Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135687 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mirsa Salsabila
"Grammatical Error Correction (GEC) adalah salah satu task Natural Language Processing (NLP) yang mendeteksi dan mengoreksi kesalahan tata bahasa dalam sebuah teks. Task ini terus berkembang sampai saat ini dan telah diterapkan menggunakan berbagai metode, seperti rule-based, machine learning-based, dan sebagainya. Tugas akhir ini bertujuan membandingkan dua metode state-of-the-art Grammatical Error Correction yaitu metode T5 dan GECToR menggunakan dataset bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Untuk metode T5, akan dibandingkan model Flan-T5 dan mT5 dengan variasi ukuran base dan large. Adapun model yang dibandingkan untuk metode GECToR adalah model RoBERTa dan XLNet dengan variasi ukuran base dan large. Untuk dataset bahasa Inggris, akan digunakan dataset FCE untuk training dan dataset CoNLL-14 untuk testing. Sedangkan untuk dataset bahasa Indonesia, akan digunakan dataset Gramatika. Kemudian, untuk evaluasi digunakan metrik F0.5. Berdasarkan hasil uji coba, didapatkan bahwa untuk dataset bahasa Inggris FCE+CoNLL-14, metode T5 dengan varian model Flan-T5 unggul dari kedua varian metode GECToR dengan skor F0.5 sebesar 52,85%. Varian Flan-T5 ini unggul dengan margin sebesar 15,83% dari varian terbaik metode GECToR, yaitu RoBERTa. Sedangkan, metode GECToR dengan varian RoBERTa lebih unggul dengan margin 10,12% dari metode T5 dengan varian model mT5. Untuk dataset bahasa Indonesia Gramatika, kedua varian metode T5 lebih unggul dari metode GECToR. Varian terbaik metode T5 dengan skor F0.5 sebesar 45,38% dengan margin 31,05% dari varian terbaik metode GECToR, yaitu RoBERTa.

Grammatical Error Correction (GEC) is one of the Natural Language Processing (NLP) tasks that detect and correct grammatical errors in a text. This task continues to grow today and has been implemented using various methods, such as rule-based, machine learning-based, and so on. This final project aims to compare two state-of-the-art Grammatical Error Correction methods, namely the T5 and GECToR methods using English and Indonesian datasets. For the T5 method, Flan-T5 and mT5 models will be compared with base and large size variations. As for the GECToR method, RoBERTa and XLNet models will be compared with base and large size variations. For the English dataset, the FCE dataset will be used for training and the CoNLL-14 dataset for testing. As for the Indonesian dataset, the Grammatical dataset will be used. Then, the F0.5 metric is used for evaluation. Based on the experimental results, it is found that for the FCE+CoNLL-14 English dataset, the T5 method with the Flan-T5 model variant is superior to both variants of the GECToR method with an F0.5 score of 52.85%. The Flan-T5 variant is superior by a margin of 15.83% to the best variant of the GECToR method, RoBERTa. Meanwhile, the GECToR method with the RoBERTa variant is superior by a margin of 10.12% to the T5 method with the mT5 model variant. For the Indonesian Grammatical dataset, both variants of the T5 method are superior to the GECToR method. The best variant of the T5 method with an F0.5 score of 45.38% with a margin of 31.05% from the best variant of the GECToR method, which is RoBERTa."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Jeremy Victor Andre
"Grammatical Error Correction (GEC) adalah salah satu task Natural Language Processing (NLP) yang mendeteksi dan mengoreksi kesalahan tata bahasa dalam sebuah teks. Task ini terus berkembang sampai saat ini dan telah diterapkan menggunakan berbagai metode, seperti rule-based, machine learning-based, dan sebagainya. Tugas akhir ini bertujuan membandingkan dua metode state-of-the-art Grammatical Error Correction yaitu metode T5 dan GECToR menggunakan dataset bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Untuk metode T5, akan dibandingkan model Flan-T5 dan mT5 dengan variasi ukuran base dan large. Adapun model yang dibandingkan untuk metode GECToR adalah model RoBERTa dan XLNet dengan variasi ukuran base dan large. Untuk dataset bahasa Inggris, akan digunakan dataset FCE untuk training dan dataset CoNLL-14 untuk testing. Sedangkan untuk dataset bahasa Indonesia, akan digunakan dataset Gramatika. Kemudian, untuk evaluasi digunakan metrik F0.5. Berdasarkan hasil uji coba, didapatkan bahwa untuk dataset bahasa Inggris FCE+CoNLL-14, metode T5 dengan varian model Flan-T5 unggul dari kedua varian metode GECToR dengan skor F0.5 sebesar 52,85%. Varian Flan-T5 ini unggul dengan margin sebesar 15,83% dari varian terbaik metode GECToR, yaitu RoBERTa. Sedangkan, metode GECToR dengan varian RoBERTa lebih unggul dengan margin 10,12% dari metode T5 dengan varian model mT5. Untuk dataset bahasa Indonesia Gramatika, kedua varian metode T5 lebih unggul dari metode GECToR. Varian terbaik metode T5 dengan skor F0.5 sebesar 45,38% dengan margin 31,05% dari varian terbaik metode GECToR, yaitu RoBERTa.

Grammatical Error Correction (GEC) is one of the Natural Language Processing (NLP) tasks that detect and correct grammatical errors in a text. This task continues to grow today and has been implemented using various methods, such as rule-based, machine learning-based, and so on. This final project aims to compare two state-of-the-art Grammatical Error Correction methods, namely the T5 and GECToR methods using English and Indonesian datasets. For the T5 method, Flan-T5 and mT5 models will be compared with base and large size variations. As for the GECToR method, RoBERTa and XLNet models will be compared with base and large size variations. For the English dataset, the FCE dataset will be used for training and the CoNLL-14 dataset for testing. As for the Indonesian dataset, the Grammatical dataset will be used. Then, the F0.5 metric is used for evaluation. Based on the experimental results, it is found that for the FCE+CoNLL-14 English dataset, the T5 method with the Flan-T5 model variant is superior to both variants of the GECToR method with an F0.5 score of 52.85%. The Flan-T5 variant is superior by a margin of 15.83% to the best variant of the GECToR method, RoBERTa. Meanwhile, the GECToR method with the RoBERTa variant is superior by a margin of 10.12% to the T5 method with the mT5 model variant. For the Indonesian Grammatical dataset, both variants of the T5 method are superior to the GECToR method. The best variant of the T5 method with an F0.5 score of 45.38% with a margin of 31.05% from the best variant of the GECToR method, which is RoBERTa."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Tadjudin
"

Grammatical Error Correction (GEC) merupakan bagian dari Natural Language Processing yang membahas suatu task untuk mendeteksi dan setelahnya mengoreksi suatu teks. Pekerjaan tersebut mencakup pendeteksian dan pengoreksian kesalahan tata bahasa, kesalahan ortografi, dan semantik. Perkembangan GEC untuk bahasa Indonesia terkendala oleh sedikitnya dataset yang dapat digunakan untuk melatih model GEC. Penelitian ini mengusulkan pendekatan rule-based untuk membangun sebuah dataset sintetik yang mengandung kalimat salah secara tata bahasa baku bahasa Indonesia beserta koreksinya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan kamus tesaurus bahasa Indonesia dan alat bantuan NLP seperti tokenizer, part-of-speech tagger, morphological analyzer, dan dependency parser untuk mengekstrak informasi konteks dari kalimat. Kumpulan data sintetik dibangkitkan dengan menggunakan kalimat yang benar secara tata bahasa dari halaman0halaman situs Wikipedia sebagai kalimat input. Dataset ini menyediakan data dalam dua format yang berbeda, yaitu dalam format M2 dan dalam bentuk pasangan kalimat salah dan benar. Pembangkitan kesalahan tata bahasa akan memiliki 17 kemungkinan jenis kesalahan tata bahasa yang berbeda dengan total 16.898 kalimat salah yang dibentuk. Pengujian Gramatika dilakukan dengan melakukan evaluasi secara manual mengenai ketepatan pembangkitan tiap kesalahan pada kalimat. Pengujian manual dilakukan dengan melakukan stratified random sampling untuk mengambil sampel 100 kalimat. Sampel tersebut minimal memiliki 5 contoh untuk setiap jenis kesalahan tata bahasa. Dari pengevaluasian yang dilalukan oleh dua penguji, didapatkan nilai accuracy sebesar 91,1%.


Grammatical Error Correction (GEC) is a part of Natural Language Processing which deals with the task of detecting and correcting a text. This includes correcting grammatical errors, semantic errors, and orthographic errors. GEC development in Indonesian language has been hindered by the lack of suitable dataset that can be used to train GEC models. This research proposes a rule-based approach to develop a synthetic dataset that contains sentences in Indonesian with grammar errors and its corresponding corrections. It’s done with the help of dictionaries such as Indonesian thesaurus and NLP tools such as a tokenizer, part of speech tagger, morphological analyzer, and dependency parser to extract contextual information of sentences. The synthetic dataset is generated by using grammatically correct sentences from Wikipedia pages as the input. The resulting dataset is formatted to M2 format and pairs of correct and false sentences, containing 17 types of errors with a total of 16.898 sentences. The evaluation of Gramatika is done by manually assessing the accuracy of the sentence modifications. To do this, stratified random sampling is conducted to select 100 sentences with a minimum of 5 examples for each error type. From the manual evaluation by two evaluators, an average accuracy score of 91.1% is obtained.

"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Felix Haryono
"Grammatical Error Correction (GEC) merupakan bagian dari Natural Language Processing yang membahas suatu task untuk mendeteksi dan setelahnya mengoreksi suatu teks. Pekerjaan tersebut mencakup pendeteksian dan pengoreksian kesalahan tata bahasa, kesalahan ortografi, dan semantik. Perkembangan GEC untuk bahasa Indonesia terkendala oleh sedikitnya dataset yang dapat digunakan untuk melatih model GEC. Penelitian ini mengusulkan pendekatan rule-based untuk membangun sebuah dataset sintetik yang mengandung kalimat salah secara tata bahasa baku bahasa Indonesia beserta koreksinya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan kamus tesaurus bahasa Indonesia dan alat bantuan NLP seperti tokenizer, part-of-speech tagger, morphological analyzer, dan dependency parser untuk mengekstrak informasi konteks dari kalimat. Kumpulan data sintetik dibangkitkan dengan menggunakan kalimat yang benar secara tata bahasa dari halaman0halaman situs Wikipedia sebagai kalimat input. Dataset ini menyediakan data dalam dua format yang berbeda, yaitu dalam format M2 dan dalam bentuk pasangan kalimat salah dan benar. Pembangkitan kesalahan tata bahasa akan memiliki 17 kemungkinan jenis kesalahan tata bahasa yang berbeda dengan total 16.898 kalimat salah yang dibentuk. Pengujian Gramatika dilakukan dengan melakukan evaluasi secara manual mengenai ketepatan pembangkitan tiap kesalahan pada kalimat. Pengujian manual dilakukan dengan melakukan stratified random sampling untuk mengambil sampel 100 kalimat. Sampel tersebut minimal memiliki 5 contoh untuk setiap jenis kesalahan tata bahasa. Dari pengevaluasian yang dilalukan oleh dua penguji, didapatkan nilai accuracy sebesar 91,1%.

Grammatical Error Correction (GEC) is a part of Natural Language Processing which deals with the task of detecting and correcting a text. This includes correcting grammatical errors, semantic errors, and orthographic errors. GEC development in Indonesian language has been hindered by the lack of suitable dataset that can be used to train GEC models. This research proposes a rule-based approach to develop a synthetic dataset that contains sentences in Indonesian with grammar errors and its corresponding corrections. It’s done with the help of dictionaries such as Indonesian thesaurus and NLP tools such as a tokenizer, part of speech tagger, morphological analyzer, and dependency parser to extract contextual information of sentences. The synthetic dataset is generated by using grammatically correct sentences from Wikipedia pages as the input. The resulting dataset is formatted to M2 format and pairs of correct and false sentences, containing 17 types of errors with a total of 16.898 sentences. The evaluation of Gramatika is done by manually assessing the accuracy of the sentence modifications. To do this, stratified random sampling is conducted to select 100 sentences with a minimum of 5 examples for each error type. From the manual evaluation by two evaluators, an average accuracy score of 91.1% is obtained.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taqiyuddin
"Penggunaan analisis sentimen semakin umum digunakan. Dalam pengembangan analisis sentimen ini banyak tantangan yang perlu dihadapi. Karena analisis ini termasuk Natural Language Processing NLP, hal yang perlu dimengerti adalah kompleksitas bahasa. Dengan berkembangnya teknologi Artificial Neural Network, ANN semakin banyak permasalahan yang bisa diselesaikan.
Ada banyak contoh struktur ANN dan untuk penelitian ini yang digunakan adalah Convolutional Neural Network CNN dan Recurrent Neural Network RNN. Kedua jenis ANN tersebut sudah menunjukkan performa yang baik untuk beberapa tugas NLP. Maka akan dilakukan analisis sentimen dengan menggunakan kedua jenis ANN tersebut dan dibandingkan kedua performa ANN tersebut. Untuk data yang akan digunakan diambil dari publikasi stanford dan untuk mengubah data tersebut bisa digunakan pada ANN digunakan word2vec.
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa RNN menunjukkan hasil yang lebih baik dari CNN. Walaupun akurasi tidak terlalu terlihat perbedaan yaitu pada RNN yang mencapai 88.35 0.07 dan CNN 87.11 0.50, tetapi waktu pelatihan RNN hanya membutuhkan waktu 8.256 detik sedangkan CNN membutuhkan waktu 544.366 detik.

Term of sentiment analysis become popular lately. There are many challenges developing sentiment analysis that need to be addressed. Because this kind analysis is including Natural Language Processing, the thing need to understand is the complexity of the language. With the current development of Artificial Neural Network ANN, more problems can be solved.
There are many type of ANN and for this research Convolutional Neural Network CNN and Recurrent Neural Network will be used. Both already showing great result for several NLP tasks. Data taken from stanford publication and transform it with word2vec so could be used for ANN.
The result shows that RNN is better than CNN. Even the difference of accuracy is not significant with 88.35 0.07 for RNN and 87.11 0.50 for CNN, the training time for RNN only need 8.256 secods while CNN need 544.366 seconds.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Ahmad Faisal
"Grammatical Error Correction (GEC) merupakan salah satu topik yang menarik dalam penelitian Natural Language Processing (NLP). Sudah banyak penelitian mengenai GEC untuk bahasa universal seperti Inggris dan Cina, namun sedikit penelitian mengenai GEC untuk bahasa Indonesia. Pada penelitian ini penulis mengembangkan framework GEC untuk memperbaiki kesalahan 10 jenis Part of Speech (POS) bahasa Indonesia dengan arsitektur Gated Recurrent Unit (GRU). Dataset yang digunakan adalah Indonesian POS Tagged Corpus yang disusun oleh Ruli Manurung dari Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini berhasil memberikan rata-rata Macro-Average F0.5 Score sebesar 0.4882 dan meningkatkan kecepatan prediksi sebesar 30.1%.

Grammatical Error Correction (GEC) is one of the exciting topics in Natural Language Processing (NLP) research. There have been many studies on GEC for universal languages such as English and Chinese, but little research on GEC for indonesian. In this study, the authors developed a GEC framework to correct ten Indonesian Part of Speech (POS) errors with the Gated Recurrent Unit (GRU) architecture. The dataset used is the Indonesian POS Tagged Corpus compiled by Ruli Manurung from the University of Indonesia. The results of this study succeeded in providing an average Macro-Average F0.5 Score of 0.4882 and increase prediction time by 30.1% "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Hizkia Parasi
"

Perkembangan teknologi pemrosesan ucapan sangat pesat akhir-akhir ini. Namun, fokus penelitian dalam Bahasa Indonesia masih terbilang sedikit, walaupun manfaat dan benefit yang dapat diperoleh sangat banyak dari pengembangan tersebut. Hal tersebut yang melatarbelakangi dilakukan penelitian ini. Pada penelitian ini digunakan model transfer learning (Inception dan ResNet) dan CNN untuk melakukan prediksi emosi terhadap suara manusia berbahasa Indonesia. Kumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh dari berbagai film dalam Bahasa Indonesia. Film-film tersebut dipotong menjadi potongan yang lebih kecil dan dilakukan dua metode ekstraksi fitur dari potongan audio tersebut. Ekstraksi fitur yang digunakan adalah Mel-Spectrogram dan MelFrequency Cepstral Coefficient (MFCC). Data yang diperoleh dari kedua ekstraksi fitur tersebut dilatih pada tiga model yang digunakan (Inception, ResNet, serta CNN). Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa model ResNet memiliki performa yang lebih baik dibanding Inception dan CNN, dengan rata-rata akurasi 49%. Pelatihan model menggunakan hyperparameter dengan batch size sebesar 16 dan dropout (0,2 untuk Mel-Spectrogram dan 0,4 untuk MFCC) demi mendapatkan performa terbaik.


Speech processing technology advancement has been snowballing for these several years. Nevertheless, research in the Indonesian language can be counted to be little compared to other technology research. Because of that, this research was done. In this research, the transfer learning models, focused on Inception and ResNet, were used to do the speech emotion recognition prediction based on human speech in the Indonesian language. The dataset that is used in this research was collected manually from several films and movies in Indonesian. The films were cut into several smaller parts and were extracted using the Mel-Spectrogram and Mel-frequency Cepstrum Coefficient (MFCC) feature extraction. The data, which is consist of the picture of Mel-spectrogram and MFCC, was trained on the models followed by testing. Based on the experiments done, the ResNet model has better accuracy and performance compared to the Inception and simple CNN, with 49% of accuracy. The experiments also showed that the best hyperparameter for this type of training is 16 batch size, 0.2 dropout sizes for Mel-spectrogram feature extraction, and 0.4 dropout sizes for MFCC to get the best performance out of the model used.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Hilmizen
"Pada awal pandemi COVID-19, keputusan medis pada pasien ditentukan oleh dokter berdasarkan banyak tes medis (misalnya, tes reaksi berantai polimerase, tes suhu, CTScan atau X-ray). Metode transfer learning telah digunakan dalam beberapa penelitian dan berfokus hanya pada satu biomarker (misalnya, hanya CT-Scan atau X-Ray saja) untuk mendiagnosis pneumonia. Dalam studi terbaru, modalitas tunggal memiliki keakuratan klasifikasi sendiri dan setiap biomarker yang berbeda dapat memberikan informasi pelengkap untuk mendiagnosis COVID-19 pneumonia. Tujuan pada penelitian ini adalah membangun model multimodal yaitu dengan menggabungkan dua masukan (input) menjadi satu keluaran (output) pada tahapan pembuatan model. Dua model transfer learning yang berbeda telah digunakan pada masing-masing masukan dengan dataset open-source 2849 gambar CT-Scan dan 2849 gambar X-ray untuk mengklasifikasikan gambar CT-Scan dan gambar X-ray menjadi dua kelas: normal dan COVID-19 pneumonia. Model transfer learning yang digunakan adalah model DenseNet121, model MobileNet, model Xception, model InceptionV3, model ResNet50 dan model VGG16 untuk proses ekstraksi fitur. Alhasil, akurasi klasifikasi terbaik didapatkan sebesar 99,87% saat penggabungan jaringan ResNet50 dan VGG16. Kemudian, akurasi klasifikasi terbaik didapatkan sebesar 98,00% saat menggunakan modalitas tunggal model ResNet50 dengan data CT-Scan dan akurasi klasifikasi sebesar 98,93% untuk model VGG16 dengan data X-Ray. Metode penggabungan multimodal learning menunjukkan akurasi klasifikasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode yang menggunakan hanya satu modalitas saja.

Due to COVID-19 Pandemic, medical decisions on patients were made by doctors based on many medical tests (e.g., polymerase chain reaction test, temperature test, CT-Scan or X-ray). Transfer learning methods have been used in several studies and focus on only one biomarker (eg, CT-Scan or X-Ray only) for diagnosing pneumonia. In recent studies, a single modality has its own classification accuracy and each different biomarker can provide complementary information for diagnosing COVID-19 pneumonia. The purpose of this research is to build a multimodal model by combining two inputs (inputs) into one output (output) at the modeling stage. Two different transfer learning models were used at each input with an open-source dataset of 2849 CT-Scan images and 2849 X-ray images to classify CT-Scan images and X-ray images into two classes: normal and COVID-19 pneumonia. . The transfer learning model used is the DenseNet121 model, the MobileNet model, the Xception model, the InceptionV3 model, the ResNet50 model and the VGG16 model for the feature extraction process. As a result, the best classification accuracy was obtained at 99.87% when merging the ResNet50 and VGG16 networks. Then, the best classification accuracy was obtained at 98.00% when using a single modality ResNet50 model with CT-Scan data and a classification accuracy of 98.93% for the VGG16 model with X-Ray data. The multimodal learning combination method shows better classification accuracy than the method that uses only one modality."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fakhry Firdausi
"Tanaman padi (Oryza Sativa) telah menjadi sumber pangan pokok bagi masyarakat Indonesia selama ribuan tahun. Dengan seiring bertambahnya jumlah masyarakat di Indonesia setiap tahunnya, tentunya kebutuhan akan tanaman padi semakin meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan produksi serta mempertahankan kualitas padi untuk mempertahankan kualitas padi untuk memenu kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Penyakit yang umum menyerang tanaman padi di Indonesia adalah penyakit blas (blast), hawar daun (blight) dan tungro. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan transfer learning dengan model DenseNet201 dan ResNet-50 untuk mengklasifikasi penyakit tanaman padi pada citra daun secara akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari online database yang berisi 240 citra daun tanaman padi dengan 3 penyakit yang berupa penyakit blas (blast), hawar daun (blight) dan tungro. Selanjutnya, penulis menggunakan teknik preprocessing seperti resizing dan normalization serta berbagai macam teknik augmentasi seperti rotasi, zoom dan lain-lain untuk meningkatkan kinerja model dalam mengklasifikasi penyakit tanaman padi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model DenseNet201 memiliki kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan model ResNet-50 dalam mengklasifikasi penyakit tanaman padi. Evaluasi dari kinerja model dilihat dari nilai akurasi serta running time dimana model DenseNet201 memiliki akurasi testing sebesar 93,34% dan running time pada tahap training selama 74,7083 detik.

Rice (Oryza sativa) has been a staple food source for Indonesian people for thousands of years. With the increasing number of people in Indonesia every year, of course the need for rice plants is increasing. Therefore, it is necessary to use technology to increase production and maintain the quality of rice to maintain the quality of rice to meet the food needs of the Indonesian people. Diseases that commonly attack rice plants in Indonesia are blast, leaf blight and tungro disease. In this study, the authors used transfer learning with DenseNet201 and ResNet-50 models to classify rice plant diseases on leaf images accurately. The data used in this study were taken from an online database containing 240 images of rice leaves with 3 diseases, namely blast, blight and tungro. Furthermore, the authors use preprocessing techniques such as resizing and normalization as well as various kinds of augmentation techniques such as rotation, zoom and others to improve the performance of the model in classifying rice plant diseases. The results of this study indicate that the DenseNet201 model has a much better performance than the ResNet-50 model in classifying rice plant diseases. Evaluation of the model's performance is seen from the accuracy value and running time where the DenseNet201 model has a testing accuracy of 93.34% and the running time at the training stage is 74.7083 seconds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hepatika Zidny Ilmadina
"Leptomeningeal metastatis merupakan indikasi keganasan yang terjadi pada pasien leukemia. Meskipun hanya memiliki porsi 30-40% yang menyebabkan kekambuhan keganasan pada pasien leukemia, hal tersebut yang dijadikan dasar dalam menentukan pengobatan terbaik yang diberikan kepada mereka. Leptomeningeal metastasis lebih baik dideteksi dengan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) karena sensitivitasnya yang tinggi dalam citra neuraxis. Kemampuan expert yang tinggi untuk melihat dan menganalisis sangat diperlukan dalam membaca hasil Brain MRI pasien leukemia dengan suspek leptomeningeal metastasis. Oleh karena itu, klasifikasi akan memakan waktu yang lama dan memungkinkan kesalahan pembacaan hasil. Berbagai metode telah banyak diusulkan dan dikembangkan dalam klasifikasi Brain MRI untuk mendapatkan hasil terbaik namun tantangan dalam penelitian ini adalah leptomeningeal metastasis yang karakteristiknya lebih sudah dikenali dibandingkan tumor pada otak. Oleh karena itu peneliti mengusulkan pengklasifikasian leptomeningeal metastasis dengan menggunakan metode CNN via transfer learning. Dengan berbagai skenario yang dilakukan, hasil akurasi terbaik adalah implementasi metode CNN (ResNet50) via transfer learning mencapai 82,22%.

Leptomeningeal metastasis is an indication of malignancy that occurs in leukemia patients. Although it only has a 30-40% portion, which causes recurrence of malignancy in leukemia patients, it is the basis for determining the best treatment given to them. Leptomeningeal metastases are better detected by using Magnetic Resonance Imaging (MRI) because of their high sensitivity in neuroaxis images. A high expert ability to see and analyze is needed in reading the brain MRI results of leukemia patients with suspected leptomeningeal metastasis. Therefore, the classification will take a long time and may an incorrect reading of the results. Various methods have been proposed and developed in the brain MRI classification to get the best results, but the challenge in this research is leptomeningeal metastasis, whose characteristics are more not recognizable than tumors in the brain. Therefore, we propose the classification of leptomeningeal metastasis using the CNN method via transfer learning. With various scenarios done, we obtained the best accuracy result is the implementation of the CNN (ResNet50) method via transfer learning, up to 82.22%."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>