Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160370 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iswanto
"Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kemampuan suatu masyarakat untuk beradaptasi, mengatur, serta mengolah lingkungan alam dan budaya yang memengaruhi kehidupan mereka. Penelitian yang dilakukan pada masyarakat Boti di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami ume kbubu sebagai wujud kearifan lokal masyarakat Boti dalam menjaga ketahanan pangan dan melindungi mereka dari bencana. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Karakteristik data penelitian ini tergolong dalam data penelitian sensitif, karenanya membutuhkan waktu yang lama untuk memperolehnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur ume kbubu memperlihatkan kearifan lokal masyarakat Boti dalam beradaptasi dengan lingkungan alam dan memengaruhi terbentuknya struktur permukiman masyarakat Boti yang menyebar. Selain itu, fungsi dan simbolisasi ume kbubu berkaitan erat dengan kearifan lokal masyarakat dalam menyimpan dan mengelola bahan makanan (jagung), yang menjadi kekuatan masyarakat Boti dalam menghadapi bencana krisis pangan. Struktur permukiman masyarakat Boti yang ditopang dengan aturan adat yang ketat menjadi pembatas dalam interaksi sosial yang mampu melindungi masyarakat dari bencana, misalnya penyakit menular. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Boti ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengkaji berbagai aspek budaya yang bermanfaat dalam menghadapi bencana."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2021
900 HAN 4:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
F.X. Rahyono, 1956-
""Reformasi Total", demikianlah sebuah slogan yang dihadirkan dalam wacana publik pada masa pascaorde baru. Kecaman, keluhan, atau kemarahan itu pun hadir di berbagai media wacana, baik dalam dialog formal maupun informal. Pada masa pascaorde baru, memori yang ada pada masyarakat adalah memori tentang peristiwa-peristiwa yang tidak terkendali. Memori itu kemudian terrepresentasikan dalam wacana yang berbunyi "Reformasi yang kebablasan". Sebuah kata, frasa, serta kalimat pada dasarnya berpotensi menampilkan makna referensial maupun kontekstual. Secara pragmatis, sebuah kata, frasa, atau kalimat memiliki kemungkinan untuk menyatakan maksud kearifan atau maksud ketidakarifan. Ketidakarifan - yang dimaksudkan dalam penelitian ini - merupakan tindakan pelanggaran terhadap etika dan etiket yang berlaku di masyarakat. Bagaimana mewacanakan gerakan reformasi secara arif? Perlukah memanfaatkan kosakata ketidakarifan secara produktif dalam wacana publik? Siapakah yang bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan kearifan masyarakat? Kearifan dalam bahasa tidak berkaitan dengan tindakan manipulatif dalam penyampaian informasi. Kearifan dalam bahasa berkaitan dengan strategi pemilihan satuan-satuan bahasa. Kearifan adalah tanggung jawab bersama. Bahasa yang arif tidak akan hadir secara menyeluruh jika pihak-pihak terkait dan segala peristiwa yang dihasilkannya tidak menuju ke kearifan. Kearifan tidak memperdebatkan tuntutan hak dan kebebasan berwacana.

The Wisdom of Language A Pragmatic Study on the Profile of the Post-New Order Era Mass Media Language. "Total Reformasi!" is the slogan circulated in the public discourse of the post-New Order era. All kinds of condemnation, grievances, and anger have been raised in various discourses, from formal to informal dialogues. In such an era, people?s collective memory is mostly associated with uncontrollable events, and it is eventually represented in the discourse of "the overdosed Reformasi" (Reformasi yang kebablasan). A word, phrase, and sentence basically have the potential of expressing both referential and contextual meanings. From a pragmatic point of view, a word, phrase, or sentence has a capacity to express either wise or unwise intentions. "Unwise intention" in the context of this research is defined as an act of transgressing or violating the ethics and etiquettes of a society. How can the discourse of Reformasi be constructed wisely? Is it necessary to appropriate unwise vocabulary in public discourses? Who holds the responsibility for fostering public wisdom? The wisdom of language has nothing to do whatsoever with manipulative acts in information dissemination. The wisdom of language relates to strategies of choosing certain linguistic features. Wisdom is a collective responsibility. A wise language would not be able to fully exist unless all of the related parties and resulting events make a concerted effort towards wisdom. Wisdom does not involve itself in the tug of war between the right and freedom of participating in discursive formations."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Suwartiningsih
"Being a pluralist community, Nias consists of not Tionghoa (Chinese), Padang, Batak and Javanese. Social harmony within the community is like no other ever found in other regions across Indonesia. Indeed, social harmony amongst the Nias community has been a very much interesting social fact for research and analysis. Has some sort of local wisdom been exercised as a social capital to create the social harmony within the life of this religious-pluralist community? A research on this was conducted in Kota Gunungsitoli by applying the descriptive- qualitative research. The research shows that their local wisdom of Banua dan fatalitusota, Emali dome si so ba lala, ono luo na so yomo, Sebua ta ide'ide'o, side'ide'ide mutayaigo [tidak bold] and the fact that religious communities in this region have strong understanding and emphasis on their religious values. These factors heavily influence both the creation and the preservation of the social harmony within the community."
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2014
SODE 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adrian Aery Lovian
"Tesis ini membahas tentang Kearifan Ekologis masyarakat Petalangan dalam Ritual Menumbai. Fokus penelitian ini untuk mencari ketertikatan antara ritual Menumbai dengan Ekologi, guna mengetahui kearifan masyarakat Petalangan dalam memperlakukan lingkungan ekologi. Perubahan yang terjadi terhadap ruang hidup masyarakat Petalangan sekarang sudah berubah, dari sebelumnya dikelilingi hutan yang menjadi sumber budaya dan ekonomi mereka, menjadi wilayah hutan industri dan kelapa sawit. Perubahan tersebut tentu saja mengancam ekspresi-ekspresi budaya mereka, termasuk Menumbai. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data yaitu bersifat observasi, wawancara, dan perekaman audio-visual. Data tersebut diklasifikasikan untuk dianalisis dan ditafsirkan berdasarkan konsep-konsep, pendekatan, dan teori-teori dalam kajian tradisi lisan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ritual Menumbai memiliki proses penciptaan, formula dan variasi dan konteks; semuanya itu tertanam jauh di dalam pandangan dunia mereka tentang alam sebagai makhluk yang sama seperti manusia.

This thesis is an analytical discuss on the ecological wisdom of Petalangan community in the Menumbai, that is a specific ritual to take bees honey that built their nests in the branches of a Sialang tree. This study is focus to search on relations between Menumbai ritual and ecology, with the goals to understand the ecological wisdom in the activities of Petalangan community. In facts, the living space of Petalangan has change now, from the area that covered by forests with the rich of economic and cultural resources to the areas of monoculture industrial forest and palm oil trees. Its change of course endangered their traditional cultural expressions, included Menumbai. In case of Menumbai, it sustainability threatened by quantity degradation of Sialang trees. The data collected by observations, interviews, and audio-visual recording. It data classified, for the analyses and interpreted base on concepts, methods and theories in the study of oral traditions. These research, analyses and interpretations resulted a general conclusion that Menumbai ritual have: a specific creating process, formulas, variations, and contexts; all of those rooted in the deep of their world view about nature as a Creature as well as humanity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenni Ertati
"Markusip mengandung arti pendekatan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan dengan cara berbisik-bisik dari balik dinding rumah. Munculnya kearifan lokal markusip di tanah Mandailing tidak terlepas dari pengaruh ajaran agama Islam yang dibawa oleh Pasukan Paderi yang mengubah segala sendi-sendi kehidupan masyarakat Mandailing termasuk dalam hal pergaulan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan kearifan lokal markusip yang dilakukan oleh muda-mudi etnis Mandailing tempo dulu sebelum menuju jenjang pernikahan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif kualitatif melalui studi literatur baik melalui buku, jurnal, tesis dan artikel ilmiah lainnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kearifan lokal markusip merupakan wujud dari pelaksanaan agama Islam yang melarang interaksi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Sehingga dalam pelaksanaannya baik laki-laki dan perempuan tidak dapat melihat satu sama lain karena dibatasi oleh dinding rumah. Kearifan lokal markusip merupakan wadah menuju ke jenjang pernikahan jika antara laki-laki dan perempuan terdapat kecocokan satu sama lain"
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2023
959 PATRA 24:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jusuf Sutanto
"Buku ini berisi tentang kumpulan kisah kearifan kuno yang bisa menjadi pedoman dalam kehidupan masa modern."
Jakarta: Hikmah, 2004
234.12 JUS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianti
"Tiap-tiap kebudayaan yang ada di Indonesia merupakan salah satu kekayaan bangsa yang harus tetap dijaga dan dilestarikan. Salah satu hasil dari kebudayaan tersebut adalah bangunan-bangunan tradisional seperti yang dimiliki oleh masyarakat Melayu Kampar. Bangunan tradisional ini merupakan produk/hasil dari proses adaptasi dari kebudayaan yang pada akhirnya membentuk kearifan lokal masyarakat dan menjadi ciri khas dari suatu masyarakat tersebut. Skripsi ini membahas tentang kearifan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Melayu Kampar yang dilihat dari bangunan tradisional yang dimiliki dan sejauh mana pengaruh kearifan budaya itu mempengaruhi bangunan tersebut.

Every culture in Indonesia is one of the richness of this nation that has to keep and make it away from extinction. One of the products of culture is traditional building like one of them that own by the Malay society of Kampar. Traditional building is one of the products of adaptation process of culture and at the end creates local wisdom and finally become characteristic of the society. This thesis is about local wisdom of culture that own by Malay society of Kampar from traditional building and how far the culture affects the building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52253
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>