Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122547 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Putu Wahyu Diasmika
"Tulang tengkorak berfungsi untuk membentuk struktur kepala dan melindungi organ-organ penting di dalamnya. Keretakan tulang tengkorak dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mental, dan bahkan kematian. Polilaktida (PLA) telah menjadi salah satu bahan implan yang paling banyak digunakan untuk keretakan tulang tengkorak. Hal ini dikarenakan PLA memiliki sifat toksisitas yang rendah, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas, serta sifat mekanis yang baik. Salah satu turunan dari PLA adalah PLLA (poli(L-laktida)) dengan struktur semi-kristalin yang digunakan pada penelitian ini. PLLA tersebut perlu dilakukan alterasi supaya sifat mekanis dan sifat degradasi sesuai dengan aplikasi pelat fiksasi patah tulang kraniomaksilofasial. Bahan yang ditambahkan dalam matriks PLLA merupakan agar-agar dengan struktur amorf. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh komposisi campuran yang optimal dari variasi campuran agar-agar, yaitu 4%, 8%, dan 12%. Pencampuran menggunakan metode melt-blending yaitu mencampurkan dan mengaduk bahan dalam kondisi lelehan. Sampel dicetak dengan dimensi 80×10×4 mm sesuai standar ISO 178 untuk pengujian kekuatan tekuk polimer. Sampel dilakukan karakterisasi FTIR, TGA, DSC, three-point bending UTM. Hasil karakteriasi dengan FTIR menunjukan terdapat gugus C=O, C-H simetris dan asimetris, C-O, C-COO, serta pergeseran nomor gelombang karena pengaruh suhu yang lebih tinggi. Selain itu, karakteriasi termal TGA menunjukan bahwa campuran dengan konsentrasi agar-agar yang lebih tinggi menunjukkan degradasi yang lebih besar pada suhu campuran 180°C. Suhu yang lebih tinggi juga mempercepat degradasi agar-agar dalam campuran. Hasil DSC menunjukan bahwa semakin tinggi penambahan agar-agar dalam matriks PLLA, maka titik leleh dan %Xc dari PLLA akan semakin menurun. Hal tersebut juga berdampak dengan hasil pengujian sifat mekanis, di mana kekuatan tekuk semakin menurun seiring bertambahnya agar-agar. Nilai dari kekuatan tekuk dan regangan cenderung terus menurun dari 0,87 hingga 0,35 MPa seiring dengan bertambahnya kadar agar-agar dalam matriks PLLA baik untuk T1 (160oC) maupun T2 (180oC).

The skull functions to form the structure of the head and protect the vital organs within it. Skull fractures can cause various health issues, mental disturbances, and even death. Polylactide (PLA) has become one of the most widely used implant materials for skull fractures due to its biocompatibility, biodegradability, low immunogenicity and toxicity, and good mechanical properties. The main material used is poly(L-lactide) (PLLA) with a semi-crystalline structure. The PLLA needs to be altered to achieve the appropriate mechanical and degradation properties for craniomaxillofacial fracture fixation plates. Agar-agar with an amorphous structure is added to the PLLA matrix. This study aims to obtain the optimal composition from the variations of agar-agar mixtures, namely 4%, 8%, and 12%. The mixing is done using the melt-blending method, which involves mixing and stirring the materials in a molten state. Samples are molded to dimensions of 80×10×4 mm according to ISO 178 standards for polymer bending strength testing. The samples are characterized using FTIR, TGA, DSC, and three-point bending UTM. The FTIR characterization results show the presence of C=O, symmetric and asymmetric C-H, C-O, C-COO groups, and shifts in wave numbers due to the influence of higher temperatures. Additionally, the TGA thermal characterization shows that mixtures with higher agar-agar concentrations exhibit greater degradation at a mixing temperature of 180°C. Higher temperatures also accelerate the degradation of agar-agar in the mixture. DSC tests indicate that the higher the addition of agar-agar in the PLLA matrix, the more the melting point and %Xc of PLLA decrease. This also impacts the mechanical properties test results, where the bending strength decreases with increasing agar-agar content. In the mechanical properties test, the values of bending strength and strain tend to continuously decrease with increasing agar-agar content in the PLLA matrix for both T1 (160oC) and T2 (180oC)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan Mumtaz
"Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi efek konsentrasi dan temperatur pencampuran terhadap sifat rheologi dan morfologi dari campuran poly(L-lactic acid) (PLLA) dan agar-agar untuk aplikasi implan yang dapat terdegradasi. Studi ini menggunakan metode pencampuran melt-blending dengan variasi komposisi agar-agar (0%, 4%, 8%, dan 12%) pada dua suhu pencampuran berbeda, yaitu 160°C dan 180°C. Karakterisasi dilakukan melalui pengujian rheologi osilasi dan rotasional, serta pengamatan morfologi permukaan dan patahan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil pengujian menunjukkan bahwa viskositas campuran PLLA dan agar-agar menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi agar-agar dan suhu pencampuran. Pada suhu 180°C, viskositas menurun lebih signifikan dibandingkan pada 160°C. Pengujian rheologi osilasi menunjukkan bahwa modul penyimpanan (G') dan modul kehilangan (G") dari campuran cenderung menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi agar-agar, yang menunjukkan penurunan kekakuan dan peningkatan sifat viskoelastis dari material. Pengamatan morfologi permukaan dan patahan dengan SEM menunjukkan bahwa penambahan agar-agar menghasilkan distribusi partikel yang lebih homogen, tetapi juga meningkatkan jumlah retakan pada permukaan material. Pada suhu pencampuran yang lebih tinggi (180°C), material menunjukkan homogenitas yang lebih baik, namun dengan peningkatan jumlah retakan dan kekosongan (voids). Penelitian ini menyimpulkan bahwa komposisi campuran PLLA dan agar-agar serta suhu pencampuran memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat rheologi dan morfologi dari material. Campuran dengan komposisi 96% PLLA dan 4% agar-agar pada suhu 160°C menunjukkan sifat mekanik dan morfologi terbaik untuk aplikasi implan mampu luruh. Sampel P96A4T1 yang memiliki nilai torsi yang meningkat secara bertahap tetapi tetap dalam rentang yang dapat dikelola, dimulai dari nilai torsi awal adalah 204 Nm pada detik ke-17 dan mulai stabil pada detik ke-34 dengan nilai torsi sebesar 94 Nm. Selain itu, hasil SEM menunjukkan bahwa Pada P96A4T1, struktur permukaan terlihat lebih homogen dengan sedikit retakan dibandingkan dengan sampel lain.

This research aims to investigate the effects of concentration and mixing temperature on the rheological and morphological properties of poly(L-lactic acid) (PLLA) and agar blends for degradable implant applications. The study employed the melt-blending method with varying agar concentrations (0%, 4%, 8%, and 12%) at two different mixing temperatures, 160°C and 180°C. Characterization was performed through oscillatory and rotational rheology tests, as well as surface and fracture morphology observations using Scanning Electron Microscopy (SEM). The results indicated that the viscosity of the PLLA and agar blends decreased with increasing agar concentration and mixing temperature. At 180°C, the viscosity decreased more significantly compared to 160°C. Oscillatory rheology tests showed that the storage modulus (G') and loss modulus (G") of the blends tended to decrease with increasing agar concentration, indicating a reduction in stiffness and an increase in the viscoelastic properties of the material. Surface and fracture morphology observations using SEM revealed that the addition of agar resulted in more homogeneous particle distribution but also increased the number of surface cracks. At the higher mixing temperature (180°C), the material exhibited better homogeneity but with an increase in cracks and voids. The study concludes that the composition of PLLA and agar blends and the mixing temperature significantly affect the rheological and morphological properties of the material. The blend with 96% PLLA and 4% agar at 160°C exhibited the best mechanical and morphological properties for degradable implant applications. The blend of 96% PLLA and 4% agar at 160°C showed the best mechanical and morphological properties for implant shedding applications. Sample P96A4T1 had a torque value that increased gradually but remained within a manageable rang,. In addition, the SEM results show that in P96A4T1, the surface structure looks more homogeneous with few cracks compared to the other samples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Fransiskus Marsetio
"ABSTRAK
Pendahuluan: Pencarian implan berbahan biomaterial yang dapat diserap tubuh dengan baik terus berlanjut. Biomaterial untuk implan orthopaedi biodegradabel harus memenuhi kriteria tertentu, seperti waktu degradasi yang harus parallel dengan lini masa fisiologis penyembuhan tulang normal. Magnesium adalah mikronutrien tubuh alami sekaligus metal biodegradabel yang mempunyai sifat biomekanika menyerupai tulang. Akan tetapi, waktu degradasi metal ini sangatlah singkat dan menghasilkan produk korosi gas H2 serta sifat alkali. Karbonat apatit merupakan apatit biologis yang mempunyai osteokonduktivitas yang baik dan penyembuhan tulang tanpa jaringan fibrotik. Pencampuran magnesium dengan karbonat apatit diharapkan dapat menciptakan material biodegradabel yang dapat dipakai sebagai material dasar implant orthopaedi biodegradabel.
Metode: Kami memfabrikasi specimen komposit magnesium dan karbonat apatit dengan kadar yang bervariasi menggunakan metode metalurgi bubuk, milling time bervariasi 3, 5 dan 7 jam pada 200 RPM, kompaksi pada suhu 300°C dan tekanan 265 MPa, sintering pada 550°C, waktu tahan 1 jam, laju panas 5°C/menit, atmosfir ruangan biasa untuk membuat spesimen uji berbentuk silinder dan miniplate. Spesimen tersebut kemudian dilakukan uji biomekanika, biotoksisitas MTT dan kontak langsung, serta korosi.
Hasil: Kami dapat memfabrikasi komposit magnesium dan karbonat apatit dengan densitas yang sama dengan tulang manusia. Spesimen komposit magnesium dengan 10% karbonat apatit memiliki biokompatibilitas yang cukup baik. Walaupun, ketahanan tekanan, ketahanan regangan, modulus elastisitas fleksural dan ketahanan korosi spesimen tersebut masih rendah dibandingkan dengan tulang manusia. Paparan terhadap material komposit ini membuat lingkungan sekitar material menjadi bersifat alkali.
Diskusi: Konsolidasi antar partikel dan ukuran partikel masih kurang baik karena terbentuknya pori mikrostruktural, yang kemungkinan disebabkan oleh lapisan Mg(OH)2 dan proses oksidasi saat sintering. Hal ini menyebabkan sifat biomekanik yang rendah dan laju korosi yang tinggi. Penggunaan uji berbasis reduksi tetrazolium dapat memberikan hasil false positive, disebabkan sifat produk korosi magnesium yang bersifat reduktan. Kondisi alkali yang disebabkan material ini dapat bermanfaat bagi penyembuhan tulang dan luka. Komposit logam magnesium dan biokeramik karbonat apatit mempunyai potensi yang besar untuk menjadi material dasar implan orthopaedi biodegradabel. Modifikasi teknik fabrikasi perlu dilakukan untuk bisa meningkatkan konsolidasi antar partikel, mengecilkan ukuran partikel, meningkatkan kekuatan biomekanika, mengurangi produk korosi, serta menurunkan laju degradasi.

ABSTRACT
Introduction. The search for biodegradable orthopaedic implant is on the rally. Biomaterial for orthopaedic implant must fulfill some criteria, especially the degradation rate must be paralleled with normal bone healing timeline. Magnesium is a natural micronutrient as well as biodegradable metal with biomechanical characteristics close to that of bone. However, the degradation rate of this metal is very high and releasing H2 gas by-product as well as alkali environment. Carbonate apatite is a biological apatite which has good osteoconductivity and allow bone healing without fibrotic tissue. Fabrication of magnesium and carbonate apatite composite is expected able to produce a new biodegradable biomaterial that can be used as the base material of biodegradable orthopaedic implant.
Methods. We fabricated magnesium composite specimens containing various content of carbonate apatite by powder metallurgy, various milling time (3, 5, 7 hours) at 200 RPM, warm compaction at 300°C and pressure of 265 MPa, sintering at 550°C, holding time of 1 hour, heating rate of 5°C/minutes and room atmosphere cooling. Biomechanical tests, biotoxicity tests (MTT assay and direct contact), and corrosion test were conducted.
Results. We were able to fabricate magnesium-carbonate apatite composites with good density that is comparable with human bone. Magnesium composite with 10% content of carbonate apatite had good biocompatibility. Although, its flexural stress, flexural strain, flexural elasticity modulus and corrosion resistance were lower than human bone. Additionally, exposure to this material also turn the surrounding environment into alkali.
Discussion: Interparticle consolidation and grain size were dissatisfactory due to microstructural pores that are possibly formed by Mg(OH)2 layer and oxidation process during sintering. These characteristics affect the low biomechanical properties and high corrosion rate. Additionally, the use of tetrazolium-based assay (MTT) may give a false positive result, as the magnesium corrosion products are reducing agent. Meanwhile, alkali condition caused by the material corrosion by-product might be beneficial for bone healing and wound healing process. Magnesium and carbonate apatite composite has enormous potential to be used as the orthopaedic biodegradable material. Modification on fabrication parameters need to be done in order to improve the interparticle consolidation, refining the grain size, improve biomechanical strength, reduce corrosion products, as well as improve the degradation rate."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lieando Chandra
"Latar belakang: Gigi tiruan dukungan implan, salah satu perawatan kehilangan gigi terbaik, diterima luas di seluruh dunia. Namun, penggunaannya di Indonesia masih relatif rendah. Studi terkait kesadaran (awareness), pengetahuan (knowledge), dan sikap (attitude) terhadap implan gigi telah banyak dilakukan di negara lain, tetapi belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Mengembangkan kuesioner kesadaran, pengetahuan, dan sikap pasien terhadap implan gigi yang valid dan reliabel. Metode: Penelitian kualitatif melalui studi literatur pada 9 studi, wawancara semi-struktur 8 pakar implan dan 10 subjek kehilangan gigi, focus group discussion, dan uji-coba kuesioner. Penelitian kuantitatif pada 227 subjek untuk pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner. Hasil: Kuesioner final 28 item (domain kesadaran, pengetahuan, dan sikap) berhasil dikembangkan dengan validitas isi (content validity) dan validitas muka (face validity) terpenuhi. Analisis faktor dapat dilakukan pada ketiga domain berdasarkan hasil Uji Kaiser-Meyer Olkin (KMO) dan Uji Bartlett (0,680;P<0,05| 0,922;P<0,05| 0,849;P<0,05). Uji validitas konvergen dan uji konsistensi internal Cronbach’s alpha menghasilkan nilai baik pada domain kesadaran (r=0,736; P<0,05; α=0,848), domain pengetahuan (r=0,616; P<0,05; α=0,922), dan domain sikap (r=0,658; P<0,05; α=0,794). Kesimpulan: Kuesioner kesadaran, pengetahuan, dan sikap pasien terhadap perawatan dengan implan gigi teruji valid dan reliabel untuk mengevaluasi kesadaran, pengetahuan, dan sikap pasien terhadap perawatan dengan implan gigi di Indonesia.

Background: Implant-supported prosthesis, one of the best treatment for tooth loss, are widely accepted worldwide. However, its utilization is still relatively low in Indonesia. Studies related to awareness, knowledge, and attitude towards dental implants have been conducted in many other countries, but there has been no study in Indonesia. Objective: To develop a valid and reliable questionnaire on patient awareness, knowledge and attitudes towards dental implants. Methods: Qualitative study was done through literature review on 9 studies, semi-structured interviews with 8 implant experts and 10 tooth loss subjects, focus group discussion, and pre-testing. Quantitative study on 227 subjects for validity and reliability test. Results: The final questionnaire of 28 items (awareness, knowledge, and attitude domains) was successfully developed with achieved content validity and face validity. Factor analysis can be performed on all three domains based on the results of the Kaiser-Meyer-Olkin Test (KMO) and Bartlett Test (0.680;P<0.05| 0.922;P<0.05| 0.849;P<0.05). The convergent validity and Cronbach's alpha internal consistency were high in awareness domain (r=0.736; P<0.05; α=0.848), knowledge domain (r=0.616; P<0.05; α=0.922), and attitude domain (r=0.658; P<0.05; α=0.794). Conclusion: The questionnaire developed was valid and reliable to evaluate patient awareness, knowledge, and attitudes towards dental implant treatment in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Callista Fatima Larasati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membahas perlakuan Plasma Electrolytic Polishing (PeP) dengan prinsip erosi fisiokimia yang menggunakan sel elektrolitik pada implan paduan Ti-6Al-4V untuk dapat terjadi proses osseointegration. Dengan membentuk lapisan plasma dalam bentuk spark discharge dan Vapor Gas Envelope (VGE), PeP dapat menghasilkan permukaan yang sangat halus dan memiliki kilap yang tinggi jika dibandingkan dengan metode pemolesan lainnya. Sampel Ti-6Al-4V dicelupkan ke dalam variasi elektrolit dan dihubungkan pada arus DC pada tegangan 50-130 V. Pengujian topografi dan morfologi permukaan dilakukan menggunakan uji Surfcom dan SEM. Pengujian dekontaminasi permukaan dilakukan dengan uji pH dan konduktivitas dari larutan hasil pembersihan. Kekerasan dilihat dari uji kekerasan mikro Vickers.

ABSTRACT
This study aims to discuss the treatment of Plasma Electrolytic Polishing (PeP) with the principle of physiochemical erosion using electrolytic cells on Ti-6Al-4V alloy implants to enable the osseointegration process, forming a plasma layer in the form of spark discharge and Vapor Gas Envelope (VGE). PeP can produce a very smooth and high gloss surface when compared to other polishing methods. Samples of Ti-6Al-4V were dipped in electrolyte variations and connected to DC currents at 50-130 V. The topographic and surface morphology tests were carried out using Surfcom and SEM tests. Testing of surface decontamination is carried out by pH testing and conductivity of the cleaning solution. Hardness is seen from the Vickers micro hardness test.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swasty Audrey Putri Aqilah
"Implan gigi merupakan perawatan medis bagi gigi tanggal yang diakibatkan oleh berbagai kelainan periodontitis, maupun karies, trauma, serta kelainan pada perkembangan dan genetik, dengan tingkat keberhasilan mencapai 95% ditandai oleh kemampuan implan gigi melakukan osseointegrasi. Osseointegrasi dipengaruhi oleh beberapa hal, termasuk kualitas dan kuantitas tulang, serta desain implan gigi. Kegagalan implan gigi dapat terjadi pada tulang dengan kualitas lebih rendah akibat kelelahan yang berlebihan, serta desain implan gigi yang tidak memadai. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa fitur self-tapping memiliki tingkat keberhasilan yang sama dengan implan gigi tanpa fitur ­­self-tapping, namun dengan torsi insersi yang lebih sederhana, sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan tulang dan meningkatkan stabilitas primer dengan meminimalisir jumlah drilling yang digunakan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan simulasi finite element pada variasi desain cutting flute, berupa sudut kemiringan celah pemotong, panjang celah pemotong, dan jumlahnya, untuk menjalankan fungsi self-tapping. Simulasi ini dijalankan dengan memberikan pembebanan oklusal pada implan gigi yang dipasang pada tulang berdensitas rendah (tulang tipe III). Dari simulasi tersebut, dilakukan analisis distribusi tegangan dan strain yang terjadi pada implan gigi. Desain implan gigi dengan tiga buah celah pemotong dengan sudut kemiringan 5? di sepanjang badan implan yang berulir memiliki nilai tegangan Von Mises maksimum paling rendah, sebesar 92,127 MPa, bersesuaian dengan nilai strain maksimum paling rendah, yaitu 0,000555.

Dental implant is a medical treatment for missing tooth caused by various conditions such as periodontitis, cavities, trauma, as well as abnormalities in growth and genetics, with a success rate of up to 95%, characterized by the ability of dental implants to achieve osseointegration. Osseointegration is affected by several factors, including the quality and quantity of bone, as well as the design of dental implants geometry. Dental implants failure can occur in lower quality bone due to excessive fatigue and inadequate implant design for acquired conditions. Research indicates that self-tapping features have the same success rate as dental implants without self-tapping features, but offer simpler insertion torque, reducing the risk of bone damage and improving primary stability by minimizing the drilling procedures. This study was conducted by performing finite element simulations on various cutting flute design, including the angle of the cutting flute, length of the cutting flute, and the number of cutting flute, to provide a self-tapping function. The simulation was conducted by applying occlusal loading to dental implants placed in low-density bone (bone type III). From the simulation, an analysis of stress distribution and strain in dental implants. Among the developed dental implant designs, the one featuring three cutting flutes at a 5? angle along the threaded implant body exhibits the lowest maximum Von Mises stress value of 92,127 MPa, as well as the lowest maximum strain value of 0,000555."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Rinati
"Penambahan dopan logam Cu dilakukan dalam modifikasi permukaan permukaan Ti6Al4V, untuk merancang fotokatalitik sistem dengan efisiensi tinggi di bawah cahaya tampak. Mendopankan logam Cu pada permukaan fotokatalis menggunakan metode photo-assisted deposition. Variasi konsentrasi logam Cu (0,05 M; 0,10 M; 0,15 M) dilakukan untuk memperoleh kondisi optimum fotokatalis yang aktif dibawah cahaya tampak. Hasil karakterisasi SEM-EDX dan XRD, menunjukkan bahwa sampel yang dianodisasi dengan elektrolit gliserol memiliki morfologi dan kristalinitas lebih baik dibandingkan sampel yang dianodisasi dengan elektrolit asam. Hasil uji pembentukan biofilm secara in vitro dengan bakteri Streptococcus mutans menunjukkan sampel yang didopankan dengan dopan Cu berkonsentrasi 0,15 M memiliki kinerja fotokatalitik yang paling baik, dengan hasil sebesar 99% persentase disinfeksi bakteri dibandingkan dengan model kontrol pada jam ke-16 pengukuran. Hasil ini menunjukkan sampel yang didopankan dengan dopan Cu berkonsentrasi 0,15 M merupakan kondisi optimum untuk menghambat pembentukan biofilm dalam penelitian ini

Optimization of morphology and crystallinity of TiO2 nanotubes (TNT) fabricated on the surface of Ti6Al4V with anodizing method using a variation of the type of electrolyte. To design a system with high efficiency photocatalytic under visible light, the addition of a transition metal dopant antibacterial namely Cu (Copper). Cu-doped surface on the dental implat using photo-assisted deposition method. Variations in the concentration of Cu (0.05 M; 0.10 M; 0.15 M) were performed to obtain the optimum conditions photocatalysts active under visible light. Results of SEM-EDX and XRD characterization, indicate that the sample which is anodized with glycerol electrolyte, have better morphology and crystallinity than the sample which is anodized with acid electrolyte. The test results of in vitro biofilm formation test by Streptococcus mutans showed sample of which doped with Cu that have concentration of 0,15 M has the best photocatalytic performance, with percentage of disinfection of bacteria at 99% compared with the control model at 16th hour measurement. These results show the samples TNT/G/0,15 which doped with Cu dopant concentration of 0,15 M is an optimum condition to inhibit biofilm formation in the study"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anabel Erika Iskandar
"

Latar Belakang: Implan gigi sebagai alternatif perawatan kehilangan gigi dapat mengalami kegagalan akibat distribusi stress yang berlebihan. Desain implan berupa implant thread depth menjadi bagian penting dari struktur implan yang dapat mempengaruhi distribusi stress. Adapun arah pembebanan dan tulang dengan densitas rendah merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi distribusi stress. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran distribusi stress pada single implant dengan variasi ukuran thread depth dan arah pembebanan di tulang densitas rendah. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif. Model 3D regio posterior tulang maksila  dan tiga implan dengan komponen implan berupa panjang 10 mm, diameter 4,1 mm, thread pitch 0,8 mm, thread shape berupa V-thread dan kedalaman thread depth yang terbagi menjadi 0,25 mm; 0,35mm; dan 0,45mm dibuat dengan modeling software dan disusun menjadi solid model. Dilakukan simulasi pemberian beban preload 200 N arah axial pada screw dan dilanjutkan dengan pemberian beban mastikasi sebesar 100 N arah axial dan oblique pada molar pertama. Dilakukan analisis dengan metode finite element untuk mengetahui distribusi stress berupa von Mises stress pada komponen implan dan tulang. Hasil : Nilai von Mises stress maksimum tertinggi pada pembebanan axial (abutment = 222,63 MPa, implant body = 179,68 MPa, dan screw = 154,97 MPa), pada pembebanan oblique (abutment = 1086,9 MPa, implant body = 852,46 MPa, dan screw = 628,56 MPa). Pada tulang alveolar, nilai von Mises stress maksimum dengan pembebanan axial pada masing-masing thread depth (0,25 mm = 29,421 MPa; 0,35 mm = 30,201 MPa; 0,45 mm = 31,091 MPa), dan dengan pembebanan oblique pada masing-masing thread depth (0,25 mm = 74,103 MPa; 0,35 mm = 75,102 MPa; 0,45 mm = 76,557 MPa). Kesimpulan : Hasil metode finite element menunjukkan bahwa pada pembebanan axial, abutment mengalami peningkatan stress seiring peningkatan thread depth. Pada pembebanan oblique seluruh komponen implan mengalami peningkatan stress seiring peningkatan thread depth. Nilai von Mises stress terbesar pada tulang ditemukan pada thread depth 0,45 mm dengan pembebanan oblique.

 


Background: Dental implants as an alternative treatment for tooth loss can fail due to excessive stress distribution. Implant design in the form of implant thread depth is an important part of the implant structure that can affect stress distribution. The direction of loading and low-density bone are other factors that can affect stress distribution. Objective: To determine the overview of stress distribution of a single implant with varying thread depth in low-density bone. Methods: This study was a descriptive observational study. A 3D model of the posterior region of the maxillary bone and three implants with implant components of 10 mm length, 4 mm diameter, 0.8 mm thread pitch, V-thread thread shape, and thread depth divided into 0.25 mm; 0.35mm; and 0.45mm were created with modeling software and compiled into a solid model.  Simulation of 200 N axial preload was applied to the screw and followed by 100 N axial and oblique mastication load on the first molar. Finite element method analysis was performed to determine the stress distribution in the form of von Mises stress on the implant and bone components. Results: The highest maximum von Mises stress values under axial loading (abutment = 222.63 MPa, implant body = 179.68 MPa, and screw = 154.97 MPa), under oblique loading (abutment = 1086.9 MPa, implant body = 852.46 MPa, and screw = 628.56 MPa). In alveolar bone, the maximum von Mises stress value with axial loading at each thread depth (0.25 mm = 29.421 MPa; 0.35 mm = 30.201 MPa; 0.45 mm = 31.091 MPa), and with oblique loading at each thread depth (0.25 mm = 74.103 MPa; 0.35 mm = 75.102 MPa; 0.45 mm = 76.557 MPa). Conclusion: The results of the finite element analysis showed that in axial loading, the abutment experienced increased stress as thread depth increased. In oblique loading, all implant components experienced increased stress as thread depth increased. The largest von Mises stress value in the bone was found at a thread depth of 0.45 mm with oblique loading.

 

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Gebri Connidio
"Untuk mengatasi kehilangan gigi diperlukan implan gigi yang tahan terhadap korosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi lapisan dan ketahanan korosi Hidroksiapatit (HAp)/Multi Walled Carbon Nanotube (MWCNT) pada substrat Stainless Steel (SS) 316L sebagai implan gigi. Metode yang digunakan untuk melapisi SS 316L dengan HAp/MWCNT adalah metode Electrophoretic Deposition (EPD). Tegangan EPD dilakukan pada 20, 30, dan 40 V selama 20 menit dengan pelarut aseton. Morfologi lapisan HAp/MWCNT dianalisis dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil SEM menunjukkan tegangan 20 dan 30 V memiliki morfologi lapisan yang homogen sedangkan tegangan 40 V mengalami terjadinya aglomerasi. Uji korosi dengan metode Potentiodynamic Polarization (PDP) dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) menunjukkan pelapisan HAp/MWCNT melindungi substrat SS 316L dari korosi dalam larutan Simulated Body Fluid (SBF). Sampel dengan kualitas terbaik diperoleh pada tegangan 30 V karena memiliki morfologi lapisan yang homogen sehingga menghasilkan laju korosi yang rendah (0,0745 mpy).

To address tooth loss, corrosion-resistant dental implants are required. This research aims to investigate the morphology and corrosion resistance of Hydroxyapatite (HAp)/ Multi Walled Carbon Nanotube (MWCNT) coatings on Stainless Steel (SS) 316L substrates for dental implants. The electrophoretic deposition (EPD) method was employed to coat SS 316L with HAp/MWCNT. EPD was carried out at 20, 30, and 40 V for 20 minutes using acetone as the solvent. The morphology of the HAp/MWCNT coatings was analyzed using Scanning Electron Microscopy (SEM). SEM results revealed that coatings at 20 and 30 V exhibited a homogeneous morphology, while agglomeration occurred at 40 V. Corrosion tests, conducted using Potentiodynamic Polarization (PDP) and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) methods in Simulated Body Fluid (SBF) solution, demonstrated that the HAp/MWCNT coatings protected the SS 316L substrate from corrosion. Samples coated at 30 V exhibited the highest quality due to their homogeneous morphology and low corrosion rate (0.0745 mpy)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sawitri Darmiati
Jakarta: UI Publishing, 2024
618.190 592 SAW p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>