Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84795 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Garas Ikrar Setiawan
"Pasca meredupnya kasus pandemi Covid-19 konser musik mulai banyak diselenggarakan kembali dan banyak masyarakat yang antusias untuk dapat menghadiri konser musik. Antusias tersebut tentunya didukung oleh variabel-variabel motivasi yang membuat antusias tersebut terjadi. Variabel-variabel motivasi tersebut dapat direfleksikan dengan berbagai macam indikator. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi indikator-indikator dalam merefleksikan setiap variabel laten motivasi. Variabel laten motivasi yang digunakan adalah escape, status enhancement, social interaction, hero worship, uninhibited behavior, concert-specific music/skills, artist affiliation & unique experience, socialization & value, excitment & group affiliation, dan enjoyment & entertainment. Setiap variabel laten motivasi direfleksikan oleh 4 hingga 7 indikator dengan total indikator sebanyak 50. Penelitian ini menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA). Data yang digunakan adalah data primer yaitu sebanyak 466 responden yang pernah menghadiri konser musik secara langsung. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah seluruh variabel laten yaitu escape, status enhancement, social interaction, hero worship, uninhibited behavior, concert-specific music/skills, artist affiliation & unique experience, socialization & value, excitment & group affiliation, dan enjoyment & entertainment mampu mengukur aspek motivasi. Variabel laten mampu direfleksikan oleh 47 indikator secara positif dan valid dengan masing-masing variabel laten motivasi direfleksikan oleh 4 hingga 7 indikator. Indikator yang memiliki kontribusi terbesar dalam merefleksikan setiap variabel latennya adalah ESC1 sebesar 0,824, STE4 sebesar 0,969, UNB1 sebesar 0,866, CSM3 sebesar 0,892, EGA3 sebesar 0,909, EAE1 sebesar 0,823, HEW3 sebesar 0,863, SAV3 sebesar 0,828, SOI3 sebesar 0,809, dan AAU3 sebesar 0,809.

After the Covid-19 pandemic faded, music concerts began to be held again and many people were enthusiastic to attend music concerts. This enthusiasm is supported by motivational variables that make this enthusiasm happen. These motivation variables can be reflected with various indicators. This research aims to analyze the contribution of indicators in reflecting each motivational latent variable. The motivational latent variables used are escape, status enhancement, social interaction, hero worship, uninhibited behavior, concert-specific music/skills, artist affiliation & unique experience, socialization & value, excitement & group affiliation, and enjoyment & entertainment. Each motivational latent variable is reflected by 4 to 7 indicators with a total of 50 indicators. This research uses the Confirmatory Factor Analysis (CFA) method. The data used is primary data, namely 466 respondents who had attended live music concerts. Sampling was carried out using purposive sampling technique. The results of this research are all latent variables, namely escape, status enhancement, social interaction, hero worship, uninhibited behavior, concert-specific music/skills, artist affiliation & unique experience, socialization & value, excitment & group affiliation, and enjoyment & entertainment. measuring motivational aspects. The latent variable is reflected by 47 indicators in a positive and valid manner with each motivational latent variable being reflected by 4 to 7 indicators. The indicators that have the greatest contribution in reflecting each latent variable are ESC1 at 0.824, STE4 at 0.969, UNB1 at 0.866, CSM3 at 0.892, EGA3 at 0.909, EAE1 at 0.823, HEW3 at 0.863, SAV3 at 0.828, SOI3 at 0.809, and AAU3 at 0.809."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siguntang, Muhammad Arif
"Pembangunan fasilitas olahraga modern, seperti Basketball Hall di Senayan, tidak hanya bertujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam aktivitas fisik, tetapi juga memiliki dampak luas terhadap perkembangan perkotaan dan perekonomian. Meskipun banyak fasilitas olahraga kelas dunia mengalami kesulitan finansial setelah acara utama, strategi adaptabilitas muncul sebagai solusi untuk menjaga keberlanjutan ekonomi. Studi ini menyoroti pentingnya  konsep adaptabilitas dalam desain Fleksibilitas fasilitas olahraga, memungkinkan bangunan untuk beradaptasi dengan penggunaan baru tanpa mengorbankan kualitas estetika dan tata ruang aslinya. Basketball Hall di Senayan menjadi contoh nyata penerapan strategi adaptabilitas dengan berhasil menyelenggarakan berbagai acara non-olahraga, termasuk konser musik, menunjukkan bahwa keberlanjutan ekonomi fasilitas olahraga tidak hanya bergantung pada event olahraga utama. Dalam menghadapi tantangan finansial, diversifikasi pendapatan melalui berbagai acara menjadi solusi yang efektif, menciptakan ruang multifungsi yang responsif terhadap perkembangan infrastruktur kota modern. Dengan demikian, konsep adaptabilitas bukan hanya memberikan solusi untuk pemeliharaan fasilitas olahraga, tetapi juga menjadi langkah cerdas dalam mengoptimalkan pemanfaatan ruang, menanggapi tantangan, dan memanfaatkan peluang di masa depan.

The development of modern sports facilities, such as the Basketball Hall in Senayan, aims not only to encourage community participation in physical activities but also has a broad impact on urban development and the economy. Despite many world-class sports facilities facing financial challenges after major events, adaptability strategies emerge as a solution to sustain economic viability. This study emphasizes the significance of adaptability concepts in the design flexibility of sports facilities, allowing buildings to adapt to new uses without compromising aesthetic quality and original spatial arrangements. The Basketball Hall in Senayan serves as a tangible example of implementing adaptability strategies by successfully hosting various non-sports events, including music concerts, demonstrating that the economic sustainability of sports facilities is not solely dependent on major sporting events. In addressing financial challenges, income diversification through various events proves to be an effective solution, creating multifunctional spaces responsive to the development of modern urban infrastructure. Thus, the concept of adaptability not only provides solutions for maintaining sports facility upkeep but also serves as a smart step in optimizing space utilization, responding to challenges, and seizing opportunities in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sismolo
"Latar belakang pemilihan judul tersebut di atas didasarkan pada fenomena empiris dan teoritis, di mana pada Ditjen Perlindungan HAM diindikasikan pegawainya bermotivasi rendah dan sebagi prediktor penyebab rendahnya motivasi adalah proses kepemimpinan dan iklim organisasi yang kurang kondusif. Lokasi penelitian dilakukan pada kantor Ditjen Perlindungan HAM. Metoda penelitian adalah penelitian populasilpenelitian senses dengan menyebar 150 kuesioner, namun yang kembali hanya 134. Beranjak dari latar belakang tersebut di atas rumusan masalah yang mengemuka adalah : (1) Bagaimana Kepemimpinan dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai, (2) Bagaimana Iklim Organisasi dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai, (3) Sejauhmana kekuatan hubungan kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai, (4) Sejauhmana kekuatan hubungan Iklim Organisasi dengan motivasi kerja pegawai, (5) Sejauh mana Kepemimpinan dan Iklim Organisasi secara bersamasama mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian pada rumusan masalah tersebut di atas, metoda pengolahan data yang dilakukan mengarah pada metode Diskribtif Statistik, Statistik Non Parametris (korelasi Spearman Rank) dan statistik parametris (analisa regresi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 butir indikator motivasi yang tingkat persetujuan populasinya rendah dan perlu mendapat perhatian untuk segera dicarikan jalan keluarnya untuk diatasi, yaitu : (1) Situasi dan kondisi kerja yang terkait dengan kepemimpinan dan manajemen organisasi kurang memenuhi harapan bawahan, (2) Kepuasan kerja ditinjau dari kebijakan organisasi, (3) Kepuasan kerja ditinjau dari sisi penghasilan, (4) Pendistribusian pekerjaan yang kuran adil, (5) Sistem promosi yang belum adil, (6) Kepuasan kerja ditinjau dari sisi konflik, (7) Kepuasan kerja ditinjau dari sisi merasa tenteram dalam bekerja. Untuk indikator kepemimpinan juga terdapat 7 butir indikator yang tingkat persetujuan populasinya rendah dan periu mendapat perhatian untuk segera dicarikan jalan keluarnya untuk diatasi, yaitu : (1) Perhatian pimpinan terhadap kesejahteraan bawahan kurang seimbang bila dibandingkan dengan tugas tugas yang dicarikan, (2) Dalam menghadapi masalah pimpinan lebih banyak bicara dari pada mendengar, (3) Upaya Pimpinan merealisasikan strategi dalam menciptakan Inovasi, (4) Upaya Pimpinan memiiih taktik dan strategi dalam menciptakan inovasi, (5) Upaya pimpinan menyelaraskan keharmonisan antara keinginan individu bawahan dengan tujuan organisasi, (6) Upaya Pimpinan mengajak ke arah impian bersama (visi organisasi) dengan selalu memberi petunjuk dan Cara untuk mencapainya, (7) Penerapan gaya kepemimpinan paternalistik konsep kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Hasil indikator Iklim Organisasi terdapat 11 butir indikator yang tingkat persetujuan populasinya rendah dan perlu mendapat perhatian untuk segera dicarikan jalan keluarnya untuk diatasi, yaitu: (1) Intensitas terjadinya konflik, (2) Prosedur Kerja dan garis kewenangan yang kurang jelas, (3) Sistem Kompensasi yang tidak menunjukan rasa keadilan, (4) Sistem penghargaan dan hukuman, (5) Koordinasi Intern Ditjen Perlindungan HAM, (6) Penyelesaian Konflik, (7) Partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan, (8) Semangat kerjasama, (9) Efektifitas Kerjasama, (10) Keberadaan struktur dan Tupoksi, (11) Pemahaman Visi dan Misi Organisasi.
Tingkat Hubungan Antar Variabel Penelitian didapat hasil sebagai berikut : (1) Variabel motivasi mempunyai hubungan yang positif kuat dan signifikan dengan variabel Kepemimpinan. Artinya hubungan keduanya konsisten, apabila proses kepemimpinan ditingkatkan akan berdampak meningkatkan motivasi kerja pegawai, (2) Variabel Motivasi mempunyai hubungan yang positif kuat dan signifikan dengan variabel Iklim Organisasi. Artinya hubungan keduanya konsisten, apabila proses Iklim Organisasi diperbaiki, maka akan berdampak meningkatkan motivasi kerja pegawai, (3) Variabel Kepemimpinan dan Iklim Organisasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel motivasi. Artinya kontribusi kepemimpinan dan iklim organisasi secara bersama-sama dalam mempengaruhi motivasi adalah cukup besar. Atas dasar hasil penelitian tersebut di atas, maka disarankan untuk meningkatkan atau memperbaiki Motivasi, Kepemimpinan dan Iklim Organisasi, terutama pada indikator yang bermasalah (tingkat persetujuan populasinya rendah). Untuk itu dengan meningkatkan/memperbaiki Kepemimpinan dan Iklim organisasi (secara bersama-sama maupun secara parsial) akan cukup besar pengaruhnya dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai.

The title above is chosen based on empirical and theoretical phenomenon in Directorate General of Human Rights Protection, which is indicated that some of the employee has a low motivation in work. And the predictor cause of this low motivation is the leadership qualities process and the organization Sphere which are not conducive. This research had done in Diretorate General of Human Rights Protection. The research method is population research/census research by distributing 150 questioners that returned only 134. Based on the background above the problem are: (1) How leadership can advance the officials working motivation, (2) How organization sphere can advance the officials working motivation, (3) How far the influence of leadership on the officials work motivation, (4) How far the influence of organization sphere on the officials working motivation, (5) How far the leadership qualities in accordance with the organization sphere influence the officials working motivation. To answer those questions above, the data tabulation method that is using descriptive statistics method, non-parametric statistics (Spearman Rank correlation) and parametric statistics (regression analysis).
The finding shows that there are seven indicators of motivation which have a low population agreement level and need attention to be solved immediately, those are: (I) The work situation and work condition that is related to leadership and management of the organization is not fulfilling the officials hope, (2) Work satisfaction that is observed from organization policy, (3) Work satisfaction that is observed from income earnings side, (4) Work distribution that is not equitable, (5) Promotion system that is not equitable, (6) Work satisfaction that is observed from conflict side, (7) Work satisfaction that is observed from tranquility on work. For the leadership indicator, there are seven indicators too, which have a low population agreement level and need attention to be solved immediately, those are: (1) Leader's attention toward employees' prosperity is not equal if it is compared with their given duties, (2) In facing problem, the leader speaks more than noted, (3) The leader's efforts to realize strategy in making innovation, (4) The leader's efforts to choose tactics and strategy in making innovation, (5) The leader's efforts to adjust harmony between employees' longing with organization's objective, (6) The leader's efforts in urging aim to (organization vision) by always giving instruction and method to achieve, (7) Application of paternalistic leadership form in Ki Hajar Dewantara leadership qualities concept. From the results of organization sphere, there are eleven indicators, which have a low population agreement level and need attention to be solved immediately, those are: (1) The intensity of conflict occurred, (2) Work procedure and authority border which are not enough clear, (3) Compensation system which doesn't show justness, (4) Appreciation system and punishment, (5) Intern coordination of Directorate General of Human Rights Protection, (6) Conflict Completion, (7) Employees' participation in making decision, (8) Cooperation enthusiasm, (9) Cooperation Effectiveness, (10) The Existence of Structure and Tupoction, (11) Comprehension of Vision and Mission from organization.
The correlations between research variable degree are: (1) Variable of motivation has a positive strong & significant relation with leadership variable. It means the correlation is consistent, if the leadership process is improved, it will increase the motivation of officials performance. (2)The Motivation variable has a strong, positive and significant relation with organizational sphere variable. It means the correlation is consistent, if the organizational sphere process is improved, it will increase the motivation of officials performance. (3) Leadership variable & organizational sphere will jointly has a positive & significant impact to motivation variable. It means the leadership contribution and organizational sphere will jointly give a great impact on motivation. Based on the finding above, it is suggested to increase or to improve motivation, leadership qualities, and organization sphere, especially on the complicated indicator (low population agreement level). Therefore, by increasing/improving leadership qualities and organization sphere (jointly or partial), it will influence big enough (68,8%) to increase officials working motivation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmayanthy
"Dilatar belakangi bahwa Lembaga Pemasyarakatan bertujuan membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara optimal, perlu didukung oleh ketersediaan petugas yang memadai balk secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Kenyataan kualitas pembinaan yang diberikan petugas di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang belum maksimal suatu contoh : narapidana sering kali membuat kerusuhan didalam bloklsel kamar, terjadi perkelahian antar sesama narapidana, Narapidana yang melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan. Hal-hal tersebut antara lain bisa disebabkan oleh motivasi petugas LAPAS yang dinilai bisa mempengaruhi semangat kerja misalnya : petugas yang tidak disiplin kerja, pada waktu melakukan penjagaan petugas tertidur, banyak izin tidak masuk kerja karena mencari tambahan bisnis di luar, bekerja malas-malasan tidak ada gairah kerja sehingga menghambat pembinaan dan hasil kerjanya tidak optimal. Masalah semangat kerja ini sangat penting bagi instansi LAPAS karena tugas yang diembannya Masalah semangat kerja ini bisa ditimbulkan antara lain dengan pemberian motivasi. Teori yang mendasarinya antara lain adalah teori dari R,Von Haller Gilnur (1961 :121) mengenai motivasi yang berhubungan dengan semangat kerja. Adapun yang menjadi rumusan masalah yang diketengahkan dalam penelitian ini adalah "Apakah motivasi mempunyai hubungan dengan semangat kerja petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang Jakarta". Penelitian dibatasi dua variabel motivasi dan semangat kerja Teari motivasi yang digunakan teori dari Atkinson dalam William G Scott (1962 : 83) yang akan dijadikan indikator. Teori semangat kerja antara lain teori dari William W Kowles (1971:207) dari RC Davis dalam Edwin B Flippo (1971:364) dan Dab Yorke (1965:739) yang akan dijadikan indikator. Populasi penelitian seluruh petugas LAPAS sebanyak 4.41 orang dengan tingkat pendidikan yang berbeda, penentuan jumlah sampel mengacu kepada krejcie sedangkan dalam pengambilan sampel dipergunakan Purposive Sampling sehingga jumlah sampel yang diambil 205 orang sedangkan yang terjaring sebanyak 170 orang yang dijadikan responden. Sedangkan untuk mendapatkan data dari dua variabel tersebut menggunakan skala Likert.
Metode penelitian explanatif, teknik analisis yang dipergunakan secara deskriptif serta analisis statistik karelasi, menguji validitas dan reliabilitas variabel motivasi dan semangat kerja kemudian mengukur distribusi frekuensi variabel motivasi dan semangat kerja Selanjutnya korelasi sperman's rho antara motivasi dan semangat kerja semua ini dilakukan dengan bantuan SPSS 10.0 For Windows.
Berdasarkari basil perhitungan distribusi frekuensi variabel motivasi maka keadaan motivasi yang ada pada petugas LAPAS Cipinang niasih mempunyai motivasi cukup sedang cenderung rendah, besarnya 43.5 % dengan frekwensi 74 responden. Ini artinya motivasi yang ada masih bisa dikatakan cukup kondusif namun banyak hal yang perlu menjadi perhatian agar dapat meningkatkan motivasi petugas LAPAS. Salah satunya yaitu mengenai ketidak puasan yang menyangkut keadaan ekonomi petugas yang bekerja di Lembaga Pemasyarakatan dimana antara gaji yang diterima dengan beban kerja dan tanggung jawabnya sebagai petugas belum bisa dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga perlu mendapat perhatian mengenai gaji dan tunjangan pemasyarakatannya Selanjutnya mengenai keadaan semangat kerja yang ada pada petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang Jakarta cukup tinggi besarnya 60 % dengan frekwensi 105 responden ini artinya bahwa petugas LAPAS mempunyai semangat kerja yang cukup baik. Namur demikian agar petugas lebih meningkatkan semangat kerjanya secara optimal ada yang perlu diperhatikan yaitu mengenai tingkat kedisiplinan petugas antara lain misainya petugas yang tidak mentaati perintah atasan pada jam kerja. Ketaatan bawahan kepada atasan didalarn tugas perlu dilakukan mengingat beban kerjamaupun waktu kerja yang terkadang tidak tetap.
Dari hasil analisis statistik korelasi diketahui nilai koefisien korelasinya 0.583 artinya bahwa ada hub ungan antara motivasi dengan semangat kerja petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta, secara kualitatif mempunyai hubungan yang positif tergolong sedang. menunjukan adanya hubungan yang positif dengan kekuatan sedang antara motivasi dengan semangat kerja.
Saran kebijakan yang perlu diperhatikan antara lain : melakukan assesment bagi petugas LAPAS, mutasi pegawai secara periodik dan mutasi jabatan struktural dilakukan seleksi, menaikan tunjangan pemasyarakatan yang dinilai sangat minim. Sebagai tindak lanjut penelitian dilakukan penelitian lanjutan serupa dan menambah jumlah variabel penalitian sehingga akan didapat hasil analisis yang bervariasi dan lebih kuat korelasinya, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan ilmiah maupun sebagai acuan praktis.

This research is based on the objectives of a Correctional Institution or prison i.e. to form prisoners to become complete human beings who are realizing their mistakes, willing to improve them selves and are committed not to do anymore crimes so that they can be accepted by the society, live a normal life and become a good and responsible citizen. In order to properly implement its functions and duties, a prison has to be equipped with the availability of officers in terms of quality as well as quantity.
It is a fact that quality of quality building (supervision) provided by officers of Cipinang Prison is not yet maximum. For examples; prisoners often create riots in their cells/blocks or behind their bars, fight between themselves, and escape from their cells. These take place due to, among other things, the motivation of officers that are deemed to be influential to their working spirit. For examples, officers that to do have good disciplines, falling asleep when doing surveillance, working in low spirit, or spending more time outside the office in order to earn extra income. These kinds of things will hamper their efforts in quality-building and supervision of the prisoners. Issues of working spirit are therefore very important for a correctional institution or prison because of its crucial functions and duties. Working spirit can emerge, among others, with the provision of motivation. This is based on a theory developed by R. Von Haller Gilnur (1961: 121) regarding motivation that is related to working spirit. The problem formulation of this research is " whether there is a relationship between motivation and working spirit of officers at the Cipinang Prison in Jakarta". The research focuses only on two variables i.e. motivation and working spirit. The theories on motivation by Atkinson (in William G. Scott 1962 : 83) and on working spirit by William W Knowles (1971 : 207) from RC Davis in Edwin B Flippo ( 1971 : 364) and Dab Yorke (1965 : 739) will be used as indicators. The population of the research includes all officers of Cipinang prison i.e. 441 having differents level of education. The determination of number of samples is based ` Krecjle'. Purposive sampling is used with 205 samples, 170 of them are used as respondents. Further, Likert Scale is used to obtain data from these two variables. The research method is explanatory, using desciptive analytical technique and correction statistical analysis, examining validity and reliability of motivation and working spirit variables and then measuring distribution frequency of motivation and working spirit variables. Next, there is sperman's rho correlation between motivation and working spirit. All of them were conducted by using SPSS 10.0 for Windows.
Based on the estimated result of distribution frequency of motivation variable, each officer of Cipinang Correctional Institution still has enough motivation although it tends to decrease, 43.5 % with frequency of 74 respondents. That means the existing motivation is quite conducive but there are many things that have to be concerned in order to improve their motivation. One of them is the dissatisfaction regarding their economic condition where there is imbalance between their salary and their tasks and responsibilities. Their salary hardly can meet their ends meet. Furthermore, the working spirit of the employees of First Class Cipinang Correctional Institution Jakarta is quite high of 60 % with frequency of 105 respondents, that is, the officer of First Class Correctional Institution of Cipinang of Jakarta have good working spirit. However, in order to develop their working spirit optimally, there is one thing that needs to be noticed, the employees, disciplinary level, for example the officer to officers is necessary considering the burden of their works and the unfixed working hours.
From this correction statistical analysis, it is known that correlation coefficient score 0.583, that is, there is the relationship between motivation and working spirit amongst officers of First Class Correctional Institution of Cipinang of Jakarta, qualitatively have moderate and positive link, show there is positive link with moderate strength between motivation and working spirit. The researcher suggest the following policies: conducting assessment to the officers, periodical officers? mutation and mutation for structural position which is selected, increasing their poor allowance. As follow up research, the advanced same research should be done and adding the number of research variables so that there will be various analysis result and stronger correlation, so it can be served as scientific and practical reference.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tripeni Irianto Putro
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang motivasi kerja, kemampuan kerja dan kinerja pegawai Unit Kerja Tim Cendrawasih pada Kepaniteraan Mahkamah Agung RI. Di samping itu, penelitian juga dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai dan hubungan antara kemampuan kerja dengan kinerja pegawai. Populasi dalam penelitian ini adalah sekaligus sampel penelitian, meliputi pegawai Unit Kerja Tim Cendrawasih pada Kepaniteraan Mahkamah Agung RI yang berjumlah 28 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mempergunakan kuesioner untuk variabel motivasi kerja, kemampuan kerja dan kinerja pegawai. Sedangkan teknik analisis yang dipergunakan adalah teknik analisis diskriptif korefasional dengan dibantu penggunaan SPSS (Statistical Package for Social Science).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja pegawai ada pada kategori sedang, kemampuan kerja pegawai cenderung tinggi, akan tetapi kinerja pegawai menunjukkan kategori sedang, sebagaimana motivasi kerja. Selanjutnya hubungan antara variabel babas dengan variabel terikat menunjukkan bahwa hanya variabel kemampuan kerja yang mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja dengan koefisiaen korelasi sebesar 0,409. Sedangkan untuk hubungan antara variabel motivasi kerja dengan kinerja, walaupun tidak signifikan tetapi arah hubungannya dengan kinerja masih positif namun Iemah.

The research is intended to obtain the comprehensive view in accordance with motivation, ability and performance of the employees at Cendrawasih Team of Supreme Court of Republic of Indonesia The purpose of the research is also seeking the correlation between motivation and performance. Furthermore, it also wants to identify correlation between ability and performance of the employees. The research used descriptive and correlational analytical method. The research involved population of 28 respondents of the employees at Cendrawasih Team of Supreme Court. Data collecting method used questionnaire, and the data is analyzed by using SPSS (Statistical Package for Social Science).
The result of the research has shown that motivation of the employees indicate at medium level, the ability of the employees tend to be high, nevertheless the performance of the employees indicate at medium level as well as motivation. The correlation between ability and performance indicate at 0.409 of correlation coefficients, it means that there is significant correlation between ability and performance. Meanwhile, the correlation between motivation and performance is not significant, even though the correlation shows positive direction in a weak level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antony Anilo Sugoto
"Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah adalah instansi pemerintah yang mempunyai fungsi pembinaan, pengaturan, dan fasilitasi penyelenggaraan pembangunan fisik di bidang jalan raya, jembatan, pengairan, permukiman, dan penataan ruang. Permasalahan yang menjadi sorotan masyarakat selama ini adalah secara umum kinerja Pegawai Negeri Sipil Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah dianggap belum memenuhi harapan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan pertanyaan penelitian, yaitu : bagaimana gaanbaran kondisi manajemen kinerja, kualitas pegawai, motivasi kerja, dan strategi apa yang perlu dilakukan oleh Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai. Teori tentang manajemen klnerja, motivasi, perencanaan sumber daya manusia, pelatihan dan pengembangan, serta manajemen strategi, digunakan sebagai dasar atau rujukan -dalam melakukan penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, dengan pengumpulan data melalui kuesioner. Sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Analisis data menggunakan teknik statistik uji tanda positif dan negatif terhadap aspek-aspek manajemen kinerja, kualitas pegawai dan motivasi kerja.
Hasil analisis mengindikasikan bahwa kondisi ketiga aspek tersebut masiih rendah, belum memenuhi harapan pegawai. Dan ketiga aspek yang kondisinya cukup memprihatinkan adalah aspek motivasi pegawai, yang perlu mendapat perhatian khusus dari pimpinan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Formulasi strategi untuk peningkatan kinerja pegawai, dimaksudkan agar dapat mencapai kualitas Pegawai Negeri Sipil yang prima di dalam melakukan pelayanan terhadap publik di era reformasi dan era globalisasi, dengan melakukan upaya pembenahan dan perbaikan-perbaikan terhadap aspek-aspek kritis yang berkaitan dengan kinerja Pegawai Negeri Sipil tersebut. Dalam melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja pegawai, yang hares dilakukan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah terlebih dahulu adalah membenahi dan meningkatkan motivasi Pegawai Negeri Sipil, agar timbul gairah kerja. Selanjutnya melakukan pembenahan dan perbaikan terhadap kondisi manajemen kinei a dan kualitas pegawai, sehingga diharapkan kinerja Pegawai Negeri Sipil meningkat secara optimal sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang prima.

The Ministry of Settlement and Regional Infrastructure is an Government Institution than has a function of Building (Guiding), Arrangement and Facilitating the implementation of Physical Construction such as constructing Main Road, Bridge, Irrigation, Settlement, and Spatial Planning. Problem that becomes the public exposed along this time is generally the performance Government Official of The Ministry of Settlement and Regional Infrastructure assumed has not been fulfilling the public expectation. The goals of this research to answer the formulation of research question, which are how is the condition picture of performance management, employee quality, working motivation, and what strategy that has to done by The Ministry of Settlement and Regional Infrastructure so they can increase the employee performance. Theory about Performance Management, Motivation, Human Resource Planning, Training and Development, also the Strategy Management used as the basic or reference in conducting the research. The Research Method that used is the Descriptive Research Method, with gathering data through questionnaire. The sample determined by using stratified random sampling technique. The data analysis using the statistical technique that used positive sign and negative sign on the performance management aspect, employee quality aspect and work motivation aspect.
The analysis result indicating that the third condition aspect mentioned still very low, and it has not been fulfilling the employee expectation. From the three aspects that has a critical enough condition is the employee motivation aspect, which still has to get special attention from the leader of The Ministry of Settlement and Regional Infrastructure. The strategy formulation for employee performance improvement, intended to achieve the prime Government Officials Quality status in implementing service to the public in the reformation era and globalization era, with conducting efforts such as correction and improvements to the critical aspects that related with the Government Officers mentioned. In conducting the strategy, which to improve the employee performance, the thing that has to be done by The Ministry of Settlement and Regional Infrastructure at fist time is to rearrangement and improving the motivation of Official Government, in order to generating the working enthusiasm. Here in after conducting the rearrangement and improvement to the condition of performance management and employee quality, so it expected that the Government Official performance improving optimally as a prime State Servant and Society Servant.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Eka Wijaya
"Klasifikasi genre musik merupakan salah satu bidang dari Music Information Retrieval (MIR) yang menggunakan pola-pola spektral dalam rekaman audio digital sebagai fitur untuk membentuk sebuah sistem yang dapat menentukan genre dari sebuah musik secara otomatis. Beberapa model deep learning telah dikembangkan untuk memperoleh performa terbaik dalam melakukan klasifikasi genre musik. Tiga di antaranya adalah Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), dan model hybrid CNN-LSTM. Walaupun model- model tersebut mampu memberikan hasil yang cukup memuaskan, model-model tersebut memiliki kekurangan masing-masing. Model CNN kurang dapat memperhitungkan urutan-urutan fitur pada data berurutan dan model LSTM tidak dapat melakukan komputasi secara paralel. Ketiga model tersebut juga membutuhkan pengulangan dan konvolusi yang kompleks, serta waktu yang cukup panjang untuk perhitungan berurutan. Transformers merupakan arsitektur model yang tidak lagi mengandalkan recurrence/pengulangan, melainkan mekanisme attention yang dapat memperhitungkan urutan-urutan data pada data berurutan dan melakukan perhitungan paralel sehingga jangka waktu yang dibutuhkan dalam perhitungan lebih singkat. Melihat keberhasilan dan kepopuleran dari Transformer pada berbagai bidang seperti Bidirectional Encoder Representations from Transformers (BERT) pada bidang Natural Language Processing dan Vision Transformers pada bidang Computer Vision, pada skripsi ini dilakukan analisis mengenai kinerja model Transformers dalam permasalahan klasifikasi genre musik dibandingkan dengan model CNN, LSTM, dan CNN-LSTM.

Music genre classification is one of the fields of Music Information Retrieval (MIR) that uses spectral patterns in digital audio recording as features to build a system that can automatically classify a music’s genre. Several deep learning models have been developed to get the best performance in classifying music genres. Three of them are Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), and hybrid CNN-LSTM model. Although those models can give satisfactory results, each model has their own weakness. CNN is less able to consider the sequences in sequential data and LSTM is not able to do parallel computation. All these models also require complex recurrences and convolutions, as well as quite a long time for sequential calculations. Transformers is a model architecture that no longer relies on recurrences, but rather on an attention mechanism that can consider the sequences in data and perform parallel calculations so that the time required for calculation is shorter. Looking into the success and popularity of Transformers in various fields such as BERT in the field of NLP and Vision Transformers in the field of Computer Vision, this thesis analyzes the performance of Transformers on music genre classification compared to CNN, LSTM, and CNN-LSTM."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baby Noviani
"Tingkat persaingan yang semakin ketat dewasa ini menumbuhkan tuntutan akan perlunya inovasi di mana secara langsung maupun tidak langsung inovasi akan memberikan pengaruh terhadap kinerja suatu organisasi perusahaan. Inovasi itu sendiri merupakan serentetan pembaharuan yang tidak terlepas dari teknologi, pengetahuan dan kreativitas yang dimiliki seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya suatu perusahaan atau organisasi dalam mencapai lujuan dan perkembangannya secara berkelanjutan sangat tergantung pada sumberdaya manusianya dalam menguasasi tekhnologi, pengetahuan dan kreatifitas. Kesadaran akan perlunya sumberdaya manusia yang berkualitas, perlu ditindak lanjuti dengan berbagai strategi yang dapat meningkatkan kinerja. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan adalah praktek pengelolaan pemberian remunerasi yang lebih dikenal dengan manajemen imbalan. Praktek pengelolaan pemberian remunerasi yang tepat dapat memotivasi karyawan untuk memberikan kinerja terbaiknya. Dalam penelitian yang berjenis studi kasus ini diteliti praktek pengelolaan pemberian remunerasi di PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (GROUP KIA) yang lebih dikenal sebagai salah satu produsen bahan bangunan keramik terkemuka di Indonesia, dengan kantor pusat berkedudukan di Cileungsi Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pengaruh praktek remunerasi yang diterapkan perusahaan terhadap kinerja karyawan khususnya di bagian produksi GROUP KIA, mengetahui komponen dari praktek remunerasi yang memberikan pengaruh terbesar terhadap produktivitas dan bagaimana praktek remunerasi yang sebaiknya dikembangkan untuk mempertahankan kinerja karyawan. Analisis atas praktek remunerasi GROUP KIA bersifat studi kasus_ Metoda pengumpulan data pada studi kasus ini Iebih mengutamakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Dalam analisis kuantitatif teknik statistik yang digunakan dalam penelitian adalah : (a) frekuensi dan prosentase digunakan khusus untuk mengolah data-data dalam penelitian yang bersifat ordinal atau interval contohnya hasil Employee Opinion Survey; (b) mean digunakan untuk mengolah angka-angka yang bersifat ratio contohnya laba perusahaan, jumlah produksi; (c) tes satu sampel Kolmogorov Smirnof. Untuk memudahkan proses pengerjaannya, perhitungan statistik diatas semuanya dilakukan dengan komputer yang menggunakan program SPSS 11.5 for Windows. Analisis kualitatif disajikan dalam bentuk matriks yang berasal dari perbandingan dokumen-dokumen perusahaan sebelum dan sesudahnya. Analisis kualitatif menggunakan berbagai pendekatan untuk mendapatkan sumber datanya seperti wawancara, observasi, focus grup discussion dan sebagainya. Penelitian ini menghasilkan pemahaman bahwa GROUP KIA di dalam praktek remunerasinya selalu berdasarkan pada pertimbangan apakah kebijakan remunerasi yang akan dijalankan dapat meningkatkan motivasi , biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada cost saving yang diperoleh dan seberapa besar risiko penolakan yang mungkin akan terjadi. Dengan kata lain GROUP KIA telah mengakomodir seluruh philosophi remunerasi yang berfokus pada keseimbangan maksimal antara competitive pay dan total cost. Sistim Remunerasi Merit Pay tidak memberikan pengaruh yang signilikan terhadap produktivitas, hal ini sejalan dengan hasil perbandingan EOS di tahun 2000 dan tahun 2003. Hasil perbandingan EOS di tahun 2000 : tahun 2003 diketahui bahwa sistem Base Pay di GROUP KIA telah mempertimbangkan aspek keadilan, aspek hukum, aspek keamanan i kecukupan dan telah diterima oleh karyawan. Sistem Insentif, diketahui bahwa parameter yang digunakan untuk sistem insentif memiliki kebenaran substansial. Komponen remunerasi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kinerja karyawan , khususnya karyawan produksi adalah insentif. Secara langsung maupun tidak langsung sistim insentif di GROUP KIA memberikan pula dampak positif terhadap budaya organisasi yaitu : budaya kerjasama dan menumbuhkan mekanisme pola pikir analistis terhadap penekanan biaya dikalangan pekerja setingkat operator. Langkah yang diperlukan di dalam mempertahankan tingkat produktivitas karyawan adalah dengan merubah parameter insentif dari yang bersifat sempit menjadi lebih luas dengan tetap menghubungkan parameter dimaksud dengan biaya produksi secara keseluruhan (tidak hanya terbatas pada jenis-jenis yang telah ditentukan oleh perusahaan). Hal ini dapat memberikan fleksibilitas dan menumbuhkan kreatifitas karyawan khususnya dibagian Produksi. Pemberian target berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara karyawan yang bersangkutan dengan atasannya di awal tahun, dapat membantu pencapaian targetlsasaran itu sendiri dan dapat pula merubah pandangan negatif karyawan terhadap kebijakan diberlakukannya force distribution atas hasil penilaian kinerja karyawan yang telah dilakukan GROUP KIA selama ini. Komunikasi terbuka tentang sistim Base Pay dan Re-Job Evaluation terhadap beberapa pekerjaan tidak saja membentuk sudut pandang yang sama tentang pengertian sistim Base Pay itu sendiri akan tetapi dapat pula meningkatkan motivasi karyawan atas adanya peluang promosi 1 career path. Saat ini kondisi internal maupun ekstemal GROUP KIA kurang menguntungkan oleh karena itu perlu dilakukan Re-evaluasi benefit melalui kesepakatan dengan pihak Serikat Pekerja, dengan mempertimbangkan unsur win-win solution.

Nowadays harsh competition has driven us to be innovative, either directly or indirectly ii will affect the performance of a(n) organization/company. The innovation itself involves a series of development That requires technology, knowledge, and creativity. As such, it can be said that the success of the organization/company in reaching its goals and its sustainable development heavily relies upon its human resources in the mastery of technology, knowledge, and creativity. The awareness of the needs of human resources quality demands a follow-up through various strategies that can boost their performance. One of the strategies used is remuneration system. The 'right' remuneration practice helps motivate its employees to contribute their best. This particular case-study-type research scrutinizes the practice of remuneration system in PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (KIA GROUP), which is known as one of the well-known ceramics material building producers in Indonesia, with the head quarter in Cileungsi. Bogor. The objectives of the research are in threefold: to obtain an overview of the impacts of remuneration system imposed by 1he company towards the employees' performance particularly in production division of KIA GROUP; to find out the components of remuneration system which give biggest impacts towards productivity; and how the practice of remuneration be best developed to maintain the employees' performance. Analysis of remuneration practice of KIA GROUP is conducted through case study. The method of data collection in this study puts greater emphasis on observation, interview and documentation. This research utilizes quantitative and qualitative data analysis. The former utilizes statistics technique such as: (a) frequency and percentage which are specifically used to process data in the ordinal or interval type of research, for instance, the results of Employee Opinion Survey; (b) mean which is used to process ratio figures. for example, company profit, production quantity; (c) test of q sample of Kolmogorov Smirnof. To ease the implemenlation process, the above statistical calculation is all done through computer using SPSS 11.5 for Windows. As for the qualitative analysis it is presented in matrics format generated from comparing the company's documents before and after. The qualitative analysis employs various approaches to obtaining data resources such as interview, observation, focus group discussion and etc. This research results in understanding that KIA GROUP in its remuneration practice is always based on consideration as to whether the remuneration policy which will be implemented can boost its employees' motivation; if requires smaller portion of expenses compared with that of cost saving earned and how greater is the potential risks of rejection. In other words, KIA GROUP has accommodated all remuneration philosophy focusing on optimizations between competitive pay and total cost. Remuneration system of Merit Pay does not give significant impacl5 towards productivity, this is in line with that of EOS in years 2000 and 2003. The comparison results of EOS in year 2000 and 2003 identified that Base Pay system in KIA GROUP has considered such aspects as justice, legal, security/sufficiency and has been accepted by the employees. The incentive system parameters have been known to hold substantial truth. The remuneration component that shares the greatest contribution towards employees' performance, particularly for the production staff is incentive. Either directly or indirectly the incentive system in KIA GROUP also contributes positive impacts towards organizational culture, that is, cooperative culture which proliferates analytical thinking mechanism towards minimum cost in operator level. Steps required in maintaining employees productivity level is through revising narrow incentive parameter into a broader one but still linked to the aforementioned parameter with cost of production as a whole (not only to things that have been determined by the company). This can provide flexibility and stimulate the employees' creativity particularly in Production division. Setting up target is based on the consensus between employees and their respective line management in early year. not only it can help reach the target itself but it also change their negative perspective towards policy enforcement of force distribution upon the results of employees performance evaluation done by KIA GROUP all this time. Open communication about Base Pay and Re-Job Evaluation system towards certain jobs not only forms similar perspective about the comprehension of Base Pay system itself, but it can also increase their motivation on the existence of opportunity for career path. Currently the internal and external condition of KIA GROUP is less advantageous therefore it is necessary to do benefit Re-evaluation through an agreement with the Labor Union, by considering the element of win-win solution."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kevin Irsyad Suyuthi
"Berawal dari peluang risiko yang merugikan dapat datang kapan saja sehingga diperlukan suatu program yang memberikan kepastian hukum bagi para pihaknya. Diperlukan suatu asuransi wajib untuk melindungi finansial perusahaan dan melindungi kepentingan para penonton. Tulisan ini menganalisis bagaimana penerapan asuransi dalam konser musik di Indonesia, terkhususnya asuransi wajib konser musik sebagai program asuransi wajib. Tulisan ini ditulis dengan menggunakan metode pendekatan doktrinal untuk meneliti permasalahan mengenai topik terkait. Untuk menilai hal tersebut, permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini di antaranya adalah bagaimana cara risiko yang timbul dari pelaksanaan konser musik dapat diasuransikan dan pengaturan penggunaan asuransi dalam konser musik Indonesia dan implementasi hukumnya. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Penulis, hasil penelitian ini menjabarkan mengenai pentingnya pengaturan mengenai asuransi dalam konser musik dan asuransi keramaian acara berskala besar yang salah satunya adalah konser musik perlu diatur lebih dalam di program asuransi wajib. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa hal yang dapat dikembangkan dan juga banyak hal yang sudah baik untuk dipertahankan dari penyediaan asuransi untuk konser musik. Sudah saatnya bagi perusahaan asuransi, pemerintah, dan promotor untuk bersama-sama lebih memperhatikan asuransi konser musik ini untuk ke depannya. Hal ini ditujukan untuk memberikan perlindungan sepenuhnya dan juga memberikan kesempatan berbisnis bagi perusahaan asuransi dan promotor untuk meningkatkan perekonomian negara.

Starting from the opportunity for adverse risks to occur at any time, a program is needed that provides legal certainty for the parties. Mandatory insurance is required to protect company finances and the audience's interests. This article analyzes how insurance is implemented in music concerts in Indonesia, especially mandatory insurance for music concerts as a mandatory insurance program. This article was written using a doctrinal approach to research problems regarding related topics. To assess this, the issues studied in this thesis include how risks arising from the implementation of music concerts can be insured and the regulation of the use of insurance in Indonesian music concerts and the implementation of the law. Based on the analysis carried out by the author, the results of this research explain the importance of regulating insurance for music concerts and insurance for large-scale events, one of which is music concerts, which needs to be regulated more deeply in the mandatory insurance program. In Indonesia itself, there are several things that can be developed and there are also many good things to maintain in terms of providing insurance for music concerts. It is time for insurance companies, the government and promoters to jointly pay more attention to music concert insurance in the future. This is aimed at providing full protection and also providing business opportunities for insurance companies and promoters to improve the country's economy. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>