Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herdiantyara Mardhika
"Ideologi gender yang mengacu pada peran-peran gender telah dikonstruksi dan memisahkan peran laki-laki dan perempuan dengan istilah feminitas dan maskulinitas. Ketika pandangan ideologi gender dipercaya oleh masyarakat kemudian membentuk sebuah hegemoni. Hegemoni juga disebarkan melalui budaya populer film. Seringkali, film memunculkan ketidaksetaraam gender dan membentuk perempuan sebagai kaum marginal di bawah dominasi kaum laki-laki. Namun fenomena hegemoni menciptakan pihak oposisi yang disebut dengan intelektual organik yang menciptakan suatu resistensi akan dominasi yang ada melalui film. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana counter-hegemony digambarkan dalam film Barbie (2023). Penelitian ini menggunakan paradigma kritis, pendekatan kualitatif serta analisis wacana kritis yang digunakan untuk membedah teks dalam film dengan menempatkan posisi subjek-objek dan posisi penonton film Barbie (2023). Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa film Barbie (2023) menayangkan hegemoni yang terjadi ketika digambarkan oleh pemeran lawan seperti film-film pada umumnya. Kemudian muncul resistensi yang dilakukan oleh sutradara film yang juga merupakan intelektual organik melalui gagasan feminis yang disampaikan pada film Barbie dan kemudian menggambarkan counter-hegemoni stereotip gender dalam film Barbie (2023)

Gender ideology which refers to gender roles has been constructed and separates the roles of men and women using  the terms femininity and masculinity. When the views of gender ideology are believed by society, then hegemony is formed. Hegemony is also spread through popular film culture. Often, films raise gender inequality and shape women as marginal people under male domination. However, the phenomenon of hegemony creates an opposition party called organic intellectuals who creates resistance to existing domination through film. This research aims to find out how against hegemony depicted in the film Barbie (2023). This research uses a critical paradigm, a qualitative approach and Sara Mills' critical discourse analysis which is used to dissect the text in the film by placing the subject-object position and the position of the audience in the film Barbie (2023). From the results of the analysis carried out, it is known that the Barbie film shows the hegemony that occurs when portrayed by opposing actors, like films in general. Then resistance emerged by the film director who is also an organic intellectual through the feminist ideas conveyed in the film Barbie (2023) and then depicting counter-hegemony in the film Barbie (2023)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Fristy Syahara
"Tesis ini mengkaji pembentukan pemahaman baru mengenai gender dan seksualitas pada diri penggemar laki-laki melalui keterlibatan mereka dalam konsumsi dan produksi AU boys love. AU boys love merupakan subgenre dari fanfiction yang berfokus pada hubungan romantis antara laki-laki dengan menggunakan idola Kpop sebagai visualisasi. Penelitian dilakukan di media sosial twitter dengan menggunakan pendekatan Cyber Ethnography dan dianalisis menggunakan dua konsep teoritik yaitu undoing gender dan matriks heteroseksual dari Judith Butler. Adanya kebingungan akan orientasi seksual juga ketertarikan terhadap Kpop, membuka jalan menuju konsumsi AU boys love. Melalui konsumsi AU boys love dan interaksi dalam ruang virtual, penggemar diberikan gambaran serta informasi mengenai kehidupan gay. Temuan riset menunjukkan bahwa kehadiran matriks heteroseksual memicu terjadinya pembatalan gender, dan ruang virtual boys love menjadi media yang menjembatani hal ini. Sebagai media yang mampu memberikan ruang dan wawasan bagi penggemar, sehingga penggemar dapat mengkonfirmasi ketertarikan mereka terhdap laki-laki, juga melakukan pembatalan gender tidak hanya di dunia maya, juga di dunia nyata. Upaya pembatalan gender dilakukan dengan cara mengungkapkan ketertarikan terhadap laki-laki, aktif dalam berkencan dan berhubungan seksual, serta menjadikan pengalaman percintaan dan seksual yang mereka miliki sebagai inspirasi untuk memproduksi AU boys love. Saya berargumen bahwa konsumsi dan produksi AU boys love membentuk suatu ruang virtual yang dapat membantu penggemar untuk menerima diri dan orientasi seksualnya, juga melakukan pembatalan gender sehingga dapat membentuk diri mereka saat ini.

This thesis examines the formation of a new understanding of gender and sexuality in male fans through their involvement in the consumption and production of AU boy’s love. AU boy’s love a subgenre of fanfiction that focuses on romantic relationships between boys using K-pop idols as visualizations. The research was conducted on Twitter social media using the Cyber Ethnography approach and analyzed using two theoretical concepts: Heterosexual Matrix and Undoing Gender from Judith Butler. Confusion about sexual orientation and interest in K-pop, paving the way for consuming AU boy’s love. Through consuming AU boy’s love and interactions in virtual space, fans are given an overview and information about gay life. Research findings show that that the presence of the heterosexual matrix triggers undoing gender, and the virtual space of a boy's love becomes a medium that bridges this. As a medium that can provide space and insight for fans, so that fans can confirm their attraction to men, it also carries out undoing gender in cyberspace and the real world. Efforts to undoing gender are carried out by expressing interest in men, being active in dating and having sexual relations, and using their romantic and sexual experiences as inspiration for producing AU boy's love. I argue that the consumption and production of AU boy's love forms a virtual space that can help fans to accept themselves and their sexual orientation, as well as Undoing gender so they can shape who they are today."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grewal, Inderpal
London: McGraw-Hill, 2002
305.4 GRE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Priscillia Harventhy
"ABSTRAK
Dalam sebagian besar film Hollywood dengan genre action-spionase spy , protagonis utama dimainkan oleh seorang agen rahasia laki-laki, sementara karakter perempuan dimainkan sebagai ldquo;kaki tangan rdquo; dari agen rahasia tersebut. Namun, film Spy 2015 menantang stereotip dan peran jender yang dikaitkan dalam film action-spionase pada umumnya dengan memerankan wanita sebagai protagonis agen rahasia utama dan menggambarkan karater laki-laki kebalikan dari stereotip agen rahasia. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pergeseran stereotip dan peran jender sebagai agen rahasia tersebut digambarkan dalam film Spy. Analisis tekstual digunakan untuk menyelidiki pergeseran dan pengaruhnya, dan kerangka teoritis yang digunakan adalah Women Existence in Espionage Movies oleh Amalina 2015 dan The Evolution of Female Gender Roles oleh Bayard 2015 . Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada perubahan yang signifikan antara karakterisasi tokoh perempuan dan laki-laki sebagai agen rahasia.

ABSTRACT
AbstractIn most of Hollywood action espionage movies, the main protagonists are male secret agents, while female characters play the role of the secret agents rsquo sidekicks. However, Spy 2015 challenges the stereotypes and the attributed gender roles in action espionage movies by having female protagonist as the lead secret agent and depicting the male characters the opposite of secret agent stereotypes. This research focuses on how the shift of stereotypes and gender role of secret agents are portrayed in Spy. Textual analysis is used to investigate the shifts and its effects, and the theoretical frameworks used are Women Existence in Espionage Movies by Amalina 2015 and The Evolution of Female Gender Roles by Bayard 2015 . The research findings reveal that there are significant changes between the female and the male characterizations as secret agents.Keywords Gender Role, Stereotype, Secret Agent"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tanalin Norfirdausi
"[Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gender role conflict dan psychological well-being pada laki-laki gay dewasa muda. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ialah Gender Role Conflict Scale Short Form (GRCS-SF) dan Ryff’s Scales of Psychological Well-Being
(RPWB). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 99 orang laki-laki berusia 20-40 tahun yang memiliki orientasi seksual homoseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gender
role conflict dan psychological well-being (R=-0,023; p>0,05). Meskipun demikian, salah satu dimensi gender role conflict yaitu keterbatasan afeksi antar laki-laki menunjukkan korelasi negatif yang siginifikan dengan
psychological well-being (R=-0,261; p<0,01.

This research is conducted to find the correlation between gender role conflict and psychological well-being among young adult gay men. This research used the Gender Role Conflict Scale Short Form (GRCS-SF) and Ryff’s Scales of Psychological Well-Being (RPWB). The participants of this research are 99 homosexual self-identified men aged between 20-40 years old. The result of this research showed that there is no significant correlation between gender role conflict and psychological well-being (R=-0,023; p>0,05). However, one of the gender role’s dimensions, restrictive affectionate behavior between men, showed that there is a significant negative correlation with psychological well-being (R=-0,261; p<0,01)., This research is conducted to find the correlation between gender role conflict
and psychological well-being among young adult gay men. This research used
the Gender Role Conflict Scale Short Form (GRCS-SF) and Ryff’s Scales of
Psychological Well-Being (RPWB). The participants of this research are 99
homosexual self-identified men aged between 20-40 years old. The result of
this research showed that there is no significant correlation between gender
role conflict and psychological well-being (R=-0,023; p>0,05). However, one
of the gender role’s dimensions, restrictive affectionate behavior between
men, showed that there is a significant negative correlation with psychological
well-being (R=-0,261; p<0,01).]
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S57731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintan Humeira
"Media massa sebagai sumber persuasif menyajikan bahan atau materi untuk mempertajam dan membentuk persepsi khalayak tentang isu gender. Dengan keterlibatan khalayak pada media, terdapat kemungkinan bahwa susuna agenda media cocok dengan susunan agenda khalayak. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan dalam menggambarkan susunan agenda media surat kabar dan agenda publik mengenai isu-isu gender, serta melihat perbedaan efek agenda setting media pada publik dengan munculnya variabel ketiga, yaitu kredibelitas media, tingkat kebutuhan orientasi (need for orientation) dan penggunaan media.
Kerangka teoritis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori agenda setting yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara apa yang ditonjolkan media dengan penilaian publik mengenai isu-isu penting. Dengan operasionalisasi konsep penelitian berkaitan dengan agenda media dan agenda publik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan teknik analisa kuantitatif. Pengukuran agenda media menggunakan tehnik analisis isi (content analysis), sedangkan agenda publik diukur melalui tehnik survey dengan menggunakan pertanyaan setengah terbuka. Analisa data untuk menguji hubungan antara agenda media dan agenda publik dilakukan dengan menggunakan tehnik statistik nonparametrik, yaitu menghitung dan menguji signifikansinya dengan koefisien korelasi jenjang Spearman.
Penelitian memperlihatkan adanya dukungan terhadap hipotesa penelitian, yaitu intensitas pemunculan tinggi yang diberikan media atas suatu isi membuat isu tersebut tampak menonjol sehingga membuat publik menganggap isu tersebut sebagai isu panting. Dengan demikian uji korelasi menunjukkan terdapat korelasi antara penonjolan yang diberikan media atas suatu isu tertentu melalui intensitas pemunculan yang tinggi dengan persepsi publik tentang isu yang dianggap penting. Korelasi ini ditunjukkan dengan isu yang menjadi prioritas media merupakan isu yang diprioritaskan juga oleh publik. Artinya isu gender yang diprioritaskan oleh media dengan pemberian intensitas pemunculan yang linggi merupakan isu gender yang dipersepsi oleh publik sebagai isu penting bagi mereka.
Hal ini tampak dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa meski hubungan antara agenda media dan agenda publik cukup kuat, namun hubungan ini tidak signifikan. Artinya terdapat hubungan antara penonjolan yang diberikan media terhadap isu-isu gender tertentu melalui intensitas pemunculan isu di media, dengan persepsi publik tentang isu gender yang dianggap penting bagi mereka. Namun hubungan antara agenda media dan agenda publik cenderung menguat atau melemah pada kondisi tertentu. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tinggi tingkat penggunaan media oleh publik, semakin kuat hubungan antara agenda media dengan agenda publik semakin tinggi kebutuhan orientasi publik, semakin kuat hubungan agenda media dan agenda publik; dan semakin tinggi kredibelitas media dimata publik semakin kuat hubungan agenda media dan agenda publik. Sebaliknya semakin rendah tingkat penggunaan media, tingkat orientasi kebutuhan dan tingkat kredibelitas media dimata publik maka semakin lemah hubungan antara agenda media dan agenda publik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variabel ketiga pada level tertentu terhadap kekuatan hubungan antara agenda media dan agenda publik.
Dari temuan penelitian diajukan beberapa rekomendasi bagi penelitian berikutnya antara lain perlu dikembangkan lebih jauh lagi pengujian agenda media dan agenda publik dengan melihat lebih detil pada bagaimana frame media yaitu bingkai yang sajikan oleh media dalam mengemas suatu isu, dan apakah isu tersebut dipersepsi oleh publik dengan bingkai yang sama seperti bingkai media. Di sini disarankan penggunaan teknis framing untuk membedah isi media dan depth interview untuk melihat bagaimana individu membingkai isu tertentu dalam agendanya. Dengan demikian dapat diketahui apakah bingkai yang digunakan media sama dengan bingkai yang digunakan publik dalam melihat isu penting. Untuk itu perlu juga melihat bagaimana proses pengolahan informasi (information processing ) pada level individu. Selain itu sebaiknya perlu juga dilakukan pengujian terhadap agenda kebijakan, seperti agenda yang dimiliki oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Dengan demikian dapat dilihat apakah agenda media mempengaruhi agenda kebijakan tentang gender atau sebaliknya, agenda media tentang gender dipengaruhi oleh agenda kebijakan tentang gender. Untuk itu dibutuhkan pengujian statistik yang lebih mendalam untuk melihat hubungan kausal antara agenda media, agenda publik dan agenda kebijakan. Dengan demikian dapat diketahui agenda mans yang memiliki pengaruh atas agenda lainnya.
Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung pernyataan bahwa berita-berita media massa terampil dalam menciptakan kesadaran yang menyebar iuas tentang suatu ide atau topik Baru. Berita-berita yang dimuat ini tidak hanya membawa masalah, peristiwa dan arang-orang yang tersangkut didalamnya menjadi perhatian publik, tetapi juga memperlihatkan prioritas yang diberikan media terhadapnya. Dengan pemuatan yang rutin setiap harinya dan pola pemikiran sehari-hari media tersebut, maka tidaklah mengherankan jika kemudian masalah atau topik tersebut menjadi prioritas publik."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati Santi Andriani
"Pemerintah sejak tahun 2010 telah menunjukan keseriusannya dalam memajukan kesetaraan gender melalui strategi kebijakan pengarusutamaan gender di Indonesia. Strategi ini telah menghasilkan serangkaian kebijakan pengarusutamaan gender yang diperkenalkan ke semua instansi pemerintahan terkait. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana praktik kerja birokrasi saat ini dapat mendukung atau menghalangi gender untuk berkembang dalam instansi dan implikasinya kepada pegawai. Tidak semua pegawai memiliki sudut pandang yang sama, mengingat realitas sosial bersifat plural. Kajian penelitian ini melihat perspektif ASN terhadap kebijakan yang bertolak belakang dengan narasi positif. Dengan pendekatan kualitatif interpretivisme, kuesioner dengan 167 responden dan wawancara semi terstruktur dengan 15 ASN dari instansi Pemerintah Pusat, Lembaga dan Pemerintah Daerah dilakukan dan data dianalisis menggunakan analisis tematik. Kesimpulan yang dapat diambil adalah meskipun terdapat niat baik dalam kebijakan tersebut, kebijakan ini mungkin belum dapat sepenuhnya dapat dilakukan dalam organisasi. mengingat hal tersebut diharapkan pemerintah dapat meninjau pengelolaan sistem birokrasi guna mendukung kebijakan pengarusutamaan gender kearah yang lebih baik. Penelitian ini diharapkan dapat membantu organisasi dalam mengembangkan dan menerapkan kebijakan pengarusutamaan gender di internal organisasi sehingga memberi dampak positif meskipun dilakukan di sektor publik.

Since 2010, the Indonesian government has demonstrated its commitment to gender equality by implementing a gender mainstreaming policy approach. As a result of this policy, all relevant government agencies have implemented a number of gender mainstreaming policies. The goal of this research is to see how present bureaucratic work methods can help or impede gender development inside the agency, as well as what this means for personnel. Given the plural nature of social reality, not all employees share the same point of view. This research project examines ASN's viewpoint on policies that contradict positive narratives. A questionnaire with 167 respondents and semi-structured interviews with 15 ASN from Central Government agencies, Institutions, and Local Governments were done using a qualitative interpretivism approach, and the data were processed using theme analysis. The conclusion to be reached is that, even though the policy is well-intentioned, it may not be properly implemented inside the business. In light of this, it is hoped that the government will conduct a review of the bureaucratic system's administration in order to better support gender mainstreaming programs. Even though it is conducted in the public sector, this research is meant to aid organizations in designing and executing gender mainstreaming policies within the organization so that it has a positive impact."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Divar Akbar Erlangga
"Serikat buruh merupakan organisasi kelas buruh yang dalam sejarahnya sudah menjadi alat perjuangan untuk menuntut berbagai hak-nya. Namun, dengan semakin terlibatnya perempuan di dalam proses produksi di tempat kerja, sebuah serikat buruh harus semakin sadar akan permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi oleh buruh perempuan yang secara khusus hanya akan bisa dirasakan oleh mereka. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana sebuah serikat buruh yang sadar akan permasalahan perempuan dalam sebuah konflik hubungan industrial akan memiliki posisi yang berbeda dengan serikat buruh lainnya dalam melihat sebuah kasus konflik hubungan industrial yang sama. Sebagai contoh yang akan diangkat, penelitian ini akan menjabarkan bagaimana serikat buruh SBGTS-GSBI dapat memiliki posisi terhadap PHK massal di PT Panarub Dwikarya yang berbeda dibanding rekan satu pabriknya seperti SPN dan SPI. Metode yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Perspektif gender menjadi variabel dependen, dan konflik hubungan industrial menjadi variabel independen dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan dan dijabarkan adalah data primer dalam bentuk hasil wawancara dan data sekunder yang berasal dari rilis-rilis tuntutan serta posisi SBGTS-GSBI di laman-laman milik GSBI di internet. Perspektif gender menjadi aspek yang penting dalam melihat bagaimana SBGTS-GSBI dan serikat lainnya menjadi berbeda dalam posisi mereka terhadap kasus PHK massal di PT Panarub Dwikarya.

Trade union is an organization of the working class that had been the tools of struggle used by them throughout history, to demand the fulfilment of the workers’ rights and needs. But, with the increasing involvement of women in labor inside workplaces, unions have to be more aware and conscious of the problems revolving around women, which only them can specifically feel. This research was done to examine how a union which are aware of gender-based problems, would fare differently in response to industrial relations conflict compared to those who doesn’t have such awareness. For the purpose of this research, the researcher will be examining the case of mass lay off in PT Panarub Dwikarya and how a union called the SBGTS-GSBI was able to react differently in terms of their position to the termination of employment, or lay off, compared to their counterparts like the SPI and SPN. The methods used for this research is the qualitative research method. Gender perspective is the independent variable of this research, whereas industrial relations conflict is the dependent variable. The data gathered were the primary data consisting of interview results and secondary data gathered from various pages and websites containing the position of SBGTS-GSBI regarding the mass lay-off in PT Panarub Dwikarya"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
New York, NY : Routledge, 2014
305.3 GEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mikke Ayoe Damayantie
"Penelitian ini membahas tentang representasi stereotipe gender pada Beauty Influencer Pria di Rusia berdasarkan komentar-komentar yang terdapat pada kanal Youtube Andrei Petrov. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana stereotipe gender yang diberikan oleh masyarakat terhadap seorang Beauty Influencer Pria di Rusia dengan menggunakan metode analisis wacana kritis oleh Teun A. Van Djik yang akan dipadukan dengan teori representasi milik Stuart Hall. Metode Analisis Wacana Kritis ini akan digunakan untuk mengungkap makna dibalik komentar-komentar yang terdapat di dalam kanal Youtube Andrei Petrov, sedangkan teori representasi milik Stuart Hall untuk melihat pemberian stereotip gender yang di representasikan melalui komentar-komentar tersebut.

This research discusses the gender stereotype representation of male beauty influencers in Russia based on comments on Andrei Petrov's Youtube channel. The purpose of this study is to see how gender stereotypes are given to a male beauty influencer in Russia by using the critical discourse analysis method by Teun A. Van Djik which will be combined with Stuart Hall's theory of representation. This Critical Discourse Analysis method will be used to reveal the meaning behind the comments contained in Andrei Petrov's YouTube channel, while Stuart Hall's theory of representation is to see the giving of gender stereotypes represented through these comments."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>