Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184506 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ismail Hadisoebroto Dilogo
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
PGB0610
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Tresna Priyana Soemardi
"ABSTRAK
Laporan Akhir tahap-II Penelitian Rekayasa Sendi Lutut Suatan ini merupakan kelanjutan Penelitian Tahap-I. Dalam Tahap-I dilaporkan Perancangan, Simulasi Siomekanik dan Prototyping melalui Rapid Prototyping. Pada tahap-ll dilaporkan Perancangan Proses Manufaktur dan Pembuatan Prototip Manufaktur.
Perancangan proses manufaktur yang baik didefinisikan sebagai implementasi perancangan proses (pabrikasi), yang dapat menghasilkan produk (sendi lutut buatan) yang sesuai dengan rancangan yang diharapkan (geometri, material dan finishing nya) serta fenomena dalam proses manufaktur, seperti faktor penyusutan material untuk suatu proses manufaktur. Perancangan proses manufaktur juga harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti: sifat mekanik, keakuratan dimensi dan kehalusan permukaan produk yang dihasilkan. Selain kriteria tersebut, faktor fungsi dan persyaratan khusus terhadap material yang digunakan seperti tidak mengandung racun dan tidak menimbulkan efek alergi terhadap tubuh juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan material untuk sendi lutut buatan.
Pada implementasinya proses manufaktur yang digunakan untuk memproduksi komponen sendi lutut buatan adalah pengecoran invesmen (investment casting). Pengecoran invesmen adalah salah satu proses pengecoran presisi yang mampu menghasilkan produk dengan toleransi + 0,002 in setiap 1 in, dan + 0,004 in setiap 6 in, kehalusan permukaan yang bisa dicapai sekilar 63 - 25 mikro in dan kandungan karbon 0,03 %.
Setelah proses pengecoran selesai, spesimen produk diuji dengan beberapa pengujian diantaranya: uji komposisi, uji tarik, uji tekan dan uji kekerasan dengan tujuan untuk memastikan bahwa sifat makanik dari produk sesuai dengan sifat mekanik dari spek material standar yang digunakan yaitu stainless steel 316 L

ABSTRACT
A good manufacturing process design defined as an implementation of process design (fabrication), which able to produce knee joint prostheses product that meet previous product design (geometry, material and product finish) manufacturing process phenomenon such as material shrinkage factor in relation with a selected process. Design of manufacturing process should consider the following factors: mechanical properties, dimensional accuracy, and surface roughness of the product. In addition to the above mentioned criteria's, function factor and special requirements(toxic and allergy) should be also considered in selecting the material for knee joint prostheses.
Manufacturing process applied for the implementation process of knee joint prostheses is investment casting. Investment casting is one of precision casting processes which could produce castings that have tolerance ± 0.002 inch per 1 inch, and ± 0.004 inch per 6 inch, surface roughness about 63 up to 25 pinch and carbon content 0.03 In.
After completion the casting process, the product specimen is subject to several testing procedures as follow: composition test, tensile test, compression test, and hardness test to ensure that the mechanical properties of the product meet all the mechanical properties required for stainless steel 316 L.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Aprianto
"Latar Belakang: Osteoartritis adalah penyakit sendi inflamasi yang paling umum, ditandai dengan penyakit sinovial degeneratif yang menghasilkan gangguan seluler dan ekstraseluler. Saat ini, pilihan perawatan bedah dan non-bedah untuk OA terbatas pada mengurangi gejala atau memperbaiki lesi yang terisolasi, dengan operasi penggantian lutut total diperlukan kemudian. Dewasa ini, timbul suatu kebutuhan terhadap terapi yang tidak hanya sementara, tetapi juga memiliki potensi untuk mengubah arah dan perkembangan penyakit, menurunkan kebutuhan analgetik dan operasi di masa depan. Penelitian lebih lanjut terkait terapi pencegahan progresivitas osteoartritis terfokus pada terapi rekayasa jaringan dengan penggunaan sekretom sel punca mesenkimal (SPM). Hingga saat ini studi-studi yang ada terkait topik tersebut masih cukup terbatas. Studi ini bertujuan untuk melihat efektivitas penggunaan sekretom dan sel punca mesenkimal tali pusat pada manajemen osteoartritis. Metode: Sebanyak 18 domba (Ovies aries) menjalani intraartikular menisektomi total sisi lateral tungkai belakang untuk membuat suatu model hewan osteoartritis. Setelah terkonfirmasi osteoartritis secara radiologis, domba tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok sekretom, kelompok asam hyaluronat, dan kelompok SPM-sekretom yang disintesis sebelumnya dengan kultur, isolasi, dan ekspansi SPM yang dikultur di laboratorium. Semua domba kemudian disuntikkan secara intraartikular dan dievaluasi dengan pencitraan, pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik (analisis histopatologi), dan imunohistokimia aggrecan. Skoring makroskopik dan mikroskopik dilakukan menggunakan intraartikular OARSI, sementara IHK protein aggrecan dihitung menggunakan system IRS agar dapat secara objektif mengevaluasi progresivitas osteoartritis. Analisis statistik kemudian dilakukan dengan analisis One-way ANOVA dan Kruskal-Wallis.
Hasil: Analisis makroskopik dengan menggunakan penilaian OARSI telah menunjukkan skor OARSI yang lebih rendah pada kelompok sekretom (6.833 ± 1.471) dibandingkan dengan dua kelompok lainnya, yang menandakan bahwa tingkat progresivitas osteoartritis paling rendah terjadi pada kelompok tersebut. Ditemukan perbedaan yang bermakna secara intraartikular antara kelompok sekretom dengan kelompok asam hyaluronat (p <0,05), namun tidak ditemukan perbedaan yang bermakna secara intraartikular antara kelompok sekretom dengan SPM-sekretom (p>0,05). Hasil serupa juga ditemukan pada kelompok mikroskopik dengan kelompok sekretom memiliki skor terendah (26.00 ± 4,24).
Kesimpulan: Sekretom menunjukkan efektivitas yang lebih baik dalam menghambat progresivitas osteoarthritis pada hewan model dibandingkan dengan asam hyaluronat, dimana tingkat efektivitas ini tidak berbeda bermakna secara intraartikular dengan SPM-sekretom. Studi lebih lanjut di lapangan untuk menentukan dosis dan frekuensi penyuntikan intraartikular harus dilakukan untuk evaluasi selanjutnya

Background: Osteoarthritis is the most prevalent inflammatory joint disease, characterized by degenerative synovial diseases that produce cellular and extracellular disruptions. Recently, the surgical and non-surgical treatment options for OA have been confined to alleviating symptoms or correcting isolated lesions, with a total knee replacement operation being necessary later. Currently, there is a need for therapy that is not only transitory but also has the potential to alter the disease's course and development, lowering the need for analgesics and surgery in the future. More investigations on such therapy are shifting into the use of mesenchymal stem cell (MSC) secretome, however, limited studies on the topic are found. This study aims to evaluate the use of MSC-secretome on the management of osteoarthritis.
Method: A total of 18 sheep (Ovies aries) underwent menisectomy to make a model osteoarthritis animal, the sheep then were divided into three groups: the secretome group, hyaluronic acid group, and MSC-secretome group, which was synthesized earlier by culture, isolation, and expansion of mesenchymal stem cell line. All the sheep were then injected intraarticularly and evaluated by imaging, macroscopic examination, and microscopic examination (histopathology and immunohistochemistry analysis) and then subjected to OARSI scoring to objectively evaluate the osteoarthritis severity. Statistical analysis were then conducted with One-way ANOVA and Kruskal-Wallis analysis.
Result: The macroscopic and microscopic analysis using OARSI scoring has revealed lower OARSI score on the secretome group (6,833 ± 1,471) as compared to other two group, implying lower grade of osteoarthritis found in the group. There are significant differences between the secretome group with the hyaluronic acid group (p <0.05). Similar result also found in the microscopic group with secretome group having the lowest score (26,00 ± 4,24).
Conclusion: Secretome is more effective on managing osteoarthritis on the model animal as compared to hyaluronic acid and no significant difference of MSC injection statistically. Further studies on the field, to evaluate the doses and frequency of injection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"This artwork is revealing about the existence of Legong Tombol in Banyuatis village, Buleleng which has stagnated regeneration. Through this work, the steps taken to resolve the impasse is by reconstructing the shape of the dance, then rechoreographing the missing parts and subsequently teaching the dance form to the local young generation dancers. Related to the issues raised on the existence Legong Tombol in Banyuatis village, then this work present about : (1) Creation Method of dance that starts from the reconstruction effort of the dances that is almost extinct, (2). Reconstructing and re-packing the form of Legong Tombol dance and then returning to the community, (3). Resenting the training methods of Legong dabce which is contained in the creativity of the figure of the artist (late.) I Wayan Rindi which has been successfully re-lifted up."
MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
""Karya seni ini mengungkapkan tentang keberadaan Tari Legong Tombol di Desa Banyuatis, Buleleng,"
"Bali yang mengalami kemandegan regenerasi. Melalui karya ini, langkah yang ditempuh untuk menga­ tasi kemandegan tersebut adalah dengan merekonstruksi bentuk tari tersebut, kemudian mengkore­ ografi ulang bagian yang hilang serta selanjutnya mengajarkan bentuk tarian tersebut kepada para penari generasi muda setempat. Terkait dengan permasalahan yang terjadi atas keberadaan tari Legong Tombol di Desa Banyuatis, maka dalam karya ini disampaikan tentang: (1) Metode Penciptaan karya tari yang bertitik tolak dari usaha rekonstruksi bentuk tari yang hampir mengalami kepunahan, (2). Merekonstruksi dan mengkemas ulang bentuk tari Legong Tombol untuk kemudian dikembalikan kepada masyarakat, (3). Menyajikan metode pelatihan tari Legong yang terkadung dari kreativitas sosok seniman (alm.) I Wayan Rindi yang berhasil digali kembali.""
780 MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021
616.722 3 DIA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agri Suwandi
"ABSTRAK
Penggantian total sendi lutut atau TKR, adalah prosedur rekonstruksi bidang ortopedi yang terbukti dapat menghilangkan rasa sakit akibat penyakit Osteoarthritis. Dimensi prostheses TKR yang ada, ditentukan berdasarkan statistik antropometri orang Barat ras Caucasian , secara signifikan berbeda dengan orang Asia kebanyakan ras Mongoloid dan Negroid , sehingga timbul berbagai masalah. Penelitian yang dilakukan terdiri dari 3 tahap, yaitu: pengembangan desain, pengembangan proses manufaktur serta pengujian prototipe secara sederhana. Dimana penelitian ini berfokus pada 2 hal, yaitu: 1 . Metode untuk mendapatkan dimensi tulang lutut tanpa mengukur secara langsung; 2 . Metode yang lebih cepat untuk proses manufaktur dengan teknologi Investment Casting. Adapun hasil penelitian yang dilakukan adalah 1 Data dimensi acuan produk customized prostheses TKR, menggunakan hasil pengolahan data CT scan pasien; 2 Pengurangan jumlah tahapan IC dari 9 menjadi 7 tahapan, dimana pembuatan pattern menggunakan mesin rapid prototyping jenis Fused Deposition Modeling, sedangkan untuk tahap menghilangkan pattern dan pengerasan cangkang keramik digabung menjadi satu dengan metode pembakaran burn-out . Hasil perbandingan dimensi tulang dan produk menunjukkan kesesuaian dimensi dengan waktu proses manufaktur yang lebih cepat. Secara umum, metode untuk mendapatkan dimensi dan proses manufaktur Investment Casting yang dikembangkan dapat diaplikasikan pada berbagai produk.

ABSTRACT
The total knee replacement or TKR, orthopedic reconstruction procedure is proven can eliminate the pain of Osteoarthritis disease. The dimensions of the existing prostheses TKR, determined based on the statistics of Anthropometry in the West race Caucasian , significantly different from Asians mostly of Mongoloid and Negroid race , so that various problems. The research consists of 3 stages, there are development of design, manufacturing processes and a simple testing prototypes. Where research was focused on 1 a methods how to acquire the dimensions of the knee bone without measuring 2 a faster method for manufacturing processes with Investment Casting. As for the results of the research are 1 reference customized prostheses TKR are using CT scan data 2 a reduction step of Investment Casting from 9 to 7 steps, where the pattern making use a rapid prototyping machine kind of Fused Deposition Modeling, and merged step of removes the pattern and hardening the ceramic shell with the burn out method. The comparison bone dimensions and the product have the suitability with the rapid manufacturing process. In General, the method has developed can be applied to various products."
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agri Suwandi
"ABSTRAK
Prostheses umumnya digunakan untuk mengganti bagian yang hilang karena cedera
(trauma), sejak lahir (kongenital) serta akibat penyakit. OA adalah penyakit pada tulang
sendi dimana terjadi kerusakan atau hilangnya bagian tulang rawan atau cartilage yang
berfungsi sebagai ?bantalan? antara tulang-tulang dari sendi-sendi. Sendi lutut merupakan
kasus yang paling banyak ditemui. Penggantian total sendi lutut (Total Knee
Replacement) atau TKR, merupakan prosedur rekonstruksi dalam bidang ortopedi yang
telah terbukti dapat menghilangkan rasa sakit akibat penyakit OA. Dimensi prostheses
TKR yang ada di pasaran saat ini, ditentukan berdasarkan statistik antropometri orangorang
Barat (ras Caucasian), yang secara signifikan berbeda dengan orang Asia
(kebanyakan ras Mongoloid dan Negroid), sehingga timbul berbagai masalah. Dalam
menghasilkan produk prostheses TKR sesuai dengan dimensi bagian lutut pasien
(customized) diperlukan suatu metode yang mampu menghasilkan produk yang optimal.
Dalam disertasi ini, penelitian terbagi menjadi tiga tahap utama, yaitu: pengembangan
desain, pengembangan proses manufaktur serta pengujian prototipe secara sederhana.
Pada penelitian disertasi ini, dikembangkan 2 metode, yaitu: (1). Metode untuk
mendapatkan dimensi tulang lutut tanpa mengukur secara langsung; (2). Metode yang
lebih cepat untuk teknologi Investment Casting (IC). Pengembangan metode untuk
mendapatkan dimensi tulang lutut, digunakan data digital hasil pengolahan data CT scan
pasien yang akan dijadikan acuan produk customized prostheses TKR. Dari eksperimen
yang dilakukan, waktu total yang dibutuhkan untuk mendapatkan model desain
customized prostheses adalah ±3 jam dengan perincian: (1). Proses mendapatkan data CT
Scan selama ±1 jam; serta (2) Proses desain selama ±2 jam. Pengembangan metode yang
lebih cepat untuk teknolog IC, yaitu dengan mengurangi jumlah tahapan proses. Pada
pembuatan pattern digunakan mesin rapid prototyping jenis Fused Deposition Modeling
(FDM) untuk menggantikan cetakan (mould) dan mesin injektor. Sedangkan untuk tahap
menghilangkan pattern (dewaxing) dan pengerasan cangkang keramik digabung menjadi
1 tahapan dengan menggunakan suatu metode pembakaran (burn-out). Dari
pengembangan proses manufaktur tersebut dapat mengurangi jumlah tahapan dari 9
menjadi 7 tahapan. Dimana dengan menggunakan proses IC tradisional membutuhkan
waktu ±159 jam atau setara dengan ±20 hari kerja, sementara dengan menggunakan
metode pengembangan IC membutuhkan waktu ±40 jam atau setara dengan ±5 hari kerja.
Hasil perbandingan antara dimensi tulang dan produk hasil menunjukkan kesesuaian
dimensi dan waktu proses manufaktur yang lebih cepat. Secara umum, metode dalam
mendapatkan data dimensi dan proses manufaktur IC yang dikembangkan dapat
diaplikasikan pada berbagai produk.

ABSTRACT
Prostheses are commonly applied to replace part of the body by trauma, congenital and
diseases. OA is a disease of the joints where there is damage or loss of the cartilage. The
cartilage that does as a absorber between the bones of the joints. The knee joint is the
most common case. Total Knee Replacement or TKR, an orthopedic reconstructive
procedure that has been to relieve pain due to OA disease. The existing TKR prostheses
dimensions, is determined based on the statistics anthropometry Western people
(Caucasians), which is significantly different from Asians (mostly Mongoloid and
Negroid race), causing a variety of problems. To determine the optimal customized
prostheses TKR as needed a development method. In this dissertation, the research is
divided into three main stages, there are: development, design, manufacturing process
development and prototype testing. In this dissertation research, developed two methods:
(1). Methods for obtaining the dimensions of the knee bone without measuring directly;
(2). A faster method for technology Investment Casting (IC). Development of methods to
get the dimensions of the knee bone, the use of digital data on the data processing CT
scans of patients that will be used as reference products customized prostheses TKR.
From the experiments carried out, the total time needed to obtain customized prostheses
design models is ± 3 hours, comprising: (1). The process of getting the data CT Scan for
± 1 hour; and (2) The design process for ± 2 hours. Developing a rapid method for
technologists IC, where are reducing the phases. In making the pattern used rapid
prototyping machine types Fused Deposition Modeling (FDM) to replace the mould and
injection machine. As for dewaxing and hardening of the ceramic shell combined into one
stage using a burn-out method. From the development of the manufacturing process can
reduce the number of phases from 9 to 7. Where by using traditional IC process takes ±
159 hours (± 20 working days), while using the IC development takes ± 40 hours (± 5
working days). The comparison between the dimensions of the bone and the results was
fitted and rapid manufacturing. In general, the method of obtaining data dimensions and
IC manufacturing process developed can be applied to various products"
2017
D2257
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfikri Asril
"Pendahuluan: Indonesia dengan kapasitas penapisan neonatus yang belum baik, memiliki angka kejadian developmental dysplasia of the hip (DDH) lambat-diagnosis yang cukup tinggi sehingga usia pasien saat dioperasi lebih besar dibanding negara maju. Hingga saat ini belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai luaran pasca operasi DDH di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui luaran anatomis dan fungsional pasien DDH yang dilakukan operasi satu tahap dengan reduksi terbuka, rekonstruksi tulang femur, dan acetabuloplasty.
Metode: Studi ini mengikutsertakan 21 pasien (24 panggul) yang dioperasi antara Januari 2013 hingga Januari 2020. Prosedur operasi yang dilakukan adalah operasi satu tahap reduksi terbuka, rekonstruksi femur dan acetabuloplasty (Salter innominate atau Pemberton). Semua operasi dilakukan oleh satu orang ahli pediatrik orthopaedi yang sama. Luaran anatomis dievaluasi dengan klasifikasi Severin dan sudut acetabular index pasca operasi. Luaran fungsional diukur dengan kriteria McKay dan skor CHOHES (Children’s Hospital of Oakland Hip Evaluation Scores).
Hasil: Rata – rata usia pasien saat operasi adalah 6 tahun dan rata – rata durasi follow up 43 bulan. Derajat Severin baik dan baik sekali pada 23 panggul, derajat McKay baik dan baik sekali pada 19 panggul serta skor CHOHES baik dan baik sekali pada 19 panggul. Acetabular index pasca operasi signifikan lebih baik dibanding pre operasi (p=0,01). Pasien dengan usia kurang dari 5 tahun memiliki luaran Severin dan McKay lebih baik dibanding yang lebih tua (p<0,05). Derajat Severin berbanding lurus dengan derajat McKay (p=0,01).
Kesimpulan: Operasi satu tahap dengan reduksi terbuka, rekonstruksi tulang femur, dan acetabuloplasty pada DDH memberikan hasil yang memuaskan baik dari segi anatomis maupun fungsional. Usia saat dilakukan intervensi merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap luaran pasca operasi.

Introduction: Indonesia, with its poor neonatal screening capacity, has a fairly high incidence of late-diagnosis developmental dysplasia of the hip (DDH) so that the patient's age at surgery is higher than in developed countries. Until now, not much research has been done on the postoperative outcome of DDH in Indonesia. This study aims to determine the anatomical and functional outcomes of DDH patients who underwent single-stage surgery with open reduction, femur reconstruction, and acetabuloplasty.
Method: This study included 21 patients (24 hips) who undergone surgery between January 2013 and January 2020. The surgery was a single-stage procedure of open reduction, femoral reconstruction and acetabuloplasty (Salter innominate or Pemberton). All of the surgery was conducted by the same pediatric orthopaedic surgeon. Anatomical outcome was evaluated by Severin classification and postoperative acetabular index. Functional outcome was measured by McKay criteria and CHOHES (Children’s Hospital of Oakland Hip Evaluation Scores).
Results: The mean age at the time of operation was 6 years and the average duration of follow up was 43 months.The Severin’s grade was good to excellent in 23 hips, the McKay’s score was good to excellent in 19 hips and the CHOHES score was good to excellent also in 19 hips. Postoperative acetabular index was significantly better than preoperative. (p=0,01). Patient younger than 5 years old had better grades of Severin and McKay (p<0,05). Severin’s and McKay’s grade were directly proportional (p=0,01).
Conclusion: Single-stage procedure of open reduction, femoral reconstruction, and acetabuloplasty in DDH gives satisfactory results both of anatomically and functionally. Age is the significant factor for better outcomes. Early diagnosis and intervention is therefore imperative in the successful treatment of patients suffering from DDH.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andra Hendriarto
"ABSTRAK
Pendahuluan: Sebagai salah satu penyebab nyeri dan disabilitas, saat ini tidak terdapat terapi efektif yang dapat mencegah osteoartritis lutut. Saat ini, sel punca mesenkimal (SPM) telah mendapatkan banyak perhatian karena kapasitas regeneratifnya. Meskipun demikian, penggunaan SPM berkaitan dengan beberapa kekurangan seperti dibutuhkan jumlah investasi uang yang besar, sulitnya penanganan dan manufaktur sel, dan prosedur pengambilan yang invasif. Bukti saat ini menunjukkan bahwa SPM memperbaiki osteoartritis lutut melalui aksi parakrin faktor pertumbuhan dan sitokin yang disekresikan oleh SPM; factor yang disekresi ini disebut sekretom. Secara klinis, sekretom yang didapatkan dari SPM dapat menjadi alternatif yang lebih baik daripada terapi berbasis SPM, karena sekretom memiliki komplikasi lebih sedikit, penanganan, manufaktur, dan transportasi sel yang lebih mudah. Saat ini, tidak ada penelitian terpublikasi mengenai penggunaan sekretom SPM asal jaringan adiposa pada model domba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sekretom yang didapatkan dari SPM jaringan adiposa pada model domba dengan osteoartritis.
Metode: Induksi osteoartritis lutut dilakukan dengan menisektomi lateral total. Domba- domba (n=15) dibagi menjadi tiga kelompok; setiap kelompok terdiri dari lima domba. Kelompok pertama mendapatkan sekretom SPM jaringan adiposa, kelompok kedua mendapatkan asam hyaluronat (AH), dan kelompok ketiga mendapatkan sekretom dan asam hyaluronat. Masing-masing terapi diberikan mulai saat 4 minggu pascaoperasi. Empat minggu setelah injeksi, seluruh domba dikorbankan. Lutut dari ketiga kelompok dibandingkan secara makroskopik dan mikroskopik menggunakan skor OARSI.
Hasil: Dalam 4 minggu pasca injeksi, ditemukan fibrosis pada kelompok sekretom ditambah dengan AH yang tidak ditemukan pada kelompok lainnya. Skor osteofit pada kelompok yang diberikan sekretom lebih rendah dibandingkan kelompok-kelompok lainnya (p=0,031). Parameter-parameter lainnya, baik makroskopik maupun histologis, tidak memiliki perbedaan signifikan antar grup.
Diskusi: Hasil yang didapatkan disebabkan oleh penggunaan sekretom dari sel punca mesenkimal yang tidak diinisiasi sehingga tidak memiliki potensi anti-inflamasi maksimal. Selain itu, injeksi sekretom setelah masa inflamasi mengurangi potensi anti- inflamasi yang dimiliki oleh sekretom. Penggunaan sekretom xenogenik meningkatkan potensi inflamasi dan fibrosis karena memiliki MHC kelas I dan II.
Kesimpulan: Tidak ditemukan perbedaan signifikan pada parameter-parameter lainnya, baik makroskopik mikroskopik, pada 4 minggu pasca injeksi. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan sel punca mesenkimal dengan sekretom, dengan mengikutsertakan penilaian fungsional.

ABSTRACT
Introduction: Despite being a common source of pain and disability, currently therapies that could retard the progression of knee osteoartritis (KOA) are lacking. Nowadays, mesenchymal stem cells (MSCs) have garnered many interests due to their regenerative capacity. However, the use of such cells is associated with several drawbacks including high capital investment, complex cell handling and manufacturing, and invasive collection procedure. Moreover, existing evidence demonstrated that these cells ameliorate KOA via paracrine actions of growth factors and cytokines secreted from them, which is referred as secretome. Clinically, the secretome derived from MSC may represent a better alternative compared with the MSC-based treatments as the former is associated with less complications, easier cell handling, manufacturing, and transportation. To date, there are no published studies regarding the use of adipose- derived mesenchymal stem cells (AD-MSCs) secretome in sheep models. The objective of this study is to investigate the effect of secretome derived from AD-MSCs in a sheep model of KOA.
Methods: Induction of KOA was performed surgically through anterior cruciate ligament transection and lateral meniscectomy. The sheep (n=15) were divided into three groups; each group consisted of five sheep. The first group received secretome derived from AD- MSCs, the second group was administered with hyaluronic acid (HA), and the third group received both secretome and HA. Each of the therapy was given weekly four weeks postoperatively. Four weeks post-injection, the sheep were sacrificed. Knees of the three groups were compared macroscopically and histologically.
Results: At 4 weeks post-injection, we found intraarticular fibrosis on secretome combined with HA, which were not found on two other groups.Tthe osteophyte score in the secretome-treated group was lower compared to the other groups (p=0.031). Other parameters, both macroscopic and histological ones did not differ significantly between groups.
Discussion: The results showed that using non-activated secretome from stem cells do not confer therapeutic advantage. The injection of secretome past the inflammation phase also attenuates the potency of secretome. The use of xenogeneic secretome which possess MHC Class I and II also enhances the pro-inflammatory capabilities of secretome and contributes to fibrosis formation .
Conclusions: Macroscopic and microscopic scores did not significantly differ between the groups after 4 weeks of injection. Further studies are needed to directly compare secretome with MSCs, including functional parameters."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>