Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154142 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denisa Restu Erminda
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan nanokomposit aerogel dari selulosa yang diambil dari serat daun nanas dicampur dengan grafena oksida untuk absorben dalam pemisahan minyak/air. Ekstraksi selulosa dilakukan dengan metode perlakuan kimia, pemutihan, hidrolisis asam yang diikuti dengan defibrilasi menggunakan metode non-konvesional (ultrasonikasi). Graphene oxide (GO) didapat dengan mengsintesis grafit menggunakan metode Hummer’s. Pada preparasi nanokomposit aerogel, cellulose nanofiber (CNF) dicampur dengan GO yang kemudian melewati metode freeze drying dan tanpa freeze drying. Sampel dilakukan variasi perbandingan massa GO: CNF sebesar 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5. Uji kapasitas penyerapan minyak hanya dilakukan pada sampel tanpa freeze drying menggunakan tes penyerapan sederhana dengan heksana dan solar pada variasi waktu 1 detik, 2 detik, 3 detik, dan 5 detik. Hasil pengujian didapatkan rasio 1:4 memiliki efesiensi penyerapan minyak paling tinggi (70,61%) pada minyak heksana dalam 1 detik. Rasio terbaik (1:4) juga dibandingkan dengan CNF murni dan GO murni dengan solar dimana menghasilkan efesiensi penyerapan minyak sebesar 43,33% dalam 1 detik. Karakterisasi dilakukan dengan uji FTIR (Fourier Transfer Infra-Red), SEM-EDX (Scanning Eelectron Microscope-Energy Dispersive X-Ray), XRD (X-Ray Diffraction) dan BET (Brunauer-Emmett-Teller). Uji FTIR menunjukkan adanya perubahan bentuk dan pergeseran puncak (-OH) pada grafik nanokomposit GO-CNF. Hasil SEM-EDX menunjukkan nanokomposit GO-CNF (1:4) mengandung C (53,46%), O (44,30%), Al (1,07%), Si (0,85%), Ca (0,26%), dan Fe (0,05%). Dari hasil uji XRD, puncak difraksi pada grafik nanokomposit GO-CNF menunjukkan penurunan puncak yang disebabkan oleh gugus hidroksil pada permukaan rantai selulosa yang berinteraksi dengan gugus fungsi dalam GO. Hasil uji BET menunjukkan luas permukaan spesifik pada nanokomposit GO-CNF adalah 1,371 m2/g.

This study was conducted with the aim to develop aerogel nanocomposites of cellulose extracted from pineapple leaf fibre mixed with graphene oxide for absorbent in oil/water separation. Cellulose extraction was carried out by chemical treatment, bleaching, acid hydrolysis followed by defibrillation using non-conventional method (sonication). Graphene oxide (GO) was obtained by synthesising graphite using Hummer's method. In the preparation of aerogel nanocomposites, cellulose nanofiber (CNF) was mixed with GO and then passed through freeze drying and without freeze drying methods. The samples were subjected to variations in the GO: CNF mass ratio of 1:2, 1:3, 1:4, and 1:5. The oil absorption capacity test was only carried out on samples without freeze drying using a simple sorption test with hexane and diesel at time variations of 1 second, 2 seconds, 3 seconds and 5 seconds. The test results showed that a ratio of 1:4 had the highest oil absorption efficiency (70.61%) in hexane oil in 1 second. The best ratio (1:4) was also compared with pure CNF and pure GO with diesel fuel which resulted in an oil absorption efficiency of 43.33% in 1 second. Characterization was carried out using FTIR (Fourier Transfer Infra-Red), SEM-EDX (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray), XRD (X-Ray Diffraction) and BET (Brunauer-Emmett-Teller) tests. FTIR test shows a change in shape and peak shift (-OH) in the GO-CNF nanocomposite graph. SEM-EDX results show that the GO-CNF (1:4) composite contains C (53,46%), O (44,30%), Al (1,07%), Si (0,85%), Ca (0,26%), and Fe (0,05%). From the XRD test results, the diffraction peaks on the GO-CNF nanocomposite graph show a decrease in peaks caused by hydroxyl groups on the surface of the cellulose chains interacting with functional groups in GO. The BET test results show that the specific surface area of the GO-CNF nanocomposite is 1.371 m2/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Louis Marudut Tua Batuara
"Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan meng grafena oksida tereduksi (rGO) menggunakan glisina. Perbandingan massa grafena oksida (GO) dan glisina yang dipakai divariasikan dengan perbandingan 1:2 dan 2:3 (b/b). Grafit, GO dan rGO dicirikan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Hasil uji grafena oksida tereduksi (rGO) yang sudah dibuat melalui proses reduksi pakai glisina menunjukkan bahwa grafik FTIR tidak curam pada 3319 cm-1 yang menunjukkan ikatan -OH dan 694 cm-1 yang menunjukkan ikatan C-O.

This study aims to prepare and prepare reduced graphene oxide (rGO) using glycine. The mass ratio of graphene oxide (GO) and glycine used was varied with a ratio of 1:2 and 2:3 (w/w). Graphite, GO and rGO were characterized using Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). The test results of reduced graphene oxide (rGO) which has been prepared through the reduction process using glycine shows that the FTIR graph is not steep at 3319 cm-1 which indicates -OH bonds and 694 cm-1 which indicates C-O bonds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melanie Hapsari
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan salah satu tanaman yang dianggap sebagai gulma yang dapat merusak ekosistem. Untuk mengurangi efek negatif dan meningkatkan nilai tambah dari eceng gondok, tanaman ini digunakan sebagai salah satu sumber alternatif dalam pembuatan Carboxymethyl Cellulose (CMC) karena memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Proses pembuatan CMC meliputi beberapa tahapan yang dilakukan secara berurutan, yaitu alkalisasi, karboksimetilasi, netralisasi, purifikasi dan pengeringan. Dua tahap pertama dilakukan dengan mereaksikan serat selulosa eceng gondok yang telah diisolasi sebelumnya dengan NaOH dan ClCH2COOH dalam suatu media reaksi.
Pada penelitian ini digunakan campuran pelarut isobutil-isopropil alkohol. Kemudian, proses netralisasi dilakukan dengan menggunakan asam asetat, purifikasi dengan ethanol 96%, dan pengeringan dilakukan dengan memanaskan dalam oven pada suhu 60°C. Variasi variabel yang dilakukan pada penelitian ini, diantaranya konsentrasi NaOH sebesar 5%, 10%, 20%, 30% dan 35%, serta perbandingan komposisi media reaksi isobutil-isopropil alkohol sebesar 20 ml:80 ml, 50 ml:50 ml, dan 80 ml:20 ml.
Suhu reaksi karboksimetilasi yang ditetapkan ialah sebesar 55°C. CMC yang dihasilkan dikarakterisasi dengan pengukuran nilai Derajat Subtitusi (DS), kemurnian serta analisis gugus fungsional dengan menggunakan FTIR. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan CMC dengan nilai DS tertinggi sebesar 2,33 ada pada kondisi komposisi campuran isobutil-isopropil alkohol 20 ml:80 ml dan konsentrasi NaOH 10% serta rendemen 138,37%, dan kemurnian 94,02%.

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a plant that is considered as a weed that can damage ecosystems. In order to reduce the negative effects and to increase the added value of water hyacinth, this plant is used as one of the alternative sources in producing carboxymethyl cellulose (CMC) as it has fairly high cellulose content. CMC producing process includes several stages that are performed sequentially, i.e. alkalization, carboxymethylation, neutralization, purification and drying. The first two stages performed by reacting cellulose fibers that has been previously isolated by NaOH and sodium monochloroacetate (ClCH2COONa) in a solvent medium.
This research uses a mixture of isobutyl-isopropyl alcohol as solvent. Then, the neutralization process is done by using acetic acid, purified with 96% ethanol, and drying stage is done by heating in an oven at a temperature of 60°C. Variations variables in this research, including NaOH concentration of 5%, 10%, 20%, 30% and 35%, and the ratio of composition-isobutyl isopropyl alcohol solvent at 20 ml:80 ml, 50 ml:50 ml, and 80 ml:20 ml.
Carboxymethylation reaction temperature is set at 55°C. CMC produced are characterized by measuring the value of (Degree of Substituion) DS, purity and functional group analysis using FTIR. Based on the results, the CMC with the highest DS value of 2.33 is at the condition of mixed composition isobutylisopropyl alcohol 20 ml: 80 ml and the concentration of NaOH 10%, yield of 138.37%, and purity of 94,02%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regi Kusumaatmadja
"ABSTRAK
Kami melakukan investigasi secara teori terhadap konduktivitas optik dan hal yang berkaitan dengan respon optik dari sistem nanopartikel Fe 3 O 4 - reduced graphene oxide (rGO). Data eksperimen menunjukkan adanya peningkatan nilai magnetisasi yang telah tersaturasi seiring dengan penambahan konten rGO sampai dengan 5 persen dari berat dan mengalami penurunan seiring penambahan konten rGO. Kami memiliki hipotesis bahwa penguatan nilai magnetisasi
ini disebabkan oleh terjadinya spin-flipping Fe 3+ pada lokasi tetrahedral yang
diinduksi oleh ketiadaan oksigen (oxygen vacancies) pada nanopartikel Fe 3 O 4
dibantu oleh rGO yang menarik atom oksigen dari sistem tersebut. Pada
studi ini, kami bertujuan untuk melakukan eksplorasi atas implikasi dari efek
yang telah disebutkan pada respon optik dari sistem. Model kami mencakup
interaksi Hubbard antara elektron pada orbital e g dari Fe 3+ dan interaksi
Heisenberg antara spin elektron dan spin ion dari Fe 3+ . Kami memperlakukan
interaksi-interaksi tersebut dalam algoritma mean-field dan dynamical mean-
field approximations. Hasil kami akan dibandingkan dengan data eksperimen
reflektansi dari sistem nanopartikel Fe 3 O 4 .
ABSTRAK
We theoretically investigate the optical conductivity and its related optical
response of Fe 3 O 4 - reduced graphene oxide (rGO) nanoparticle system. Ex-
perimental data of magnetization of the Fe 3 O 4 -rGO nano particle system
have shown that the saturated magnetization increases with increasing rGO
content upto about 5 weight percentage and decreases back as the rGO con-
tent is increased further. We hypohesize that the magnetization enhancement
is due to spin-flipping of Fe 3+ in tetrahedral sites induced by oxygen vacancies
at the Fe 3 O 4 particle boundaries assisted by rGO flakes that adsorb oxygen
atoms from Fe 3 O 4 particle around them. In this study, we aim to explore the
implications of this effect to the optical response of the system as a function
of the rGO content. Our model incorporates Hubbard-repulsive interactions
between electrons occupying the e g orbitals of Fe 3+ and Heisenberg-like inter-
actions between electron spins and spins of Fe 3+ ions. We treat the relevant
interactions within mean-field and dynamical mean-field approximations. Our
results are to be compared with the existing experimental reflectance data of
Fe 3 O 4 nanoparticle system."
2016
S65025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Alfin Hidayati
"

Saat ini penggunaan grafena dan senyawa turunannya berpotensi besar dalam berbagai aplikasi, termasuk sebagai pembersih tumpahan minyak. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis grafena oksida tereduksi (rGO) dari limbah grafit batu baterai dengan pereduksi asam askorbat. Selanjutnya rGO digunakan pada pelapisan spons poliuretan (PU) yang menghasilkan spons rGO/PU sebagai adsorben pembersih tumpahan minyak. rGO disintesis dengan menggunakan metode Hummers termodifikasi untuk mendapatkan grafena oksida yang kemudian direduksi menggunakan reduktor asam askorbat. Pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi asam askorbat (rGO 1:1,  rGO 2:3,rGO 1:2) dan konsentrasi rGO (3 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml) pada proses penyerapan rGO oleh spons PU. Hasil XRD menunjukkan bahwa lapisan grafit telah terkelupas dari 81 lapisan menjadi 2-5 lapisan. Kandungan unsur C pada rGO yang dihasilkan berkisar antara 82,81-84,38%, dan kandungan unsur O yang dihasilkan 8,60-14,85%. Konsentrasi asam askorbat pada proses reduksi mempengaruhi jumlah lapisan yang terkelupas, kandungan unsur C dan kandungan unsur O yang dihasilkan. Dari ketiga variasi yang dilakukan yaitu rGO 1:1, rGO 2:3, dan rGO 1:2, hasil rGO yang paling baik berdasarkan jumlah lapisan yang terkelupas, kandungan unsur C dan O adalah rGO 1:2 dengan jumlah lapisan 2, kandungan unsur C 84,38% dan kandungan unsur O  8,60%. Spons rGO/PU yang telah disintesis berhasil membersihkan tumpahan minyak selama 10 detik dengan efisiensi sebesar 79,25%, 79,91%, dan 95,09%. Perbedaan nilai efisiensi tersebut karena adanya pengaruh konsentrasi rGO dalam penyerapan rGO ke spons PU. Efisiensi dalam membersihkan tumpahan minyak yang tertinggi dimiliki oleh spons rGO/PU 10 mg/ml dengan nilai sebesar 95,09%.


Today the use of Graphene and its derivatives has great potential in many applications, including as an oil spills cleanup. In this study a synthesis of reduced graphene oxide (rGO) from graphite waste batteries was carried out by reducing graphene oxide with ascorbic acid. Furthermore, rGO is used for coating polyurethane sponges (PU) which produce rGO/PU sponges as oil spill cleanup adsorbents. rGO was synthesized by using the modified Hummers method to obtain graphene oxide, then reduced by ascorbic acid. In this study variations in ascorbic acid concentration (rGO 1:1, rGO 2:3, rGO 1:2) and the concentration of rGO (3 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml) in the process of absorption of rGO by PU sponge. The XRD results show that the graphite layer has peeled from 81 layers into 2-5 layers. The content of C in the rGO ranged from 82.81 - 84.38%, and the content of O was 8,60 - 14,85%. Ascorbic acid concentration in the reduction process affects the number of layers that are peeled off, the C content and the O content produced. Of the three variations carried out, namely rGO 1:1, rGO 2:3, and rGO 1:2, the best rGO results are based on the number of peeled layers, the content of C and O is rGO 1:2 with the number of layers 2, the content C 84.38% and O 8.60%. The rGO/PU sponge synthesized successfully cleanup the oil spill for 10 seconds with an efficiency of 79.25%, 79.91% and 95.09%. The difference in the efficiency value is due to the influence of the concentration of rGO in the absorption of rGO into the PU sponge. The highest efficiency in cleanup the oil spill is owned by rGO/PU sponge 10 mg/ml with a value of 95.09%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katsnelson, Mikhail I.
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2012
546.681 KAT g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Resa Astuti
"Limbah katoda grafit dari batu baterai Zinc-Carbon merupakan limbah beracun dengan jumlah melimpah dan menjadi permasalahan bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa sulfonated-GO dan sulfonated-rGO dari limbah grafit batu baterai serta mendapatkan pengaruh penambahan senyawa grafena hasil sintesis terhadap performa fluida pengeboran berbasis air. Purifikasi limbah grafit batu baterai dilakukan dengan teknik leaching asam-basa, sintesis grafena oksida dilakukan dengan metode Hummers termodifikasi, sintesis grafena oksida tereduksi dengan pereduksi asam askorbat untuk kemudian dilakukan rekasi sulfonasi untuk menghasilkan sulfonated-GO dan sulfonated-rGO. Dalam penelitian ini dilakukan variasi jumlah asam askorbat (rGO 1:1,5, rGO 1:2, rGO 1:2,5) dan jenis senyawa grafena yang ditambahkan pada formulasi fluida pengeboran. Dari ketiga variasi yang dilakukan, hasil rGO yang paling baik berdasarkan jumlah lapisan yang terkelupas, kandungan unsur C dan O adalah rGO 1:2,5 dengan jumlah lapisan 7, kandungan unsur C 88,54% dan kandungan unsur O 10,66%. Dalam penelitian ini mengkonfirmasi bahwa SGO dan SrGO terbentuk dengan adanya peak baru pada FTIR sekitar 1173 cm-1 dan 1124 cm-1, yang menunjukkan adanya ikatan S-O dan 1038 cm-1 menunjukkan adanya ikatan s-Phenyl dan terdapat atom S yang mana atom S sebagian besar berasal dari asam sulfanilat. SGO dan SrGO yang dihasilkan dari sintesis grafit dapat diaplikasikan sebagai aditif fluida pengeboran berbasis dan dibandingkan dengan aditif komersial.

Graphite cathode waste from Zinc-Carbon battery stones is toxic waste in abundance and is a problem for the environment. This study aims to synthesize sulfonated-GO and sulfonated-rGO compounds from graphite waste rock batteries and to obtain the effect of adding synthetic graphene compounds on the performance of water-based drilling fluids. Purification of battery rock graphite waste was carried out using acid-base leaching techniques, graphene oxide synthesis was carried out by the modified Hummers method, reduced graphene oxide synthesis with ascorbic acid reducing then carried out sulfonation reactions to produce sulfonated-GO and sulfonated-rGO. In this study, variations in the amount of ascorbic acid (rGO 1: 1,5, rGO 1: 2, rGO 1: 2,5) and types of graphene compounds were added to the drilling fluid formulation. Of the three variations carried out, the best rGO results were based on the number of layers peeled off, the elemental content of C and O was rGO 1: 2.5 with 7 layers, element C content was 88.54% and elemental O content was 10.66%. In this study, it was confirmed that SGO and SrGO were formed by the presence of new peaks on FTIR of around 1173 cm-1 and 1124 cm-1, which indicated that there were SO bonds and 1038 cm-1 indicated that there were s-Phenyl bonds and there were S atoms, which were S atoms. mostly derived from sulfuric acid. SGO and SrGO produced from graphite synthesis can be applied as drilling fluid based additives and compared with commercial additives."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Habibi
"Pregelatinisasi pati singkong (PPS) mempunyai kemampuan mengembang yang baik akan tetapi daya ikatnya rendah,sehingga menyebabkan tablet menjadi rapuh, khususnya pada tablet cepat hancur. Untuk mengatasi kekurangan tersebut diantaranya adalah melalui modifikasi PPS dengan metode koproses. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat koprosesdari (PPS) dengan hidroksi propil metil selulosa(HPMC) yang selanjutnya digunakan dalam formulasi tablet cepat hancur.
Pada penelitian ini eksipien koproses dibuat dengan menggabungkan suspensi PPS dalam air dengan suspensi HPMC dalam air pada perbandingan 6:1, selanjutnya dikeringkan dengan drum dryer. Terhadap eksipien yang dihasilkan dilakukan evaluasi, selanjutnya digunakan dalam formulasi tablet cepat hancur. Proses pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah. Tablet cepat hancur dibuat 4 formula (formula ABCD), tablet yang dihasilkan dievaluasi sifat fisiknya yang meliputi kekerasan, keregasan, waktu pembasahan, waktu hancur sesuai dengan persyaratantablet cepat hancur yang baik.
Hasil evaluasi tablet yang dihasilkan menunjukkan hanya formula D yang dapat hancur sesuai dengan ketentuan Farmakope Eropa yaitu kurang dari 3 menit (88,16 ±10,61 detik), serta memiliki karakteristik sebagai berikut; kekerasan 1,73 kp ± 0,32, keregasan 0,69 ± 003,waktu pembasahan 142,66 ± 8,02 detik. Dapat disimpulkan bahwa hanya formula D memenuhi persyaratan tablet cepat hancur,baik sifat fisik maupun waktu hancur tablet.

Pragelatinized cassava starch (PCS) has a good ability to swelled but low binding capacity in tablet formulation, that causing the tablet to become brittle, especially in fast disintegrating tablets. To overcome the lack of them is through the modification of the PCS with the coprocess method. The purpose of this research was to create coprocess excipient from PCS with hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC), then it was used in fast disintegrating tablets formulations by wet granulation method.
In this study an excipient coprocess was made by combining of PPS suspension in water with of HPMC suspension in water at a ratio of 6: 1, then dried with drum dryer. The excipient product was characterized of physical properties. After that, it used in fast disintegrating tablets formulations. The process of making the tablets was by wet granulation method in 4 formula (ABCD formula). The fast disintegrating tablets product was evaluated physical properties which include hardness, friability, wetting time, disintegrating time, in accordance with the requirements of a good fast disintegrating tablets.
The results of the evaluation of the resulting tablets indicate only formula D that can be disintegrated in accordance with the European Pharmacopoeia, which is less than 3 minutes (88,16 ± 10,61second), beside that another properties were; hardness 1.73 ± 0.32 kp, friability ± 0.69 003, wetting time 142,66 ± 8.02 seconds. The conclusion is formula D eligible as fast disintegrating tablets, not only physical properties but also disintegrating time.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wileam Yonatan Phan
"ABSTRAK
Graphene adalah suatu material ajaib dengan banyak aplikasi yang menjanjikan sebagai devais, di mana graphene harus digabungkan dengan bahanbahan lain, terkhusus dengan cara ditaruh di atas substrat. Riset baru-baru ini menunjukkan bahwa sifat-sifat sis graphene dapat mengalami perubahan, tergantung dari jenis substrat yang digunakan. Dalam skripsi ini, kami mengusulkan suatu model sederhana untuk sistem graphene di atas substrat berdasarkan metode tight-binding, di mana kami memasukkan suku hibridisasi pada orbital 2pz graphene dengan orbital-orbital pada substrat. Hamiltonian
yang terbentuk kemudian diubah ke dalam bentuk matriks dan dihitung dengan rumus-rumus yang dikembangkan dari formalisme fungsi Green dan teori respon linier Kubo untuk menghasilkan rapat keadaan DOS(w) dan bagian riil dari tensor konduktivitas optik sigma_1^ab(w). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hibridisasi dengan substrat cenderung menghasilkan keadaan di sekitar energi Fermi, sehingga meningkatkan konduktivitas DC, terutama ketika substratnya bersifat metalik atau insulator dengan celah energi sempit. Lebih lanjut, puncak pada sigma_1^ab(w) cenderung mengalami renormalisasi dan redshift ketika substratnya adalah insulator dengan nilai celah energi sekitar dua kali lipat dari hopping parameter tetangga terdekat pada graphene. Sementara itu, substrat dengan nilai celah energi yang sangat lebar cenderung tidak mempengaruhi baik DOS(w) maupun sigma_1^ab(w) dari graphene. Peningkatan jumlah lapisan substrat cenderung memperhalus struktur yang terjadi pada DOS(w)
dan sigma_1^ab(w) dari graphene.

ABSTRACT
Graphene is a wonder material with a lot of promising applications as devices, in which it must be combined with other materials, most notably put on top of a substrate. Recent research has shown that the physical properties of graphene can change depending on the type of the substrate employed. In this thesis, we propose a simple model describing the graphene-on-substrate system based on the tight binding approximation, where we introduce a hybridization term of the graphene 2pz orbital and topmost substrate layer orbitals. The resulting Hamiltonian is then converted into matrix form and calculated using formulae based on Green function's formalism and Kubo linear response theory to yield the density of states DOS(w) and real part of the optical conductivity tensor sigma_1^ab(w) of the graphene layer. The results show that hybridization with the substrate tends to create states around the Fermi energy, thus enhancing the DC conductivity, especially when the substrate is metallic or insulating
with low energy gap. Furthermore, the peak in sigma_1^ab(w) tends to get renormalized and experience a redshift when the substrate is an insulator with a energy gap value around twice the graphene nearest-neighbor hopping parameter. Meanwhile, an insulating substrate with a very high band gap tends not to affect both DOS(w) and sigma_1^ab(w) of graphene. Increasing the number of substrate layers tends to smoothen the structure present in the DOS(w) and sigma_1^ab(w) of graphene.
"
2015
S61179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Santoso
"Bakteri Acetobacter.xylinum merupakan bakteri Gram negatif yang mampu menghasilkan senyawa selulosa. Selulosa yang dihasilkan oleh bakteri tersebut memiliki derajat kemurnian yang tinggi dan layak untuk dikembangkan sebagai sumber alternatif penyediaan selulosa bagi berbagai bidang industri yang membutuhkannya.
Selulosa bakteri diperoleh dengan cara memfermentasikan substrat cair yang mengandung gula dengan menggunakan bakteri A. xylinum. Di negara asalnya, Filipina, fermentasi tersebut menggunakan limbah cair air kelapa dan dikenal sebagai produk nata de coco. Produk inipun dikenal di Indonesia dengan nama dagang sari kelapa.
Selain dikenal sebagai produk makanan seperti tersebut di atas, nata yang sebenarnya merupakan bacterial cellulose telah dikembangkan untuk berbagai kebutuhan. Pemanfaatan selulosa bakteri tersebut antara lain dalam bidang industri pembuatan kertas, membran akustik, obat-obatan, kosmetik dan produk makanan (Steinkraus 1983; Sudirjo 1985; Sanchez & Yoshida 1998).
Di Indonesia, produk makanan sari kelapa sudah cukup dikenal, terutama di kota-kota besar. Pembuatan produk tersebut, sebagian besar dilakukan secara industri skala rumah tangga, walaupun beberapa pabrik skala besar juga memproduksi sari kelapa. Pada umumnya, para pembuat sari kelapa kurang atau tidak melakukan proses produksi secara steril. Kendala yang muncul adalah, sering kualitas produk yang dihasilkan menurun atau bahkan kegagalan pada produksi. Hal tersebut dikarenakan tingginya tingkat kontaminasi dari bibit yang digunakan. Oleh karenanya, isolasi dan pemurnian bakteri A. xylinum yang digunakan dalam industri lokal tersebut merupakan hal yang utama.
Pemanfaatan bakterial selulosa bagi berbagai bidang industri membutuhkan kualitas produk yang stabil. Salah satu kendala yang juga akan dihadapi dalam pemanfaatan limbah bagi substrat fermentasi adalah kualitas substrat yang dapat sangat bervariasi. Untuk itu, dalam penelitian ini digunakan media fermentasi buatan yang komposisi dapat diatur dengan pasti."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>