Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inesya Hartono
"Penelitian yang berjudul Aktivitas Politik dan Perburuhan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) 1948-1965, membahas mengenai aktivitas SOBSI dalam kehidupan politik Indonesia dan dalam hubungannya dengan usaha perbaikan kesejahteraan hidup kaum buruh. Alasan pemilihan judul aktivitas politik dan perburuhan SOBSI 1948-1965 karena kedekatan SOBSI dengan partai politik (PKI) telah membawa SOBSI menjadi federasi buruh terbesar serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perbaikan nasib kaum buruh. Namun, kedekatannya itu menyeret SOBSI terlibat pada peristiwa gerakan 30 September, sehingga akhimya dibubarkan oleh pemerintah Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan aktivitas politik Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dalam hubungannya dengan beberapa peristiwa besar yang terjadi di Indonesia dan aktivitas perburuhannya dalam us aha perbaikan kehidupan buruh-buruh yang menjadi anggota dari serikat buruh yang bemaung dibawah SOBSI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerjasama yang dijalin antara SOBSI dan PKI membawa dampak yang positif bagi perkembangan organisasi ini, sehingga memberikan dampak pada sukses-sukses yang diraih SOBSI dalam memperjuangkan tuntutan kaum buruh yang menjadi anggotanya.

The study, entitled Political Activities and the Central Labour Organization All-Indonesia Workers (SOBSI) from 1948 to 1965, discussed the SOBSI activity in the political life of Indonesia and in conjunction with the restoration effort of the workers welfare. Title for the selection of political and labor activity SOBSI 1948-1965 because of the relation between SOBSI and political party (PKI) has brought SOBSI become the largest labor federation, as well as contributing significantly to the improvement of the workers. However, it dragged its proximity SOBSI involved in the events of 30 September movement, and eventually dissolved by the government of Indonesia. The purpose of this study is to describe the political activities of the Central Organization of AllIndonesia Workers (SOBSI) in conjunction with several major events that occurred in Indonesia and labour activities in an effort to improve the workers lives who are members of unions that shelter under SOBSI. The research method used is the historical method which consists of four stages, namely Heuristics, Criticism, Interpretation, and Historiography. The results of this study indicate that the cooperation established between the PKI SOBSI and bring a positive impact for the development of this organization, so the impact on the successes achieved in the fight SOBSI demands of the workers who are members."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S70293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"An account of workforce particularly those of migrant workers within the capitalist setting in pluralistic societies is likely unfruitful in its analysis unless it is done by using a critical perspective in social or political science. In the past critical theories are predominantly (neo)-Marxist; now days, earth democratic theoretical concepts may be of valuable analytical tools in working out the task. This paper is a preliminary attempt to making such an account using the earth democracy. It is indicative that the core of the problems prevailing among migrants workers is inherently connected with the incapacity of state-led development and incompatibility of capitalist design of economic development in pluralist Malaysia. "
BUMA 1:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Petra Hahijary
"ABSTRAK
Olahraga merupakan aktkivitas yang menarik perhatian banyak orang. Di Indonesia organisasi-organisasi olahraga di lingkungan non-pemerintah baik KONI ataupun induk organisasi cabang olahraga anggotanya umumnya dipimpin oleh elit politik. Gejala ini sangat menarik untuk diteliti mengingat KONI dan organisasi anggotanya adalah organisasi non-governmental. Skripsi ini mencoba membahas keterlibatan elit politik dalam organisasi olahraga di Indonesia. Untuk itu penulis mengadakan penelitian yang bersifat studi kasus terhadap Perserikatan Baseball dan Softball Amatir Seluruh Indonesia dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora) sebagai latar belakang. Tekhnik pengumpulan datanya dilakukan dengan melakukan beberapa wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Penentuan responden untuk diwawancara secara mendalam dilakukan secara non probability sample yaitu dengan tekhnik sampel bola salju (snowball sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan elit politik .dalam organisasi olahraga dipengaruhi oleh sistim politik yang birokratis (bureaucratic polity). Keterlibatan elit politik dalam organisasi-organisasi olahraga erat hubungannya dengan sistim politik yang birokratis sebagai unsur eksternal organisasi. Di dalam sistim politik yang birokratis, sumber-sumber kekuasaan (ekonomi, politik dll; berada di tangan elit politik organisasi olahraga yang berada di luar birokrasi beradaptasi dengan sistim politik yang birokratis untuk mempertahankan eksistensi organisasinya. Organisasi olahraga di Indonesia dalam rangka beradaptasi ini meminta para elit politik untuk menjadi ketua umum. Adapun mekanisme pola hubungan dalam organisasi olahraga adalah patron client (bapak-anakbuah) yang mana merupakan faktor yang menentukan hubungan sosial dalam sistim politik yang- birokratis."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sukarno
Bandung: Alumni, 1982
331.095 98 SUK p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Becheri
Jakarta: Menara Pengetahuan, [195
331.8 Sir p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dimas Dwi Putera
"ABSTRACT
Tesis ini membahas perjuangan Organisasi Pekerja Indonesia Pusat (SOBSI) dalam menuntut Tundjangan Hari Raya (THR) sebagai upaya untuk meningkatkan standar hidup pekerja di Indonesia pada periode 1953-1961. Tesis ini adalah penulisan sejarah menggunakan metode historis melalui tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Perjuangan THR didasarkan pada upah rendah dan kenaikan harga barang-barang pokok yang menyulitkan para pekerja untuk menghadapi hari libur. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada awalnya penggunaan istilah Tundjangan Hari Raya lebih dikenal sebagai hadiah Lebaran dan bersifat sukarela. Perjuangan SOBSI menuntut THR ditandai dengan banding di Sesi Dewan Nasional SOBSI Kedua pada tahun 1953 yang menyerukan penyediaan THR untuk semua pekerja dengan gaji kotor sebulan. SOBSI juga bekerja sama dengan serikat buruh negara bagian untuk menuntut THR sebagai kewajiban pengusaha untuk menjadi peraturan hukum. Tuntutan itu akhirnya diwujudkan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. 1 tahun 1961 yang menggunakan istilah Tundjangan Hari Raya dan berlaku untuk semua pekerja. Ketentuan THR menunjukkan dampak pada buruh, yaitu peningkatan pendapatan buruh di atas kebutuhan hidup yang layak. THR memberikan kedamaian bagi pekerja dalam menghadapi hari libur.

ABSTRACT
This thesis discusses the struggle of the Central Indonesian Workers' Organization (SOBSI) in demanding a holiday ban (THR) as an effort to improve the living standards of workers in Indonesia in the period 1953-1961. This thesis is writing history using historical methods through stages of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. THR's struggle is based on low wages and rising prices of basic goods which make it difficult for workers to face holidays. This research shows that at first the use of the term Tundjangan Hari Raya was better known as the Lebaran gift and was voluntary. The SOBSI struggle demanded a THR marked by an appeal at the Second SOBSI National Council Session in 1953 which called for the provision of THR for all workers with a monthly gross salary. SOBSI also works with state trade unions to demand THRs as employers' obligations to become a legal rule. The demand was finally realized through Minister of Manpower Regulation no. 1 of 1961 which uses the term Tundjangan Hari Hari and applies to all workers. THR provisions show the impact on workers, namely the increase in labor income above the needs of a decent living. THR provides peace for workers in the face of holidays."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Billah, Mohd. Ma`sum
"Kondisi buruh yang jelek menjadi salah satu pemicu kuat maraknya aksi-aksi buruh di awal dasawarsa '90-an. Pada pihak lain dalam kurun waktu yang sama, birokrasi pemerintahan (negara) dan majikan (modal) juga selalu berupaya mengendalikan buruh dan serikat buruh. Hubungan 'buruh-negara' dan 'buruh-modal' menjadi wilayah studi yang menarik. Studi tentang masalah perburuhan di Indonesia pada garis besarnya diletakkan di dalam konteks pertumbuhan ekonomi, yang lebih membahas masalah ketenaga-kerjaan, atau dalam dimensi politik yang bertujuan untuk mendukung gerakan buruh; meskipun pada awal dasawarsa '90 muncul studi yang menggunakan perspektif struktural dan kritis. Akan tetapi studi yang membahas tentang hubungan 'buruh-modal' dan hubungan 'buruh-negara' dalam konteks kekuasaan (power) belumlah banyak, dan khususnya yang membahas hubungan 'buruh-negara' dari perspektif Althusserian dan Gramscian nampak belum ada. Itulah sebabnya studi strategi pengendalian negara atas buruh dilihat dari perspektif Althusserian dan Gramscian ini dilakukan.
Pada tahun 1965 terjadi krisis politik yang melahirkan satu pemerintahan yang mengadopsi dan mengembangkan 'ideologi pembangunanisme' yang bertumpu kepada dua strategi, pertama adalah strategi meminimalkan konflik sosial, dan kedua memaksimalkan produktivitas ekonomi. Elite pemegang kekuasaan yang merupakan aliansi dari intelektual-teknokrat-sipil dengan tokoh-tokoh militer modernis yakin bahwa stabilitas adalah merupakan prasarat bagi pertumbuhan ekonomi,sehingga dalam konteks perburuhan, upaya pengendalian buruh adalah akibat nalar dari diterimanya ideologi itu.
Studi ini memaparkan perubahan-perubahan pengendalian negara atas buruh. Upaya pengendalian buruh secara ketat oleh negara sudah dimulai sejak masa kolonial. Meskipun upaya pengendalian itu menunjukkan wajah ramahnya pada masa 'demokrasi liberal',akan tetapi keramahan itu semakin menipis dan bahkan tidak nampak sama sekali pada masa 'demokrasi Pancasila' yang menggantikan 'demokrasi terpimpin' pada parohan terakhir dasawarsa '60-an. Dengan menganalisis penggunaan aparat repressi negara, baik perangkat hukum maupun perangkat non-hukum, dan penggunaan aparat ideologis negara lewat perspektif Althusserian, serta hegemoni negara (perspektif Gramscian), studi ini memaparkan kecenderungan kuat semakin ketatnya pengendalian negara atas buruh.
Semakin ketatnya pengendalian buruh itu nampak dari keragaman dan intensitas penggunaan perangkat repressi negara. Terdapat dua perangkat repressi,yakni perangkat hukum (undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, peraturan menteri, keputusan menteri,instruksi menteri,dan surat edaran menteri), dan perangkat nonhukum (aksi tandingan, pengaturan dan campur tangan, inkorporasi serikat buruh, dan aksi militer yang dipersiapkan dan dilakukan secara sistematis, berkesinambungan, dan effektif). Disamping itu juga digunakan perangkat ideologis seperti monopoli takrif situasi dan tafsirnya, penanaman kaidah dan norma, serta pendidikan. Studi ini berhasil mengidentifikasikan berbagai strategi pengendalian buruh oleh negara yang dilakukan secara terencana, sistematis, terarah untuk mendukung ideologi pembangunanisme dan memperkokoh legitimasi rezim pasca '65.
Pada tataran teoritis, studi yang sejak semula dirancang sebagai studi eksploratif ini mengambil kesimpulan bahwa perspektif Althusserian dan Gramscian membantu memahami bentuk-bentuk strategi pengendalian buruh oleh negara. Meskipun demikian, bobot sumbangan perspektif Althusserian dan Gramscian pada studi tentang perburuhan akan lebih, terutama konteks hubungan 'buruh-negara', bilamana studi penjajagan ini di lanjutkan oleh studi yang lebih mendalam yang bersifat menerangkan (eksplanatori).
Pada tataran praktis studi ini juga mengambil kesimpulan adanya tanda yang kuat dari kesenjangan antara kehendak normatif konstitusional atas negara dan rata-pemerintahan dengan praktek politik dan pemerintahan pada masa 'demokrasi Pancasila' pasca '65. Peraturan-peraturan di bawah undang-undang yang diciptakan khususnya pada masa itu pada kenyataannya kurang atau tidak mengacu dan bahkan cenderung menafikan undang-undang dan konstitusi di atasnya. Oleh karena itu studi ini merekomendasikan perlunya satu judicial review' atas segala peraturan di bawah undang-undang.
Pada tataran buruh, studi ini menyimpulkan bahwa buruh cenderung terhegemoni secara kuat oleh negara. Oleh karena itu disarankan kepada buruh dan serikat buruh serta aktor non-pemerintah lainnya untuk melakukan 'counter hegemony' dan membangun serta meningkatkan posisi tawar buruh, baik terhadap modal maupun terhadap negara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Uwiyono
Jakarta: UI-Press, 2003
PGB 0370
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>