Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Dwi Restuti
Jakarta: UI Publishing, 2024
617.8 RAT i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Dwi Restuti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
PGB-pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Kholidah Hanum
"LATAR BELAKANG: Para penerbang helikopter yang terpajan terhadap bising intensitas tinggi dalam jangka tertentu dan beberapa faktor lainnya meningkatkan risiko tuli akibat bising (TAB). TAB dapat menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu perlu diteliti faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan TAB.
METODE: Desain penelitian adalah nested case-control. Data diekstrak dari rekam medik penerbang helikopter TNI AU yang melaksanakan indoktrinasi latihan aerfisiologi (ILA) di Lakespra Saryanto Jakarta tahun 1980 sampai Maret 2004. Kasus ialah penerbang dengan gambaran audiogram terdapat takik pada intensitas 40 dB atau lebih pada frekuensi 4000 Hertz pada salah satu atau dua telinga. Seorang kasus dipadankan dengan dua orang kontrol (yang tidak menderita TAB sampai tahun 2004) menurut tahun kasus didiagnosis.
HASIL: Rekam medik yang tersedia sebanyak 187. Kasus yang diperoleh sebanyak 32 orang, dan 64 orang kontrol. TAB berkaitan dengan total jam terbang, masa kerja, dan tekanan darah. Subjek dengan total jam terbang 500 jam atau lebih mempunyai risiko TAB hampir 2,5 kali lipat (95% interval kepercayaan (CI) = 0,66-9,29; p=0,180). Jika dilihat dui masa kerja, subjek dengan masa kerja 11-24 tahun mempunyai risiko TAB sebesar 2,7 !tali Iipat (rasio odds suaian = 2,71; 95% CI = 0,90-8,10; p=0,075). Sedangkan subjek dengan prahipertensi dan hipertensi stage 1 mempunyai kecenderungan kenaikan moderat risiko TAB.
KESIMPULAN: TAB berkaitan dengan total jam terbang, masa kerja, dan tekanan darah.

Risk Factors Related To Noise Induced Hearing Loss Among Indonesian Air Force Helicopter PilotsBACKGROUND: Helicopter pilots exposed to high intensity noise for a given period and other risk factors had increased risk to be noise induced hearing loss (NIEL). Therefore, it is beneficial to study several risk factors related to NIHL.
METHODS: This study was a nested case-control. Data was extracted from available medical records among helicopter pilots who performed aerophysiology training indoctrination (ILA) during 1980 through March 2004 at Lakespra Saryanto. Case was a subject who had audiogram with a notch at 40 dB or more and at 4000 Hertz on one site or bilateral ears. A case was matched by 2 controls free from NTHL up to 2004 by the year of respective case was diagnosed.
RESULTS: There were 187 medical records available for this study. A number of 32 cases and 64 controls were identified. The final model reveals that NIHL was related to total duration of works, flight hours, and blood pressure. Those who had 500 hours or more than less 500 hours had moderate increased risk for 2.5 to be NIHL [95% confidence intervals (CI) 0.66-9.29; p=0.180]. Those who had total duration works 11-24 years had a moderate increased to be NIHL for 2.7 times (adjusted OR = 2.71; 95% CI=0.90-8.10; p=0.075). Furthermore, prehypertension and hypertension stage I subjects than normal blood pressure had moderate trend increased risk to be NIHL.
CONCLUSION: Total flight hours for 500 hours or more, total duration works 11-24 years, or prehypertension and hypertension stage 1 increased risk for NIHL."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina
"Pajanan kebisingan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan termasuk penurunan pendengaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pajanan kebisingan dengan penurunan pendengaran pada pekerja di area amonia 1A PT Pupuk Kujang, Cikampek, Tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah studi cross-sectional yang dilaksanakan pada area kerja amonia terhadap seluruh pekerja berjumlah 38 orang. Peneliti mengukur dosis pajanan pada lima area kerja amonia dan menyebarkan kuesioner. Melakukan review terhadap hasil medical check up tahun terakhir. Melakukan analisa bivariat terhadap fakktor perancu. Hasil studi menunjukkan faktor risiko yang berhubungan penurunan adalah dosis kebisingan (p-value 0,039,95% CI). Pajanan kebisingan berhubungan dengan penurunan pendengaran pada karyawan, yaitu dosis kebisingan.

Noised exposure can causes various kinds of health effect of human including hearing loss. The main objective of this research was to examine the relationship between noised exposure with hearing loss of amonia 1A area's worker on PT. Pupuk Kujang , Cikampek 2013. The research was conducted with cross-sectional study in amonia 1A area's 38 workers. Dose exposure measured in five amonia 1A areas. Thus, it had been done through distributing questionnaire and also reviewed upon the data of employee's last year medical check-up. Statistics calculation in bivariate analysis of confounding factors. The research show that the risk factor that statiscally relates to hearing loss is noised dose (p-value 0,039, 95%CI). Noised exposure relates to hearing loss of the employees, which is noise dose.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmawaty
"Perkembangan berbicara yang baik merupakan petunjuk penting yang menentukan kemampuan anak itu kelak untuk belajar. Keterlambatan berbicara dapat merupakan gejala berbagai kelainan antara lain gangguan pendengaran. Deteksi dini gangguan pendengaran tidaklah mudah, terkadang orangtua baru menyadari bahwa anaknya tidak dapat mendengar pada saat si anak berusia dua tahun.
Anak dengan gangguan pendengaran mengalami perkembangan kecerdasan yang tidak optimal sebagai akibat kurangnya informasi bunyi yang berguna dalam proses komunikasi dan proses belajar dengan lingkungan. Kemampuan intelegensi anak dengan gangguan pendengaran tidak selalu di bawah rata-rata sehingga perlu dilakukan upaya khusus untuk optimalisasi fungsi pendengaran dan perkembangan berbicara. Keberhasilan upaya ini dipengaruhi oleh penemuan kasus gangguan pendengaran pada tahap awal sehingga proses habilitasi dini dapat segera dilaksanakan.
Gangguan pendengaran adalah jenis kelainan bawaan terbanyak. Di Amerika Serikat angka kejadian gangguan pendengaran pada neonatus adalah 1 sampai 3 kasus dari 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Pendengaran di 7 propinsi sejak tahun 1993-1996 disebutkan bahwa 0,1% penduduk menderita tuli sejak lahir.
Semua anak dengan gangguan bicara hares menjalani tes pendengaran untuk membuktikan ada tidaknya gangguan pendengaran. Bila ternyata anak mengalami gangguan pendengaran, maka diperlukan intervensi dini berupa terapi bicara dan penggunaan alat bantu dengar, sehingga dengan dukungan keluarga dapat mengurangi atau menghapus perbedaan dalam kemampuan bicara anak tersebut dengan anak normal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farsely Mranani
"ABSTRAK
Hipotiroid kongenital (HK) adalah kelainan bawaan yang dapat menimbulkan
dampak berupa retardasi mental permanen. Pemberian levothyroxine dengan dosis tepat pada usia sedini mungkin, dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Sayangnya, bayi baru lahir tidak menunjukkan gejala HK. Kalaupun ada, berarti sudah ada gangguan pertumbuhan. Perlu skrining hipotiroid kongenital (SHK) untuk menemukan kasus bayi yang menderita HK.
Meski sudah dilakukan sejak 2006, baru pada tahun 2014 dikeluarkan Permenkes tentang pelaksanaan SHK di Indonesia. Penelitian evaluasi ekonomi program SHK tahun 2014-2015 ini mencakup analisis biaya skrining dan terapi dini, sedangkan outcome didapat dari systematic review (SR). Asumsi dikembangkan berdasarkan data riil pasien skrining SHK di 2 laboratorium rujukan di Jakarta dan Bandung.
Dari total 56.186 bayi yang melakukan skrining, diperoleh 24 pasien positif
menderita HK. Hasil SR menyatakan bahwa semakin dini onset terapi, semakin adekuat dosis inisiasi dan semakin kontinyu terapi dapat memberikan hasil yang baik. Hasil Tersebut berupa pencegahan terhadap komplikasi HK lebih jauh dan perbaikan pada penyimpangan tumbuh kembang.
Dari hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa baru pada tahun kedua terlihat adanya keuntungan ekonomis SHK. Hal ini berhubungan dengan patologi gejala HK yang umumnya muncul pada usia 3-6 bulan. Orang tua baru mencari pertolongan medis pada tahun kedua dan mengeluarkan lebih banyak biaya. Biaya skrining dan terapi dini menjadi sepadan dibandingkan dengan kerugian yang dapat dicegah akibat gejala gangguan tumbuh kembang.

ABSTRACT
Congenital hypothyroidism (CH) is a congenital disorder that can have an impact in the form of permanent mental retardation. Giving the right dose of levothyroxine at the earliest possible age, can prevent the disruption of growth and development. Newborns do not show symptoms of CH, and unfortunately the symptoms appear in the late period and in many cases it shows growth disorders. The congenital hypothyroidism screening (CHS) program has been implemented to find infant cases with CH, and followed up with treatment.
Although it has been made since 2006, Minister of Health just issued the regulation in 2014 on the implementation of CHS in Indonesia. This economic evaluation of the CHS program in 2014-2015 was done using cost analysis, while outcome obtained from the systematic review (SR). The assumptions used in the analysis were developed based on real data from a CHS screening program in two referral laboratories in Jakarta and Bandung. Out of 56.186 screened babies, 24 babies were found as CH positive cases.
The result of the SR revealed that the earlier onset of initiation therapy, the more adequate dose and the more continuous therapy given to the patient, the better result will be achieved. It will prevent the patients from severe complications of CH and will improve the quality of thegrowth and development. The study found that the economic benefit is achieved in the second year of CH treatment, since the pathological symptoms generally appear at the age of 3-6 month and parents seek care in the second year. Consequently, cost to treat patients will increase. The cost of screening and early treatment was found worthy as compared to economic loss resulting from growth disorders"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farsely Mranani
"ABSTRAK
Hipotiroid kongenital (HK) adalah kelainan bawaan yang dapat menimbulkan
dampak berupa retardasi mental permanen. Pemberian levothyroxine dengan dosis
tepat pada usia sedini mungkin, dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Sayangnya, bayi baru lahir tidak menunjukkan gejala HK. Kalaupun
ada, berarti sudah ada gangguan pertumbuhan. Perlu skrining hipotiroid kongenital
(SHK) untuk menemukan kasus bayi yang menderita HK.
Meski sudah dilakukan sejak 2006, baru pada tahun 2014 dikeluarkan Permenkes
tentang pelaksanaan SHK di Indonesia. Penelitian evaluasi ekonomi program SHK
tahun 2014-2015 ini mencakup analisis biaya skrining dan terapi dini, sedangkan
outcome didapat dari systematic review (SR). Asumsi dikembangkan berdasarkan
data riil pasien skrining SHK di 2 laboratorium rujukan di Jakarta dan Bandung.
Dari total 56.186 bayi yang melakukan skrining, diperoleh 24 pasien positif
menderita HK.
Hasil SR menyatakan bahwa semakin dini onset terapi, semakin adekuat dosis
inisiasi dan semakin kontinyu terapi dapat memberikan hasil yang baik. Hasil
tersebut berupa pencegahan terhadap komplikasi HK lebih jauh dan perbaikan pada
penyimpangan tumbuh kembang.
Dari hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa baru pada tahun kedua terlihat
adanya keuntungan ekonomis SHK. Hal ini berhubungan dengan patologi gejala HK
yang umumnya muncul pada usia 3-6 bulan. Orang tua baru mencari pertolongan
medis pada tahun kedua dan mengeluarkan lebih banyak biaya. Biaya skrining dan
terapi dini menjadi sepadan dibandingkan dengan kerugian yang dapat dicegah
akibat gejala gangguan tumbuh kembang.

ABSTRACT
Congenital hypothyroidism (CH) is a congenital disorder that can have an impact in
the form of permanent mental retardation. Giving the right dose of levothyroxine at
the earliest possible age, can prevent the disruption of growth and development.
Newborns do not show symptoms of CH, and unfortunately the symptoms appear in
the late period and in many cases it shows growth disorders. The congenital
hypothyroidism screening (CHS) program has been implemented to find infant cases
with CH, and followed up with treatment.
Although it has been made since 2006, Minister of Health just issued the regulation
in 2014 on the implementation of CHS in Indonesia. This economic evaluation of the
CHS program in 2014-2015 was done using cost analysis, while outcome obtained
from the systematic review (SR). The assumptions used in the analysis were
developed based on real data from a CHS screening program in two referral
laboratories in Jakarta and Bandung. Out of 56.186 screened babies, 24 babies were
found as CH positive cases.
The result of the SR revealed that the earlier onset of initiation therapy, the more
adequate dose and the more continuous therapy given to the patient, the better result
will be achieved. It will prevent the patients from severe complications of CH and
will improve the quality of thegrowth and development..
The study found that the economic benefit is achieved in the second year of CH
treatment, since the pathological symptoms generally appear at the age of 3-6 month
and parents seek care in the second year. Consequently, cost to treat patients will
increase. The cost of screening and early treatment was found worthy as compared to
economic loss resulting from growth disorders."
2016
T47178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risdawati
"Tuli mendadak merupakan kedaruratan dibidang audiologi yang perlu penatalaksanaan segera. Konsensus terapi tuli mendadak tahun 2010 di Madrid-Spanyol dan systematic review yang dilakukan Cochrane tahun 2009 menetapkan steroid sebagai terapi utama. Pasien yang mengalami kesembuhan memperlihatkan peningkatan nilai emisi otoakustik selama terapi. Perbaikan emisi terjadi lebih awal dibandingkan perbaikan ambang dengar.
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi hasil terapi metil prednisolon dosis terbaru pada tuli mendadak dengan pemeriksaan DPOAE dan audiometri nada murni dengan desain pre-eksperimental bersifat analitik pre-post terapi. Pemeriksaan audiometri nada murni dan DPOAE dilakukan sebelum dan sesudah terapi hari ke-15 pada 22 subjek penelitian.
Pada penelitian ini didapatkan perubahan bermakna nilai audiometri di semua frekuensi yang diteliti, perubahan bermakna nilai DPOAE di frekuensi 1500 Hz, 2000 Hz, 8000 Hz dan hubungan bermakna perubahan SNR pada DPOAE dengan tingkat perubahan ambang dengar pada frekuensi 8000 Hz dan 10000 Hz. Penelitian ini mendapatkan perubahan yang bermakna nilai audiometri nada murni sebelum dan sesudah terapi pada semua frekuensi yang diteliti dengan menggunakan dosis terbaru metil prednisolon. Oleh karena itu dosis ini dapat diaplikasikan untuk terapi tuli mendadak.

Sudden deafness is an emergency case in audiology that need immediate treatment. Consensus 2010 in Madrid-Spain and Cochrane systematic review in 2009, stated steroid as drugs of choice in sudden deafness therapy. Patient that has been recovered from sudden deafness has increasing otoacoustic emission during treatment. The emission improvement begins earlier than the improvement of the hearing level.
The aim of research is to evaluate new dose of methylprednisolon therapy in sudden deafness by using DPOAE and pure tone audiometry with pre-experimental analytical design pre-post treatment. Pure tone audiometry and DPOAE evaluation before therapy and day 15th after therapy on 22 subjects.
This reseach found that there are changes in pure tone audiometry for all hearing frequencies, there is also changes in DPOAE for 1500 Hz, 2000 Hz, 8000 Hz frequencies and a significant difference between changes in DPOAE with changes in hearing threshold level for 8000 Hz and 10000 Hz. This research found changes in pure tone audiometry for all hearing frequencies by using new dose of methylprednisolone. There fore, this new dose could be applied for sudden deafness therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Sari Rizkiyah
"Anomali kongenital dapat mengakibatkan kematian pada anak apabila tidak ditangani secara tepat. Pembedahan merupakan intervensi utama untuk mencegah mortalitas, namun dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua. Kecemasan orang tua erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan pra-operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan pra-operasi dan tingkat kecemasan orang tua pada anak dengan anomali kongenital. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional) dengan metode consecutive sampling yang melibatkan 125 orang tua. Instrumen yang digunakan adalah instrumen pengetahuan pra-operasi dan State Trait Anxiety Inventory Form Y-1 (STAI Form Y-1). Analisis uji statistik menggunakan uji Chi-square dan Fisher exact. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan pra-operasi dan tingkat kecemasan orang tua pada anak dengan anomali kongenital (p= 0,014;α= 0,05). Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu keperawatan dimasa yang akan datang terkait edukasi pra-operasi untuk menurunkan tingkat kecemasan orang tua.

Congenital anomalies can result in death in children if not handled properly. Surgery is the main intervention to prevent mortality, but it can cause anxiety in the parents. Parental anxiety is closely related to the level of pre-operative knowledge. This study aimed to identify the relationship between preoperative knowledge and parents’ anxiety in children with congenital anomalies. The research design was cross-sectional with a consecutive sampling method involving 125 parents. The instruments used were preoperative knowledge instruments and State-Trait Anxiety Inventory Form Y-1 (STAI Form Y-1). Statistical test analysis using the Chi-square test and Fisher's exact. The results showed that there was a significant relationship between the level of preoperative knowledge and the anxiety level of parents in children with congenital anomalies (p= 0,014; α= 0,05). This research is expected to be useful for the development of nursing science in the future related to pre-surgery education to reduce parents' anxiety levels."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devrizal Hendry
"Latar belakang: Gangguan pendengaran sensorineural pada pilot merupakan masalah kesehatan yang dapat menyebabkan inkapasitasi pada saat pilot menjalankan tugas terbangnya dan berdampak terhadap keselamatan penerbangan. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi jam terbang total dan faktor dominan lainnya terhadap risiko gangguan pendengaran sensorineural di antara pilot sipil di Indonesia.
Metode: Desain penelitian potong lintang dengan purposive sampling pada tanggal 4-20 Mei 2015 terhadap pilot laki-laki berusia 20-60 tahun dan pilot memiliki lisensi Commercial Pilot License (CPL) atau Air Transport Pilot License (ATPL) yang sedang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala (medex) di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta. Gangguan pendengaran yaitu subyek memiliki ambang dengar 25 dB atau lebih. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara memakai kuesioner. kemudian data diambil dari rekam medis pada hari pemeriksaan. Risiko gangguan pendengaran sensorineural dianalisis menggunakan risiko relatif (RR) dengan regresi Cox.
Hasil: Selama 3 minggu masa pengumpulan data terdapat 681 pilot yang melakukan medex di Balai Kesehatan Penerbangan, didapatkan 314 pilot yang memenuhi kriteria penelitian. Sebanyak 15,9% mempunyai gangguan pendengaran sensorineural. Pilot dengan jam terbang total lebih 5000 jam dibandingkan kurang 5000 jam berisiko gangguan pendengaran sensorineural 4,7 kali lipat [risiko relatif suaian (RRa)=4,73; p=0,137]. Pilot dengan usia 45-60 tahun dibandingkan usia 20-44 tahun berisiko gangguan pendengaran sensorineural 6,8 lipat (RRa=6,87; p=0,000).
Simpulan: Jam terbang total 5000 jam atau lebih serta usia 45-60 tahun meningkatkan risiko gangguan pendengaran sensorineural pada pilot sipil di Indonesia.

Background: Sensorineural hearing loss in civil pilots could interfere pilots? performance to safely operate an aircraft thus could cause incapacitation on board. This study aimed to identify risk factors of sensorineural hearing loss among civil pilots in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study design with purposive sampling on 4-20 May 2015 was conducted on pilots of the male civilian. The inclusion criteria civilian pilots male 20-60 years old and had Commercial Pilot License (CPL) or Air Transport Pilot License (ATPL) who were taking medical examinations (medex) in Civil Aviation Medical Centre, Jakarta. Hearing impairment defined by hearing threshold of 25 dB or more. Demographic data were collected by interviewed pilots using questionnaires while audiometry and laboratory data were collected from medical records. Risk factors of sensorineural hearing loss were analyzed by Cox regression.
Results: Three weeks collecting data had 681 pilot conducted medex in Civil Aviation Medical Centre, among 314 commercial pilots were fulfilled the criteria?s. Percentage of sensorineural hearing loss from audiometry data were 15.9%. Subjects with 5000 flight hours or more had almost five times increased risk of sensorineural hearing loss compared to subjects with less than 5000 flight hours [adjusted relative risk (RRa) = 4.73; p = 0.137]. Subjects aged 45-60 year-old had almost seven times increased risk of sensorineural hearing loss compared to subjects aged 20-44 year-old (RRa= 6.87; p = 0.000).
Conclusion: Total flight hours 5000 hours or more and age of 45-60 years increased the risk of sensorineural hearing loss among civilian pilots in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>