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif serta biaya pemeliharaan yang rendah semakin meningkat dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia. Salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan baja tahan korosi atmosfer yang dapat diaplikasikan dalam kondisi tidak dicat sehingga dapat memberikan kontribusi penting dalam menurunkan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada optimalisasi penggunaan elemen paduan yaitu Cu 0,25-0,35wt%, Ni 0,10-0,20wt%, Cr 0,35-0,55wt%, P 0,09-0,11wt% dan Nb 0,005-0,015wt% serta penerapan Thermo Mechanical Control Process untuk menghasilkan produk baja berkualitas secara efisien. Hasil penelitian menunjukan bahwa baja yang dikembangkan telah memenuhi standar spesifikasi JIS G3125 SPAH dengan atmospheric corrosion index sebesar 7,95 yang mengindikasikan ketahanan baja terhadap korosi atmosfer di atas standar. Selain itu, mikrostruktur yang dihasilkan adalah polygonal ferrite dan 10,35% pearlite yang seragam dengan ukuran butir 5,1-6,5 µm dimana butir halus tersebut dapat meningkatkan ketahanan korosi karena aktivitas pelarutan Fe menjadi Fe2+ membentuk γ-FeOOH dan α-FeOOH meningkat. Jika dibandingkan dengan baja karbon biasa, baja yang dikembangkan memiliki ketahanan korosi lebih baik dikarenakan pembentukan lapisan karat amorphous ferric oxyhydroxide yang mengandung Cu, P, Cr serta goethite, lepidocrocite dan Fe3O4. Selain itu kehadiran Si dalam baja tersebut secara efektif dapat mengisi dan memperbaiki lapisan karat yang lemah.

The demand for high-quality steel with competitive prices and low maintenance costs is increasing to support infrastructure development in Indonesia. The use of atmospheric corrosion resistant steel that can be applied without painting is one of the best solutions to reduce maintenance costs. Therefore, this research is focused on optimizing the use of micro alloying elements such as Cu 0.25-0.35wt%, Ni 0.10-0.20wt%, Cr 0.35-0.55wt %, P 0.09-0.11wt% and Nb 0.005-0.015wt% and implementing the Thermo Mechanical Control Process so that it can produce a quality steel efficiently. The results of this research showed that the developed steel complies with the JIS G3125 SPAH with atmospheric corrosion index is 7.95, which is higher than standard. Thus, the microstructure of the product is uniform polygonal ferrite with 10.35% pearlite, with an average grain 5.1-6.5 µm classified as very fine grain. The fine grain microstructure can increase corrosion resistance because the increasing of the electrochemical dissolution of Fe into Fe2+ resulting γ-FeOOH and α-FeOOH. In addition, the developed steel has better corrosion resistance than the ordinary carbon steel due to a layer of amorphous ferric oxyhydroxide rust formation containing Cu, P, Cr as well as goethite, lepidocrocite and Fe3O4. Moreover, the presence of Si in the steel can effectively fill and repair weak rust layers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rustandi
"Laju korosi material baja API 5L X52 di dalam larutan 3,5 % NaCl teraerasi pada kondisi aliran turbulen berlangsung relatif tinggi yang dapat mencapai lebih dari 80 mpy (2 mm/tahun). Upaya menurunkan laju korosi tersebut umumnya dilakukan secara konvensional dengan penambahan zat inhibitor seperti oxygen scavenger atau senyawa organik jenis adsorpsi. Bilamana efektifitas kinerja inhibitor tersebut relatif rendah maka diperlukan jenis inhibitor altematif dengan kinerja yang lebih baik. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian eksperimental terhadap suatu jenis inhibitor barn yaitu ekstrak campuran antara green tea (teh hijau) dengan kandungan utama epiga/lo cacethin gallate dan piper betle (daun sirih) dengan kandungan utama hydroxychavicol yang bersifat ramah lingkungan (green corrosion inhibitor).
Penelitian bertujuan untuk menganalisis penurunan besaran laju korosi material baja (API 5L X52) di dalam lingkungan larutan 3,5 % NaCI teraerasi, pada kondisi aliran turbulen (0-5000 rpm) dengan penambahan inhibitor campuran ekstrak piper betle dengan green tea sehingga dapat dievaluasi effisiensinya. Selain itu dilakukan pula analisis serta sintesis terhadap mekanisme inhibisi elektrokimia ekstrak campuran inhibitor tersebut.
Metoda pengukuran laju korosi dilakukan dengan menggunakan simulasi Rotating Cylinder Electrode (RCE) serta pengukuran elektrokimia kurva polarisasi. Mekanisme korosi diteliti dengan metoda Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Sedangkan karakterisasi ekstrak green inhibitor dilakukan dengan menggunakan metoda Fourier Transform Infra Red (FTIR).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi material baja API 5L X52 di dalam larutan 3,5 % NaCl meningkat secara tajam hingga 195 mpy atau 5 mm/tahun pada 5000 rpm tanpa penambahan inhibitor. Sebagai pembanding, penggunaan inhibitor oxygen scavenger yang berupa senyawa sodium sulfit dapat menurunkan laju korosi dengan effisiensi inhibitor > 90 %. Pada konsentrasi campuran green inhibitor I 000 ppm piper betle + 4000 ppm green tea, effisiensi inhibitor dapat mencapai ±90 %. Inhibitor korosi tersebut berpengaruh terhadap kurva polarisasi anodik mapun katodik sehingga dapat berperan sebagai mixed inhibitor. Pengujian EIS menunjukkan pada kondisi turbulen dengan penambahan inhibitor, proses korosi dikontrol oleh mekanisme aktivasi yang ditunjukkan oleh adanya impedansi kapasitif. Pengujian FTIR menunjukkan adanya gugus-gugus fungsi ikatan kimia yaitu: hydroxyl phenolic, C=O dan alkena =CH2 yang berkombinasi sebagai pembentuk lapisan (film- forming).
Pada kondisi 3,5% NaCI dengan tekanan gas C02 sebesar I atmosfir dan keadaan stagnan, dengan penambahan konsentrasi ekstrak campuran inhibitor I 000 ppm piper betle + 4000 ppm green tea, effisiensi inhibitor yang diperoleh adalah sebesar ± 74 %. Sintesis lapisan inhibisi campuran ekstrak green tea dengan piper betle ditunjukkan dengan usulan model lapisan yang bekerja secara sinergis antara karakteristik sifat-sifat: adsorpsi, antioxidant dan hydrophobic.

The corrosion rate of type API 5L X52 steel in 3.5% NaCl aerated solution under turbulent flow condition is relatively high (can reach more than 2 mrnlyear). Method to reduce the rate of corrosion is generally done conventionally by the addition of corrosion inhibitor substance such as oxygen scavenger or adsorption of organic compounds. In case of the effectiveness of inhibitor performance is low then types of alternative inhibitors with better performance are required. This study was carried out dealing with experimental testing of a new inhibitor type i.e. a mixture extracts of green tea with the main content epiga/lo cacethin gallate (EGCG) and piper betle with the main content hydroxychavicol which were classified as environmentally friendly inhibitor (green corrosion inhibitor).
The purpose of this study was to analyze the decreasing of corrosion rate of type API 5L X52 steel in aerated 3.5% NaCl solution under turbulent flow conditions (0-5000 rpm). The effect of green inhibitor addition in the solution was observed and its inhibitor efficiency was evaluated. Moreover, analysis as well as synthesis of the electrochemical inhibition mechanism of the extract mixture of these inhibitors was performed.
Corrosion rate measurement method was conducted by using a simulation of the Rotating Cylinder Electrode (RCE) and by electrochemical measurements of polarization curves. Corrosion mechanism was examined by Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) while the characterization of green inhibitor material was carried out using the method of Fourier Transform Infra-Red (FTIR).
The results showed that the corrosion rate of type API 5L X52 steel in 3.5% NaCl aerated solution increased sharply up to 195 mpy (5 mm/year) at 5000 rpm without the addition of corrosion inhibitor. As a comparison, the use of inhibitor of type oxygen scavenger using sodium sulfite compound decreased the corrosion rate with inhibitor efficiency > 90%. The addition of green inhibitor concentration of 1000 ppm piper betle + 4000 ppm green tea resulted in approximately 90% inhibitor efficiency. The green inhibitor affected the cathodic as well as the anodic polarization curves which were known as mixed corrosion inhibitor type. EIS testing showed that under turbulent conditions with the addition of corrosion inhibitor, the processes were controlled by an activation mechanism which indicated by the presence of capacitive impedance. The type of chemical bonds on the steel surface layer was analyzed by FTIR method which indicated the presence of function groups : phenolic hydroxyl, C=O and alkene C=CH2 which combined as film forming.
In a solution containing 3,5 % NaCl with I atm C02 gas pressure and stagnant condition, the addition of 1000 ppm piper betle + 4000 ppm green tea extracts resulted in approximately 74% inhibitor efficiency. Synthesis of inhibition layer created by a mixture of extracts of green tea and piper betle was proposed which had several characteristics : adsorption, antioxidant and hydrophobic which were believed to have a synergistic effect."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
D2026
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafli Ihsan Hernandi
"Pada sumur geotermal, korosi dapat terjadi dengan mudah akibat cairan panas bumi yang mengandung beragam ion dan gas sehingga dapat merusak pipa. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan pipa adalah konsentrasi larutan geotermal, tingkat pH, suhu, dan tekanan CO2. Oleh karena itu baja karbon AISI 4140 dipilih karena memiliki sifat mekanik yang baik dan ketahanan korosi yang baik. Pada larutan geotermal yang mengandung ion Ca+2, Ion Ca+2 memiliki pengaruh dalam peningkatan laju korosi, dengan tidak adanya ion Ca+2 dapat menghambat laju korosi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh CO2 pada larutan geotermal bebas ion Ca+2 terhadap jenis dan laju korosi pada AISI 4140. Dalam penelitian ini untuk mencari laju korosi dilakukan 2 metode yaitu uji elektrokimia dan uji imersi. Berdasarkan hasil analisis pengujian elektrokimia dan imersi, baja karbon dengan injeksi CO2 memiliki laju korosi yang lebih cepat yaitu sebesar 37,14 mmpy, daya tahan korosi kurang baik, dan hilang berat yang lebih banyak. Untuk menganalisis permukaan AISI 4140 dilakukan dengan pengamatan XRD dan mikroskop optik. Dari pola XRD hanya terdeteksi fasa Fe yang mengindikasikan tidak terbentuknya fasa kristal produk korosi. Berdasarkan hasil analisis mikroskop optik jenis korosi yang di hasilkan dari pengujian elektrokimia dan imersi adalah korosi merata dan pitting.

In geothermal wells, corrosion can occur easily due to geothermal fluids containing various ions and gases that can damage pipes. Factors that can affect pipe damage are the concentration of the geothermal solution, pH level, temperature, and CO2 pressure. Therefore, AISI 4140 carbon steel was chosen because it has good mechanical properties and good corrosion resistance. In the geothermal solution containing Ca+2 ions, Ca+2 ions influence increasing the corrosion rate, in the absence of Ca+2 ions can inhibit the corrosion rate. This study aims to analyze the effect of CO2 in a Ca+2 ion-free geothermal solution on the type and rate of corrosion in AISI 4140. In this study, two methods were used to determine the corrosion rate, namely an electrochemical test and an immersion test. Based on the analysis results of electrochemical and immersion tests, carbon steel with CO2 injection has a faster corrosion rate of 37.14 mmpy, less corrosion resistance, and more weight loss. To analyze the surface of AISI 4140, XRD observations and optical microscopy were carried out. From the XRD pattern, only the Fe phase was detected, which indicated that there was no crystalline phase of corrosion products. Based on the results of optical microscopy analysis, the types of corrosion produced from electrochemical and immersion testing are uniform corrosion and pitting.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Bayu Aji
"Baja karbon rendah ASTM A36 umum digunakan pada aplikasi konstruksi, perminyakan, dan struktur kapal. Ketiga aplikasi tersebut memungkinkan adanya tegangan tarik pada saat pemasangan maupun penggunaan. Perilaku korosi baja ASTM A36 dengan fungsi tegangan tarik diamati menggunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan X-Ray Diffractometer (XRD). Baja ASTM A36 dilakukan perendaman pada larutan NaCl 3,5% dengan variasi tegangan tarik 0, 100, dan 200 MPa dan variasi waktu perendaman 1 jam, 4 jam, 8 jam, 24 jam, dan 72 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar tegangan tarik dapat menurunkan ketahanan baja terhadap korosi. Semakin besar tegangan, resistansi logam terhadap serangan korosi semakin menurun serta memungkinkan terbentuknya lubang korosi sumuran yang lebih besar akibat adanya tegangan pada batas butir yang terkorosi. Hasil analisa XRD pada permukaan baja setelah proses korosi menunjukkan adanya fasa berupa Fe, magnetit (Fe3O4), dan NaCl.

ASTM A36 low carbon steel is commonly used in construction, petroleum, and ship structure applications. These three applications allow for tensile stress during installation and use. The corrosion behavior of ASTM A36 steel with tensile stress function was observed using Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) and X-Ray Diffractometer (XRD) methods. ASTM A36 steel was immersed in 3.5% NaCl solution with variations in tensile stress of 0, 100, and 200 MPa and immersion time variations of 1 hour, 4 hours, 8 hours, 24 hours, and 72 hours. The results show that the greater the tensile stress, the lower the steel's resistance to corrosion. The greater the stress, the lower the metal's resistance to corrosion attack and allows the formation of larger pits due to stress at the corroded grain boundaries. The results of XRD analysis on the ASTM A36 low carbon steel surface after the corrosion process showed the presence of Fe, magnetite (Fe3O4), and NaCl phases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Riastuti
"Baja tahan karat austenitik Sandvik 2RE69 atau tipe UNS 531050 merupakan baja tahan karat dengan kadar kandungan krom sebesar 25%, nikel 22%, dan molibdenum 2%. Karena baja tahan karat ini memiliki kandungan kromium dan nikel yang tinggi untuk memberi ketahanan terhadap oksidasi pada tekanan dan temperatur tinggi, maka baja ini dikembangkan dengan tujuan agar memiliki ketahanan terhadap berbagai jenis korosi yang terjadi di daerah Industri Urea. Pengalaman di lapangan mengkonfirmasikan bahwa baja tersebut dapat tahan dalam larutan urea/karbamat (Ammonium Carbamate) pada temperatur dan tekanan tinggi selain itu baja ini juga memiliki ketahanan korosi yang sangat baik dalam asam nitrat (HNO3) yang merupakan oksidator kuat.
Berdasarkan karakteristik ketahanan terhadap korosi di daerah tekanan dan temperatur tinggi dan ketahanan korosi yang sangat baik di lingkungan yang oksidatif maka dilikukan penelitian terhadap daya tahan korosi batas butir dengan cara: baja tahan karat tersebut ditemper pada temperatur 675°C dengan waktu tahan yang bervariasi yakni 120 menit, 180 menit, 300 menit, 420 menit, 540 menit, dan 600 menit dengan kecepatan pendinginan yang sangat lambat yaitu 2,5°C/menit dan diuji ketahanan korosinya dengan mencelupkan dalam asam nitrat (HNO3) 65% mendidih selama 240 jam yang dibagi menjadi 5 periode. Selain itu juga akan diteliti kemungkinan terbentuknya fasa sigma dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Penelitian ini akan dibandingkan dengan baja tahan karat AISI 316L yang banyak digunakan sebagai pipa pada heat exchanger pada industri kimia pada umumnya.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kehilangan berat yang didapat oleh baja tahan karat Sandvik 2RE69 (UNS 531050) per satuan luas lebih kecil dibandingkan dengan AISI 316L (mencapai 1/4 sampai 1/5 kali nya) pada kondisi yang sama. Namun clan kedua baja tersebut memperlihalkan kecenderungan yang sama yakni dengan bertambahnya waktu tahan dalam dapur kehilangan berat per satuan luas makin meningkat. Untuk fasa sigma, pada Sandvik 2RE69 terbentuk dimulai pada waktu tahan 540 menit dan AISI 316L pada waktu tahan 600 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Indra
"ABSTRAK
Baja paduan rendah berkekuatan tinggi dapat diperoleh dengan perlakuan panas (normalisasi, quench--temper) dan penambahan unsur paduan penghalus butir. Kekuatan tinggi tersebut dapat dicapai tetapi ketangguhan akan berkurang dan rentan terhadap korosi retak tegang. Banyak kegagalan telah terjadi dalam penggunaan baja tersebut dan pada daerah sambungan las diperkirakan sebagai bagian kritikal terjadinya pertumbuhan retak. Menurut beberapa referensi, penggunaan baja dengan kekuatan luluh dibawah 135 KPsi secara umum imun terhadap lingkungan yang merusak seperti terjadinya korosi retak tegang. Kepekaan material getas maupun tangguh terhadap korosi retak tegang tergantung pada penerapan tegangan dan lingkungan yang dilayaninya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan penggunaan pipa baja berkekuatan tinggi terhadap lingkungan H2S/CO2 dari ikutan senyawa kondensat (sour corrosion) dan mekanisme terjadinya kegagalan korosi retak tegang.
'Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pemeriksaan visual (pengukuran dimensi), uji NDT, uji sifat mekanis, uji metallografi dan uji korosi pada setiap specimen serta daerah yang mengalami kegagalan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa telah terjadi retak patah getas prematur pada pipa yang berorientasi tegangan, diperkirakan hoop stressnya 85% SMYS (specified minimal yield strength) atau masih dibawah desain Hoop stress 90% SMYS dan tidak dijumpai adanya retak pada bagian yang mengalami kompressi. Material pipa tersebut sebenarnya masih layak untuk dioperasikan dengan keberadaan kekuatan pipa sisa (perbandingan antara tebal pipa dengan kedalaman korosi sumuran) sekitar 3,83% atau masih dibawah 10% dari yang diizinkan. Menurut beberapa sumber acuan umumnya material yang mempunyai tingkat kekerasan 200 HB (248 HV) rentan untuk terjadinya korosi retak tegang. Hasil pengujian kekerasan pada logam induk A 182 HV, HAZ A 181 HV, las A 171 HV. Selanjutnya pada logam induk B dan C (279 HV dan 256 HV), daerah HAZ B dan C (234 HV dan 219 HV), las B dan C (227 HV dan 213 HV). Berarti material pipa daerah upstream (B) dan downstream (C) rentan untuk terserang korosi retak tegang. Sedangkan hasil pengamatan metalografi mengindikasikan bahwa penjalaran retak diawali dari batas butir.
Lingkungan H2S mudah melepaskan H+ terhadap material tersebut sehingga dapat menyebabkan penggetasan hydrogen (hydrogen emrittlement,).
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Subaga Widiatmaka
"ABSTRAK
Perlindungan struktur dari bahan besi dalam lingkungan air laut yang korosif, mutlak diperlukan, karena besi mempunyai sifat aktif dalam lingkungan tersebut dan cenderung untuk bereaksi secara elektrokimia dengan lingkungannya.
Salah satu metode yang digunakan untuk melindungi logam besi tersebut adalah proteksi katodik, yang menurunkan potensial besi mendekati potensial pasif. Ada dua metode proteksi katodik yang digunakan, yaitu metode Anoda Korban dan Arus Paksa.
Metode Arus Paksa ditetapkan oleh NACE (National Assosiation of Corrosion Engineer), dalam salah satu kriterianya, yaitu -0,85 V potensial besi terhadap elektroda referensi Cu-CuSO4. Hal tersebut selama ini berlaku untuk lingkungan air tanah, dimana tahanan tanah persatuan panjang termasuk besar. Dalam hal ini kriteria tersebut akan diuji dalam lingkungan air laut selat Lalang yang mengandung unsur-unsur limbah industri kimia yang bermuara diselat tersebut. Kriteria ini tidak berlaku universal. Dalam kondisi ekstrim, kriteria tunggal mungkin tidak mencukupi, sehingga dibutuhkan beberapa kriteria. Kriteria ini akan diuji di Selat Lalang, dimana konsentrasi dari unsur-unsur tertentu berlebihan sehingga tingkat konduktivitasnya menjadi tinggi.
Kondisi overpotensial dan under potensial sebagai akibat ketidak telitian pengaturan potensial juga akan diamati, sejauh mana memberikan dampak terhadap proteksi dan efek samping yang ditimbulkannya. Kondisi selat yang berbeda dari laut lepas, memungkinkan kebutuhan arus proteksi yang lebih besar persatuan luas pada sebuah struktur yang diproteksi. Rapat arus proteksi ini merupakan hal yang penting dalam proses desain proteksi katodik, untuk menentukan kapasitas tenaga atau jumlah anoda korban yang diperlukan. Bagi sebuah struktur yang secara terus menerus berada dilokasi ini mutlak dibutuhkan rapat arus yang spesifik untuk kondisi di Selat Lalang.
Kerak yang timbul dalam kondisi overproteksi juga merupakan suatu hal yang dapat menguntungkan atau merupakan. Dari segi penambahan berat mati suatu struktur mengapung, jelas hal ini merupakan, begitu pula pada struktur yang mengalami pasang surut. Namun kerak yang melapisi permukaan logam ternyata dapat menahan laju reaksi elektrokimia, sehingga tidak terjadi korosi. Kandungan magnesium, kalsium dan karbonat yang tinggi pada lingkungan korosif tersebut merupakan salah satu sebab terbentuknya kerak tersebut.
Arus air laut, kedalaman, lapisan cat, kandungan mineral jelas merupakan variabel yang menentukan jumlah arus proteksi yang dibutuhkan. Kesemuanya ini diamati dalam sebuah simulasi mini tentang struktur yang diwakili oleh sebuah sampel korosi standard, dalam sebuah lingkungan mini air laut, di daerah Selat Lalang.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>