Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meisyandra Faiza Kinan
"Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) menghasilkan produk samping fly ash yang dapat mencemari lingkungan. Meskipun demikian, limbah fly ash di Indonesia memenuhi baku mutu uji TCLP, menunjukan bahwa fly ashPLTSa dapat dimanfaatkan. Pada penelitian ini, akan ditampilkan bagaimana fly ash dari PLTSa dimanfaatkan sebagai adsorben dalam menyisihkan Metilen biru. Modifikasi dilakukan dengan mencampurkan karbon aktif biosorben yaitu kulit buah naga dalam bentuk karbon aktif serta aktivasi secara kimia menggunakan KOH sebagai adsorben komposit. Eksperimen mengungkapkan bahwa campuran fly ash dan karbon aktif kulit buah naga teraktivasi KOH dapat menyisihkan Metilen biru. Penggabungan fly ash dan karbon aktif kulit buah naga yang teraktivasi KOH (DFP-FA KOH) dapat menyisihkan Metilen biru dengan perbandingan berat 1:10. Melalui studi parametrik, didapatkan kondisi optimum adsorpsi yaitu konsentrasi Metilen biru sebesar 50 mg/L dan dosis adsorben DFP-FA KOH sebesar 2 g/L pada kondisi suhu dan pH natural. Efisiensi penyisihan (%) tertinggi didapatkan sebesar 87,38% dengan kapasitas adsorpsi eksperimen (qe) sebesar 28,3 mg/g. Adsorpsi termasuk ke dalam model isoterm Temkin dengan besar konstanta B yaitu 14,394 dan konstanta isoterm (At) sebesar 1,067 L/g. Adsorpsi juga digambarkan dengan model kinetika Pseudo-second-order (PSO) dengan laju adsorpsi (k2) sebesar 0,0017/min dan kapasitas maksimum kalkulasi (qe cal) sebesar 48,27 mg/g. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi titik awal dalam mengkaji kemampuan fly ash, kulit buah naga, dan campurannya sebagai adsorben yang mampu diterapkan pada pengolahan air limbah.

Waste-to-Energy Power Plants (PLTSa) produce a byproduct called fly ash that can pollute the environment. Nevertheless, fly ash in Indonesia meets TCLP quality standards, indicating potential for utilization. This study demonstrates how fly ash from PLTSa is used as an adsorbent to remove Methylene Blue. Modification involves blending biosorbent activated carbon, namely dragon fruit peel in activated carbon form, chemically activated using KOH as a composite adsorbent. Experiments reveal that a mixture of fly ash and KOH-activated carbon from dragon fruit peel can effectively remove Methylene Blue. The combination of fly ash and KOH-activated carbon from dragon fruit peel (DFP-FA KOH) can remove Methylene Blue at a weight ratio of 1:10. Through parametric studies, optimal adsorption conditions were found: Methylene Blue concentration of 50 mg/L and DFP-FA KOH adsorbent dose of 2 g/L at natural temperature and pH conditions. The highest removal efficiency (%) achieved was 87.38%, with experimental adsorption capacity (qe) of 28.3 mg/g. Adsorption fits the Temkin isotherm model with a constant B of 14.394 and isotherm constant (At) of 1.067 L/g. Adsorption is also described by the Pseudo-second-order kinetic model with an adsorption rate (k2) of 0.0017/min and calculated maximum capacity (qe cal) of 48.27 mg/g. This research is expected to serve as a starting point in exploring the potential of fly ash, dragon fruit peel, and their combination as adsorbents applicable to wastewater treatment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Agung Pamungkas
"Pemanfaatan fly ash hasil insinerasi sampah sebagai bahan subtitusi agregat halus paving block merupakan solusi sebagai upaya menekan jumlah produksi limbah sampah yang dapat merusak lingkungan. Pada penelitian ini, limbah sampah dimanfaatkan sebagai bahan subtitusi agregat halus untuk paving block dan dilakukan pengujian kuat tekan, uji penyerapan air dan ketahanan aus dengan mengacu terhadap SNI 03-0691-1996. Pada penelitian ini, konsentrasi penggunaan fly ash hasil insinerasi sampah yang digunakan adalah 0, 10, 30, 50, 60, 80 dan 100%. Pada penelitian ini benda uji yang dibuat dengan ukuran paving block 21x10.5x5.5 cm. Tujuan Penelitian ini adalah membuat sebuah produk berupa paving block sesuai dengan standar mutu yang diatur didalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dan guna menekan jumlah limbah hasil pembakaran sampah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan eksperimen yang meliputi perencanaan, trial mix, analisis kebutuhan material, pembuatan benda uji, pengujian paving block, dan analisis hasil terhadap SNI 03-0691-1996 serta analisis terhadap hasil uji XRF dan XRD. Hasil kuat tekan tertinggi terdapat pada variasi FA 10% dengan nilai 5.20 Mpa, Penyerapan air terbaik pada variasi FA 0% dengan nilai penyerapan 12.53%, dan Nilai ketahanan aus terbaik dengan nilai 5,32 mm/menit terdapat pada variasi FA 100%.

Utilization of fly ash resulting from waste incineration as a substitution material for paving block fine aggregate is a solution as an effort to reduce the amount of waste production which can damage the environment. In this study, the waste was used as a substitution material for fine aggregate for paving blocks and was tested for compressive strength, water absorption and wear resistance tests with reference to SNI 03-0691-1996. In this study, the concentrations of fly ash from waste incineration used were 0, 10, 30, 50, 60, 80 and 100%. In this study, the test specimens were made with a paving block size of 21x10.5x5.5 cm. The purpose of this research is to make a product in the form of paving blocks in accordance with the quality standards set out in the Indonesian National Standard (SNI) and to reduce the amount of waste from incineration. This study used a quantitative method with experiments which included planning, trial mix, analysis of material requirements, manufacture of specimens, testing of paving blocks, and analysis of the results of SNI 03-0691-1996 and analysis of the results of the XRF and XRD tests. The highest compressive strength results were found in the 10% FA variation with a value of 5.20 Mpa. The best water absorption was in the 0% FA variation with an absorption value of 12.53%, and the best wear resistance value with a value of 5.32 mm/minute was found in the 100% FA variation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Kusumawardhani
"ABSTRAK

Air limpasan tambang nikel mengandung Cr(VI) yang diklasifikasikan sebagai polutan berbahaya dengan konsentrasi sekitar 0,1-1,4 mg/L di Pulau Obi. Penelitian penyisihan Cr(VI) dilakukan dengan metode batch adsorpsi skala laboratorium menggunakan air limpasan buatan dengan konsentrasi awal 0,6 mg/L (sebagai konsentrasi Cr(VI) rata-rata harian di lokasi tambang) dan fly ash sebagai simulasi adsorben dari pembangkit listrik untuk proses produksi tambang nikel dengan variasi pH 6,8-7,8; dosis fly ash 18-30 g/L; dan waktu kontak 90-150 menit. Hasil penelitian dengan kombinasi pH 7,6, dosis fly ash 20 g/L, dan waktu kontak 135menit menyisihkan Cr(VI) dari 0,6mg/L menjadi 0,175 mg/L paling maksimum yang belum mencapai baku mutu Cr(VI) yang diperbolehkan, yaitu 0,1 mg/L menurut PermenLH No. 9/2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel. Berdasarkan isoterm adsorpsi 1 gram fly ash pada 1 liter air limpasan mampu menyisihkan sekitar 0,0065 mg/L Cr(VI). Hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk merancang unit pengolahan berupa mixing unit untuk mengolah air limpasan tambang nikel disesuaikan dengan kondisi lokasi penambangan.


ABSTRACT

Runoff water from nickel mining at Obi Island consists of hexavalent chromium Cr(VI) about 0.1-1.4 mg/L which is classified as hazardous polutant. Cr(VI) removal study was done based on batch adsorption on laboratorium by creating runoff water simulation with initial concentration of Cr(VI) of about 0.6 mg/L (as daily Cr (VI) concentration on site) and using fly ash as adsorbent simulated from production proccess nickel mining with variation of pH 6.8-7.8; fly ash dose 18-30 g/L, and contact time 90-150 minutes. The combination of pH 7,6, dose fly ash 20 g/L, and contact time 135 minutes can remove Cr(VI) from 0.6 mg/L to 0.175 mg/L which is not achieved the standard of allowed concentration of Cr(VI) based on regulation of the Minister of Environment No. 9/2006 concerning effluent standard for nickel mining activites. From isotherm adsorption can be recommended adding 1 g/L fly ash may remove about 0,0065 mg/L Cr(VI). The result of this study is utilized for designing treatment unit specifically mixing unit to treat runoff water from nickel mining.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Permatasari
"Kebutuhan energi listrik dan ketergantungan sumber energi batubara, sedangkan proses pembakaran batubara tidak terbakar habis sehingga menghasilkan limbah berupa fly ash. Kegiatan pemanfaatan limbah fly ash di industri semen dapat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan berupa pencemaran udara. Oleh sebab itu, diperlukan konsep keberlanjutan pemanfaatan limbah fly ash sebagai alternatif bahan baku di industri semen. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis potensi dampak lingkungan pada pemanfaatan limbah fly ash menjadi semen, menganalisis manfaat finansial bagi industri semen, dan menentukan alternatif keberlanjutan pemanfaatan limbah fly ash berdasarkan konsep produksi bersih. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan metode AHP. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi partikulat pada kegiatan pemanfaatan limbah fly ash di tidak melebihi baku mutu namun berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dengan sebaran periode 24 jam sebesar 219 µg/m3, sedangkan periode tahunan tertinggi sebesar 67,2 µg/m3. Pemanfaatan limbah fly ash dapat mengurangi penggunaan bahan baku gypsum dan trass hingga 3,2 %. Manfaat finansial yang diterima industri semen adalah efisiensi biaya material sebesar Rp6.052.872.369,02 pada tahun 2018 dan Rp32.730.142.087,09 pada tahun 2022. Konsep produksi bersih sebagai alternatif keberlanjutan pemanfaatan limbah fly ash di industri semen PT ABC adalah dengan menerapkan recycle partikulat yang ditangkap oleh DC dan EP.

The demand for electrical energy and dependence on coal energy sources, while the coal combustion process does not burn out, resulting in waste in the form of fly ash. The utilization of fly ash waste in the cement industry can potentially cause environmental impacts in the form of air pollution. Therefore, the concept of sustainability of fly ash waste utilization as an alternative raw material in the cement industry is needed. The objectives of this study are to analyze the potential environmental impacts on the utilization of fly ash waste into cement, analyze the financial benefits for the cement industry, and determine alternative sustainability of fly ash waste utilization based on the concept of clean production. The research method used is quantitative method with AHP method. The results showed that particulate concentrations in fly ash waste utilization activities did not exceed quality standards but had the potential to cause environmental impacts with a 24-hour period distribution of 219 µg/m3, while the highest annual period was 67.2 µg/m3. Utilization of fly ash waste can reduce the use of gypsum and trass raw materials by up to 3.2%. The financial benefits received by the cement industry are material cost efficiency of Rp6,052,872,369.02 in 2018 and Rp32,730,142,087.09 in 2022. The concept of clean production as an alternative to the sustainability of fly ash waste utilization in the cement industry of PT ABC is to implement the recycle of particulates captured by DC and EP."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Thariq
"Persediaan kayu yang terus menipis namun permintaan yang tinggi membuat dunia beralih kepada papan partikel. Eceng gondok dikenal sebagai gulma perairan merupakan serat alam yang berpotensi sebagai bahan dasar papan partikel. Sifat mekanik yang tinggi dan ketersediaan yang melimpah dapat menjadikan eceng gondok sebagai serat dalam komposit papan partikel. Fly ash merupakan hasil pembakaran batubara yang terbukti dapat meningkatkan sifat pada komposit papan semen partikel. Pada penelitian ini eceng gondok diberi tambahan fly ash dan dibuat menjadi papan partikel dengan mencampurkannya dengan resin urea formaldehid. Papan partikel 30% eceng gondok dan 70% resin urea formaldehid merupakan papan partikel yang memiliki kekuatan patah yang paling baik. Sedangkan penambahan fly ash menurunkan sifat mekanis pada papan partikel eceng gondok dengan urea formaldehid.

Supply of wood is constantly decreases but the demand is increase, makes people move from wood to particle board. Water hyacinth is an aquatic weed which has potential of natural fiber as raw material particle board composite. High mechanical properties and availability are the reason water hyacinth can be natural fiber in particle board composite. Fly ash from coal combustion can be used to increase mechanical characteristics of particle cement board composites. Water hyacinth is added with fly ash and mix with urea formaldehyde to be particle board. 30% water hyacinth and 70% urea formaldehyde particle board shows the best characteristics. Besides adding fly ash decrease the mechanics characteristics of water hyacinth with urea formaldehyde particle board."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jefry Suwanda
"Dewasa ini, pembangunan bendungan semakin gencar dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Hal tersebut dilakukan baik untuk mengendalikan banjir maupun sebagai infrastuktur pembangkit tenaga listrik. Jenis bendungan yang lazim dikembangkan adalah tipe urugan dengan kriteria khusus yaitu memiliki zona inti kedap untuk mencegah rembesan air dan kegagalan struktur. Zona ini merupakan timbunan material lanau atau lempung dengan permeabilitas rendah yaitu ≤10-5 cm/s, memiliki nilai kuat geser yang baik, dan nilai indeks plastisitas sedang. Eksploitasi material timbunan merupakan isu utama yang terjadi di lapangan karena bedampak signifikan pada biaya dan perizinan lingkungan. Di sisi lain, terdapat fenomena banyaknya limbah fly ash maupun limbah plastik polystrene dengan penanganan yang belum optimal sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Hal tersebut tentunya menjadi faktor yang mendasari penelitian dalam rangka pelestarian lingkungan serta pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan fly ash (FA) dan polystrene berupa EPS Beads sebagai bahan campuran substitusi zona inti kedap pada variasi komposisi yaitu 5%FA, 10%FA, 15%FA, 20%FA dan 25%FA (0,5% EPS berlaku konstan). Hasil pengujian menunjukkan pemanfaatan limbah tersebut dapat memenuhi kriteria zona inti dengan nilai komposisi paling efektif yaitu campuran 20%FA:0,5%EPS.

Nowadays, the Government of Indonesia is aggressively establishing dams to control floods and as power generation infrastructure. The embankment dam type is commonly developed with special criteria of impermeable core zone to prevent seepage and structural failure. This zone has to be an embankment of silt or clay material with low permeability 10-5 cm/s, has a good shear strength value, and a medium plasticity index value. Material exploitation is the main issue due to its significant impact on costs and environmental permits regarding embankment. On the other hand, the abundance of waste such as fly ash and plastic have environmental impacts with suboptimal handling systems. These issues have become research considerations for environmental conservation and sustainable development. This research was conducted by utilizing fly ash (FA) and polystyrene in the form of EPS Beads as a mixture of substituting impermeable core zones at various compositions, which are 5%FA, 10%FA, 15%FA, 20%FA and 25%FA (0.5% EPS constantly applied). The test results show that the utilization of these waste can meet the core zone criteria with the most effective composition value, which is a mixture of 20%FA:0.5%EPS"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Kalmapuspita Imas
"ABSTRAK
Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan komposit abu terbang/TiO2 dengan TiO2 P25, abu terbang dari PT Pupuk Kaltim, dan surfaktan kationik Hexadecyltrimethylamonium Bromide HTAB . Komposit dikarakterisasi SEM EDX serta diuji coba untuk mendegradasi amonia dalam fotoreaktor. Perbandingan massa abu terbang dan TiO2 yang optimum adalah 2:1 sebanyak 1 gram dalam 250 ml limbah cair amonia dan dapat mengeliminasi amonia cair sebesar 93 selama 180 menit. pH optimum untuk mendegradasi amonia adalah pH 11 dengan persen eliminasi sebesar 79 selama 180 menit. Kinetika reaksi degrasai amonia mengikuti model kinetika Langmuir-Hinshelwood.

ABSTRACT
In this experiment, the Fly Ash TiO2 composite will be produced using TiO2 P25, fly ash from PT Pupuk Kaltim, and also a cationic surfactant, Hexadecyltrimethylamonium Bromide HTAB . The catalyst characterized by SEM EDX and tested for ammonia degradation at photoreactor. The optimum mass ratio of fly ash and TiO2 is 2 1 1g 250ml liquid waste , allowing reduction of aqueous ammonia concentration up to 93 for 180 minutes of reaction. Optimum pH for ammonia degradation is 11, which decreases ammonia concentration up to 79 for 180 minutes of reaction. Reaction kinetics for ammonia degradation using fly ash TiO2 catalyst follow Langmuir Hinshelwood kinetics."
2017
S68224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mekkadinah
"Pembangunan dan pertambahan penduduk di Indonesia yang meningkat mendorong peningkatan kebutuhan listrik, yang saat ini masih didominasi pasokan dari sumber PLTU batubara hingga lebih dari 50%. Pengoperasian PLTU batubara menghasilkan limbah fly ash dan bottom ash (FABA) dengan volume timbulan yang sangat besar, namun pengelolaan limbah FABA ini belum sesuai dengan prinsip tingkatan pengelolaan limbah industri yang mengutamakan daur ulang (recycle). Pemanfaatan sudah dilakukan oleh PLTU, namun hanya mampu mengolah 0,11%. Penelitian ini menganalisis kandungan radionuklida dan komposisi kimia limbah FABA melalui analisis komparatif deskriptif dan analisis cost effectiveness, untuk mendapatkan jenis pemanfaatan dan biaya pengelolaan yang efektif dan mampu meningkatkan pemanfaatan dengan menerapkan circular economy. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemanfaatan untuk aplikasi sederhana seperti paving block menjadi pilihan paling efektif, dengan biaya pengelolaan Rp295.488,00/ton limbah FABA. Kandungan radionuklida yang kecil dalam FABA, meyakinkan pemanfaatan aman untuk aplikasi konstruksi di masyarakat dengan melibatkan masyarakat, sehingga dapat mendorong pemanfaatan 3.240 ton limbah FABA pertahun yang dikelola oleh 1 kelompok usaha yang beranggotakan 6 orang sebagai penerapan circular economy, dan dapat membuka usaha baru juga peluang kerja bagi masyarakat sekitar PLTU batubara.

Population growth and increased development in Indonesia encourages increased demand of electricity, which is currently still dominated by supply from coal-fired power plants, reaching 50%. The operation of a coal-fired power plant produces fly ash and bottom ash (FABA) waste with a very large volume of generation, but the management of this FABA waste is not in accordance with the principles of industrial waste management that prioritizes recycling. PLTU has recycle the FABA waste, but it is only able to process 0.11%. This study analyses the radionuclide content and chemical composition of FABA waste through descriptive comparative analysis and cost-effectiveness analysis, to obtain the types of utilization and management costs that are effective and able to increase usage by implementing a circular economy. This research reflects the fact that utilization for simple applications such as paving blocks is an effective option, with a management cost of Rp295,488.00/tonne of FABA waste. The small radionuclide content in FABA ensures safe use for construction applications in the community by involving the community, so that it can encourage the use of 3.240 ton per year of FABA with a circular economy and can open new businesses as job opportunities for the community around coal fired power plant. "
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yana Sutisna
"Stabilitas tanah dasar memerlukan perhatian yang lebih baik, dimana hal ini panting didalam kondisinya sebagai dasar kontruksi suatu bangunan. Stabilitas tanah dasar dapat ditentukan dari kepadatan dan kekuatannya, dimana sejumlah kriteria dan persyaratannya diterapkan. Salah satu solusi dan alternatif yang dicoba adalah pengujian tanah dasar dengan semen abu terbang (Fly Ash Cement) dan tanah dasar dengan pasir serta rangkaian percobaan di laboratorium.
Hasil penelitian di laboratorium ini menunjukkan bahwa penambahan sejumlah kecil semen abu terbang, pasir dapat menurunkan Indeks Plastisitas, sehingga tanah tersebut lebih baik mutunya, juga diperoleh kekuatan yang makin meningkat dilihat dari pengujian CBR.
Kesimpulan yang didapat bahwa semen abu terbang dan pasir dapat digunakan sebagai bahan campuran stabilitas tanah. Walaupun metode perbaikan tanah ini bukan merupakan konsep baru, namun penggunaannya masih belum lazim digunakan di negara berkembang, khususnya penggunaan semen abu terbang (Fly Ash Cement), tetapi tidak ada salahnya metode ini digunakan sebagai uji coba pemanfaatan semen abu terbang (Fly Ash Cement)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kang Helen Dian Lestari
"Peningkatan populasi manusia menyebabkan kebutuhan pangan meningkat. Untuk menjaga pertumbuhan dan kualitas tanaman sebagai sumber pangan, maka pemberian pupuk perlu dioptimalkan. Urea, sebagai pupuk nitrogen yang paling umum digunakan, memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Namun, urea cepat terdegradasi di tanah sehingga tidak terserap optimal oleh tanaman, sehingga diperlukan pendekatan baru seperti mekanisme slow-release fertilizer (SRF) yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan dari nutrisi yang berlebih. Penelitian ini, memanfaatkan fly ash sebagai sumber silika untuk sintesis silika mesopori sebagai SRF. Sintesis silika mesopori menggunakan surfaktan CTAB (Cetyltrimethylammonium bromide) sebagai template dan dilakukan variasi pH 6,8 dan 10 untuk mempelajari pengaruh pH dan CTAB terhadap karakteristik silika mesopori. Penggunaan CTAB menghasilkan ukuran partikel yang seragam dan luas permukaan yang lebih baik. Silika mesopori yang disintesis dengan CTAB pada pH 10 memiliki luas permukaan terbesar, yaitu 1351 m2/g dengan ukuran partikel 138,97 nm. Silika mesopori yang disintesis memiliki kemurnian 93-97%. Silika mesopori menunjukkan kemampuan adsorpsi urea dengan kinetika yang mengikuti model pseudo-orde dua. Kinetika release urea dari silika mesopori mengikuti model kinetika orde satu, yang berarti laju pelepasan dipengaruhi oleh konsentrasi urea yang tersisa dalam silika. Silika mesopori mampu mengadsorpsi urea hingga 565,83 mg/g dan mampu melepaskan urea sebesar 88% dalam 96 jam.

The growing population leads to an increased demand for food. To ensure the growth and quality of plants as a food source, the application of fertilizers needs to be optimized. Urea, the most used nitrogen fertilizer, has the potential to boost agricultural productivity. However, urea degrades quickly in the soil, limiting its absorption by plants. Therefore, new approaches such as slow-release fertilizer (SRF) mechanisms are necessary to meet the nutritional needs of plants while maintaining environmental balance. This study explores the use of fly ash as a source of silica for the synthesis of mesoporous silica as SRF. The synthesis of mesoporous silica utilized the surfactant CTAB (Cetyltrimethylammonium bromide) as a template and varied pH at 6, 8 and 10 to investigate the impact of pH and CTAB on the characteristics of mesoporous silica. The use of CTAB resulted in uniform particle size and improved surface area. Mesoporous silica synthesized with CTAB at pH 10 exhibited the largest surface area at 1351 m2/g with a particle size of 138.97nm. The synthesized mesoporous silica demonstrated a purity of 93-97%. Mesoporous silica can absorb up to 565.83 mg/g of urea and release 88% of urea within 96 hours. The kinetics of urea adsorption follow the pseudo-second-order model. Urea release from mesoporous silica follows a first-order kinetic model, indicating that the release rate is influenced by the remaining urea concentration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>