Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Freza Elnan Ramadhanya
"Perkembangan industri kendaraan tempur terus berkembang dan mendukung Indonesia sebagai negara dengan kekuatan militer terkuat se-Asia Tenggara tahun 2023. Material yang umumnya digunakan sebagai kendaraan tempur adalah baja HSLA AISI 4140, karena memiliki sifat mekanis dan ketahanan balistik yang baik. Namun, densitas material masih cenderung tinggi sehingga mempengaruhi mobilitas dan konsumsi bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komposit laminat sebagai material substitusi, dengan variasi jumlah lapisan serat karbon dan perlakuan 70% cold rolling pada matriks aluminium. Laminasi komposit dilakukan dengan metode hand lay-up menggunakan adesif resin epoksi. Pengujian balistik level 2 dan level 3 dilakukan terhadap masing-masing komposit laminat menunjukkan kegagalan delaminasi, fiber breakage, bulging, shear plugging, dan petalling. Ketahanan balistik terbaik diraih oleh sampel tanpa cold rolling dan lapisan serat karbon terbanyak. Penambahan lapisan serat karbon mengurangi fraksi volume aluminium sehingga didapat massa komposit yang lebih ringan. Karakterisasi mikrostruktur serta pengujian kekerasan dan tarik menunjukkan bahwa cold rolling memberikan efek strain hardening yang signifikan pada aluminium namun reduksi ketebalan keseluruhan menyebabkan kurangnya penyerapan energi balistik. Maka, perlu disesuaikan antara faktor jumlah lapisan serat karbon yang mempengaruhi densitas dan cold rolling matriks aluminium yang mempengaruhi ketebalan keseluruhan komposit laminat.

Development of armor vehicle industries continues to grow and supports Indonesia as 2023’s strongest country with military forces in Southeast Asia. HSLA AISI 4140 is generally used as armor material regarding its favorable mechanical properties and ballistic resistance. However, its high density affects mobility and fuel consumption. This study aims to learn laminate composite as substitute material, which varies number of carbon fiber layers and 70% cold rolling of aluminum matrix. Hand lay-up lamination method will be conducted by epoxy resin as adhesive. Ballistic testing level 2 and level 3 on each laminate composite then shows delamination, fiber breakage, bulging, shear plugging, and petalling as failure mode. Highest ballistic performance is achieved by non-rolled aluminum and most carbon fiber layered composite. Addition of carbon layers decreases aluminum’s volume fraction that leads to more lightweight composite. Microstructure characterization, hardness and tensile testing show significant strain hardening effect on aluminum after cold rolling, but great reduction in composite thickness causes less ability in distributing ballistic energy. In conclusion, number of carbon layers and aluminum cold rolling reduction must be adjusted in order to reach most optimal density and overall thickness of laminate composite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Pascal Sampeliling
"Pengembangan tank sebagai kendaraan tempur saat ini terus dilakukan untuk meningkatkan kekuatan militer suatu negara. Salah satu komponen utama pada tank adalah material armor. Penggunaan aluminium dan serat kevlar yang kemudian disusun menjadi material komposit laminat memiliki massa jenis yang jauh lebih rendah dari baja, namun memiliki kekuatan impak yang tinggi, sehingga diharapkan dapat menggantikan peran baja pada tank sebagai material armor. Pada penelitian ini, untuk membuat material komposit laminat hybrid digunakan AA 5052 sebagai matriks dan kevlar yang diimpregnasi dengan nano aluminium oksida sebagai penguatnya. Terdapat 3 variasi jumlah lapisan kevlar yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu 20, 30, dan 40 lapisan yang disusun tiga tingkat dalam satu sampel komposit laminat hybrid. Semakin tebal lapisan kevlar, semakin besar nilai kekuatan impak komposit laminat hybrid. Pada sampel terimpregnasi, hasil pengujian balistik dengan NIJ standard 0108.01 yang dilakukan menunjukkan sampel dengan 20 lapisan kevlar dapat tahan uji balistik level 3, sedangkan sampel dengan 30 lapisan kevlar dapat tahan uji balistik level 4.

The development of tank as a combat vehicle is currently being carried out to increase the military strength of a country. One of the main components of the tank is the armor material. Aluminum and kevlar fiber which is then arranged into a laminated composite material has a lower density than a steel, but has a high impact strength, so it is expected to replace the role of steel in tanks as armor material. In this study, to make a hybrid laminate composite material, aluminum alloy 5052 was used as a matrix, and kevlar impregnated with nano aluminum oxide as reinforcement. There are 3 variations in the number of kevlar layers carried out in this study (20, 30, and 40 layers). Each of the type will be arranged in three tiers in one sample of hybrid laminate composite. The thicker the kevlar layer, the greater the value of the impact strength of the hybrid laminate composite. For the impregnated sample, the results of the ballistic test with NIJ standard 0108.01 that were carried out showed that the sample with 20 layers of kevlar could withstand the level 3 ballistic test, while the sample with 30 layers of kevlar could withstand the level 4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Royhan Dwi Putra
"
Salah satu kekuatan militer Indonesia yaitu Industri pertahanan nasional khususnya kendaraan tempur membutuhkan adanya modernisasi dari sisi material untuk meningkatkan mobilitas dan efisiensi penggunaan energi saat digunakan di medan perang. Namun, tidak mengurangi atau bahkan diharapkan melebihi dari kekuatan mekanis dari baja tahan peluru yang saat ini masih menjadi andalan dalam manufaktur kendaraan militer Penelitian ini akan berfokus pada komposit laminat dengan matriks logam AA7075 – T6 dengan penguat serat karbon dengan variasi adanya perlakuan pencanaian dingin pada matriks dan kuantitas serat penguat karbon yang divariasikan jumlahnya 10, 20, hingga 30 lembar. Masing-masing sampel diuji balistik pada 2 tingkatan yang berbeda, pistol dengan proyektil 9 mm dan senapan dengan proyektil 5,56 mm. Perlakuan pencanaian dingin sebesar 42% ini menunjukkan adanya peningkatan kekuatan mekanis seperti kekuatan tarik dan kekerasan pada matriks aluminium, tetapi mengurangi performa balistik komposit khususnya di level II dan level III akibat penurunan ketebalan. Penambahan serat karbon terbukti dapat meningkatkan performa balistik komposit di level II dan mengurangi terbentuknya mode kegagalan di level III. Sampel komposit berhasil menahan proyektil pada pengujian balistik dengan pistol dan proyektil 9 mm, tetapi gagal pada pengujian dengan senapan dan proyektil 5,56 mm, dengan mode kegagalan yang timbul berupa petaling, shear plugging, delamination, bulging, fiber breakage, dan crack.

One of Indonesia's military strengths is the national defense industry, especially combat vehicles, which require modernization in terms of materials to increase mobility and efficient use of energy when used on the battlefield. However, it does not reduce or is even expected to exceed the mechanical strength of bullet-resistant steel which is currently still a mainstay in military vehicle manufacturing. This research will focus on laminated composites with an AA7075 - T6 metal matrix with carbon fiber reinforcement with variations in the cold rolling treatment of the matrix. and the quantity of carbon reinforcing fiber varied in number from 10, 20, to 30 layers thick. Each sample was tested for ballistics at 2 different levels, a pistol with a 9 mm projectile and a rifle with a 5.56 mm projectile. This 42% cold rolling treatment shows an increase in mechanical strength such as tensile strength and hardness in the aluminum matrix, but reduces the overall ballistic performance especially at level II and level III of the composite due to thickness. The addition of carbon fiber has been proven to improve the performance of composite ballistic at level II and reduce the formation of a fairness mode at level III. Composite samples succeeded in withstanding projectiles in ballistic tests with pistols and 9 mm projectiles, but failed in tests with rifles and 5.56 mm projectiles, with failure modes arising in the form of petaling, shear plugging, delamination, bulging, fiber breakage, and crack."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila syifa
"Pada penelitian ini, komposit hybrid laminate yang terdiri dari aluminum alloy 7075 dan Kevlar dibuat. Kevlar yang digunakan dalam pembuatan komposit tersebut diimpregnasi dengan shear thickening fluid (STF) yang mengandung partikel alumina (Al2O3) berukuran nano. STF dibuat dengan mencampurkan PEG-400, alumina dan etanol yang digunakan untuk mengimpregnasi Kevlar. Variasi jumlah lapisan Kevlar sebanyak 8,16, dan 24 lapisan dibuat untuk mengamati ketahanan balistik. Deposisi dari alumina diamati dengan scanning electron microscope (SEM) dan fourier transform infrared spectrometer (FTIR). Hasil observasi dengan menggunakan SEM menunjukkan bahwa partikel alumina berada di antara serat Kevlar dan hal ini didukung dengan hasil FTIR. Ketahanan balisitk diuji dengan beberapa metode karakterisasi, seperti pengujian balistik yang mengacu pada standar dari National Institute of Justice (NIJ) 1080.01 dengan level II. Deformasi yang dihasilkan, termasuk jejak perforasi dan kedalaman penetrasi, dianalisis untuk mengetahui kemampuan penyerapan energi. Charpy impact test juga dilakukan guna mengamati kemampuan penyerapan energi dari komposit tersebut saat terpapar impak dengan kecepatan rendah. Hasil dari pengujian balistik dan impak menunjukkan hasil serupa, yakni sampel komposit dengan 24 lapis kevlar terimpregnasi menyerap energi paling optimal yang dibuktikan dengan data kualitatif dan kuantitatif.

In this research, hybrid laminate composites comprising of Kevlar and aluminum alloy 7075 plates were fabricated for armor application. The Kevlar fabrics were impregnated in shear thickening fluid (STF) containing alumina nanoparticles (Al2O3) to enhance the ballistic performance. STF was made by mixing PEG-400, alumina nanoparticles and ethanol which then introduced to Kevlar fabrics. A variation of Kevlar layer number of 8, 16, and 24 layers, were made to observe the ballistic resistance. The deposition of nano-filler into Kevlar fabrics was observed by scanning electron microscope (SEM) and fourier transform infra-red (FTIR) spectrometry. The results show that alumina nanoparticles exist in between individual Kevlar fibers and supported by FTIR result. Ballistic impact resistance was observed through ballistic test that was performed according to National Institute of Justice (NIJ) 1080.01 level II standard. The resulting deformations, including perforation trace and depth of penetration, were studied to determine the energy absorption behavior. Charpy impact test was also conducted to analyze the behavior of the composite in lowvelocity impact and the impact value was discussed leading to the same trend with ballistic test result, in which 24-layer impregnated sample shows the optimum energy absorption based on qualitative and quantitative data. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abel Benaya
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi jumlah lapisan kevlar dan impregnasi nano alumina pada serat kevlar terhadap ketahanan balistik komposit laminat hybrid. Terdapat beberapa bahan yang digunakan diantaranya adalah lembaran alumunium 2024-T3, serat kevlar berjenis 29, nano alumina serta resin epoksi.Dalam membuat larutan pengimpregnasi, bahan yang digunakan ialah larutan Polietilen glikol-400 yang kemudian dicampur dengan nano alumina dengan menggunakan magnetic stirrer selama 2 jam. Untuk menurunkan tegangan dan mengoptimalkan proses impregnasi pada serat kevlar, juga digunakan larutan etanol pada campuran larutan impregnasi. Setelah itu serat kevlar direndam dengan campuran yang sudah dibuat lalu dikeringkan. Langkah selanjutnya ialah merakit struktur komposit laminat dengan metode hand layup dengan bantuan epoksi sebagai perekat dan dilanjutkan dengan proses pengeringan di temperatur ruang dengan bantuan epoksi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan jumlah lapisan sangat berpengaruh kepada ketahanan sampel dalam uji balistik maupun impak.Pengaruh dari variasi lapisan dan impregnasi nano alumina dapat meningkatkan ketahan balistik dan impak dari sampel.Hal ini dianalisis berdasarkan beberapa pengujian seperti pengamatan visual dan foto makro. Di sisi lain pengujian ketahan balistik juga diikuti dengan pengukuran diameter perforasi sekaligus tingkat kedalaman penetrasi yang dibentuk akibat proyektil.

The goals of this research is to determine the effect of variations in the number of kevlar layers and nano alumina impregnation on kevlar fibres on the ballistic resistance of hybrid laminate composites. There are several materials used; aluminium sheet 2024-T3, kevlar fibre type 29, nano alumina and epoxy resin. In the process of making the impregnation solution, the component that used is Polyethylene glycol-400 solution, who will be mixing with nano alumina using a magnetic stirrer for 2 hours. For optimize the impregnation process in kevlar fibres and reduce the stress, ethanol solution was giving in a mixture of impregnation solution. After the Kevlar layers soaked in a solution, then the kevlar must be dried. The next step is to assemble the laminate composite structure by hand layup method with epoxy resin as an adhesive, and then by drying at room temperature. The experimental results show that increasing the number of layers and adding alumina particle on Kevlar fiber increases the effect of sample durability on ballistic tests and impacts. Those were analyzed based on several assessments; visual observations and macro photographs. On the other hand, ballistic endurance testing is also measured based on the size of the perforation diameter and the depth of penetration formed by the projectile.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiah Farah Az-Zahra
"Industri pertahanan nasional khususnya kendaraan tempur membutuhkan adanya pengembangan dari sisi material untuk meningkatkan efektivitas dalam menahan serangan proyektil serta mempermudah mobilitas saat digunakan di medan perang. Pada penelitian ini, digunakan komposit laminat dengan matriks berupa plat aluminium AA5052 dan serat kevlar dengan variasi jumlah lapisan sebanyak 20, 30, dan 40 layer. Kevlar di dalam komposit laminat ini diimpregnasikan dengan campuran nanopartikel SiC (Silikon Karbida) 50nm, ethanol, dan PEG-400 sebagai Shear Thickening Fluid (STF). Plat aluminium dan kevlar direkatkan menggunakan resin epoksi dan hardener dengan metode hand lay-up. Untuk mengetahui ketahanan balistik dan sifat mekanis, dilakukan pengujian balistik level III dan IV yang kemudian dianalisis kedalaman penetrasi proyektil dan diameter perforasi dari komposit laminat. Analisis mikrostruktur dan kandungan unsur dari komposit laminat dilakukan dengan Scanning Electron Microscopy (SEM), Energy Disperse X-Ray Spectrometry (EDS), dan Fourier Transfer Infrared Spectrometry (FTIR). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pada ketahanan balistik dan kekuatan mekanis akibat pengimpregnasian nanopartikel SiC dan variasi jumlah kevlar yang digunakan pada komposit laminat.

The national defense industry, especially combat vehicles, requires materials development to increase effectiveness in ballistic resistant and mobility when used on the battlefield. In this study, laminated composites with a matrix of AA5052 aluminum plate and kevlar fiber were used with variations in the number of layers of 20, 30, and 40 layers. The kevlar fabric in this laminated composite was impregnated with a mixture of 50nm SiC (Silicon Carbide) nanoparticles, ethanol, and polyethylene glycol (PEG-400) as Shear Thickening Fluid (STF). The aluminum and kevlar plates are glued together using epoxy resin and hardener by the hand lay-up method. To determine the ballistic resistance and mechanical properties, level III and IV ballistic tests were carried out followed by analyzing the projectile penetration depth and perforation diameter of the laminated composite. Analysis of the microstructure and elemental content of the laminated composites was carried out by Scanning Electron Microscopy (SEM), Energy Disperse X-Ray Spectrometry (EDS), and Fourier Transfer Infrared Spectrometry (FTIR). The results showed that there was an effect on ballistic resistance and mechanical strength due to the impregnation of SiC nanoparticles and variations in the amount of Kevlar used in laminated composites."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Hermawan
"Salah satu permasalahan penggunaan baja karbon pada anjungan lepas pantai adalah korosi, yang dapat menyebabkan penipisan dan kerusakan pada struktur baja. Oleh karena itu diperlukan perlindungan untuk material baja tersebut agar terjaga dari korosi eksternal sampai waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mekanisme perlindungan korosi dan mekanisme kelekatan cat epoksi yang ditambahkan serbuk aluminium paduan A356.2, yang diaplikasikan pada material pelat baja karbon ASTM A36 di dalam larutan klorida. Metode pengujian meliputi uji tarik cat, uji gores dan sembur garam, pengamatan makro, pengamatan mikro, SEM dan EDX, uji EIS dan Polarisasi. Hasil penelitian menunjukan sistem pengecatan yang menggunakan campuran epoksi 100 ml yang ditambahkan 50 gram serbuk A356.2 memiliki ketahanan korosi yang tinggi dan campuran serbuk A356.2 dapat berfungsi sebagai material penghalang dari korosi eksternal di lingkungan laut.

One of the problems with the utilization of carbon steel in offshore platforms is corrosion, which can cause thinning and damage to steel structures. Therefore, steel material needs to be protected from external corrosion until a predetermined time. This study aims to investigate the mechanism of corrosion protection and the sticking mechanism of epoxy paint with A356.2 aluminum alloy powder, which was applied to ASTM A36 carbon steel plate material in chloride solution. The test methods include paint tensile test, scratch and salt spray test, micro observation, macro observation, SEM, EDX, EIS test, and Polarization. The results of the research show that painting system containing 100 ml epoxy mixture with addition of 50 grams of A356.2 powder has high corrosion resistance and the powder mixture A356.2 can function as a barrier from external corrosion in marine environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aditya Ibnu Islamsyah
"Paduan aluminium seri 7xxx merupakan kelompok paduan aluminium yang memiliki kekuatan paling tinggi dibandingkan dengan seri lainnya. Dalam penelitian ini digunakan paduan aluminium seri 7075. Paduan ini banyak digunakan pada industri pesawat terbang, seperti struktur rangka utama pesawat, dan bagian atas dari sayap pesawat. Bagian tersebut membutuhkan material dengan performa tinggi, karena menuntut kekuatan terhadap kompresi (compression) dan tarikan (tension) secara bersamaan atau dengan kata lain terjadi bending. Seiring tuntutan zaman dan kemajuan dunia industri, mengandalkan karakteristik aluminium murni saja tidak cukup. Oleh karena itu diperlukan adanya pencampuran atau paduan (alloying) dari unsur yang berbeda, untuk menambah kekuatan dari aluminium. Namun, pencampuran unsur serta penguatan tersebut akan mengurangi ketahanan aluminium terhadap korosi, terlebih seperti diketahui bahwa pesawat terbang dioperasikan pada berbagai perubahan suhu dan lingkungan yang cukup ekstrem. Dunia penerbangan menuntut setiap unsur apapun yang terlibat didalamnya bekerja dalam kondisi yang ‘sempurna’. Oleh karena itu, masalah korosi menjadi ancaman tersendiri bagi dunia penerbangan. Korosi dapat menyebabkan kegagalan struktur pada pesawat terbang, hingga menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu praktisi industri melakukan peningkatan ketahanan terhadap korosi material salah satunya dengan proses perlakuan panas (heat treatment). Tujuan perlakuan panas tersebut adalah mengubah keadaan mikrostruktur material. Pada paduan aluminium, sifat korosi sangat dipengaruhi oleh keadaan mikrostruktur, khususnya bentuk, ukuran, dan komposisi kimia partikel intermetallic. Salah satu faktor yang berperan penting pada hasil akhir keadaan mikrostruktur adalah bagaimana proses dan prosedur quenching dilakukan setelah proses perlakuan panas. Dengan melakukan variasi terhadap waktu delay quenching, maka akan menghasilkan material dengan mikrostruktur yang berbeda, sehingga menghasilkan perubahan sifat korosi yang berbeda pula dari paduan aluminium seri 7075.

7xxx aluminum alloy is a group of aluminum alloys that have a highest strength than any other series of aluminum alloy. This study uses 7075 aluminum alloy. This type of alloy is widely used in the aircraft industry, such as the aircraft's main frame structure, and the upper part of the aircraft's wings. This section requires high-performance material because it demands strength against compression (compression) and pulls (tension) simultaneously or in other words bending occurs. Along with the demands of the times and the progress of the industrial world, relying on the characteristics of pure aluminum is not enough. Therefore, mixing or alloying is needed from different elements, to increase the strength of aluminum. However, mixing elements and reinforcement will reduce the resistance of aluminum to corrosion, especially as it is known that airplanes are operated at various temperature changes and the environment is quite extreme. The world of aviation demands every element involved in working in 'perfect' conditions. Therefore, the problem of corrosion is a threat to the world of aviation. Corrosion can cause structural failure in aircraft, causing accidents. Therefore, industrial practitioners have been increasing material corrosion resistance, one of which through the heat treatment process. The goal of the heat treatment is to change the microstructure of the material. In aluminum alloys, the corrosion properties are strongly influenced by the microstructural condition, particularly the shape, size and chemical composition of the intermetallic particles. One of the factors that play an important role in the final result of the microstructural condition is how the quenching process and procedure is carried out after the heat treatment process. By varying the quenching delay time, it will produce a material with a different microstructure, resulting in changes of corrosion properties of the 7075 series aluminum alloy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Herman Yuwono
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S40866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gavin Setiawan
"Aluminium (Al) dan paduannya telah secara luas digunakan dalam berbagai industri seperti konstruksi, otomotif, manufaktur, dan kedirgantaraan karena memiliki kekuatan tinggi, kerapatan rendah, serta kemampuan pembentukan yang baik. Meskipun Al memiliki lapisan oksida alami di permukaannya, lapisan ini dapat terkelupas atau larut dalam lingkungan korosif, yang menyebabkan turunnya ketahanan korosi. Oleh karena itu, diperlukan pelapisan permukaan. Plasma Electrolytic Oxidation (PEO) menghasilkan lapisan keramik oksida tebal yang meningkatkan resistansi korosi. Diperlukan aditif sebagai penguat untuk mengoptimalkan ketahanan korosi dan mekanik lapisan. Pada penelitian ini, graphene oxide (GO) digunakan sebagai aditif selain untuk meningkatkan ketahanan korosi lapisan, juga untuk meningkatkan konduktivitas listrik lapisan. Proses PEO dilakukan pada paduan AA7075-T735 menggunakan elektrolit 30 g/l Na2SiO3, 30 g/l KOH, 20 g/l trietanolamin (TEA) dengan aditif 2 g/l dan 20 g/l GO pada rapat arus konstan sebesar 200 A/m2 dan suhu 10 °C ± 1 °C. Karakterisasi morfologi dan komposisi dilakukan SEM-EDS dan XRD. Uji korosi dilakukan dengan metode elektrokimia. Sifat mekanik lapisan diuji dengan uji aus dan keras. Penambahan GO sebesar 2 g/l berhasil meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan korosi coating yang didukung oleh morfologi permukaan yang lebih halus dan sedikit pori. Perfoma coating menurun pada konsentrasi GO sebesar 20 g/l, hal ini disebabkan penurunan laju pertumbuhan dari coating yang disebabkan GO melebihi batas dispersif sehingga GO yang terinkorporasi di dalam coating lebih sedikit karena aglomerasi GO.

Aluminium (Al) and its alloys are widely used in various industries such as construction, automotive, manufacturing, and aerospace due to their high strength, low density, and good formability. Despite the natural oxide layer on its surface, which can peel or dissolve in corrosive environments, leading to a decrease in corrosion resistance, surface coating is necessary. Plasma Electrolytic Oxidation (PEO) produces thick ceramic oxide layers that enhance corrosion resistance. Additives are required to strengthen and optimize the corrosion resistance and mechanical properties of the coating. In this study, graphene oxide (GO) is used as an additive not only to improve corrosion resistance but also to enhance the electrical conductivity of the coating. The PEO process is conducted on AA7075-T735 alloy using an electrolyte of 30 g/l Na2SiO3, 30 g/l KOH, 20 g/l triethanolamine (TEA) with 2 g/l additive and 20 g/l GO at a constant current density of 200 A/m2 and a temperature of 10 °C ± 1 °C. Morphological and compositional characterization is performed using SEM-EDS and XRD. Corrosion testing is conducted using electrochemical methods, while the mechanical properties of the coating are assessed through wear and hardness tests. The addition of 2 g/l of GO successfully improves the mechanical properties and corrosion resistance of the coating, supported by a smoother surface morphology with fewer pores. However, coating performance decreases at a GO concentration of 20 g/l, attributed to a reduction in coating growth rate caused by GO exceeding the dispersal limit, resulting in less incorporated GO due to agglomeration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>