Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168385 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pohan, Fathy Zuandi
"Latar belakang: Disfungsi Diafragma Diinduksi Ventilator  (DDDV) adalah salah satu komplikasi ventilator mekanis (VM) yang dapat terjadi pada 30-60% anak yang menggunakan VM. Namun demikian, berbagai penelitian menunjukkan hasil yang inkonsisten mengenai faktor risiko dan luaran DDDV.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi DDDV, berbagai faktor risiko, dan luarannya.
Metode: Sebuah penelitian observasional prospektif di ruang intensif anak rumah sakit rujukan tersier dilakukan dari Juli 2023 sampai Januari 2024. Anak usia 1 bulan sampai 18 tahun yang diintubasi selama lebih dari 24 jam diikutsertakan dalam penelitian. Ketebalan diafragma (tebal diafragma akhir ekspirasi dan fraksi ketebalan diafragma) diukur setiap hari menggunakan ultrasonografi dari nilai awal (dalam 24 jam) sampai luaran terjadi, atau maksimal sampai 7 hari VM. Berbagai faktor risiko dan luaran (sampai hari ke-14 observasi) dianalisis.
Hasil: Dari 100 subyek yang dianalisis, sebagian besar berusia <2 tahun (40%) dan mengalami pneumonia (48%). Insidens DDDV (laju atrofi >10%) adalah 47% dengan median laju atrofi 2,2% per hari. Diantara 7 faktor risiko yang dianalisis, sepsis, kortikosteroid, dan VM >72 jam menunjukkan hubungan yang signifikan dengan DDDV dengan risiko relatif secara berurutan 1,7 (IK 95% 1,2-2,5), 1,9 ( IK 95% 1,2-2,9), 10,6 (3,5-31,9). Akan tetapi pada analisis multivariat malnutrisi berat dan durasi VM lebih lama yang bermakna secara statistik sebagai faktor risiko DDDV. DDDV secara bermakna berhubungan dengan peningkatan gagal penyapihan, kejadian pneumonia terkait ventilator, dan lama rawat RIA yang lebih panjang.
Simpulan: Insidens DDDV pada anak cukup signifikan. Penggunaan VM lebih dari 72 jam dan malnutrisi berat teridentifikasi sebagai faktor risiko DDDV yang kemudian berkaitan dengan luaran klinis yang lebih buruk.

Background: Ventilator-induced diaphragmatic dysfunction (VIDD) is one of the complications of mechanical ventilators occurring in 30-60% of ventilated children. However, several studies show inconsistent findings on risk factors and outcomes of VIDD.
Objective: This study aimed to identify VIDD, VIDD risk factors, and PICU outcomes.
Methods: A prospective observational study in the PICU of a tertiary referral hospital was conducted from July 2023 to January 2024. Children aged 1 month to 18 years old who were intubated for over 24 hours were recruited. Diaphragm thicknesses (end-expiration diaphragm thickness and thickening fraction) were measured daily using ultrasonography from baseline (first 24 hours) until outcomes occurred or, at most, on 7 days of ventilation. Several risk factors and outcomes (up to the 14th observation’s day) were analyzed.
Results Of 100 subjects analyzed, predominantly were under two years old (40%) and had pneumonia (48%). The incidence of VIDD (in terms of atrophy rate >10%) was 47% and the median daily atrophy rate was 2.2%/day. Of 7 risk factors analyzed, sepsis, corticosteroid, and ventilation >72 hours were identified as risk factors with significant relative risks of 1.7 (CI 1.2-2.5), 1.9 (CI 1.2-2.9), 10.6 (CI 3.5-31.9), consecutively. However, on multivariate analysis, only longer ventilation time and severe malnutrition showed significant association. VIDD was significantly associated with increased weaning failure, higher rate of ventilator-associated pneumonia, and longer PICU stay.
Conclusion: A significant amount of VIDD was found in children. Ventilator usage for more than 72 hours and severe malnutrition are identified as major risk factors for VIDD which is further associated with poorer outcomes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trisatyadi
"Pada tugas akhir ini akan dibahas prosedur analisis untuk mendapatkan pemodelan cara kerja paru-paru dalam sistem pernapasan. Paru-paru sebagai salah satu organ tubuh yang terpenting memiliki sifat dan karekteristik sistem yang cukup kompleks. Dengan mengunakan metode pendekatan yang mengacu pada simulasi dengan menggunakan simulink, terlebih dahulu harus diketahui dan dibuat model sistem pernapasan yang akan dianalisis sekaligus akan didapatkan fungsi alih pernapasan sehingga model sistem tersebut dapat disimulasikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Sasri Peddyandhari
"Latar Belakang: Hipertensi intra-abdomen adalah kondisi yang sering dialami pasien kritis. Untuk memperbaiki distribusi ventilasi paru, pengaturan positive end expiratory pressure (PEEP) pada ventilasi mekanis yang dipandu alat electrical impedance tomography (EIT) dapat digunakan untuk mencegah terjadinya cedera epitel yang ditandai dengan peningkatan kadar receptor for advanced glycation receptor (RAGE) akibat pemberian PEEP yang tidak sesuai.
Metode: Penelitian kohort prospektif dengan metode non probability sampling pada pasien laparoskopi ginekologi. Pasien diberikan manajemen ventilasi sesuai protokol penelitian dengan memberikan PEEP 5-8-11-14 cmH2O pasca insuflasi gas CO2. Distribusi udara diamati melalui alat EIT serta dilakukan pengambilan sampel RAGE melalui bilasan bronkus pada waktu sebelum insuflasi, setelah manajemen ventilasi dan 2 jam pascamanajemen ventilasi.
Hasil: Terdapat perubahan yang bermakna secara statistik pada parameter tidal impedance variation regional (∆TIV-ROI) paru dependen (p < 0.001).
Kesimpulan: Alat EIT dapat membantu melihat distribusi udara paru selama pemberian manajemen ventilasi pasien model hipertensi intra-abdomen sehingga tidak menyebabkan cedera pada paru.

Background: Intra-abdominal hypertension is a condition often experienced by critical patients. To improve the distribution of pulmonary ventilation, positive end expiratory pressure (PEEP) setting in mechanical ventilation guided by an electrical impedance tomography (EIT) device can be used to prevent epithelial injury which is characterized by increased levels of the receptor for advanced glycation receptor (RAGE) due to unsuitable PEEP.
Methods: Prospective cohort study with non-probability sampling method in gynecological laparoscopic patients was conducted. Patients were given ventilation management according to the research protocol by providing PEEP 5-8-11-14 cmH2O after CO2 gas insufflation. Air distribution was observed using the EIT device and RAGE samples were taken via bronchial lavage before insufflation, after ventilation management and 2 hours after ventilation management.
Results: There was a statistically significant change in the dependent lung regional tidal impedance variation (∆TIV-ROI) parameter (p < 0.001).
Conclusion: The EIT device aids in monitoring the distribution of lung air during ventilation management for patients with intra-abdominal hypertension to avoid lung injury.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Arisanti Prabandini
"Ventilator associated-pneumonia VAP adalah pneumonia yang terjadi pada pasien yang terpasang ventilator melalui trakeostomi atau intubasi endotrakeal selama lebih dari 2 hari perawatan. VAP merupakan infeksi yang paling sering terjadi pada ICU dan menjadi penyebab morbiditas mayor, mortalitas, serta peningkatan biaya perawatan. Penelitian retrospective dengan pendekatan cross sectional bertujuan untuk mendapatkan gambaran kejadian VAP pada pasien di ICU RSUD dr. Soedono Madiun bulan Mei 2016 ndash; April 2017. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien yang mengalami VAP adalah berusia dewasa madya 45,2 dengan jenis kelamin laki-laki 52,4 pada late onset 66,7 . Skor komorbiditas rendah 81,0 dan terbesar adalah cedera serebrovaskuler 35,7 . Sering di jumpai bakteri gram negatif 88,1 . Kejadian VAP tinggi disebabkan lama perawatan, kepatuhan klinisi pada pelaksanaan hand hygiene, SOP VAP bundle masih dalam pengembangan, serta mutasi perawat. Penting dilaksanakan penyusunan SOP intervensi VAP bundle yang efektif dan pendokumentasian kejadian VAP sesuai dengan standar CPIS sehingga kejadian VAP dilaporkan tepat.

Ventilator associated pneumonia VAP is defined as pneumonia that occured in patient with mechanical ventilation used tracheostomy or endotracheal intubation more than 2 days treatment. VAP is the most common infection in intensive care units ICUs and cause of mortality, major morbidity, and increased finansial burden. This retrospective study with cross sectional approach aimed to explain the VAP incidence of patient in ICU RSUD dr. Soedono Madiun in periode May 2016 until April 2017. The result of this study indicated that the most of patients that developed VAP was median age adult 45,2 male 52,4 late onset VAP 66,7 . The comorbidity score was low 81,0 and the most common was cerebrovascular injury 35,7 . The negative gram bacteria. was the most common microorganism 88,1 . The VAP incidence was high, because of the patient rsquo s length of stay, clinician rsquo s submission of hand hygiene, standard operational procedure of VAP bundle care still unfixed, and staff mutation. So important to arranged effective standard operational procedure of VAP bundle care and appropriate documentation of VAP incidence used CPIS until VAP incidence report was right."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Purnamayanti
"ABSTRAK
Kesulitan berkomunikasi merupakan stressor yang paling berat bagi pasien yang menggunakan ventilasi mekanis. Ketidakmampuan berkomunikasi karena penggunaan alat bantu nafas dapat menyebabkan ansietas. Komunikasi efektif dapat membantu menurunkan ansietas dan kesulitan berkomunikasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan efektifitas writing board dan communication board dalam menurunkan ansietas dan kesulitan berkomunikasi pasien dengan ventilasi mekanis. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan pre-post test without control grup pada 24 pasien yang menggunakan ventilasi mekanis di ruang rawat intensif. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan pada penurunan ansietas dan kesulitan berkomunikasi sebelum dan sesudah intervensi baik pada kelompok writing board maupun communication board p value < 0,05 , namun tidak ada perbedaan penurunan ansietas dan kesulitan berkomunikasi antara kedua kelompok tersebut p value > 0,05 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa writing board dan communication board dapat direkomendasikan menjadi alternatif metode komunikasi yang efektif digunakan pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanis di ICU.

ABSTRACT
Communication difficulties is the most severe stressor for patients receiving mechanical ventilation. Inability to communicate due to the use of ventilatory support can cause anxiety. Effective communication can help reduce anxiety and communication difficulties. This study aimed to compare the effectiveness of writing board and communication board in lowering anxiety and communication difficulties in patients receiving mechanical ventilation. A total of 24 intensive care patients receiving mechanical ventilation, were included in this quasi experimental study that involved pre and post test without control group. The results showed a significant effect on the reduction of anxiety and communication difficulties before and after intervention in both communication board and writing board group p value 0.05 . This study results showed that writing board and communication board could be recommended as an effective alternative method of communication used in intensive care patients receiving mechanical ventilation "
2017
T46948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Dwi Aribowo
"Perawat memiliki peran yang penting untuk mencegah pasien Intensive Care Unit yang terpasang ventilator agar tidak mengalami Ventilator Associated Pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat Intensive Care Unit terhadap pencegahan Ventilator Associated Pneumonia di RSUP Fatmawati Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan analisis deskriptif pada 57 perawat Intensive Care Unit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat Intensive Care Unit RSUP Fatmawati berada dalam kategori sedang dengan persentase 74,04%. Penelitian ini menyarankan untuk perawat mengikuti pelatihan pencegahan Ventilator Associated Pneumonia sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan penurunan angka kejadian Ventilator Associated Pneumonia di ruang Intensive Care Unit.

Nurses have important role to prevent Ventilator Associated Pneumonia in the mechanically ventilated patients in the Intensive Care Unit. This study aimed to described the level of knowledge of Intensive Care Unit nurses in the prevention of Ventilator Associated Pneumonia at RSUP Fatmawati Jakarta. This study used a cross sectional method with analytic descriptive to 57 nurses. The results of this study showed that the level of knowledge of Intensive Care Unit nurses at RSUP Fatmawati Jakarta are in the average-level with a percentage of 74.04%. This study suggested to following nursing training about Ventilator Associated Pneumonia prevention in order to increasing the knowledge level of Ventilator Associated Pneumonia prevention and as well as reducing the number of Ventilator Assoiated Pneumonia in the Intensive Care Unit."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Sana Putra
"Latar belakang : Ventilator mekanik masih diperlukan pada neonatus untuk menyelamatkan bayi dalam kondisi distress napas yang berat. Ekstubasi dini sangat diperlukan untuk menghindari komplikasi karena pemakaian ventilator yang lama. Oleh karena itu diperlukan prediktor untuk mengetahui faktor risiko yang mengakibatkan kegagalan ekstubasi dini.
Metode : Penelitian kohort retrospektif yang dilakukan di Unit NICU RSCM. Data diperoleh dari RM selama periode waktu 2017 – 2022. Penelitian dilakukan terhadap subyek yang memerlukan ventilator mekanik dan dapat diekstubasi dalam waktu 5 hari (ekstubasi dini). Subyek yang memerlukan reintubasi dalam waktu 72 jam dikategorikan sebagai kelompok yang gagal ekstubasi.
Hasil : Kegagalan ekstubasi dini di NICU RSCM sebesar 70/180 (38,9%). Hasil analisis regresi logistik (AUC 0,824): usia gestasi < 28 minggu (p = 0,006, RR 3,39; IK 95%: 1,64-19,02), Usia gestasi (28–32) minggu (p = 0,228, RR 0,29; IK 95%: 0,67-5,52), pH < 7,35 (p = 0,541, RR 1,23: IK 95%; 0,58-2,85), pH > 7,45 (p = 0,022, RR 0,15; IK 95%: 0,02-0,79), dan kadar Hb < 11,5 g/dl (p = 0,001, RR 5,01; IK 95%: 5,58-38,52).
Simpulan : Makin rendah Usia gestasi dan Hb makin besar risiko kegagalan ekstubasi dini pada bayi prematur.

Background : Mechanical ventilators still needed to rescue severe respiratory distress neonates. Early extubation is necessary to avoid complications due to prolonged use of the ventilator. Therefore, predictors are needed to determine the risk factors that result in early extubation failure.
Methods : The study was conducted at the NICU Unit of Cipto Mangunkusumo National Hospital. Retrospective data were obtained from medical records during 2017 – 2022 on subjects required mechanical ventilator and extubated within 5 days (early extubation). Early extubation failure defined as reintubation within 72 hours.
Results : Early extubation failure at NICU Unit of Cipto Mangunkusumo National Hospital were 70/180 (38.9%). The results of logistic regression analysis (AUC 0.824): gestational age < 28 weeks (p = 0.006, RR 3.39; 95% CI: 1.64-19.02), gestational age (28-32) weeks (p = 0.228, RR 0.29; 95% CI: 0.67-5.52), pH < 7.35 (p = 0.541, RR 1.23: 95% CI; 0.58-2.85), pH > 7, 45 (p = 0.022, RR 0.15; 95% CI: 0.02-0.79), and Hb level < 11.5 g/dl (p = 0.001, RR 5.01; 95% CI: 5.58-38.52).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Durhayati
"Ventilator associated pneumonia VAP adalah yang sering terjadi di rumah sakit terutaman di ruang intensif. VAP merupakah infeksi saluran pernapasan bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam. Kejadian VAP dapat ditekan dengan pelaksanaan bundle VAP. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian adalah deskriptif analitik dengan desain crosssectional dengan sampel sebanyak 45 perawat ICU. Alat ukur yang digunakan adalah VAP Bundle Checklist dari Institute for healthcare improvement IHI 2012 dan adaptasi PRECEDE model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan perawat terhadap bundle VAP adalah tinggi 75,9 . Analisa dengan Chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor predisposisi, pemungkin dan penguat terhadap kepatuhan nilai p 0,473 . Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat harus meningkatkan pengetahuan dan motivasi terkait dengan implementasi bundle VAP.

Ventilator associated pneumonia VAP is a common nosocomial infection in the hospital, especially in the intensive care unit. VAP is lower tract respiratory infection which affects parenchymal lung tissue after 48 hours of mechanical ventilation intubation. Implementing VAP bundle may prevent the incident of VAP.This study aimed to identify nurses compliance of VAP bundle and its relating factors. The study design conducted by descriptive analytic with cross sectional study of 45 sample of ICU nurses. This study used instruments of VAP bundle checklist of Institute for healthcare improvement IHI, 2012 and modified PRECEDE model. This study revealed that nurses compliance level of VAP bundle was high 75,9 . Chi square analysis showed there is no correlation between predisposing, enabling dan reinforcing factors with nurses compliance of VAP bundle p value 0,473 . The recommendation of this study is nurse should increase their knowledge and motivation regarding to the implementation of VAP bundle."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S66865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Nelly Lastiar
"ABSTRAK
Perawatan mulut merupakan salah satu intervensi keperawatan di ruang perawatan intensif untuk mencegah infeksi pneumonia nosokomial dan prioritas utama pada pasien dengan ventilator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap dan praktik perawatan mulut pasien dengan ventilator di ruang perawatan intensif Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tehnik total sampling yang melibatkan 96 perawat intensif RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86 perawat memiliki sikap positif , 53 perawat menggunakan instrumen pengkajian, 68 perawat melakukan pengkajian 1-3 kali sehari, 75 perawat menempatkan perawatan mulut sebagai prioritas tinggi, 51 perawat melakukan perawatan mulut 1-3 kali sehari, 90 perawat menggunakan sikat gigi dan pasta gigi 1-3 kali sehari. Hambatan utama yang dihadapi perawat dalam melakukan perawatan mulut yaitu takut terjadi aspirasi, waktu yang tersedia tidak cukup serta ada ETT di rongga mulut. Penelitian ini menyarankan bahwa perlunya dukungan dari manajemen rumah sakit untuk mensosialisasikan SOP serta memfasilitasi pelatihan untuk meningkatkan kualitas perawat dalam perawatan mulut.

ABSTRACT
Oral care is one of the nursing interventions due to prevent pneumonia nosocomial infection and as a top priority for patients with ventilators. The study is to determine the description of nurse rsquo s attitude and perception of oral care practice of patients with ventilators in the intensive care unit of National Cardiac Center Harapan Kita. This is a descriptive study with total sampling technique which is involving 96 intensive nurses of National Cardiac Center Harapan Kita.. The results of study showed that 86 of the nurses have positive attitudes, 53 were use assessment instrument, 68 were performed 1 3 times daily assessments, 75 were put oral care as a top priority, 51 were performe oral care 1 3 times a day , 90 of nurses use toothbrush and toothpaste 1 3 times a day. The main problem in performing oral care are due to aspiration, timing and the presence of ETT in the oral cavity. The support from hospital management to disseminate SOP and perform oral training for nurses are needed. "
2017
S67549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Papadakos, Peter J.
Philadelpia: Saunders Elsevier, 2008
615.836 2 MEC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>