Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15650 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Pratikto
"Produksi makanan ringan telah menjadi bagian kebutuhan masyarakat modern sebagai pendamping makanan pokok dalam peradaban manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Pada saat sekarang peningkatan produksi makanan tersebut seperti produk Garudafood (Merek Kacang Garing, Snack Pilus, Pellet Snack, Keripik, Biskuit, Keju Cheddar Olahan & Salad Dressing, Susu, Cokelat, Confectionery dan Skippy) meningkat signifikan permintaan pasar nasional dan internasional secara keseluruhan menunjukan pertumbuhan positif di atas target Year To Date (YTD) Q1 2023 (+2,7%) yang dikarenakan pertumbuhan double digit. Akibat respon pemasaran dan visibilitas yang lebih baik portofolio yang terus meningkat serta in-stroke execution. Meningkatkan langkah distribusi dengan memperluas kemampuan pasar yang lebih efektif dan efisien. Perkembangan yang sangat cepat tersebut merupakan akibat innovation product dan new product untuk persaingan yang dinamis terhadap competitor. Garudafood dan groupnya menerapkan pemasaran dan visibilitas sangat cepat pada supply chain secara berkelanjutan yang sistematis. Sehingga dibutuhkannya penunjang bisnis tersebut dengan support facility pengembangan gudang untuk pemenuhan kebutuhan kapasitas penampungan product finish good yang berstandar Good Manufacturing Practice (GMP). Berdasarkan kebutuhan tersebut Central Procurement Building memproses pengadaan pembangunan lanjutan gudang Distribution Center (DC) Garudafood plant Bandung untuk pemenuhan daya tampung produk jadi/finish good akibat gudang yang ada sudah tidak dapat menampung. Oleh karena itu, praktik keinsinyuran ini bertujuan untuk mensupport secara proses pengadaan (procurement) bangunan gudang tambahan di daerah Bandung Jawa Barat, yang bertujuan mendukung produktifitas peningkatan kapasitas produksi yang meningkat akibat permintaan konsumen meningkat secara nasional dan internasional.

The increasing of snacks production has become part of the necessities of modern society as a companion to the staple food in human civilization in order to sustain its livelihood. At the present time Garudafood, increased production of food such as Garudafood products (Crunchy Nut, Pilus Snack, Pellet Snack, Chips, Biscuits, Processed Cheddar Cheese & Salad Dressing, Milk, Chocolate, Confectionery and Skippy peanut butter) therefore it significantly fulfilled the demand of the national and international markets as a whole, where it showed positive growth above the target YTD in Q1 2023 (+2.7%) due to double digit growth. As a result of marketing response and improved visibility the portfolio is constantly increasing as well as in-stroke execution. Improve distribution steps by expanding market capabilities are more effective and efficient. Such rapid development is the result of product innovation and new products for dynamic competition against competitors. Garudafood and its group apply marketing and visibility very quickly to the supply chain in a systematic, sustainable manner. Therefore, it is necessary to support the business with the support of the development of the warehouse to fulfill the requirements of the product finish good. shelter capacity, which is GMP (Good Manufacturing Practice). Based on this need, Central Procurement Building processes the procurement of the advanced construction of Garudafood plant Distribution Center Bandung warehouse to fulfill the capacity of finished product/finish good due to the fact that the existing warehouse is no longer able to accommodate. Therefore, this engineering practice aims to support the procurement process of the building A warehouse of materials in the Bandung area of West Java, which is aimed at supporting pen-productivity to increase production capacity as a result of more consumer demand nationally and internationally."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gina Lusiana Dewi
"[Penelitian ini dilakukan pada gudang perusahaan farmasi yang masih menggunakan sistem manual picking. Salah satu kegiatan utama operasional gudang yang meningkatkan produktivitas suatu perusahaan adalah order picking. Namun, kegiatan order picking pada gudang perusahaan farmasi ini belum optimal. Hal ini dikarenakan tata letak produk pada gudang menggunakan metode randomized storage dan area gudang terbatas. Usaha untuk menyelesaikan permasalahan ini yaitu dengan pengaturan ulang tata letak produk menggunakan metode class based storage dengan analisa EIQ. Tata letak produk diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas berdasarkan karakterisitik distribusi setiap jenis produk (nilai IK dan IQ). Hasil penelitian ini menunjukkan total jarak tempuh forklif dan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan order picking dengan tata letak usulan berkurang sebesar 34.5 % dari jarak tempuh dan waktu yang dibutuhkan dengan tata letak sebelumnya.
This study is at pharmaceutical company’s warehouse that has been using manual picking system for its operational. One of the major warehouse operational activity that has big contribute for company’s productivity is order picking. In contrast, order picking performance in this pharmaceutical company’s warehouse less than optimal. It is because warehouse uses randomized storage for its assignment and warehouse’s area is limited. Class based storage assignment using EIQ analysis is one way to solve this problem. Product is classified into several class based on product distribution characteristic (IK and IQ value). The result of this study shows that the travel distance and time that need for order picking by using class based storage assignment 34.5% less than travel distance and time needed by using randomized storage assignment.;This study is at pharmaceutical company’s warehouse that has been using manual picking system for its operational. One of the major warehouse operational activity that has big contribute for company’s productivity is order picking. In contrast, order picking performance in this pharmaceutical company’s warehouse less than optimal. It is because warehouse uses randomized storage for its assignment and warehouse’s area is limited. Class based storage assignment using EIQ analysis is one way to solve this problem. Product is classified into several class based on product distribution characteristic (IK and IQ value). The result of this study shows that the travel distance and time that need for order picking by using class based storage assignment 34.5% less than travel distance and time needed by using randomized storage assignment., This study is at pharmaceutical company’s warehouse that has been using manual picking system for its operational. One of the major warehouse operational activity that has big contribute for company’s productivity is order picking. In contrast, order picking performance in this pharmaceutical company’s warehouse less than optimal. It is because warehouse uses randomized storage for its assignment and warehouse’s area is limited. Class based storage assignment using EIQ analysis is one way to solve this problem. Product is classified into several class based on product distribution characteristic (IK and IQ value). The result of this study shows that the travel distance and time that need for order picking by using class based storage assignment 34.5% less than travel distance and time needed by using randomized storage assignment.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafsah Prihatiwi Rasyid
"Resi gudang adalah dokumen bukti kepemilikan barang yang disimpan di suatu gudang, diterbitkan oleh pengelola gudang dan dapat menjadi instrumen perdagangan. Resi gudang sebagai salah salah satu bentuk jaminan merupakan jalan keluar dari terbatasnya modal petani dan pengusaha bidang pertanian dalam mencairkan kredit demi pengembangan usaha. Tesis ini membahas mengenai prosedur pelaksanaan jaminan resi gudang serta peranan notaris dalam proses tersebut. Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang berbentuk yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis. Pelaksanaan pembebanan jaminan resi gudang ditandai dengan suatu pembuatan akta Pembebanan Hak Jaminan oleh pemberi jaminan dan penerima jaminan di hadapan notaris. Peranan notaris dalam proses pembebanan Jaminan Resi Gudang adalah membuat akta perjanjian Jaminan Resi Gudang. Dalam membuat akta Jaminan Resi Gudang, peranan notaris sebenarnya sama dengan pembuatan akta-akta lain pada umumnya. Yang harus diperhatikan oleh notaris dalam pembuatan akta adalah menjaga otentisitas akta tersebut, agar akta yang dibuat dapat dipergunakan sebagai mana mestinya dikemudian hari. Dalam hal Resi Gudang, sebelum membuat akta notaris harus melakukan pengecekan keaslian dokumen.

Warehouse receipt is a document of ownership of goods stored in a warehouse, which is published by the warehouse manager and possible to become an instrument of trade. Warehouse receipts as a collateral is a way out of the limited capital of farmers and agricultural entrepreneurs in business development. This thesis describes the procedures for the implementation of warehouse receipt collaterla and the notary?s deed role in the process. This research is a study in the form of juridical normative with descriptive analytic. Implementation of the collateral is marked with the making of a deed that contain with Warehouse Receipt's Collateral by a notary public. In making the warehouse receipt collateral deed, the role of notaries in fact is same as making other deeds in general. That must be considered by the notary in the making is to maintain authenticity of notarial deed. In the case of warehouse receipt, before making the deed, Notary had to check the authenticity of documents."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T28198
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Hermawati
2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hero Yudha Adhigdya
"Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada tiga pokok permasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimana pengaturan sistem resi gudang sebagai lembaga hukum jaminan? (2) Bagaimana eksekusi jaminan resi gudang apabila debitur wanprestasi? (3) Apakah hak jaminan resi gudang telah mengakomodir kepentingan yang tidak diatur dalam dalam lembaga hukum jaminan gadai dan fidusia?
Hak jaminan atas resi gudang merupakan suatu lembaga hukum jaminan baru di Indonesia dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang. kemudian terdapat perubahan pada Undang-Undang Sistem Resi Gudang dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang sistem resi gudang. Dengan adanya perubahan dalam Undang-Undang Sistem Resi Gudang ternyata masih juga menyisakan beberapa permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang muncul dalam praktek pelaksanaan sistem resi gudang di Indonesia, lebih khususnya dalam pelaksanaan pembebanan hak jaminan atas resi gudang.

The point of discussion in this research starts from three basic questions: (1) How the rulings of warehouse receipt system as security legal entity? (2) How the ruling of warehouse security objects? execution if debtor breaches the contract? (3) Does warehouse security system accommodate the interests are not ruled in fiduciary and pledge?
Warehouse security right is a new security legal entity in Indonesia by the legalization of Law No. 9 Year 2006 Concerning on Warehouse Receipt System. Then there is an amendment on Law of Warehouse Receipt System by the legalization of Law No. 9 year 2011 Concerning the Amendment of Law No. 9 Year 2006 Concerning on Warehouse Receipt System. With the Amendment on Law of Warehouse Receipt remains some legal problems. This research has goals to analyze problems occur on warehouse receipt system's practice in Indonesia, specialized on the practice of warehouse receipt as security.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S42949
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Siti Munirah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan pangan segar pada gudang pusat Transmart Carrefour sehingga peningkatan kualitas dapat tercapai. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed method yang bersifat deskriptif yang berdasarkan wawancara dan observasi serta data di lapangan. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan Pareto chart dan fishbone diagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah yang paling banyak terjadi pada produk pangan segar di gudang pusat Transmart Carrefour adalah busuk dan memar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa produk pangan segar mengalami kebusukan karena kualitas buah yang buruk dari pemasok, tenaga kerja yang kurang terlatih, proses penyimpanan yang kurang baik dan proses transportasi yang kurang memadai. Sementara itu, masalah memar pada pangan segar disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang terlatih dan terawasi, serta proses transportasi yang kurang baik, metode penyusunan atau penumpukan yang kurang tepat dan material kemasan yang kurang baik.

This study aims to determine the factors that cause damage to perishable food in the Transmart Carrefour distribution center so that quality improvements can be achieved. The research method used is descriptive mixed method based on interviews and observations and data in the field. The approach of this research uses Pareto charts and fishbone diagrams. The results show that the most common problems in perishable food products at the Carrefour Transmart distribution center are rotten and bruised. The results from rotten problem are poor fruit quality from suppliers, poorly trained laborers, poor storage processes and inadequate transportation processes. Meanwhile, the problem of bruising on perishable food is caused by a poorly trained and supervised laborers, poor transportation processes, inaccurate preparation or stacking methods and poor packaging materials."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga
"Negara Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan yang sangat luas. Hal ini tentu menjadi potensi yang sangat besar bagi Indonesia untuk dikembangkan secara optimal. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut ialah melalui Sistem Resi Gudang. Namun proses yang ada di lapangan belum sesuai dengan ekspektasi Pemerintah setelah regulasi tersebut telah dibuat. Permasalahan utama yang terjadi pada Sistem Resi Gudang adalah masih banyak para petani yang belum mengetahui informasi mengenai Sistem Resi Gudang tersebut. Hal ini dapat terjadi karena masih kurangnya dukungan Pemerintah dalam pelaksanaan Sistem ini. Lebih lanjut Sistem Resi Gudang sendiri bertujuan untuk menyejahterakan para petani dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Oleh karena Sistem Resi Gudang masih belum berjalan dengan optimal, maka taraf hidup para petani juga masih belum stabil. Melihat dari penerapan resi gudang warehouse receipt di India yang memiliki persamaan sebagai negara agraris dan merupakan negara berkembang yang telah berhasil dalam mengoptimalkan penerapan resi gudang. Hal ini menjadi tanda tanya apa yang menyebabkan Indonesia masih mengalami kendala dalam penerapannya. Penulis melakukan studi literatur untuk melihat bagaimana regulasi resi gudang di Indonesia dan India, kemudian melakukan perbandingan dari informasi yang ditemukan. Penulis mendapatkan hasil bahwa sistem regulasi di India yang sederhana ternyata memiliki kekuatan untuk menjalankan sistem tersebut dengan baik dan lebih optimal dibandingkan dengan Indonesia.

Indonesia is an agricultural country who has large area. Indonesia has great potential to developing it. One of the way to achieve that goal is by a warehouse receipt system. But outside condition are not in line with government expectations after the regulation already made. The main problem with warehouse receipt system is there are still many farmers who do not know information about the warehouse system. This happened because a lack of government support in implementation this system. Moreover the warehouse receipt system intend to prosperous the farmers in improving their standard of living. Therefore the system still not working optimally, then the standard of living of farmers are still not stable. Looking from application warehouse receipt system in India, which has similarities as an agricultural country and developing country who has succeeded to do the best implementation of warehouse receipt. This is become question mark that what caused Indonesia still having problems to use it. The author conducted a literature study to see how regulation of warehouse receipt in Indonesia and India, then doing a comparison from that information.  The author get a result that regulation of system in India that is simple turns out to have the power to operate the system well and more optimally than Indonesia.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Noor Yustisiananda
"Pemerintah pada tahun 2011 melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang telah melakukan perubahan akan pelaksanaan dan aturan mengenai Sistem Resi Gudang. Perubahan didasari atas kebutuhan pelaku usaha di bidang Sistem Resi Gudang, dimana dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kelemahan yang menghambat perkembangan Sistem Resi Gudang, diantaranya adalah dengan tidak tersedianya mekanisme jaminan yang relative terjangkau bagi pelaku usaha apabila Pengelola Gudang mengalami pailit atau melakukan kelalaian dalam pengelolaan mishandling , sehingga tidak dapat melaksanakan kewajibannya. Oleh sebab itu dalam UU Sistem Resi Gudang terdapat subjek hukum baru yang dapat memberikan jaminan dalam penyelenggaraan Jaminan Sistem Resi Gudang yaitu Lembaga Jaminan Sistem Resi Gudang Guarantee Fund . Selanjutnya pelaksana tugas Lembaga Jaminan Sistem Resi Gudang ditetapkan oleh Pemerintah melalui PP Nomor 1 Tahun 2016 tentang Lembaga Pelaksana Jaminan Sistem Resi Gudang. Tesis ini akan memberi penjelasan mengenai mekanisme penjaminan dan tanggung jawab dari Lembaga Jaminan Sistem Resi Gudang serta konsekuensi dipenuhinya tanggung jawab Lembaga Jaminan Sisitem Resi Gudang, dimana lembaga tersebut memperoleh Hak Subrogasi dari Pemegang Resi Gudang dan Penerima Hak Jaminan. selain hal tersebut dalam hal Pengelola Gudang gagal dan dinyatakan pailit tindakan eksekusi seperti apa yang dapat dilakukan oleh Lembaga Jaminan Sistem Resi Gudang, sehingga Lembaga tersebut dapat mempertahankan hak-hak yang dimilikinya.

The Goverment in 2011 throught Act No. 9 of 2011 on Amendment of Act No. 9 of 2006 about the warehouse receipt systems has made changes to the implementation and rules on Warehouse Receipt System. Changes are based on the needs of businessmen in the field of warehaouse receipt systems, where in the implementation there are some weaknesses that hamper the development of warehaouse receipt systems, such as the unavailability of guarantee mechanism that are relatively affordable for businessmen if the Warehouse manager experienced bankruptcy or negligence in the management of mishandling, so it can not perform its obligations. Therefore, in the Law of Warehouse Receipt System there is a new legal subject that can provide guarantees in the implementation of Warehouse Receipt System the subject is Institution of Warehouse Receipt System Guarantee. Furthermore, the executor of the Guarantee Institute of Warehouse Receipt System is stipulated by the Government through Government Regulation No. 1 of 2016 on the Institution of Warehouse Receipt System Guarantee. This thesis will provide explanation on the guarantee mechanism and responsibility of Institution of Warehouse Receipt System Guarantee and the consequence of fulfillment of responsibility of Welfare Institution of Warehouse Receipt Institution, where the institution obtains Subrogation Right from Warehouse Receipt Holder and Receiver of Warranty Right. In addition to that in case the Warehouse Manager fails and declares bankruptcy what kind of execution action can be performed by the Institution of Warehouse Receipt System Guarantee so that the Institution can defend the rights it owns.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T48544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Nabihah
"Salah satu kewajiban bagi umat muslim adalah mengonsumsi makanan yang halal. Segala sesuatu di bumi baik tumbuhan, buah-buahan, maupun binatang hukum awalnya adalah halal dimakan kecuali terdapat nash/petunjuk dari Alquran, atau hadits, atau fatwa ulama yang mengharamkannya. Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH) yang mewajibkan sertifikasi halal untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan konsumsi produk halal. Pelaku usaha wajib menerapkan kriteria SJPH yang meliputi 5 (lima) aspek yaitu komitmen dan tanggung jawab, bahan, proses produk halal, produk, serta pemantauan dan evaluasi. Kehalalan produk sangat dipengaruhi oleh bahan yang digunakan. Fokus dalam tugas khusus ini adalah meninjau terkait kehalalan bahan yang digunakan dalam proses produksi. Bahan dikelompokkan menjadi bahan tidak kritis (positive list) dan bahan kritis (non-positive list). Penggunaan bahan kritis harus menyertakan dokumen pendukung untuk mempertimbangkan kehalalan produk karena keberadaannya sangat mempengaruhi kehalalan produk dan harus dipantau dengan ketat. Dokumen pendukung dapat berupa sertifikat halal, atau selain sertifikat halal seperti spesifikasi produk, diagram alir pembuatan, pernyataan kuesioner, ataupun dokumen lain. Dokumen pendukung selain sertifikat halal harus dikeluarkan oleh produsen bahan dan mencakup informasi terkait bahan yang digunakan serta pemenuhan persyaratan fasilitas produksi sehingga status kehalalannya dapat ditentukan. Beberapa bahan dalam pembuatan obat yang dapat termasuk dalam bahan kritis diantaranya penggunaan karbon aktif, alkohol, bahan mikrobial dan media untuk kultur mikroba, Produk halal yang dihasilkan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen muslim sehingga menjadi nilai tambah bagi perusahan.

One of the obligations for Muslims is to consume halal food. Everything on Earth, including plants, fruits, and animals, is initially considered halal for consumption unless there is specific evidence from the Quran, Hadith, or the fatwas of scholars that prohibit it. The Indonesian government enacted Law Number 33 of 2014 concerning Halal Product Assurance (HPA), which mandates halal certification to support the growth of halal production and consumption. Business operators are required to adhere to HPA criteria, covering five aspects: commitment and responsibility, ingredients, the halal production process, products, and monitoring and evaluation. The halal status of products is significantly influenced by the ingredients used. The specific focus of this task is to review the halal status of ingredients used in the production process, categorized into non-critical (positive list) and critical ingredients (non-positive list). The use of critical ingredients necessitates supporting documents to assess the halal status, as their presence profoundly affects product halalness and requires strict monitoring. Supporting documents can include halal certificates or other documents beyond halal certificates, such as product specifications, production flowcharts, questionnaire statements, or others. These supporting documents, aside from halal certificates, must be issued by the ingredient manufacturers, providing information about the ingredients used and compliance with production facility requirements to determine their halal status. Some materials in drug manufacturing that may fall into the critical category include activated carbon, alcohol, microbial substances, and media for microbial culture. Halal products produced enhance the trust of Muslim consumers, adding value to the company."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>