Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173939 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditya Ghalib Hendryan
"Meningkatnya suhu bumi setiap tahun merupakan dampak dari pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida, yang terperangkap dalam atmosfer. Salah satu kontribusi terbesar dari emisi ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik. Green Computing merupakan salah satu upaya untuk mengurangi emisi karbon melalui penghematan energi listrik pada perangkat elektronik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi daya dan perhitungan emisi karbon pada sistem operasi perangkat komputer menggunakan teknik undervolting untuk mendukung Green Computing. Penelitian ini menggunakan teknik undervolting pada CPU yang diatur melalui menu BIOS. Percobaan stress testing CPU dilakukan menggunakan software Prime95/MPrime dan benchmarking dilakukan menggunakan software Geekbench 5 dan Blender Open Data. Percobaan diterapkan pada beberapa sistem operasi yang diinstal pada komputer, sepertiWindows 10, Windows 11, Ubuntu 20.04 LTS, Fedora 35, OpenSUSE Tumbleweed, dan Arch Linux. Data yang diambil meliputi konsumsi daya, suhu CPU, utilisasi CPU, dan skor benchmark dari Geekbench 5 dan Blender Open Data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik undervolting berhasil mengurangi konsumsi daya, suhu CPU, dan emisi karbon tanpa mengorbankan performa pada semua sistem operasi yang diuji. Sistem operasi Arch Linux menjadi sistem operasi yang mengalami penurunan konsumsi listrik paling efektif dengan persentase sebesar 19.32%. Dari sisi efisiensi, sistem operasi Arch Linux memiliki tingkat efisiensi yang paling baik dengan tingkat efisiensi rata-rata sebesar 24.04%. Sistem operasi Arch Linux juga menjadi sistem operasi yang paling besar mengurangi jumlah emisi karbon dengan total 3.42 kg CO2 pada asumsi penggunaan selama 1 bulan (8 jam per hari selama 22 hari penggunaan).

The increasing temperature of the Earth every year is a consequence of global warming caused by the rise in greenhouse gas emissions, especially carbon dioxide, trapped in the atmosphere. One of the largest contributors to these emissions comes from the burning of fossil fuels to generate electricity. Green Computing is one of the efforts to reduce carbon emissions through energy savings in electronic devices. This research aims to analyze power efficiency and calculate carbon emissions on computer operating systems using undervolting techniques to support Green Computing. This study uses the undervolting technique on the CPU, adjusted through the BIOS menu. Stress testing CPU was conducted using Prime95/MPrime software, and benchmarking was performed using Geekbench 5 and Blender Open Data software. The experiments were applied to several operating systems installed on the computer, such as Windows 10, Windows 11, Ubuntu 20.04 LTS, Fedora 35, OpenSUSE Tumbleweed, and Arch Linux. Data collected included power consumption, CPU temperature, CPU utilization, and benchmark scores from Geekbench 5 and Blender Open Data. The results showed that the undervolting technique successfully reduced power consumption, CPU temperature, and carbon emissions without sacrificing performance across all tested operating systems. Arch Linux was the most effective operating system in reducing power consumption with a percentage decrease of 19.32%. In terms of efficiency, Arch Linux had the highest efficiency level with an average efficiency rate of 24.04%. Arch Linux also achieved the largest reduction in carbon emissions, totaling 3.42 kg CO2, assuming usage of 8 hours per day for 22 days per month."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Dodi Heryadi
"Emisi karbon dioksida merupakan permasalahan pemanasan global saat ini, peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) pada negara berkembang setiap tahunnya harus menjadi perhatian yang serius. Disatu sisi negara di benua Eropa telah berhasil dalam menurunkan emisi CO2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi baik peningkatan maupun penurunan emisi CO2.
Studi ini menganalisis pengaruh efisiensi energi dan pemanfaatan energi baru terbarukan terhadap emisi CO2 negara G20. Metode estimasi yang digunakan untuk analisis adalah Least Square dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Tipe data panel periode 2000-2013 dan unit cross section negara G20. Pengujian model dan metode menggunakan uji-uji statistik yang relevan dengan bantuan tools Eviews 8.
Hasil studi menunjukkan efisiensi energi dan energi baru terbarukan berpengaruh negatif terhadap emisi CO2. Jumlah populasi penduduk dan PDB per kapita berpengaruh positif terhadap emisi CO2. Efisiensi energi dan pemanfaatan energi baru terbarukan secara umum berpengaruh dalam mengurangi emisi CO2.

Carbon dioxide emissions is the problem of global warming, an increase in emissions of carbon dioxide (CO2) in developing countries every year should be a serious concern. On one side of the country in the continent of Europe has succeeded in reducing CO2 emissions. There are several factors that affect both the increase and decrease in CO2 emissions.
This study analyzes the effects of energy efficiency and use of renewable energy to CO2 emissions of the G20 countries. The estimation method used for the analysis is the Least Square to approach Fixed Effect Model (FEM). 2000-2013 period panel data type and unit cross section of the G20 countries. Testing models and methods of using tests relevant statistics with the help of tools Eviews 8.
The study shows the energy efficiency and renewable energy negative effect on CO2 emissions. Total population and GDP per capita positive effect on CO2 emissions. Energy efficiency and utilization of renewable energy generally, effect in reducing CO2 emissions.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Zidny
"In tropical countries like Indonesia, maintaining comfortable and healthy indoor environments is a significant challenge due to high temperatures and humidity levels. This issue is particularly critical for the Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) industry, where specific room ambient conditions are necessary to ensure product safety and quality, especially during processes like beverage filling. This research delves into integrating heat pipes into HVAC systems to improve energy efficiency in regards to ensuring clean room conditions during beverage filling processes. With hopes to align with the United Nations Sustainable Development Goals (SDGs). The research employed two-row U-shaped heat pipes with a wick structure made of sintered copper, filled with water at a 50% ratio. The U-shaped HPHE facilitates both precooling and reheating processes. The evaporator section absorbs heat from incoming air, reducing the compressor's workload. After passing through the cooling coil, the air temperature rises again due to heat release at the condenser side of the HPHE, reducing the energy needed for reheating during dehumidification. Initial characterization of the heat pipe was conducted with an inlet air temperature of 45°C and an air velocity of 1.4 m/s. Our experiments revealed a peak temperature increase of 6.4°C on the condenser side, resulting in a 20.7% reduction in relative humidity. The temperature drop on the evaporator side was 0.7°C. Maximum energy savings of 304.44 W were achieved at this inlet temperature with an air velocity of 2.2 m/s. To understand the performance under lower temperature conditions, further tests were conducted at inlet temperatures of 30°C, 35°C, and 40°C. These variations demonstrated the versatility of the U-shaped HPHE in improving dehumidification efficiency across a range of operating conditions. The highest effectiveness observed was 21.04%, showcasing the potential of U-shaped HPHEs in enhancing energy efficiency in HVAC systems.

Di negara-negara tropis seperti Indonesia, menjaga lingkungan dalam ruangan yang nyaman dan sehat merupakan tantangan besar karena suhu tinggi dan tingkat kelembapan yang tinggi. Masalah ini sangat penting bagi industri barang konsumen cepat saji (Fast-Moving Consumer Goods atau FMCG), di mana kondisi ruangan tertentu diperlukan untuk memastikan keamanan dan kualitas produk, terutama selama proses pengisian minuman. Penelitian ini mendalami integrasi pipa panas ke dalam sistem HVAC untuk meningkatkan efisiensi energi dalam menjaga kondisi ruangan bersih selama proses pengisian minuman. Dengan harapan untuk selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (SDGs). Studi ini menggunakan pipa panas berbentuk U dengan struktur sumbu yang terbuat dari tembaga sinter, diisi dengan air pada rasio 50%. HPHE berbentuk U ini memfasilitasi proses pendinginan awal dan pemanasan ulang. Bagian evaporator menyerap panas dari udara yang masuk, mengurangi beban kerja kompresor. Setelah melewati koil pendingin, suhu udara naik kembali karena pelepasan panas di sisi kondensor HPHE, mengurangi energi yang dibutuhkan untuk pemanasan ulang selama dehumidifikasi. Karakterisasi awal pipa panas dilakukan dengan suhu udara masuk 45°C dan kecepatan udara 1,4 m/s. Eksperimen ini mengungkapkan peningkatan suhu puncak sebesar 6,4°C di sisi kondensor, menghasilkan pengurangan kelembapan relatif sebesar 20,7%. Penurunan suhu di sisi evaporator adalah 0,7°C. Penghematan energi maksimum sebesar 304,44 W dicapai pada suhu udara masuk ini dengan kecepatan udara 2,2 m/s. Untuk memahami kinerja pada kondisi suhu yang lebih rendah, pengujian lebih lanjut dilakukan pada suhu udara masuk 30°C, 35°C, dan 40°C. Variasi ini menunjukkan fleksibilitas HPHE berbentuk U dalam meningkatkan efisiensi dehumidifikasi di berbagai kondisi operasi. Efektivitas tertinggi yang diamati adalah 21,04%, menunjukkan potensi HPHE berbentuk U dalam meningkatkan efisiensi energi di sistem HVAC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Fathinah
"Penelitian ini menguji hubungan antara emisi karbon dioksida dari penggunaan energi (CO2), efisiensi energi, dan konsumsi energi terbarukan di ASEAN periode 2000-2011. Dengan menggunakan model STIRPAT dan estimasi data panel random-effects, efisiensi energi dan konsumsi energi terbarukan berhubungan negatif dan signifikan dengan emisi CO2. Peningkatan efisiensi energi sebesar 1% akan menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 0,59% secara signifikan, sedangkan peningkatan 1 percentage point proporsi konsumsi energi terbarukan akan menurunkan emisi CO2 sebesar 1,46% secara signifikan, ceteris paribus. Energi terbarukan memberikan efek lebih besar kepada penurunan emisi CO2, sehingga pemerintah dapat lebih fokus kepada pengembangan konsumsi energi terbarukan.

This study examines the relationship between energy-related carbon (CO2) emission, energy efficiency, and renewable-energy consumption in ASEAN during 2000-2011. By using STIRPAT model and panel data estimation random-effects, energy efficiency and renewable-energy consumption have negative impact to CO2 emission significantly. The increase of 1% energy efficiency will reduce CO2 emission by 0,59%, whereas the increase of 1 percentage point of proportion of renewable-energy consumption will reduce CO2 emission by 1,46%. Therefore, government should focus on renewable-energy, since it has greater impact to CO2 emission.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfadini Annisa
"Emisi gas rumah kaca yang berkontribusi besar terhadap perubahan iklim, sebagian besar berasal dari negara berkembang. Organisasi Kerjasama Islam, sebagai bagian substansial dari negara berkembang, selain memiliki kenaikan emisi gas rumah kaca yang besar (lebih dari 100%) selama periode 1990 sampai dengan 2013 juga memiliki kenaikan tingkat CO2 yang tinggi (7%). Hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu, negara OKI juga dihadapkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang cepat dan membutuhkan lebih banyak energi untuk kegiatan produksi, pada akhirnya akan menghasilkan emisi yang lebih besar. Namun, profil bauran energi negara OKI masih didominasi oleh bahan bakar fosil (97%). Oleh karena dibutuhkan implimentasi kebijakan untuk mengurangi emisi di negara OKI. Menurut Internasional Energi Agency, perbaikan tingkat energi efisiensi dan pemanfaatan energi terbarukan merupakan solusi untuk memitigasi dan membatasi perubahan iklim akibat pemanasan global. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dan besarnya dampak efisiensi energi dan pemanfaatn energi terbukan untuk mengurangi emisi CO2 di negara OKI menggunakan model STIRPAT dan pendekatan model estimasi random effect dari data tahun 2010 hingga 2017. Hasilnya menunjukkan bahwa efisiensi energi dan energi terbarukan berdampak negatif terhadap CO2 dan implementasi energi terbarukan memiliki dampak yang besar dalam mengurangi emisi CO2 dibandingkan efisiensi energi.

Greenhouse gas emissions, which highly contributes to the climate change, largely come from developing country. Organization of Islamic Cooperation (OIC), as a substantial part developing countries, despites having a significant increase of greenhouse gas emission (over 100%) during 1990 to 2013, also has a high increase in share of CO2 from their total greenhouse gas emissions (7%). This is manily due to combustion of fossil fuel. Moreover, OIC is also faced with a fast growing economy, this means there will a need of more energy input to produce, which in turn lead to larger emissions. However, energy mix of OIC is still dominated by fossil fuel (97%). Therefore, OIC needed to implement a set of policy to reduce their CO2 emissions. According to Internasional Energi Agency, improving energi efficiency and utilzation of renewble energi are solution to mitigate and limitate the global warming. This study aims to examine the impact of implementation of energy efficiency and utilization of renewable energi to reduce CO2 emissions in OIC using STIRPAT model and random effect model of estimation from 2010 to 2017 data. The result show that both energi efficiency and renewable energi have a negative impact on CO2 emissions dan implementation of renewable energy has larger impact than improving energi efficiency.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizzah Aulifia
"Perubahan iklim yang mengancam berbagai lini kehidupan mendesak negara-negara untuk mewujudkan komitmennya dalam Perjanjian Paris, utamanya dalam menekan serta menurunkan rata-rata suhu global hingga 2°C, melalui kebijakan domestiknya masing-masing. Upaya mencapai target suhu tersebut salah satunya ditempuh dengan menekan laju emisi di tiap negara. Laju emisi mayoritasnya dihasilkan dari sektor energi melalui konsumsi listrik dan karenanya, pengurangan emisi di sektor ini menjadi langkah yang determinan. Singapura merupakan salah satu negara yang menandatangani Perjanjian Paris sekaligus menjadi negara yang mengelola sekaligus mengkonsumsi energi hasil olahan gas alam secara intens. Kondisi ini mendesak pemerintah untuk mengatur ulang strategi pemanfaatan gas alam agar tidak menghasilkan emisi dalam jumlah yang masif melalui kerangka Long-Term Low Emissions Development Strategy (LEDS). Profilnya sebagai negara pembangunan (developmental state) berikut dengan rekam jejak efektivitas dalam mencapai tujuan pembangunan tersebut berimplikasi terhadap pengelolaan lingkungannya yang dilakukan secara otoritarian (authoritarian environmentalism). Tata kelola lingkungan seperti ini ditempuh dan dipertahankan dengan harapan Singapura dapat mencapai target kebijakan iklimnya secara efektif tanpa mengorbankan perekonomiannya. Temuan dalam riset ini adalah tata kelola authoritarian environmentalism yang berorientasi pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dalam kebijakan iklim mampu memberikan manfaat bagi perekonomian dan lingkungan sehingga pengelolaan ini terus dipertahankan guna mencapai dasar cita-cita pembangunan Singapura.

Climate change that threatens all over existence urges all countries to realising their commitments in Paris Agreement, foremost in suppressing and lowering global average temperatures by 2°C through their own domestic policies. One of the measures to achieve the climate target is by pressing down the emissions growth rate in each country. Major contributions of emissions come from the energy sector by means of electricity consumption and hence, emissions reduction in this sector will be a prominent step. Singapore is one of the countries that signed Paris Agreement yet becomes a country that carries out as well as consuming energy that is generated by natural gas intensely. This condition insists the government to re-regulate the natural gas utilization strategy to pressing down its emissions through the Long-Term Low Emissions Development Strategy (LEDS) framework. Singapore’s country profile as a developmental state as well as its track record in achieving their policies effectively has implications for its environmental governance that is carried out in an authoritarian way (authoritarian environmentalism). This kind of environmental governance is undertaken and maintained with an aim that Singapore will realize its climate policies effectively without sacrificing its economy. The finding of this research shows that climate policies under authoritarian environmental governance, which is oriented toward economic growth and economic development can bring either economic or environmental benefits for Singapore, hence this management is being sustained to achieve Singapore’s primary vision of development."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandy Fadhilah
"Cadangan minyak bumi pada saat ini akan semakin menipis. Diperkirakan akan habis selama 15-20 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya kendaraan bermotor. Akibatnya, polusi udara yang disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor juga semakin meningkat. Penelitian mengenai bahan-bahan alami pengganti bensin ataupun aditif bensin juga semakin banyak diteliti untuk menurunkan konsumsi bahan bakar dan juga mengurangi emisi gas buang. Salah satunya adalah penelitian mengenai minyak serai wangi sebagai bioaditif bensin. Metode yang digunakan dalam penelitian minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar bensin digunakan metode ekstraksi tanaman serai wangi dengan menggunakan pelarut metanol. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu operasi ekstraksi yaitu selama 1, 3, dan juga 5 jam dan juga divariasikan ukuran pengecilan bahan dan juga penempatan bahan yang akan diekstraksi. Didapatkan hasil terbaik untuk ekstraksi adalah dengan metode “Diblender – Diletakan Pada Labu Leher 1 – Selama 5 Jam”. Didapatkan Yield minyak serai wangi sebesar 9,2% - 9,5%. Kandungan terbesarnya adalah Sitronella. Dengan Densitas dan Viskositas masing-masing adalah 0,8678 g/cm3 dan 3,416 cSt. Flash Point dan Kadar Air didapatkan masing-masing 84°C dan 0,75%. Pengujian Performa Bioaditif Minyak Serai Wangi pada bahan bakar bensin RON 88 dapat menghemat kendaran sebesar 20% dan juga menurunkan Emisi Gas Buang. Serta dapat menyempurnakan pembakaran karena terdapat senyawa oksigenat untuk menambahkan kadar oksigen dan memberikan energi tambahan sebesar 5687,3 – 7112,9 kj.

Petroleum reserves at this time will be depleting. It is estimated that it will run out over the next 15-20 years. This is due to the increasing number of motorized vehicles. As a result, air pollution caused by motor vehicle exhaust emissions has also increased. Research on natural ingredients to replace gasoline or gasoline additives is also increasingly being studied to reduce fuel consumption and also reduce exhaust emissions. One of them is research on citronella oil as a bioaditive gasoline. The method used in citronella oil research as a bioaditive in gasoline fuels used the citronella extraction method using methanol as a solvent. The independent variable used in this study was the extraction operation time, which was 1, 3, and also 5 hours and also varied the size of the reduction in material and also the placement of the material to be extracted. The best results obtained for extraction are by the method "Blend - Put on Glass Neck 1 - For 5 Hours". Obtained citronella oil yield of 9.2% - 9.5%. The biggest ingredient is Sitronella. With Density and Viscosity respectively 0.8678 g/cm3 and 3.416 cSt. Flash Point and Water Content were 84°C and 0.75%, respectively. Testing the Bioaditive Performance of Citronella Oil in RON 88 gasoline can save vehicles by 20% and also reduce exhaust emissions. And can improve combustion because there are oxygenate compounds to add oxygen levels and provide additional energy of 5687.3 - 7112.9 kj.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfandri Trisraditya Adhiwijaya
"Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon sebesar 31,89% pada tahun 2030 adalah dengan pengaplikasian energi bersih dan terbarukan, seperti gas alam. Namun, gas alam yang diperoleh dari reservoir bawah tanah mengandung beberapa komponen pengotor seperti karbon dioksida. Penanganan terhadap emisi CO2 dapat dilakukan dengan penangkapan dan penyimpanan karbon dioksida (Carbon Capture and Storage) menggunakan pelarut amina. Penelitian ini mempelajari efek penggunaan jenis amina (MEA, MDEA, dan MDEA/MEA) dan variasi komposisi CO2 (5, 10, 15, dan 20%) dalam umpan gas terhadap konsumsi energi dan jejak karbon pada proses penangkapan dan transportasi CO2. Model unit pemrosesan gas amina dikembangkan menggunakan simulator Aspen HYSYS V10. Komposisi CO2 20% pada umpan gas di setiap variasi amina menunjukkan nilai konsumsi energi terendah dengan nilai berturut-turut 4,73 GJ/ton CO2, 5,27 GJ/ton CO2, dan 3,34 GJ/ton CO2. Teknologi CCS layak digunakan pada suatu gas plant dengan menggunakan MEA untuk umpan gas yang memiliki komposisi CO2 minimal 20% dan MDEA/MEA untuk umpan gas yang memiliki komposisi CO2 minimal 10% CO2 karena menghasilkan net negative emissions dengan nilai berturut-turut -1.056,20 ton CO2 dan -1.343,06 ton CO2

Indonesia's commitment to reducing carbon emissions by 31.89% by 2030 is through the application of clean and renewable energy, such as natural gas. However, natural gas obtained from underground reservoirs contains several impurity components such as carbon dioxide. Handling CO2 emissions can be done by capturing and storing carbon dioxide (Carbon Capture and Storage) using amine solvents. This research studied the effect of using amine types (MEA, MDEA, and MDEA/MEA) and variations in CO2 composition (5, 10, 15, and 20%) in gas feed on energy consumption and carbon footprint in the CO2 capture and transportation process. The amine gas processing unit model was developed using the Aspen HYSYS V10 simulator. The composition of 20% CO2 in the gas feed in each amine variation shows the lowest energy consumption values ​​with values ​​respectively 4.73 GJ/ton CO2, 5.27 GJ/ton CO2, and 3.34 GJ/ton CO2. CCS technology is suitable for use in a gas plant by using MEA for feed gas that has a CO2 composition of at least 20% and MDEA/MEA for feed gas that has a CO2 composition of at least 10% CO2 because it produces net negative emissions with a value of -1,056.20 respectively. tons of CO2 and -1,343.06 tons of CO2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Widayanti
"Penelitian ini membahas tentang model perhitungan konsumsi energi dan emisi karbon yang dihasilkan pada pengoperasian MRT Jakarta. Model ini selanjutnya memberikan perhitungan uji kelayakan pada investasi regenerative braking dan memberikan perhitungan pendapatan non-farebox yang diperoleh dari Clean Development Mechanism (CDM) dengan penekanan emisi karbon. Pendekatan Co-Benefits dan framework ASIF digunakan untuk melakukan perhitungan konsumsi energi dan emisi karbon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa MRT Jakarta harus memaksimalkan penggunaan regenerative braking dengan tingkat efisiensi minimal sebesar 17% untuk memperoleh keuntungan secara finansial. Selanjutnya, MRT Jakarta harus memaksimalkan model operasi untuk mendapatkan tingkat efisiensi semaksimal mungkin sehingga mendapatkan keuntungan finansial yang lebih besar dan menciptakan lingkungan yang lebih baik dengan penekanan emisi karbon.

This research discusses an assessment model of energy consumption and carbon emissions generated in the operation of MRT Jakarta. The model provides feasibility study of investment on regenerative braking technology and gives the calculation of non-farebox revenue derived from reduction of carbon emissions through Clean Development Mechanism (CDM). Co-Benefits approach and ASIF framework are used to perform calculations of energy consumption and carbon emissions.
The results show that MRT should maximize the use of regenerative braking with a minimum efficiency level of 17% for significant financial gain. Furthermore, MRT Jakarta should maximize the model operation to obtain the maximum level of efficiency so that it will lead to larger financial benefit and creating a better environment by reducing carbon emissions.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listyo Edi Prabowo
"Pada negara dengan iklim tropis, Air Conditioner (AC) sudah menjadi kebutuhan masyarakat saat ini. Perangkat AC digunakan sebagai sistem pendingin ruangan pada rumah, gedung, dan bangunan lainnya. International Energy Associations (IEA) memperkirakan permintaan listrik untuk pendingin ruangan dapat meningkat hingga 50% secara global pada tahun 2030. Teknologi AC inverter terbaru mampu mengurangi konsumsi energi listrik, memangkas beban puncak, dan juga meningkatkan kualitas udara. Namun, AC generasi terbaru ini masih terlalu mahal bagi sebagian besar orang. Oleh karena itu, perangkat AC generasi lama masih banyak digunakan di negara-negara berkembang. Meningkatkan efisiensi energi dari perangkat AC ruangan dapat menghasilkan penghematan energi di seluruh dunia secara signifikan. Namun meningkatkan efisiensi energi AC, biasanya mengurangi kenyamanan pengguna di dalam ruangan. Penelitian ini mencoba untuk membuat sistem kontrol AC untuk efisiensi energi dengan mempertahankan kenyamanan pengguna. Untuk meningkatkan efisiensi energi, AC dikendalikan oleh perangkat remote berbasis Internet of Things (IoT) yang terhubung dengan model machine learning yang dijalankan di server. Alat ini mengukur data suhu, kelembaban, intensitas suara, dan deteksi manusia untuk selanjutnya dikirimkan ke server. Machine learning yang dijalankan di server menggunakan metode pembelajaran supervised learning dengan algoritma seleksi Random Forest. Machine learning secara teratur memberikan data feedback berupa kondisi thermal comfort model ruangan kepada perangkat remote berbasis IoT, Perangkat remote melakukan kontrol suhu AC di dalam ruangan serta kecepatan kipas AC berdasarkan hasil feedback dari machine learning. Hasil percobaan pada penelitian ini menunjukkan bahwa sistem kontrol ini dapat menurunkan konsumsi daya listrik pada AC dengan hasil pengukuran kenyamanan termal ruangan yang masih sesuai dengan ketentuan human thermal comfort model. Pada akhirnya sistem kontrol ini mampu mengurangi konsumsi daya AC dengan menyesuaikan suhu dan kecepatan kipas supaya lebih efisien dalam konsumsi energi listrik, namun tetap mempertahankan kenyamanan termal ruangan.

In a country with a tropical climate, Air Conditioner (AC) has become a necessity for today's society. Air conditioner devices are used widely as cooling systems for homes, buildings, and other buildings. The International Energy Associations (IEA) estimates electricity energy demand for air conditioner can increase by up to 50% globally by 2030. The latest inverter air conditioner technology can reduce electrical energy consumption, reduce peak loads, and improve air quality. However, this latest generation of air conditioners is still too expensive for most people. Therefore, old generation AC devices are still widely used in developing countries. Improving the efficiency of room air conditioners (AC) can lead to significant energy savings. In contrast, by increasing the energy efficiency it usually reduces the convenience satisfaction factor. This research tries to create an AC control system for increasing the energy efficiency while still maintaining the comfort level of the room users. AC is controlled by smart remote based on Internet of Things (IoT) and connected to machine learning. This device measures temperature, humidity, sound intensity, and human detection data to be sent to the server. Machine learning works with supervised learning method and Random Forest selection algorithm in a server to provides room thermal comfort conditions data to IoT-based remote device. Remote device controls the AC temperature and fan speed based on feedback from machine learning. The results from this research indicate that this control system is able to reduce electrical power consumption of air conditioner. The results of the thermal comfort analysis of the room are also still in accordance with the provisions of the human thermal comfort model. In the end, this control system is able to reduce AC power consumption by adjusting the fan speed and temperature, but still maintain the thermal comfort level of the users."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>