Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evy Beatrix Senduk
"Malaria masih menjadi masalah di Indonesia termasuk di Sulawesi Utara dengan Annual parasite incidence(API) 0,35. Parasitemia dapat menyebabkan perubahan profil hematologi.Adanya asosiasi antara parasitemia dengan profil hematologi,sehingga kegunaannya sebagai indikator pemeriksaan laboratorium malaria perlu diteliti.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil hematologi (Hb, hitung leukosit dan trombosit) pada penderita malaria rawat inap di daerah hipoendemis ) dan hubungannya dengan hitung parasit. Penelitian ini potong lintang menggunakan data rekam medis pasien malaria rawat inap dari tiga RS di kota Manado, kota Bitung and kab Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara yang positif P. vivax atau P. falciparum dan memiliki data hematologi serta hitung parasit. Analisis data dan asosiasi menggunakan uji statistik bivariat pada perangkat lunak SPSS. Sebanyak 65 rekam medis pasien malaria berusia 1 bulan – 67 tahun dianalisis dan didapatkan 28 pasien (43,1%) terinfeksi Plasmodinum falciparum, 37 pasien (56,9%) terinfeksi P. vivax; pasien anak terdiri dari 10.8% balita dan 9,2% anak SD yang tinggal di kota Manado, Bitung dan kab Minahasa tenggara. Kelainan hematologi yang dominan adalah trombositopeni (90,3%), diikuti oleh anemia (61,6%). Sedangkan hitung lekosit umumnya normal, 15,4% lekopeni dan 12,3% lekositosis. Penderita malaria falciparum mengalami trombositopenia sedang-berat sedangkan malaria vivax ringan-berat, perbedaan ini bermakna pada uji statistik (p=0.034, p<0.05). Anemia yang terjadi pada subyek bersifat ringan sampai berat dan tidak ada perbedaan bermakna antara malaria falciparum dan vivax (p=0,278, p>0,05). Pada penghitungan parasitemia, 64,6% pasien dengan hitung parasit sedang, proporsi parasitemia sedang lebih banyak pada penderita malaria vivax dibanding malaria falciparum (78,4% versus 46,4).Pada P. vivax kadar trombosit berbanding terbalik dengan hitung parasit walaupun secara statistik tidak signifikan. Pada P. vivax kadar Hb dan leukosit tidak ada perbandingan terbalik dengan hitung parasit.Pada Plasmodinum falciparum kadar Hb,trombosit dan leukosit tidak ada perbandingan terbalik dengan hitung parasit.Tombositopenia merupakan parameter hematologi yang dapat menjadi indicator untuk penegakkan diagnosis malaria lebih lanjut.

Malaria is still a problem in Indonesia, including in North Sulawesi with an annual parasite incidence (API) of 0.35. Parasitemia can cause changes in the hematological profile. There is an association between parasitemia and the hematological profile, so its use as an indicator for malaria laboratory tests needs to be studied. This research aims to determine the hematological profile (Hb, leukocyte and platelet count) in hospitalized malaria sufferers in hypoendemic areas) and relationship with parasite count.This cross- sectional study used medical record data from inpatient malaria patients from three hospitals in Manado city, Bitung city and Southeast Minahasa district, North Sulawesi who were positive for P. vivax or P. falciparum and had hematology data and parasite counts. Data and association analysis used bivariate statistical tests in SPSS software. A total of 65 medical records of malaria patients aged 1 month – 67 years were analyzed and it was found that 28 patients (43.1%) were infected with Plasmodinum falciparum, 37 patients (56.9%) were infected with P. vivax; Pediatric patients consist of 10.8% toddlers and 9.2% elementary school children living in the cities of Manado, Bitung and southeast Minahasa district. The predominant hematological disorder was thrombocytopenia (90.3%), followed by anemia (61.6%). Meanwhile, the leukocyte count was generally normal, 15.4% leukopenia and 12.3% leukocytosis. Patients with falciparum malaria experienced moderate-severe thrombocytopenia while vivax malaria had mild-severe, this difference was significant in statistical tests (p=0.034, p<0.05). The anemia that occurred in the subjects was mild to severe and there was no significant difference between falciparum and vivax malaria (p=0.278, p>0.05). In calculating parasitemia, 64.6% of patients had a moderate parasitemia count, the proportion of moderate parasitemia was greater in vivax malaria sufferers than falciparum malaria (78.4% versus 46.4). statistically insignificant. In P. vivax there is no inverse comparison of Hb and leukocyte levels with the parasite count. In Plasmodinum falciparum there is no inverse comparison of the Hb, platelet and leukocyte levels with the parasite count. Thrombocytopenia is a hematological parameter that can be an indicator for further diagnosis of malaria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006
305.4 TRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
S. Hidayat
"Siklus evolusi bentuk lahan di daerah Manado dan sekitarnya terjadi karena : pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi, dan faktor manusia. Semua proses ini terjadi sejak daratan muncul dan kejadiannya dipercepat oleh kegiatan manusia. Berdasarkan kecuraman, jenis tanah/batuan, vegetasi/penutup lahan, dan bentuk erosi, kerentanan erosi di daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi : erosi sangat tinggi, erosi tinggi, erosi sedang, erosi lemah, dan tidak ada erosi. Erosi sangat tinggi terjadi pada bentuk lahat kerucut gunung api a dan b, lereng gunung api a dan b, lereng pegunungan vulkanik tertoreh dan pegunungan vulkanik memanjang tertoreh. Erosi tinggi terjadi pada bentuk lahan padang solfatara, fumarola, lereng kaki gunung berapi b, lereng pegunungan vulkanik memanjang tertoreh, lereng gunung api c, bukit sisa dan aliran lava. Erosi sedang terjadi pada bentuk lahan lereng kaki gunung api a dan kipas alluvial. Erosi lemah terjadi pada bentuk lahan lereng kaki gunung api c, dataran antar gunung, dan dataran banjir. Tidak ada erosi terjadi pada bentuk aluvium."
Bandung: Pusat Survai Geologi, 2007
551 JSDG 17:6 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 1991
340.574 Mon
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
959.842 IND s (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pengayoman, 1995
340.57 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kindangen, Simon Albert
"Taman Nasional Dumoga Bone dengan luas wilayah 325.000 hektar meliputi Cagar Alam Bulawa 75.200 hektar, Suaka Margasatwa Bone 110.000 hektar, dan Hutan Lindung 46.300 hektar. Sesuai dengan masalah yang dihadapi, maka obyek penelitian hanya dibatasi pada Suaka Margasatwa Dumoga, yang pada tahun 1983 telah mengalami kerusakan hutan seluas kira-kira 20.000 hektar. Kegiatan-kegiatan sebagian petani di Desa-desa Kecamatan Dumoga yang berada di sekitar Taman Nasional dalam bentuk peladangan liar, pemukiman liar, pengambilan berbagai hasil hutan serta penangkapan binatang-binatang langka yang dilindungi, telah menyebabkan kerusakan sebagian hutan di wilayah Suaka Margasatwa Dumoga, dalam kawasan Taman Nasional-Dumoga Bone.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor sosial dan ekonomi apa dari penduduk di sekitar wilayah yang menghambat pengelolaan Taman Nasional.
Tujuan dan kegunaan penelitian ini yaitu mengidentifikasi data dan informasi mengenai faktor-faktor sosial dan ekonomi penduduk di sekitar wilayah yang menghambat pengelolaan Taman Nasional, menguji hipotesis, sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara dan pengelola Taman Nasional, dan diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu lingkungan, serta bagi penelitian lebih lanjut.
Penelitian ini telah dilaksanakan melalui pengamatan dan survai dengan menggunakan kuesioner, wawancara dengan para petani respondent pemerintah daerah, serta instansi-instansi yang bersangkutan di Tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan tingkat Pusat.
Sesuai dengan hipotesis pertama, ternyata bahwa rendahnya pendidikan petani memberi pengaruh negatif (menghambat) terhadap pengelolaan Taman Nasional. Dalam kenyataannya, tingkat pendidikan yang lebih rendah menyebabkan kerusakan hutan yang lebih besar, dan sebaliknya, tingkat pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan hutan dengan intensitas yang lebih kecil (tabel 15, halaman 99). Selanjutnya dibuktikan pula bahwa hasil analisis mendukung hipotesis yang kedua yaitu rendahnya pendapatan petani, memberi pengaruh negatif (menghambat) terhadap pengelolaan Taman Nasional. Sebagaimana halnya dengan variabel pendidikan terhadap variabel kerusakan hutan, ternyata tingkat pendapatan berbanding terbalik dengan tingkat kerusakan hutan, yaitu pendapatan yang lebih rendah menyebabkan kerusakan hutan dengan intensitas yang lebih besar, dan sebaliknya, pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan hutan yang lebih kecil.
Dalam penelitian juga dijumpai bahwa selain faktor pendidikan dan pendapatan petani yang rendah sebagai faktor dominan, ternyata faktor-faktor pertambahan penduduk, peraturan perundangan, pemilikan tanah dan lapangan kerja juga telah turut menyebabkan hambatan bagi usaha perlindungan hutan di wilayah Suaka Margasatwa Dumoga, sebagai salah satu aspek pengelolaan Taman Nasional Dumoga Bone.
Sebagai kelengkapan laporan ini maka melalui pengamatan di Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Gorontalo, ternyata di Suaka Margasatwa Bone juga dihadapi masalah kerusakan hutan seluas kira-kira 2000 hektar dari luas keseluruhan yaitu 110.000 hektar.
Untuk mengatasi masalah kerusakan hutan di Taman Nasional ini perlu diusahakan peningkatan pengertian petani mengenai bidang lingkungan hidup, antara lain yang meliputi pengenalan tentang arti, tujuan dan manfaat dari Suaka Margasatwa dan Taman Nasional secara keseluruhan melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, serta usaha peningkatan kesejahteraan petani di sekitar Taman Nasional Dumoga Bone."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1985
T3440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahastra Ridho
"Daerah panas bumi Limbong, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu lapangan panas bumi yang belum dilakukan eksplorasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekomendasikan wilayah prospek panas bumi guna dilakukan kegiatan eksplorasi. Metode analisis penginderaan jauh dan geokimia air digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Terdapat 12 manifestasi air panas bumi yang dianalisis, terdiri dari 11 air panas dan 1 air dingin. Analisis penginderaan jauh menunjukkan pola kelurusan pada daerah penelitian berorientasi utara – selatan dan timurlaut – baratdaya, dengan tingkat densitas kelurusan dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Pola dan densitas kelurusan tersebut diinterpretasikan sebagai zona permeabel yang mengontrol kemunculan manifestasi panas bumi. Selain pola kelurusan, analisis penginderaan jauh juga menunjukkan tingkat kerapatan vegetasi di daerah penelitian tersebar dari vegetasi tinggi hingga tidak bervegetasi, dengan suhu permukaan berkisar antara 12˚C hingga 26˚C. Berdasarkan analisis geokimia air, tipe air panas bumi pada daerah penelitian adalah klorida – bikarbonat. Sumber air panas bumi dari satu reservoir dengan kondisi full equilibrium dan immature waters yang telah mengalami pengenceran oleh air meteorik. Analisis geoindikator menunjukkan zona outflow dari daerah penelitian berada pada mata air APKD-5. Berdasarkan analisis data penginderaan jauh dan geokimia air, dapat direkomendasikan dua area prospek panas bumi di daerah penelitian. Area rekomendasi prospek panas bumi A terletak pada daerah Kanan Dede dengan luas sekitar 6.9 km2 di koordinat 120.012132, -2.557325 dan 120.045600, -2.573257. Area rekomendasi prospek panas bumi B terletak pada daerah Salu Rassasisi dengan luas sekitar 6.8 km2 di koordinat 119.964534, -2.552284 dan 120.000229, -2.567610.

The Limbong geothermal area, North Luwu Regency, South Sulawesi Province is one of the geothermal fields that has yet to be explored. The purpose of this study is to recommend geothermal prospect areas for further exploration activities. Remote sensing and geochemical methods were used to gain this purpose. There are 12 geothermal water manifestations analyzed, consisting of 11 hot springs and 1 spring. The results of remote sensing analysis show a lineament in the study area with an N-S and NE-SE orientation, with lineament density levels from very low to very high. The lineament orientation and density are interpreted as a permeable zone that controls the appearance of geothermal manifestations. Remote sensing analysis also shows the level of vegetation density in the study area is spread from high to non-vegetated vegetation index with surface temperatures ranging from 12˚C to 26˚C. Based on Ternary Diagram, shows that the water manifestations in this area were classified as chloride – bicarbonate water types. The water source for the geothermal systems from a reservoir with full equilibrium and immature water conditions. Geoindicator analysis shows outflow zone from the research area is in the APKD-5 hot spring. Based on the remote sensing data analysis and water geochemistry, two geothermal prospect areas can be recommended. The recommended area for geothermal prospect A is around Kanan Dede with an area covers 6.9 km2 at coordinates 120.012132, -2.557325 and 120.045600, -2.573257. The recommended area for geothermal prospect B is around Salu Rassasisi area with an area covers 6.8 km2 at coordinates 119.964534, -2.552284 and 120.000229, -2.567610."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regar, Philep Morse
Jakarta: LD FE UI, 1986
312.9 REG p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>