Ditemukan 139621 dokumen yang sesuai dengan query
Muhammad Ayyash Dylan
"Permintaan energi global terus meningkat pesat, mendorong peningkatan kesadaran dan adopsi sumber energi terbarukan sebagai pelengkap dan alternatif energi konvensional. Tren ini dibuktikan dengan meningkatnya investasi pemerintah di sektor energi terbarukan, khususnya tenaga air, yang memiliki potensi signifikan untuk pembangkitan listrik. Namun, investasi dalam proyek energi terbarukan, termasuk pembangkit listrik tenaga mini hidro, menghadapi risiko dan ketidakpastian yang substansial. Hal ini memerlukan pendekatan komprehensif dalam valuasi proyek yang mempertimbangkan faktor-faktor risiko tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai fasilitas pembangkit listrik tenaga mini hidro dengan memperhitungkan faktor risiko dan ketidakpastian. Penelitian ini menggunakan model Discounted Cash Flow (DCF) yang dikombinasikan dengan simulasi Monte Carlo dalam kerangka Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan pada tingkat kepercayaan 95% dan diuji melalui dua skenario berbeda: satu berdasarkan data operasional historis dan yang lain menggunakan data studi kelayakan yang direncanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai fasilitas menurun ketika dihadapkan pada tingkat risiko dan interval kepercayaan yang telah ditentukan. Studi ini mengidentifikasi laju aliran air sebagai faktor risiko paling signifikan yang mempengaruhi valuasi pembangkit listrik tenaga mini hidro. Selanjutnya, analisis skenario komparatif mengungkapkan perbedaan substansial antara ekspektasi yang direncanakan dan kinerja aktual, menekankan pentingnya penilaian risiko yang kuat dalam perencanaan proyek. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman faktor risiko dalam valuasi proyek energi terbarukan dan menekankan kebutuhan akan strategi manajemen risiko yang komprehensif dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga mini hidro. Temuan ini memberikan wawasan berharga bagi investor, pembuat kebijakan, dan pengembang proyek di sektor energi terbarukan.
The global demand for energy continues to rise rapidly, prompting increased awareness and adoption of renewable energy sources as supplements and alternatives to conventional energy. This trend is evidenced by growing government investment in the renewable energy sector, particularly in hydropower, which has significant potential for electricity generation. However, investments in renewable energy projects, including mini hydropower plants, are subject to substantial risks and uncertainties. This necessitates a comprehensive approach to project valuation that incorporates these risk factors. This study aims to determine the value of a mini hydropower plant facility while accounting for risk factors and uncertainties. The research employs a Discounted Cash Flow (DCF) model combined with Monte Carlo simulation within a Value at Risk (VaR) framework. The analysis is conducted at a 95% confidence level and tested through two distinct scenarios: one based on historical operational data and another using planned feasibility study data. The results demonstrate that the facility's value decreases when subjected to predetermined risk levels and confidence intervals. The study identifies the water flow rate as the most significant risk factor affecting the valuation of the mini hydropower plant. Furthermore, a comparative scenario analysis reveals substantial differences between planned expectations and actual performance, highlighting the importance of robust risk assessment in project planning. This research contributes to the understanding of risk factors in renewable energy project valuation and emphasizes the need for comprehensive risk management strategies in the development of mini hydropower plants. The findings provide valuable insights for investors, policymakers, and project developers in the renewable energy sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Haeqal Gielbran Arif
"Lanskap energi Indonesia siap untuk bertransformasi, dimana pembangkit listrik tenaga air menjadi komponen penting dalam transisi menuju energi terbarukan. Pengembangan pembangkit listrik tenaga air mini, khususnya, menawarkan potensi besar dalam menghasilkan energi dan pertumbuhan ekonomi. Namun penilaian terhadap proyek-proyek tersebut penuh dengan ketidakpastian karena rentan terhadap berbagai risiko dan faktor eksternal. Penelitian ini menggunakan pendekatan Value at Risk (VAR), yang menggabungkan Discounted Cash Flow (DCF) dan Simulasi Monte Carlo, untuk mengukur nilai fasilitas pembangkit listrik tenaga mini hidro di Koro Kabalo. Dengan menganalisis dampak berbagai skenario terhadap nilai fasilitas, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang risiko dan ketidakpastian yang terlibat dalam penilaian proyek pembangkit listrik tenaga air. Temuan ini menyoroti peran penting laju aliran air dalam menentukan nilai fasilitas dan menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor risiko dalam proses penilaian. Studi ini berkontribusi pada pengembangan model penilaian yang lebih kuat dan akurat untuk proyek pembangkit listrik tenaga air, yang pada akhirnya memberikan informasi dalam pengambilan keputusan investasi dan pengambilan kebijakan di sektor energi.
Indonesia's energy landscape is poised for transformation, with hydropower emerging as a crucial component in the transition to renewable energy. The development of mini hydropower plants, in particular, offers significant potential for energy generation and economic growth. However, the valuation of these projects is fraught with uncertainty, as they are susceptible to various risks and external factors. This study employs the Value at Risk (VAR) approach, combining Discounted Cash Flow (DCF) and Monte Carlo Simulation, to quantify the value of a mini hydropower plant facility in Koro Kabalo. By analysing the impact of different scenarios on the facility's value, this research aims to provide a comprehensive understanding of the risks and uncertainties involved in hydropower project valuation. The findings highlight the critical role of water flow rate in determining the facility's value and underscore the importance of considering multiple risk factors in the valuation process. This study contributes to the development of more robust and accurate valuation models for hydropower projects, ultimately informing investment decisions and policy-making in the energy sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Astra Hakim Oktorian
"Perubahan iklim sebagai masalah serius membuat pemerintah menargetkan untuk menambah energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional dengan membangun lebih banyak pembangkit listrik ber-tenaga energi baru dan terbarukan. Tenaga air di Indonesia memiliki potensi terbesar kedua di Indonesia hanya dibawah energi surya namun pemanfaatannya masih sangat rendah. Adanya Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hydro (PLTMH) menjadi solusi untuk lebih banyak memanfaatkan potensi tenaga air dan menjadi investasi yang menarik karena biaya dan dampak pada lingkungan yang rendah, serta desain yang fleksibel dapat mengikuti arus alami sungai. Namun, tarif beli yang relatif rendah dan faktor-faktor ketidakpastian yang dapat terjadi beresiko dalam kelayakan proyek. Studi kelayakan menggunakan model finansial yang biasanya tidak mempertimbangkan faktor-faktor ini mungkin menunjukan hasil indicator kelayakan yang baik walaupun resiko ini dapat membuktikan sebaliknya. Studi ini bertujuan untuk menganalisa kelayakan investasi PLTMH menggunakan metode Value at Risk dengan simulasi Monte Carlo. Faktor ketidakpastian yang teridentifikasi disimulasikan dan diajukan dengan tiga alternatif skema pembiayaan dengan perbedaan pada rasio utang terhadap ekuitas dan jangka waktu pinjaman. Hasilnya menunjukkan adanya efek dari menggunakan skema pembiayaan yang berbeda terhadap Value at Risk dari indikator kelayakan. Skema dengan rasio utang terhadap ekuitas 80% dan jangka waktu pinjaman 16 tahun menghasilkan indikator kelayakan yang paling tahan terhadap faktor-faktor ketidakpastian, sedangkan skema dengan rasio utang terhadap ekuitas 90% dengan 20% peminjaman ekuitas dan 17 tahun jangka waktu peminjaman menjadi paling terpengaruh dari faktor ketidakpastian, dibuktikan dengan empat dari tujuh indikator kelayakan beresiko skema ini tidak dapat memenuhi parameter kelayakan investasi. Adapun faktor ketidakpastian yang paling berpengaruh terhadap semua indikator kelayakan dalam semua skema pembiayaan adalah Debit Air (Q) yang dibuktikan dengan koefisien korelasi ranking Spearman yang paling tinggi pada faktor tersebut.
The serious issue of climate change has led to government making targets on increasing new and renewable energy in the national energy mix by developing more new and renewable energy power plants. Hydropower as the second highest potential renewable energy source in Indonesia just below solar are still very underutilized. The emergence of Mini-Hydropower Plants (MHPs) as a solution to utilize more hydropower potential has become an attractive investment since it has low cost and environmental impacts and a significantly flexible design that could follow the natural flow of a river. However, relatively low tariffs and uncertainty factors that may occur risks the feasibility of the projects. Financial model feasibility assessments that usually does not account these factors may show attractive feasibility indicator results when the underlying risks could prove it otherwise. This study aims to analyze the investment feasibility of a Mini-Hydropower Plant using the Value at Risk approach through Monte Carlo simulation. The identified uncertainty factors are simulated and presented through three financing scheme alternatives with differences of debt-to-equity ratio and loan tenor period. The results showing that there is an effect of using different financing schemes to the feasibility indicators Value at Risk. The scheme with an 80% debt-to-equity ratio and 16 years loan tenor period financing scheme proven to be the scheme least vulnerable to the uncertainty factors, while a 90% debt-to-equity ratio with 20% equity loan and 17 years loan tenor period are most vulnerable, proven by the Value at Risk for four feasibility indicators out of seven are not feasible according to the parameters. While the uncertainty factor that has the most significant impact to all the feasibility indicators on all financing scheme alternatives is the Water Discharge (Q) which are proven from the highest Spearman rank correlation coefficient the factor has."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Santo Freddy
"Indonesia memiliki potensi yang cukup besar pada sumber energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Listrik Mini Hidro (PLTM) namun pemanfaatannya masih tergolong sangat sedikit. Pengembangan sumber energi ini tentu perlu diimbangi dengan peningkatan infrastruktur yang membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Investasi pada PLTM memiliki risiko yang tinggi, baik pada perencanaan atau pada proses pembangunannya nanti sehingga diperlukan rencana strategis untuk mengantisipasi risiko-risiko yang ada.
Skripsi ini menganalisis faktor-faktor risiko secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui dampak dari faktor-faktor risiko tersebut pada keberlangsungan PLTM dengan metode Manajemen Risiko. Pendekatan yang dilakukan untuk penilaian risiko adalah Value at Risk (VaR) dan model finansial.
Hasil dari perhitungan tersebut adalah daftar kemungkinan risiko yang mungkin akan terjadi dalam bentuk model Risk Register dan nilai risiko yang memetakan pengaruh faktor-faktor risiko terhadap PLTM secara finansial untuk mendapatkan rekomendasi mitigasi risiko. Skripsi ini bisa dapat menjadi referensi atau pertimbangan bagi pihak ? pihak yang berkepentingan dalam mengelola risiko dan mitigasi risiko sebagai salah satu usaha pengembangan potensi PLTM.
Indonesia has considerable potential in the energy sources of Mini-Hydro Power Plant (MHPP) but its utility is still relatively not significant. Development of these sources of energy would need to be offset by increased infrastructure that requires abundant amount of investment. Investments in MHPP was included in investments with high risk, either in construction planning or in the process of its construction at a later so we need strategic plan to anticipate the risks that can occurs. This thesis will mapping risk factors for quantitative and qualitative analysis to know the impact of these risk factors on the sustainability of the MHPP with the method of risk management. The approach of risk assessment is Value at Risk (VaR) and financial models. The result of model calculation is a list of risks which may occur in the form of model Risk Registers and value of risks that mapping the influence of risk factors on financial aspect of MHPP to get recommendations for risk mitigation. This thesis can be can be a reference or consideration for the stakeholders in managing risk and risk mitigation as one of the potential MHPP development efforts."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55583
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Satria Mulia Purnomo
"Disepakatinya perjanjian Paris membuat Indonesia berkomitmen dalam transisi energi terbarukan. Komitmen ini mendorong Indonesia dan PLN dalam membuat RUPTL yang membuat potensi tenaga air di Indonesia semakin meningkat. Meningkatnya potensi tersebut membuat investor tertarik investasi ke usaha PLTM. Namun demikian, usaha PLTM masih memiliki risiko yang membuat biaya fluktuatif sehingga membuat prospek terganggu dan menimbulkan keraguan dalam investasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis membuat model proyeksi keuangan menggunakan discounted cash flow model dengan pendekatan risiko menggunakan value at risk metode monte carlo agar dapat mengukur valuasi PLTM secara lebih akurat serta dapat memberikan bahan pertimbangan kelayakan investasi. Dari analisis yang telah dibuat, didapatkan bahwa terdapat tiga variabel risiko dalam PLTM, yaitu loss factor, biaya operasional dan pemeliharaan, dan biaya retribusi air. Dalam keadaan normal mengikuti PPA, NPV PLTM masih bernilai positif yang menandakan investasi masih layak. Dalam bahan pertimbangan kelayakan investasi, peneliti menggunakan price book value dan tingkat return modal, dimana didapatkan bahwa PLTM masih layak dijual dan layak diinvestasikan.
The Paris agreement made Indonesia committed to the renewable energy transition. This commitment encourages Indonesia and PLN to make RUPTL which increases the potential for hydropower in Indonesia. This increased potential has attracted investors to invest in the MHP business. However, the MHP business still has risks that make costs fluctuate, disrupting prospects and causing doubts in investment. To overcome this problem, the authors created a financial projection model using a discounted cash flow model with a risk approach using the value at risk monte carlo method so that it can measure MHP valuations more accurately and can provide investment feasibility considerations. From the analysis that has been made, it is found that there are three risk variables in the MHP, namely loss factor, operational and maintenance costs, and water retribution costs. Under normal circumstances following the PPA, the NPV of MHP is still positive, indicating that the investment is still feasible. In considering investment feasibility, researchers used price book value and the rate of return on capital, where it was found that PLTM is still worth selling and worth investing in."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hans Deni Wuala
"Keterlambatan penyelesaian konstruksi proyek-proyek pembangkit listrik di Indonesia adalah fenomena umum. Salah satu penyebabnya adalah durasi proyek yang terlalu optimis dan tidak realistis karena tidak memperhitungkan faktor-faktor risiko dalam penjadwalan. Metode analisis meta-network adalah salah satu metode untuk mengkuantifikasi faktor risiko terhadap jadwal dalam bentuk nilai adaptive capacity. Studi literatur dan wawancara terhadap pelaku konstruksi pembangkit listrik di Indonesia dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko dan dampaknya terhadap jadwal proyek pembangkit listrik di Indonesia. Sebuah framework yang menggabungkan proses penjadwalan konvensional dengan metode analisis meta-network dibuat berdasarkan studi literatur yang kemudian diujikan terhadap proyek aktual. Hasil studi ini menemukan bahwa terdapat 18 faktor risiko yang berpengaruh terhadap kinerja waktu proyek-proyek konstruksi pembangkit listrik di Indonesia dan yang paling berdampak negatif adalah faktor masalah pembayaran dari owner dan metode konstruksi yang tidak tepat/ tidak praktis. Hasil uji kapabilitas framework terhadap proyek nyata dan validasi pakar konstruksi pembangkit di Indonesia menunjukkan bahwa framework yang digunakan mampu untuk memperhitungkan dampak dari berbagai faktor risiko terhadap durasi proyek dan menghasilkan jadwal proyek sebagai bentuk respon risiko dalam bentuk jadwal yang proaktif terhadap risiko.
Delay in the completion of power plant construction projects in Indonesia is a common phenomenon. One of the reasons is that the project duration is too optimistic and unrealistic because it does not take into account risk factors in scheduling. The meta-network analysis method is a risk assessment method using in this research as a way to quantifying risk factors in the form of adaptive capacity. Literature study and interviews with power plant construction project practioners in Indonesia were conducted to identify risk factors and their impact on projects time performance. A framework that combines conventional scheduling processes and meta-network analysis methods was made based on literature studies which are then tested on actual projects. There are 18 risk factors identified in this study that affect the time performance of power plant construction projects in Indonesia, with payment problems from owner and improper/impractical construction methods as the most important factors. The framework is found capable to calculate the impact of various risk factors on the duration of the project and produce a proactive project schedule as risk response."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55224
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Miftah Faridh
"Sering terjadinya perubahan pada proyek EPC Power Plant merupakan fenomena yang sering ditemui. Kurangnya pengendalian terhadap ruang lingkup merupakan penyebab terjadinya deviasi biaya akibat perubahan ruang lingkup pada proyek tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi deviasi biaya akibat perubahan ruang lingkup dillihat dari sisi kontraktor, mencari penyebab dan dampaknya serta tindakan perbaikan dan pencegahan yang dapat meminimalisir terjadinya deviasi tersebut. Setelah itu, melihat bagaimana tingkat penerapan respon risiko tersebut pada perusahaan dan memberikan rekomendasi untuk peningkatan di masa yang akan datang.
Frequent changes in EPC Power Plant Project are a common phenomenon. Lack of control over the scope is the cause of the cost deviation on the scope of the project. This study aims to find out the factors that affect the deviation cost due to changes in scope from contractor’s side, look for causes and effects as well as corrective and preventive actions that can minimize those deviations. Then, evaluate the implementation of those risk responses on the company and give recommendation for improvement in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44360
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Annika Nafirah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ground-mounted di Kalimantan Timur dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Metode ini digunakan untuk mengukur potensi kerugian dari proyek investasi dengan mempertimbangkan faktor ketidakpastian seperti tarif Power Purchase Agreement (PPA) dan biaya Operasional dan Pemeliharaan (O&M). Analisis dilakukan melalui model keuangan Discounted Cash Flow (DCF) dan simulasi Monte Carlo untuk mengevaluasi indikator kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Debt Service Coverage Ratio (DSCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum mempertimbangkan faktor ketidakpastian, proyek ini memiliki NPV sebesar Rp6,967,654,946, IRR sebesar 15%, dan DSCR sebesar 3,55, yang mengindikasikan kelayakan investasi. Setelah mempertimbangkan seluruh faktor ketidakpastian, investasi pemasangan PLTS ground- mounted memiliki NPV at Risk sebesar Rp5,315,929,980 IRR at Risk sebesar 11.36%, dan DSCR at Risk 2.98. Dengan tingkat kepercayaan 95% dan periode simulasi selama 20 tahun, proyek PLTS ground-mounted ini masih layak untuk diinvestasikan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Independent Power Producers (IPP) dan investor dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko pada proyek PLTS di Indonesia.
This study aims to analyze the investment feasibility of a ground-mounted Solar Power Plant (PLTS) in East Kalimantan using the Value at Risk (VaR) method. This method is used to measure the potential loss of investment projects by considering uncertainties such as Power Purchase Agreement (PPA) tariffs and Operational and Maintenance (O&M) costs. The analysis was conducted through a Discounted Cash Flow (DCF) financial model and Monte Carlo simulation to evaluate investment feasibility indicators such as Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Debt Service Coverage Ratio (DSCR). The results of the study indicate that before considering uncertainties, the project has an NPV of Rp6,967,654,946, an IRR of 15%, and a DSCR of 3.55, indicating investment feasibility. After considering all of the uncertainties, the NPV at Risk is Rp5,315,929,980, the IRR at Risk is 11.36%, and the DSCR at Risk is 2.98. With a confidence level of 95% and a simulation period of 20 years, the ground- mounted PLTS project is still feasible to invest in. This study is expected to be a reference for Independent Power Producers (IPP) and investors in identifying and managing risks in PLTS projects in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sandy Budiman
"Akhir-akhir ini, di negara kita banyak terjadi krisis energi. Krisis yang muncul akibat tekanan multi dimensi yang menimpa negeri ini. Salah satu permasalahannya adalah ketidak mampuan pemerintah menyediakan listrik bagi masyarakat. Hal ini bisa diatasi dengan pengadaan listrik oleh swasta, yang tentunya berorientasi pada keuntungan. Hal yang akan memicu terjadinya kekurangan pasokan listrik di daerah yang lebih kecil yang notabene kurang menguntungkan bagi investor. Padahal tenaga listrik sangat dibutuhkan untuk pemberdayaan dan peningkalan kualitas hidup masy arakat. Kalau kita melihat fenomena yang terjadi di Negara-negara berkembang lainnya, sebagai contoh India dan Nepal, dikembangkan turbin-turbin dengan daya kecil. 01 Nepal pada tahun 1990 tercatat lebih dari 600 turbin terpasang di seantero negara. Jenis turbin yang digunakan adalah turbin aliran silang [TA S]. Untuk skala kecil, TAS sangat sesuai karena sederhana dan murah. Kendala utamanya adalah TAS membutuhkan debit air yang cukup besar dibandingkan jenis turbin skala kecil lainnya. Sedangkan yang banyak terdapat di Indonesia adalah tinggi jatuh atau tinggi terjun (head) besar tapi debitnya kecil. Untuk jenis aliran seperti ini, turbin pellonlah yang paling sesuai."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37266
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhamad Hakim Maulana
"Studi ini menganalisis penerapan kebijakan harga dasar air permukaan terhadap pembangkit listrik minihidro (PLTM) Dimana pembangkit listrik minihidro juga merupakan alternatif untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah terpencil sehingga dapat membantu PLN sebagai Perusahaan listrik milik negara yang memiliki tanggung jawab meningkatkan rasio elektrifikasi kedaerah-daerah terpencil yang masih memiliki keterbatasan dalam penggunaan energi. Pembangkit listrik minihidro memanfaatkan debit air sebagai bahan baku untuk dialiri menuju penstock lalu mengarah ke turbin dan turbin tersebut memutar generator untuk membangkitkan energi listrik dan air yang telah melewati proses tersebut di aliri kembali menuju sungai sehingga air tidak habis di pakai pada saat produksi listrik PLTM. Namun pemerintah memberikan aturan terhadap para investor swasta maupun dalam negeri untuk membayar harga dasar air permukaan. Kebijakan tersebut menjadikan para investor pembangkit listrik tenaga minihidro mulai berkurang. Studi ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap para investor maupun pengusaha dalam negeri yang ingin berinvestasi pada pembangkit listrik tenaga minihidro.
Studies this analyze application Policy price base water surface to generator electricity minihydro (PLTM) Where the mini-hydro power plant is also alternative for Upgrade ratio electrification in area remote areas so that they can help PLN as a company electricity owned by country which have not quite enough answer Upgrade ratio electrification areas isolated which still have limitations in use energy. The mini-hydro power plant utilizes water discharge as a raw materials to flow to the penstock and then to turbine and turbine the rotate generator for awaken energy electricity and water which has pass process flowed back to the river so that the water does not run out in use at the time of PLTM electricity production. But the government give rule to para investors private nor in country for pay price base water surface. This policy makes investors power generators mini-hydro power began to decrease. This study is expected to provide solutions for investors and entrepreneurs domestic companies wishing to invest in power plants power minihydro."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library