Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114637 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Valerie Olive Suryono
"Permintaan akan solusi komunikasi yang cepat, andal, dan adaptif telah meningkatkan minat pada teknologi nirkabel. Sistem komunikasi Free Space Optics (FSO) dan integrasinya dengan High Altitude Platforms (HAPs) menawarkan peluang unik untuk meningkatkan konektivitas. Namun, tantangan muncul dalam mengoptimalkan kinerja sistem di tengah kondisi ketinggian dan cuaca yang bervariasi. Makalah ini melakukan evaluasi komparatif menyeluruh terhadap skema line coding, termasuk NRZ, RZ, Manchester, dan Duobinary, untuk transmisi uplink dalam sistem FSO-HAPs dengan 5G sebagai koneksi backbone di berbagai skenario menggunakan OptiSystem. Hasil menunjukkan NRZ sebagai sistem dengan kinerja terbaik, unggul dalam pengaturan kanal tunggal dan kanal WDM karena kesederhanaan dan efisiensi spektralnya. RZ menunjukkan kinerja optimal, terutama dalam sistem WDM yang mencakup hingga ketinggian 50 km. Adapun implementasi sistem memerlukan perhatian penuh karena kemampuan saat ini mungkin belum memadai untuk berdiri sendiri, terutama dalam kondisi cuaca buruk.

The demand for fast, reliable, and adaptable communication solutions has led to increased interest in wireless technologies. Free-Space Optical (FSO) communication systems with the integration of FSO with High Altitude Platforms (HAPs) presents unique opportunities for enhancing connectivity. However, challenges arise in optimizing system performance amidst varying altitude and weather conditions. This paper conducts a thorough comparative evaluation of line coding schemes, including NRZ, RZ, Manchester, and Duobinary, for uplink transmission in FSO-HAP systems with 5G as backbone connection across diverse scenarios using OptiSystem. Results indicate NRZ as the top performer, excelling in both single channel and Wavelength Division Multiplexing (WDM) setups due to its simplicity and spectral efficiency. RZ demonstrates optimal performance, particularly in WDM systems spanning up to 50 km. Caution is warranted in HAPs deployment, as current capabilities may be insufficient for standalone implementation, particularly under adverse weather conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, May Hendra
"Fixed Wireless Access (FWA) adalah salah satu kasus penggunaan populer di 5G, yang diharapkan dapat menggantikan layanan internet konvensional. Namun, implementasi jaringan telekomunikasi membutuhkan modal besar, sehingga harus dilakukan secara hati-hati untuk meminimalkan resiko. Secara umum, investasi jaringan dinilai dengan metode Net Present Value (NPV) standar. Ketika NPV positif, maka infrastruktur tersebut menguntungkan. Namun, NPV mungkin tidak akan seperti yang diharapkan karena ketidakpastian di masa depan. Salah satunya adalah jumlah pelanggan. Penelitian ini mengusulkan penggunaan Real Option (RO) dengan metode decision tree dan model Black Scholes untuk menganalisis implementasi jaringan FWA di kawasan urban. Dari hasil penelitian, metode NPV standar menghasilkan Expected NPV positif sebesar IDR 2.297.625.000. Namun, terdapat resiko sebesar 33% bahwa NPV akan menjadi IDR -6.093.690.000. Dengan menggunakan decision tree, memiliki pilihan untuk menunda pembangunan FWA selama satu sampai tiga tahun pembangunan FWA dapat dibatalkan apabila menghasilkan NPV negatif dan semua nilai ENPV yang lebih besar daripada tanpa pilihan untuk menunda pembangunan dimana penundaan pembaangunan FWA paling baik dengan pilihan menunda selama satu tahun. Nilai ENPV apabila terdapat pilihan untuk menunda pembangunan FWA yakni IDR 3.750.570.000 ketika menunda selama satu tahun, IDR 3.252.630.000 ketika menunda selama dua tahun, dan IDR 2.825.565.000 ketika menunda selama tiga tahun. Hasil dari metode model Black Scholes juga memiliki nilai ENPV yang lebih besar dari pada tidak memiliki pilihan untuk menunda pembangunan FWA dimana nilai ENPV paling besar apabila pembangunan dapat ditunda selama tiga tahun. Nilai ENPV dari model Black Scholes yakni: IDR 3.310.020.000 untuk penundaan pembangunan selama satu tahun, IDR 3.191.115.150 untuk penundaan pembangunan selama dua tahun, dan IDR 4.654.239.750 untuk penundaan pembangunan selama tiga tahun

Fixed Wireless Access (FWA) is one of the popular use cases in 5G, which is expected to replace conventional internet services. However, the implementation of telecommunications networks requires large capital, so it must be done carefully to minimize risks. In general, network investments are valued by the standard Net Present Value (NPV) method. When the NPV is positive, the infrastructure is profitable. However, the NPV may not be as expected due to future uncertainties. One of them is the number of customers. This study proposes the use of Real Option (RO) with the decision tree method and the Black Scholes model to analyze the implementation of the FWA network in urban areas. From the research results, the standard NPV method produces a positive Expected NPV of IDR 2,297,625,000. However, there is a 33% risk that the NPV will be IDR -6,093,690,000. By using the decision tree, having the option to delay the construction of the FWA for one to three years, the construction of the FWA can be canceled if it produces a negative NPV and still result all ENPV values are greater than without the option to postpone the construction where delaying the construction of the FWA is best with the option of delaying for one year. The ENPV value if there is an option to postpone the construction of the FWA is IDR 3,750,570,000 when delaying for one year, IDR 3,252,630,000 when delaying for two years, and IDR 2,825,565,000 when delaying for three years. The results of the Black Scholes model method also have a greater ENPV value than not having the option of delaying the construction of the FWA where the ENPV value is greatest if the construction can be delayed for three years. The ENPV values of the Black Scholes model are: IDR 3,310,020,000 for a one-year implementation delay, IDR 3,191,115,150 for a two-year implementation delay, and IDR 4,654,239,750 for a three-year implementation delay."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Abdi Nugroho
"ABSTRAK
Rogue Access Point (RAP) menjadi salah satu ancaman dalam keamanan jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) . RAP merupakan perangkat yang menciptakan sebuah jaringan wireless yang tidak dilegitimasi oleh network admin jaringan tersebut. Beberapa metode digunakan untuk mendeteksi RAP, yaitu berbasis hardware misalnya : perangkat sensor khusus untuk mendeteksi keberadaan RAP dan berbasis software, misalnya dibuatnya sistem berbasis aplikasi yang mampu mendeteksi RAP seperti sistem aplikasi berbasis web ini. Ada 2 bentuk model yang dapat terciptanya perangkat RAP yaitu RAP Unauthorized AP, RAP Bridging Connection.
Sistem ini menggunakan 3 parameter yaitu IP, MAC Address dan Round Trip Time (RTT). Parameter ini menjadi penentu terdeteksinya suatu perangkat palsu yang termasuk RAP dalam skala satu jaringan. ketiga parameter itu akan diukur dengan cara membandingkan antara legal dan illegal. Perangkat yang legal telah didaftarkan oleh network admin kemudian melakukan deteksi terhadap jaringan tersebut, setelah itu dilakukan komparasi antara kedua data tersebut, perangkat yang tidak terdifinisikan dalam database merupakan perangkat yang ilegal. Sistem akan memberikan output berupa alarm dalam website. Dari hasil pengujian bahwa, waktu rata-rata Load Time yang dibutuhkan 5213.5569 milidetik untuk mendeteksi satu jaringan. Selain itu, juga diketahui bahwa tingkat akurasi sistem untuk model unauthorized AP sebesar 53,3% , sedangkan model Bridging Connection sebesar 90% mampu mendeteksi secara sempurna.

Abstrak
Rogue Access Point (RAP) is one network security threat in Wireless Local Area Network (WLAN). RAP is a device that creates a wireless network that is not legitimized by admin network. Some of the methods used to detect RAP, which is based on hardware such as sensor devices for detecting and RAP-based on software, for example detection system that can detect RAP applications such as web-based application systems. There are two model that RAP-Unauthorized AP and RAP-Bridging Connection.
This system uses three parameters, IP, MAC Address and Round Trip Time (RTT). This parameter determines the detection of a prosthetic device that includes a RAP-scale networks. All parameter will be compare between legal and illegal device. Legal devices that have been registered by the network admin and then perform detection on the network, after that, it carried out a comparison between the data, the device is not in the database, It mean that an illegal device. The system will give alarm output from the website. From the results of that testing, the average time needed 5213.5569 milliseconds Load Time to detect a network. In addition, it is also known that the accuracy of a model system for unauthorized APs of 53.3%, while the Connection Bridging the model is able to detect 90% perfectly.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43204
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Wireless power transmission is being investigated as a means to operate tiny medical devices such as the capsular endoscope, which is able
to exist for a long period during diagnostic procedures within the body. In this paper, we examine the wireless power transmission to a capsular endoscope by electromagnetic waves to show its usability for medical applications. A modified helical antenna inside the endoscope is proposed as a power receiving antenna, operating at 915 MHz. By calculating a maximum received power in the stomach using such
antenna, the results show that adequate power can be well received. "
[Fakultas Teknik UI, Chiba University], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irwandi
"Terdapat beberapa teknologi yang digunakan dalam sistem wireless LAN, yaitu direct sequence spread spectrum (DSSS), frequency hopping spread specfrum (FHSS), dan infra merah. Teknologi yang kini paling banyak digunakan adalah DSSS. Seperti komunikasi nirkabel lainnya, interferensi baik pada kanal yang sama (co-channel) maupun kanal bersebelahan (adjacent channel), adalah faktor yang sangat mempengaruhi unjuk kerja sistem didalam wireless LAN. Skripsi ini menganalisa pengaruh interferensi kanal sama dan kanal bersebelahan terhadap kecepatan transfer data.
Dari data pengukuran secara empiris diperoleh hasil bahwa pada daerah cakupan yang sama, unjuk kerja kecepatan transfer data suatu wireless LAN akan menurun apabila terdapat interferer berupa wireless LAN lainnya yang bekerja pada kanal sama ataupun bersebelahan. Semakin jauh jarak antar kanal frekuensi yang digunakan oleh dua buah jaringan nirkabel, maka kecepatan transfer data akan semakin mendekati kecepatan tanpa adanya interferer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
"Makalah ini menampilkan suatu kajian ekonomis terhadap transmisi nirkabel bagi telepon pedesaan yang dititik beratkan pada Rural Overlay Network (RONET) sebagai telepon 'tetap" (fixed wireless) dibandingkan dengan central lokal kabel (wireline), Public Switched Telepohone Network (PSTN). Makalah ini juga mengangkat masalah pelayanan universal dan menampilkan suatu analisis terhadap wireless yang bisa menjadi pemain yang layak secara ekonomi (viable) di lingkungan pedesaan. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah dengan menggabungkan beberapa bidang yang berbeda dan memperlihatkan bahwa wireless bisa diaplikasikan sebagai penyelenggara pelayanan universal di daerah pedesaan. Selain makalah ini juga membahas beberapa masalah kebijakan yang berhubungan dengan cara terbaik menangani masalah pelayanan universal dan sejauh mana permintaan sosial dapat dipenuhi.
Dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, telah melahirkan suatu lingkungan kompetisi yang selanjutnya mengarah pada perebutan pasar potensial yang berada di daerah urban. Lingkungan kompetisi ini telah mengurangi kewajiban PT. Telkom sebagai perusahaan manopoli dari tanggung jawab terhadap pelayanan universal (KPU) sebagai kompensasi monopolinya. oleh karena itu perlu diupayakan suatu alternatif pengembangan jaringan telekomunikasi di daerah rural sebagai implementasi kewajihan pelayanan universal.
Sesuai dengan kondisi riil dari daerah rural seperti jumlah dan sebaran penduduk, topologi geografis serta kegiatan ekonominya. teknologi wireless merupakan suatu pilihan yang tepat. Selain aspek teknologi yang sesuai, penyelenggaraan telekomunikasi rural agar tetap menarik bagi para investor juga perlu memperhatikan aspek regulasi yang mendukung, skema-skema pembiayaan dan subsidi serta tahap-tahap operasionalnya (dari akses universal ke layanan universal).
Untuk lebih riil-nya pembahasan tentang aplikasi telekamunikasi rural berbasis wireless, makalah ini menampilkan suatu studi kasus di Kec. Lengayang, Kab. Pesisir Selalan, Propinsi Sumatera Barat. Pendekatan yang dilakukan dalam pembahasan studi kasus ini adalah suatu rencana bisnis yang mengemukakan sejumlah skenario seperti skenario investasi, skenario operasional, skenario penetapan harga dan tariff, skenario penetapan subsidi pengembangan, skenario perencanaan bisnis.

This paper presents a study of the economics viability of wireless transport focusing on Rural Overlay Network (RONET) as fixed wireless compared to the wire line local exchange, namely the Public Switched Telephone Network (PSTN). The paper also addresses the issues of universal service and presents an analysis of how wireless may be a viable player in that environment. The paper combines the approaches from several different fields and demonstrates that wireless has applications as a provider of universal services in rural areas. The paper also develops several policy issues as to how best to deal with the issue of universal services and also addresses the issue of how far that social demand should be extended.
The regulation No. 36/1999 on Telecommunications and the government regulation No. 5212000 an the telecommunication operation, has emerged a competitive environment which is leading to urban potential market. The competitive environment has decreased the obligation for PT Telkom as monopoly from responsibilities to develop network in rural areas as universal service obligation (USO). An alternative for rural telecommunication development, therefore, is required to implement in fulfilling the universal service obligation.
In accordance with the real situation in rural areas such as the number of population, the density, and geographic topologies, as well as economic activities, the wireless technology has fallen to be the right choice to implement. To make rural telecommunication attractive for investors, other aspects to take into consideration besides technology aspect in providing rural services are conducive regulations, financial and subsidy schemes as well as operational steps (for example, fromUniversal Access to Universal Service).
For the real descriptions, the paper represent a case study on wireless based telecommunication in Kecamatan Lengayang, Kab. Pesisir Selatan, West Sumatra Province. The approach used in discussing the study case is a business planning which brings out a number of scenarios such as investment, operational, price and tariff selling, and development subsidy allocating as well as business plan scenarios.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Taufik Suryawinata
"Saiah satu alternatif komunikasi untuk daerah rurai yang sedang dikembangkan saat ini adaiah kornunikasi tanpa kabel yang disebut JARLOKAR ETDMA (Jaringan Lokar Radio Extended TDMA). Dalam sistem JARLOKAR ETDMA terdapat satu rnodui yang berfungsi sebagai antarmuka dengan PSTN dan melakukan proses konsentrasi dari 512 pesawat telepon pelanggan ke 36 kanai saiuran. Modul tersebut adalah DCU (Digital Consentrator Unit). Agar DCU dapat meiakukan konsentrasi dengan baik diperiukan satu submodul prosesor yang bertugas mengatur proses konsentrasi tersebut yaitu CCP (Consentrator Switching Processor). Di daiam Tugas Akhir ini akan dirancang dan dibuat satu prototipe CSP dengan berbasiskan mikrokontroier MCS 8751. Fungsi CSP ini selain mengatur proses konsentrasi, juga rnelakukan hubungan komunikasi dengan LIP (Line interface Processor) dan CPU (Centrai Processing Unit)."
1996
S38936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imairi Eitiveni
"Tugas akhir ini bertujuan untuk membandingkan Bluetooth dan Zigbee dari segi kinerja mereka, apakah mereka adalah pelengkap atau pesaing satu sama lain. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode studi literatur untuk menganalisis kinerja Bluetooth karena sudah banyaknya sumber-sumber mengenai kinerja Bluetooth yang tersedia. Sedangkan untuk menganalisis kinerja Zigbee, penulis menggunakan simulasi dengan Network Simulator versi 2 dan dilengkapi dengan studi literatur. Laporan ini juga dilengkapi dengan rekomendasi area aplikasi bagi Bluetooth dan Zigbee serta ditutup dengan posisi Zigbee dan Bluetooth dalam Wireless Personal Area Network. Adanya standardisasi, hemat tenaga, dan murah mendukung Zigbee menempatkan diri sebagai salah satu teknologi Wireless Personal Area Network yang diperhitungkan. Besar kemungkinan di masa mendatang, konsumer akan merujuk kepada Zigbee sebagaimana sekarang mereka merujuk pada Bluetooth.

The focus of this study is to compare the performance of Zigbee and Bluetooth, whether they are complementary or competing technologies. Literature study method is used to analyze the performance of Bluetooth regarding the large amount of available Bluetooth resources. A simulative investigation had been conducted to analyze the performance of Zigbee by using Network Simulator version 2, supported with literature study. This report also includes the application areas of Zigbee and Bluetooth and is concluded by stating the position of Zigbee and Bluetooth in WPAN. Standardization, low power, and low cost have placed Zigbee as a competitive technology. Consumers may someday refer to Zigbee the way they now refer to Bluetooth."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bara Iman Prasetyanto
"Untuk pengiriman informasi yang bersifat rahasia diperlukan jaringan yang memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi, salah satu caranya dengan membangun Virtual Private Network (VPN). Pada teknologi VPN, aliran data di enkripsi untuk membungkus protokol-protokol jaringan serta dapat mengamankan jalur yang digunakan. Pada skripsi ini akan dibuat sistem bernama Hybrid VPN yang dirancang untuk menciptakan sebuah jaringan dengan tingkat keamanan cukup tinggi dengan menggabungkan dua buah metode VPN yang memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Untuk mengetahui performansi dari jaringan ini akan diukur beberapa parameter Quality of Service (QoS) untuk video streaming seperti throughput, delay, jitter, dan packet loss. Hasil Pengukuran membuktikan bahwa jaringan Hybrid VPN memiliki standar QoS yang baik untuk video dengan bitrate 1200 Kbps dengan nilai throughput sebesar 873.92 Kbps, Delay sebesar 40.51 ms, Jitter sebesar 59.62 ms, dan Packet Loss sebesar 12.62%.

For delivering some confidential information, network must have a high level of security, such as implementing a Virtual Private Network (VPN). On VPN technology, the flow of data is encrypted to encapsulate network protocols and can be used to securing the path. A system called Hybrid VPN is designed to create a network with a high level of security by combining two methods of VPN that has the advantages and disadvantages each other. To determine the performance of these networks, it will be measured several parameters of Quality of Service (QoS) for video streaming such as throughput, delay, jitter, and packet loss. The results prove that the network with a Hybrid VPN has a good QoS for video streaming on 1200 Kbps of video bitrate with 873.92 Kbps of throughput, 40.51 ms of Delay, 59.62 ms of Jitter and 12.62% of Packet Loss."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisa kinerja integrasi metode akses inhibit and random multiple access (IRMA) dengan code division multiple access (CDMA) dan multi code CDMA yang disebut sebagai CDMA IRMA dan MC-CDMA IRMA, untuk diapalikasikan pada integrasi suara dan data dalam sistem komunikasi wireless. Kinerja yang akan dianalisa dinyatakan sebagai throughput dan outage probability. Pada CDMA IRMA, analisa kinerja dilakukan pada dua kondisi, yaitu : 1). Kanal dengan trafik data dan 2). Kanal dengan multi trafik. Kondisi trafik dimodelkan dan dianalisa dengan menggunakan "Markovian Process". Pada MC-CDMA IRMA, analisa akan dilakukan terhadap user data yang dibagi atas dua kelas dengan dibedakan atas nilai kecepatan transmisi yang diperlukan, yaitu data user kelas I denagan bit rate yang tinggi, dan data user kelas II dengan bit rate yang rendah.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa throughput CDMA IRMA semakin tinggi apabila pentransmisian simultan data, kd ; pentransmisian simultan suara, kv ; processing gain data, nd dan processing gain suara, nv semakin besar, sedangkan outage probability akan semakin baik dengan p yang semakin besar. Throughput MC-CDMA IRMA semakin tinggi apabila jumlah kode, F dan processing gain, N semakin besar, sedangkan outage probability semakin baik dengan p yang semakin besar.

In this paper the performance of integration between inhibit and random multiple access (IRMA) with code division multiple access (CDMA) and multi code CDMA called as CDMA IRMA and MC-CDMA IRMA will be evaluated and analyzed. The performances are characterized as throughput and outage probability. CDMA IRMA and MC-CDMA IRMA use on voice and data integration, for CDMA IRMA, performance analysis is done for two conditions, namely : 1). Channel containing data traffic and 2). Channel containing multi traffic. Both channel conditions are modeled and analyzed using "Markovian Process". For MC-CDMA IRMA, the user data being analyzed is divided into two classes based on transmission rate needed, users of class I require transmission at a higher bit rate than those of class II.
The research results that the throughput of CDMA IRMA increase as the value of number of simultaneous transmission data, kd; number of simultaneous transmission voice, kv ; data processing gain, nd and voice processing gain, nv, increase, while outage probability improves as the value of p increases. The throughput of MC-CDMA IRMA increases as the values of number of code, F and number of processing gain, N increases while the outage probability improves as the value of p increases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T9958
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>