Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agnesia Dinda Asyla
"ix ABSTRAK Nama : Agnesia Dinda Asyla Program Studi : Profesi Ners Ilmu Keperawatan Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Iskemik dengan Gangguan Menelan Melalui Penerapan Teknik Shaker Exercise Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Menelan. Disfagia adalah gangguan menelan yang merupakan salah satu prognosis yang buruk pada pasien stroke. Insiden terjadinya gangguan menelan sebanyak 34-80% dan dampak yang umum ditemukan setelah terjadinya stroke. Penanganan gangguan menelan yang tertunda akan berpengaruh pada pemunuhan kebutuhan dasar seperti dehidrasi, malnutrisi dan meningkatkan risiko aspirasi. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah menganalisis pemberian intervensi teknik shaker exercise untuk meningkatkan kekuatan otot menelan. Teknik shaker exercise merupakan terapi menelan yang meningkatkan kekuatan otot menelan sehingga meningkatkan fungsi menelan. Pengkajian gangguan menelan dilakukan dengan The Gugging Screening Scale (GUSS). Intervensi yang dilakukan adalah latihan dengan teknik shaker exercise sebanyak 3 kali dalam satu hari. Hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan fungsi menelan yang dinilai dengan Tes GUSS (Gugging Screening Scale). Skor GUSS sebelum intervensi adalah 7 yang menandakan disfagia berat dan skor GUSS setelah intervensi adalah 15 yang menandakan disfagia ringan dan kekuatan otot menelan pasien semakin baik. Berdasarkan hal tersebut terjadi perubahan yang signifikan terhadap kekuatan otot menelan pasien. Oleh karena itu, teknik shaker exercise dapat menjadi salah satu intervensi yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kekuatan otot menelan pada pasien stroke.

Dysphagia is a swallowing disorder which is one of the poor prognoses in stroke patients. The incidence of swallowing disorders is 34-80% and the effects are commonly found after a stroke. Delayed treatment of swallowing disorders will affect the fulfillment of basic needs such as dehydration, malnutrition and increase the risk of aspiration. The aim of this scientific work is to analyze the provision of shaker exercise technique intervention to increase swallowing muscle strength. The shaker exercise technique is a swallowing therapy that increases swallowing muscle strength thereby improving swallowing function. Swallowing disorders are assessed using The Gugging Screening Scale (GUSS). The intervention carried out was training using the shaker exercise technique 3 times a day. The evaluation results showed an improvement in swallowing function as assessed by the GUSS Test (Gugging Screening Scale). The GUSS score before the intervention was 7 which indicated severe dysphagia and the GUSS score after the intervention was 15 which indicated slight dysphagia and the patient's swallowing muscle strength was getting better. Based on this, there was a significant change in the patient's swallowing muscle strength. Therefore, the shaker exercise technique can be one of the interventions carried out by nurses to increase swallowing muscle strength in stroke patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asy-Syifa Khoirunisa
"Asma merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan karena adanya respon inflamasi pada jalan napas sehingga menyebabkan gejala berupa sesak, peningkatan frekuensi pernapasan, hingga penurunan saturasi oksigen. Latihan pernapasan diketahui menjadi terapi non farmakologis yang mampu membantu gejala asma. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien asma dengan pemantauan pernapasan dan pemberian Breathing Exercise untuk meningkatkan saturasi oksigen pasien. Setelah dilakukan intervensi selama lima hari, diketahui bahwa saturasi oksigen meningkat, baik dengan melakukan pemantauan pernapasan dengan pemberian aktivitas, maupun dengan pemberian latihan pernapasan. Penulis merekomendasikan penelitian lanjutan untuk pemantauan pernapasan menggunakan skala tertentu dan pemberian latihan pernapasan dalam waktu yang sesuai dengan studi literatur pendahulu.

Nursing Care for Asthma Patients with Breathing Monitoring and Application of Breathing Exercises to Increase Oxygen Saturation. Asthma is a respiratory disorder caused by an inflammatory response in the airways, causing symptoms in the form of shortness of breath, increased respiratory frequency, and decreased oxygen saturation. Breathing Exercise is a non-pharmacological therapy that can help asthma symptoms. This scientific work aims to analyze the nursing care for asthma patients by monitoring breathing and providing breathing exercises to increase the patient's oxygen saturation. After five days of intervention, it was discovered that oxygen saturation increased, both by monitoring breathing by providing activities and by providing breathing exercises. The author recommends further research to monitor breathing using a specific scale and providing breathing exercises for a time that is consistent with previous literature studies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Christine
"Individu yang memasuki tahap akhir perkembangan akan mengalami penurunan fungsi pada sistem tubuhnya. Salah satunya merupakan perubahan sistem muskuloskeletal yang identik dengan penurunan kekuatan otot, tulang dan sendi yang dapat memengaruhi keseimbangannya. Lansia yag memiliki gangguan keseimbangan akan mengalami risiko jatuh yang lebih tinggi. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran dalam penerapan asuhan keperawatan pada lansia yang memiliki masalah resiko jatuh. Format pengkajian Burg Balance Test (BBT) dan Timed up and Go test (TUG) digunakan untuk mengukur resiko jatuh klien. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk menangani masalah resiko jatuh adalah latihan keseimbangan dengan metode square stepping exercise (SSE). Intervensi diberikan satu kali dalam sehari selama 12 hari dengan durasi 30-40 menit. Hasil yang diperoleh selama menerapkan metode latihan ini didapatkan peningkatan kecepatan berjalan sebesar 1 menit 15 detik saat dilakukan rata-rata pengukuran awal dan akhir dengan timed up and go test, serta peningkatan keseimbangan dilihat dari adanya penambahan skor Berg Balance Test sebesar 3 poin. Latihan ini direkomendasikan untuk diterapkan di nursing home sebagai aktivitas latihan rutin untuk menurunkan resiko jatuh lansia.

Individuals who enter the final stage of development will experience a decline in function in their body systems. One of them is a change in the musculoskeletal system which is synonymous with a decrease in muscle, bone and joint strength which can affect balance. Elderly people who have balance disorders will experience a higher risk of falling. This scientific work aims to provide an overview of the application of nursing care to elderly people who have a risk of falling. The Burg Balance Test (BBT) and Timed up and Go test (TUG) assessment formats are used to measure the client's risk of falling. A form of nursing intervention that can be given to deal with the risk of falls is balance training using the square stepping exercise (SSE) method. Intervention is given once a day for 12 days with a duration of 30-40 minutes. The results obtained during applying this training method showed an increase in walking speed of 1 minute 15 seconds when the initial and final measurements were averaged using a timed up and go test, as well as an increase in balance seen from an increase in the Berg Balance Test score of 3 points. This exercise is recommended to be implemented in nursing homes as a routine exercise activity to reduce the risk of falls in the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Indah Tiyasningrum
"Sindrom koroner akut adalah kegawatan sirkulasi yang disebabkan oleh penurunan suplai oksigen di arteri koroner yang dapat menyebabkan infark miokard. Laporan kasus ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan dengan metode case study dan intervensi limb-raising. Perawatan dilakukan selama 3 hari di ICU pada Tn S (61 tahun) dengan diagnosa medis perioperative MI-NSTEMI dengan post perawatan di ICU. Tatalaksana medis invasif diperlukan pada beberapa kasus SKA dengan risiko tinggi. Revaskularisasi dengan PCI merupakan salah satu yang paling popular. Masalah nyeri dan kenyaman merupakan salah satu masalah keperawatan utama pasien. Nyeri yang tidak ditangani dapat menyebabkan penurunan kualitas perawatan, mengganggu hemodinamik, dan bertambahnya hari rawat. Intervensi limb-raising dilakukan pada Tn S dengan memberikan elevasi 30ᵒ pada tangan area penusukan dan kompresi. Asuhan keperawatan dilakukan secara komprehensif. Hasil implementasi yang di dapatkan yakni beberapa hemodinamik selalu stabil seperti tekanan darah, frekuensi nadi, saturasi oksigen, dan suhu tubuh. Frekuensi napas pasien selama perawatan seringkali mengalami takipnea. Skala nyeri pasien selama perawatan diukur menggunakan NRS. Intervensi limb-raising berhasil menurunkan nyeri pada lokasi penusukan post PCI dari nyeri sedang (4/10) menjadi tidak ada nyeri (0/10), hal lainnya yang dievaluasi yakni tidak adanya pembengkakan dan pasien merasa lebih nyaman dengan metode yang digunakan. Diharapkan implementasi limb raising dapat dilakukan perawat pada lebih banyak pasien Post-PCI dan penelitian selanjutnya mampu mengembangkan intervensi keperawatan mandiri lainnya untuk mengatasi nyeri pada pasien di ICU.
Acute coronary syndrome is a circulatory emergency caused by decreased oxygen supply in the coronary arteries that can lead to myocardial infarction. This case report aims to analyze nursing care using the case study method and limb-raising intervention. Treatment was carried out for 3 days in the ICU for Mr. S (61 years old) with a perioperative medical diagnosis of MI-NSTEMI with post-treatment in the ICU. Invasive medical treatment is necessary in some high-risk ACS cases. Revascularization with PCI is one of the most popular. The problem of pain and comfort is one of the main nursing problems for patients. Untreated pain can reduce the quality of care, disrupt hemodynamics, and increase hospital days. The limb-raising intervention was carried out on Mr. S by providing an elevation of 30ᵒ to the hand in the stabbing and compression area. Nursing care is carried out comprehensively. The implementation results obtained were that several hemodynamics were always stable, such as blood pressure, pulse frequency, oxygen saturation, and body temperature. The patient's respiratory frequency during treatment often experiences tachypnea. The patient's pain scale during treatment was measured using NRS. The limb-raising intervention was successful in reducing pain at the post-PCI puncture site from moderate pain (4/10) to no pain (0/10), other things that were evaluated were the absence of swelling and the patient felt more comfortable with the method used. It is hoped that the implementation of limb raising can be carried out by nurses on more Post-PCI patients and that further research will be able to develop other independent nursing interventions to deal with pain in patients in the ICU."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Lufiyani
"Kejadian disfagia ditemukan lebih dari 50 persen pada pasien stroke di fase akut. Penangan disfagia sering kali tertunda dan berdampak pada ketidakadekuatan pemenuhan kebutuhan dasar seperti dehidrasi bahkan malnutrisi. Selain itu, Pasien stroke dengan disfagia rentan mengalami pneumonitis aspirasi. Sehingga penganan yang cepat difase akut sangat dibutuhkan. Tujuan dari karya tulis ini untuk menganalisis pemberian latihan menelan dengan metode sucking lollipop. Metode yang dilakukan diawali dengan skrining disfagia menggunakan format Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) dan penentuan derajat keparahan disfagia dengan The Dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Kemudian dilakukan latihan menelan sebanyak sehari satu kali sebelum makan siang dengan durasi 10 menit. Selama tiga hari berturut-turut dilakukan penilaian kekuatan sucking lollipop dengan format Candy Sucking Test (CST). Hasil studi kasus ini ditemukan adanya peningkatan fungsi oral yaitu pergerakan lidah. Penilaian pada hari keempat MBS negatif dan DOSS menjadi normal diet skala 7. Selain itu, tidak terdapat aspirasi saat dilakukan pemberian makan secara bertahap dan pernyataan secara verbal makanan yang tersangkut di tenggorokan, serta tidak ditemukan demam. Untuk itu, pemberian lollipop mampu menjadi salah satu intervensi yang dapat perawat gunakan untuk mempercepat pengembalian kemampuan menelan pada pasien stroke di fase akut.

The incidence of dysphagia is found to be more than 50 percent in stroke patients in the acute phase. Handlers of dysphagia are often delayed and have an impact on the inability to fulfill basic needs such as dehydration and even malnutrition. In addition, stroke patients with susceptible dysphagia experienced aspiration pneumonitis. So fast-paced acute feeding is needed. The purpose of this paper is to analyse the giving of exercises swallowing with the method of sucking lollipop. The methods initiated by screening were dysphagia using the Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) and determining the severity of dysphagia with The dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Then, practice swallowing as much as a day once before lunch with a duration of 10 minutes. For three consecutive days conducted an assessment of the power sucking lollipop in the format of Candy Sucking Test (CST). The results of this case study found that an increase in oral function was tongue movement. Assessment on the fourth day of MBS is negative and DOSS become a normal diet scale 7. In addition, there are no aspiration during gradual feeding and verbal statements of food stuck in the throat, and no fever is found. For that, giving Lollipop is capable of being one of the interventions that nurses can use to accelerate the return of swallowing ability in stroke patients in the acute phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Puspita Maharani
"Defisiensi fungsi motorik merupakan kondisi yang sering dialami pada pasien pasca stroke iskemik. Hal ini kerap menimbulkan menurunnya rentang gerak sendi individu yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot. Komplikasi lainnya seperti kontraktur juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan mobilitas tersebut. Latihan ROM dan menggenggam stress ball dilakukan pada pelaksanaan asuhan keperawatan pasien pasca stroke iskemik. Masalah keperawatan yang muncul antara lain: perfusi serebral tidak efektif, ketidakstabilan glukosa darah, dan gangguan mobilitas fisik. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis latihan ROM dan menggenggam stress ball untuk meningkatkan kekuatan otot dalam asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke iskemik. Evaluasi harian dilakukan menggunakan skala Manual Muscle Testing. Hasilnya, terjadi peningkatan kekuatan otot selama 5 hari penerapan intervensi pada pasien pasca stroke iskemik. Dapat disimpulkan bahwa latihan ROM dan menggenggam stress ball bermanfaat dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik.

Motor function deficiency is a condition often experienced in patients post-stroke. This often leads to decreased range of motion of individual joints characterized by decreased muscle strength. Other complications such as contractures can also occur in patients with these mobility disorders. ROM and stress ball-squeezing exercises are carried out in the implementation of nursing care for patients after ischemic stroke. Nursing problems that arise include: ineffective cerebral perfusion, unstable blood glucose level, and impaired physical mobility. The purpose of this paper is to describe and analyze ROM exercises and stress ball- squeezing to increase muscle strength in nursing care for post-ischemic stroke patients. Daily evaluation was carried out using the Manual Muscle Testing scale. As a result, there was an increase in muscle strength during the 5 days of application of the intervention in post-ischemic stroke patients. It can be concluded that ROM exercises and stress ball-squeezing are beneficial in increasing muscle strength in ischemic stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Qothrunnada
"Penuaan merupakan proses alamiah meliputi perubahan anatomi dan fisiologi lansia. Perubahan menyebabkan lansia menjadi rentan mengalami masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang banyak ditemukan pada lansia adalah gangguan integritas kulit seperti kulit kering (xerosis) dan pruritus.  Tujuan tugas akhir ini adalah untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan integritas kulit melalui pemberian gel aloe vera di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. Intervensi berupa manajemen pruritus menggunakan gel aloe vera melalui pemberian topikal dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 13 hari. Hasil intervensi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hidrasi dan tekstur kulit serta terjadi perubahan nilai pruritus severity scale dari gatal berat menjadi gatal ringan. Perawat di panti sosial tresna werdha budi mulia 1 cipayung diharapkan dapat memberikan intervensi pemberian gel aloe vera. Intervensi ini dilakukan sebagai upaya mengatasi xerosis dan pruritus pada lansia sering kenyamanan dan kualitas hidup lansia meningkat.

Aging is a natural process including changes in the anatomy and physiology of the elderly. Changes cause elderly people to become vulnerable to health problems. Health problems that are often found in the elderly are disorders of skin integrity such as dry skin (xerosis) and pruritus. The aim of this final assignment is to explain nursing care for elderly people with impaired skin integrity by administering aloe vera gel at the Tresna Werdha Budi Mulia Social Home 1. Intervention in the form of pruritus management using aloe vera gel through topical administration is carried out 2 times a day for 13 days. The results of the intervention showed that there was an increase in hydration and skin texture as well as a change in the pruritus severity scale value from severe itching to mild itching. Nurses at the Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung social home are expected to be able to provide interventions for administering aloe vera gel. This intervention is carried out as an effort to overcome xerosis and pruritus in the elderly, often increasing the comfort and quality of life of the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risak Tiimron Iswara
"Community acquired pneumonia (CAP) merupakan infeksi yang menyerang parenkim paru bagian bawah. Penyakit ini menginfeksi individu dari segala tahapan usia terutama lansia dan bayi <2 tahun. Penyakit ini rentan terjadi di wilayah perkotaan akibat dari polusi udara yang tinggi dan banyaknya jumlah penduduk. Community acquired pneumonia mengakibatkan perubahan pada alveolar sehingga terdapat konsolidasi yang menyebabkan perubahan pola napas. Intervensi rehabilitasi keperawatan dapat mengatasi gejala gangguan pernapasan yang ditimbulkan akibat mikroorganisme pneumonia. Karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien CAP dengan penerapan intervensi rehabilitasi keperawatan. Hasil Analisa yang diperoleh dari penerapan intervensi rehabilitasi keperawatan adalah masalah gangguan pernapasan teratasi ditandai dengan frekuensi napas dalam rentang normal, SaO2 dalam rentang normal, keluhan sesak dan batuk berdahak menurun, serta terjadi peningkatan kapasitas fungsional pada pasien.

Community Acquired Pneumonia (CAP) is an infection that attacks the lower lung parenchyma. This disease infects individuals of all ages, especially the elderly and babies <2 years old. This disease is prone to occur in urban areas due to high air pollution and large population. Community acquired pneumonia causes alveolar changes so that there is consolidation which causes changes in breathing patterns. Rehabilitation nursing interventions can overcome the symptoms of respiratory problems caused by pneumonia microorganisms. This final scientific work by nurses aims to analyze the inpatient care provided to CAP patients by implementing rehabilitation nursing interventions. The results of the analysis obtained from the implementation of the rehabilitation nursing intervention were that the problem of respiratory problems was resolved, characterized by respiratory frequency in the normal range, SaO2 in the normal range, complaints of shortness of breath and cough with phlegm decreased, and there was an increase in the patient's functional capacity.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sasmiyati
"Tetanus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium Tetani. Penyakit ini disebabkan oleh pelepasan eksotoksin dari bakteri clostridium tetani dimana bakteri ini bersifat anaerob obligat. Pelepasan eksotoksin ini dapat menghasilkan toksin tetanus yang dapat mengakibatkan kekakuan otot dan spasme. Pada spasme pada otot pernafasan pada pasien dengan tetanus bisa membuat hipersaliva karena pergerakan yang tidak terkontrol pada otot-otot wajah dan mulut dapat merangsang produksi air liur yang berlebihan. Hal ini terjadi karena spasme yang intens pada otot-otot wajah dan leher dapat meningkatkan aktivitas kelenjar ludah, menyebabkan produksi saliva yang berlebihan. Sedangkan pada spasme laring dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran napas akut hingga menyebabkan gagal napas yang akhirnya memerlukan alat bantu nafas yaitu pemasangan endotracheal tube yang kemudian akan dihubungkan dengan ventilator. Pada laporan kasusini penulis menjabarkan pasien dengan jenis kelamin laki - laki datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Universitas Indonesia (IGD RS UI) dengan keluhan sulit membuka mulut dan menelan. Pasien telah terdiagnosa trismus, disfagia, opistotonus ec tetanus generalisata moderate (Ablett 2, Dakar 1, Philip 14). Pada akhirnya pasien dilakukan intubasi sehingga diperlukan ventilator mekanik dan merupakan perawatan hari ke 18. Selain itu pasien juga dilakukan debridement. Setelah dilakukan tindakan tersebut, pasien di rawat di ruang Intensive Care unit (ICU). Pasien yang terpasang endotracheal tube dapat menyebabkan hipersektrsesi dan hiversaliva dan mencegah terjadinya Ventilator Assosiated Pnemonia (VAP) perlu di lakukan suction berkala yang tujuannya untuk menjaga patensi jalan nafas. Dengan suction berkala dapat meningkatkan nilai kadar saturasi oksigen.

Tetanus is a disease caused by infection with the bacteria Clostridium Tetani. This disease is caused by the release of exotoxin from the bacteria Clostridium tetani, where this bacteria is an obligate anaerobe. The release of this exotoxin can produce tetanus toxin which can cause muscle stiffness and spasms. Spasms in the respiratory muscles in patients with tetanus can cause hypersaliva because uncontrolled movements of the facial and mouth muscles can stimulate excessive saliva production. This occurs because intense spasm of the facial and neck muscles can increase the activity of the salivary glands, causing excessive saliva production. Meanwhile, laryngeal spasm can result in acute airway obstruction, causing respiratory failure which ultimately requires breathing aids, namely the installation of an endotracheal tube which will then be connected to a ventilator. In this case report, the author describes a male patient who came to the Emergency Room at the University of Indonesia Hospital (IGD RS UI) with complaints of difficulty opening his mouth and swallowing. The patient was diagnosed with trismus, dysphagia, moderate generalized opisthotonus and tetanus (Ablett 2, Dakar 1, Philip 14). In the end, the patient was intubated so a mechanical ventilator was needed and this was the 18th day of treatment. Apart from that, the patient also underwent debridement. After this action was carried out, the patient was treated in the Intensive Care Unit (ICU). Patients who have an endotracheal tube installed can cause hypersecretion and hiversaliva and to prevent the occurrence of Ventilator Associated Pnemonia (VAP) they need to carry out periodic suction with the aim of maintaining airway patency. Regular suction can increase oxygen saturation levels.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shedy Maharani Nariswari
"ABSTRAK
Stroke merupakan salah satu penyebab mayor disabilitas dan merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena stroke juga berkontribusi pada tingginya angka kematian dan morbiditas. Defisit motorik adalah dampak stroke yang paling jelas dan mempengaruhi sebagian besar pasien. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan dengan menggunakan praktik berbasis bukti pada kasus pasien stroke hemiparesis dengan intervensi latihan rentang gerak awal dan pasif. Penilaian kekuatan otot dilakukan menggunakan Tes Grading Otot Manual. Intervensi keperawatan untuk hemiparesis dilakukan dengan melaksanakan Latihan Rentang Gerak Dini dan Bilateral yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan kelenturan otot. Intervensi ini dilakukan selama 3 hari dan berlangsung selama 30 menit. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas yang mengalami paresis dari skor 3 menjadi 4, pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri, mobilisasi berjalan, dan tidak ada komplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi. Intervensi latihan ROM dini dan bilateral pada kedua ekstremitas direkomendasikan untuk diterapkan dalam layanan keperawatan terutama bangsal stroke sebagai tindakan keperawatan independen bersama dengan komponen asuhan lainnya yang terdiri dari pengobatan kolaboratif dan perubahan gaya hidup (diet dan penghentian merokok).
ABSTRACT
Stroke is one of the main causes of disability and is a health problem throughout the world because stroke also contributes to high mortality and morbidity. Motor deficit is the most obvious stroke effect and affects a large proportion of patients. This scientific work aims to provide an overview of nursing care using evidence-based practice in cases of hemiparesis stroke patients with early and passive range of motion training interventions. The assessment of muscle strength was carried out using the Manual Muscle Grading Test. Nursing intervention for hemiparesis is carried out by carrying out Early and Bilateral Range of Motion Exercises which aim to increase muscle strength and increase muscle flexibility. This intervention was carried out for 3 days and lasted 30 minutes. The evaluation results showed that there was an increase in muscle strength in the limb with paresis from a score of 3 to 4, the patient was able to perform self-care independently, mobilized walking, and there were no complications related to immobilization. Early and bilateral ROM exercise interventions in both extremities are recommended to be implemented in nursing services especially stroke wards as independent nursing measures along with other components of care consisting of collaborative treatment and lifestyle changes (diet and smoking cessation)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>