Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prima Nur Happyani
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi korelasi peer to peer lending terhadap kredit perbankan dengan metode pooled least square periode 2017-2019. Hasil menunjukkan bahwa dalam Model agregat, kredit berkorelasi positif terhadap P2P lending dan GDP serta berkorelasi negatif terhadap suku bunga kredit sesuai dengan hipotesis penelitian. Secara umum, diantara tiga sektor utama kredit yang diamati dalam penelitian, pinjaman P2P dan suku bunga berpengaruh paling besar pada kredit sektor pertanian. Dan GDP berpengaruh paling besar pada kredit sektor industri pengolahan

This study aims to identify the correlation between peer to peer lending and bank credit using the pooled least square method for the 2017-2019 period. The results show that in the aggregate model, credit has a positive correlation to P2P lending and GDP and has a negative correlation with credit interest rates according to the research hypothesis. In general, among the three main credit sectors observed in the study, P2P lending and interest rates have the greatest influence on agricultural sector credit. And GDP has the greatest influence on credit in the manufacturing sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Juliana Hakim
"Pertumbuhan kredit dapat diibaratkan seperti pedang bermata dua yang mampu menggambarkan kontradiksi dampak yang dihasilkan. Saat kredit tumbuh dengan cepat dan besar (credit booms) maka cenderung dapat mengarahkan pada beberapa peristiwa besar seperti krisis utang pada tahun 1980-an, krisis nilai tukar pada tahun 1992, Sudden Stops tahun 1990-an dan krisis finansial global pada tahun 2008. Peristiwa tersebut membawa dilema tersendiri bila dilakukan kebijakan pengurangan pemberian kredit untuk mencegah terjadinya credit booms bagi negara berkembang yang masih membutuhkan pendanaan guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis signifikansi pengaruh pertumbuhan kredit yang terjadi di ASEAN selama tahun 2013-2017 terhadap kesehatan perbankan dan fragilitas keuangan. Penelitian ini menggunakan uji empiris dengan menggunakan regresi data panel. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit di ASEAN tidak berpengaruh signifikan terhadap kesehatan perbankan, namun berpengaruh signifikan terhadap fragilitas keuangan.

Credit growth can be likened to a double-edged sword that is able to illustrate the contradictions of the resulting impact. Sometimes credit growth becomes to be credit booms and lead to major events such as the debt crisis in the 1980s, the exchange rate crisis in 1992, Sudden Stops in the 1990s and the global financial crisis in 2008. The events made an own dilemma: if there was a policy of reducing credit that aims to prevent credit boom in developing countries can hamper economic growth. The study aims to analyze the significance of impact of the credit growth that occurred in ASEAN during 2013-2017 towards banking health and financial fragility. This study uses empirical tests using panel data regression. The result shows that credit growth in ASEAN has no effect the health of banking industry, but has a significant effect on financial fragility."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safiera Belladiena
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi data pada level makroekonomi untuk mengetahui arah pergerakan dari sektor perbankan di Indonesia melalui seri acuan pertumbuhan kredit, pertumbuhan pembiayaan, non performing loan serta non performing finance yang diharapkan mampu menjadi sinyal awal perkembangan sektor perbankan. Penelitian ini menggunakan pendekatan OECD dalam pembentukan composite leading indicator. Penentuan titik balik diukur dengan bulan dan dilakukan dengan mengikuti kriteria Bry-Boschan dengan periode penelitian dari Januari 2012 ndash; September 2017.Dari data yang digunakan masing-masing seri acuan memiliki kombinasi variabel pembentuk leading indicatornya. Pertumbuhan kredit memiiki 10 variabel pembentuk composite leading indeksnya, pertumbuhan pembiyaan memiliki 4 variabel yang membentuk komposit indeksnya, CLI non perfoming loan dibentuk dari 13 variabel serta non performing loan ditentukan CLInya dengan 9 variabel.

This research focuses on growth of credit and financing in banking sector to enhance decision making process. This paper present composite leading indicator for banking sector using four reference series which are credit growth, islamic financing growth, non performing loan, and . Adopting OECD methodology to construct these indicator and using Bry Boschan criteria to predict turning points of these reference series.The result show that during January 2012 until September 2017, each composite constructed differently. Credit growth composite index constructed from 10 individual leading indicator,financing growth consist 4 individual leading indikator, non performing loan compostie index constructed by 13 leading indicator, and contsructed by 9 individual variabels."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghatika Sannidhya Ramadhani
"Laporan magang ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan review pada file kredit Bank ABC. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kegiatan pemeriksaan pada file kredit yang dilaksanakan dengan standar yang berlaku dan teori yang relevan. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, kegiatan review file kredit telah sesuai dengan standar yang berlaku dan teori yang relevan meskipun pengendalian internal Bank masih perlu ditingkatkan. Namun dalam pelaksanaannya banyak ditemukan dokumen yang tidak lengkap. Oleh karena itu, saya mengajukan beberapa analisis dan rekomendasi terkait pengendalian internal dan refleksi diri saya selama magang. Saya melihat kebutuan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan saya lebih banyak untuk meningkatkan kepercayaan diri saya. 

This internship report aims to evaluate review activities on Bank ABC credit files. The evaluation is carried out by comparing the audit activities on the credit file carried out with the applicable standards and relevant theories. Based on the results of the evaluation, the credit file review activities are following the applicable standards and relevant theories though the Bank's internal control still needs to be improved. However, according to the practice itself, many documents are found to be incomplete. Therefore, I proposed some analysis and recommendations regarding internal control and my self-reflection during the internship activity. I see the need to develop my skills and knowledge to improve my self-confidence."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sang Tyas Suci
"Penelitian ini menyelidiki dampak kebijakan pelepasan Capital Conservation Buffer (CCB) yang berlatar belakang resesi ekonomi akibat pandemi COVID-19. Menggunakan metodologi Difference-in-Differences (DID), studi ini bertujuan untuk mengetahui efek dari kebijakan pelepasan CCB terhadap pertumbuhan kredit perbankan Indonesia mulai dari periode kuartal pertama tahun 2019 hingga kuartal kedua tahun 2022. Dataset yang digunakan, mencakup berbagai metrik kinerja bank (variabel microbanking) dan variabel makroekonomi. Temuan menunjukkan bahwa pelepasan CCB secara signifikan meningkatkan pertumbuhan kredit selama resesi. Hal ini membantu mengatasi penurunan ekonomi dengan memungkinkan bank untuk mempertahankan atau meningkatkan distribusi kredit. Penelitian ini meningkatkan pemahaman kita tentang peran regulasi modal bank selama periode resesi ekonomi dan memberikan bukti empiris yang mendukung efektivitas regulasi yang bersifat relaksasi modal bank, dalam mempertahankan penyaluran kredit selama krisis keuangan.

This study investigates the impact of the Capital Conservation Buffer (CCB) release policy against the backdrop of the economic recession due to the COVID-19 pandemic. Using the Difference-in-Differences (DID) methodology, this study aims to determine the effect of the CCB release policy on banking credit growth in Indonesia from the first quarter of 2019 to the second quarter of 2022. The dataset used includes various bank performance metrics (microbanking variables) and macroeconomic variables. The findings indicate that the release of the CCB significantly increased credit growth during the recession. This helped mitigate the economic downturn by enabling banks to maintain or increase credit distribution. This study enhances our understanding of the role of bank capital regulations during economic recessions and provides empirical evidence supporting the effectiveness of capital relaxation regulations in sustaining credit distribution during financial crises."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurratu Aina
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti faktor-faktor yang menyebabkan penggunaan PayLater berlebihan pada Generasi Y dan Z di Indonesia. Peneliti mengusulkan dan menguji model yang menjelaskan faktor-faktor yang mendorong sikap kredit, materialisme, dan penggunaan PayLater berlebihan. Penelitian ini juga menganalisis efek moderasi dari religiusitas dan faktor demografi lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 318 responden, peneliti menguji model konseptual menggunakan Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) dan Multi-Group Analysis (MGA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap kredit dan materialisme berpengaruh positif secara signifikan dan ditemukan peran mediasi materialisme. Namun, tidak ada efek moderasi dari religiusitas dan beberapa faktor demografi lainnya pada model tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat secara luas dalam memahami penggunaan PayLater serta membantu perusahaan PayLater dan regulator dalam menciptakan kebijakan dan program yang lebih baik.

The aim of this study is to examine the factors that cause excessive use of PayLater among Generations Y and Z in Indonesia. Researchers propose and test a model that explains the factors driving credit attitudes, materialism, and excessive use of PayLater. This study also analyzes the moderating effect of religiosity and other demographic factors. Based on the data collected from 318 respondents, the researcher tested the conceptual model using Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) and Multigroup Analysis (MGA). The results showed that credit attitudes and materialism had a significantly positive effect and found a mediating role for materialism. However, there is no moderating effect of religiosity and several other demographic factors on the model. The results of this research are expected to help the wider community understand the use of PayLater and assist PayLater companies and regulators in creating better policies and programs."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Noorfairuza
"Peer-to-peer lending (P2P lending) memanfaatkan sistem online untuk menjembatani pemberi pinjaman dan peminjam, sehingga memungkinkan adanya pemberian kredit tanpa harus melalui bank. P2P lending populer dalam beberapa tahun terakhir karena kemudahannya, namun P2P lending tetap memiliki satu kelemahan besar—yaitu risiko gagal bayar yang tinggi. Untuk memenuhi kewajiban peraturan dan tuntutan konsumen untuk melindungi pemberi pinjaman, berbagai penyelenggara P2P lending, termasuk Modal Rakyat dan Akseleran telah bekerjasama dengan perusahan asuransi untuk menawarkan asuransi kredit kepada pemberi pijaman. Asuransi kredit memitigasi risiko kredit dengan memberikan ganti rugi kepada pemberi pinjaman atas sebagian besar dana mereka yang hilang apabila terjadi gagal bayar. Asuransi Kredit merupakan strategi mitigasi risiko yang baik namun penggunaannya yang terbatas terhadap sebagian pinjaman saja membatasi keefektifannya. Selain itu, perlindungan asuransi dalam pinjaman P2P hanya diberikan melalui suatu pernyataan asuransi tertulis di situs web penyelenggara. Namun, meskipun pernyataan terulis ini tidak memenuhi persyaratan isi suatu polis sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Peraturan OJK No. 23/POJK.05/2015, pernyataan-pernyataan ini dianggap berlaku layaknya suatu polis—sehingga tetap melahirkan kewajiban penanggung secara hukum
Peer-to-peer lending (P2P lending) utilizes online systems to bridge lenders and borrowers, thus enabling the provision of loans without banks as intermediaries. P2P lending has gained popularity in recent years due to its simplicity, but remains to possess one weakness—the risk of non-performing loan. To fulfil regulatory and consumer demands for risk mitigation, various P2P lending platforms, including Modal Rakyat and Akseleran, have opted to offer credit insurance to its lenders in partnership with insurance companies. Credit insurance minimizes financial loss from credit risk by compensating lenders a majority of the funds they have lost in the event of a non-performing loan. Credit insurance is a reliable mitigation method, but its limited application to only some of the loans in P2P lending limits its effectiveness. Furthermore, insurance protection in Modal Rakyat and Akseleran is simply given through a written statement of insurance by the insurer in the platform’s website. However, despite the statements’ non-compliance to the requirements of a policy according to the Commercial Code and OJK Regulation No. 23/POJK.05/2015, these written statements still apply like a policy—thus still giving birth to insurance and the legal obligations of the insurer nonetheless."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Ath-Thahirah
"Financial technology (fintech), khususnya Peer-to-Peer (P2P) Lending, telah berkembang pesat di Indonesia dan berpotensi mengancam perbankan tradisional yang juga memberikan layanan pembiayaan. Dalam hal ini, studi-studi terdahulu cenderung menemukan hasil yang inkonklusif dimana Fintech ditemukan memberikan pengaruh positif dan juga negatif terhadap kinerja perbankan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengkaji dampak fintech P2P lending terhadap kinerja perbankan di Indonesia, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah. Studi ini menggunakan metode Generalized Method of Moment (GMM) dimana sampel yang digunakan meliputi 63 bank konvensional dan 12 bank syariah di Indonesia periode 2016-2020. Variabel kinerja perbankan yang digunakan mencakup ROA sebagai variabel dependen, jumlah perusahaan P2P lending sebagai variabel independen, dan variabel kontrol meliputi ukuran bank, jumlah kantor cabang, rasio modal, ukuran pinjaman, penyisihan kerugian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan fintech P2P lending tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan secara agregat. Namun, analisis terpisah antara perbankan konvensional dan syariah, menemukan bahwa fintech P2P lending tidak mempengaruhi kinerja perbankan konvensional namun memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kinerja perbankan syariah. Hasil penelitian ini akan memberikan membantu regulator dan pelaku industri di sektor perbankan dan fintech P2P lending serta memperkaya literatur akademik dalam disiplin ini.

Financial Technology (Fintech), particularly Peer-to-Peer (P2P) Lending, has developed rapidly in Indonesia and has the potential to threaten traditional banks that also provide financing services. In this regard, previous studies found inconclusive results where Fintech was found to have positive and negative effects on banking performance. Therefore, this study aims to examine the impact of fintech P2P lending on banking performance in Indonesia, both conventional banking and Islamic banking. This study uses the Generalized Method of Moment (GMM) with sample includes 63 conventional banks and 12 Islamic banks in Indonesia in 2016-2020. The banking performance variables used include ROA as the dependent variable, the number of P2P lending companies as the independent variable, and control variables consisting of bank size, number of branch offices, capital ratio, loan size, and allowance for losses. The results indicate that the existence of fintech P2P lending does not have a significant effect on banking performance in the aggregate. Separate analysis for conventional and Islamic banking found that fintech P2P lending had no effect on the performance of conventional banking but had a significant positive effect on the performance of Islamic banking. The results of this study will help regulators and banking and fintech P2P lending industry players and enrich academic literature in these disciplines"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufan Prasojo Wicaksono Setiadi
"Peer to peer (p2p) lending telah berkembang pesat di Indonesia sejak tahun 2016 dan menjadi pesaing yang diprediksi akan menggerus pasar industri perbankan. Jumlah pinjaman kredit yang disalurkan oleh fintek pinjaman peer to peer di Indonesia hingga November 2020 adalah Rp 146,25 triliun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah layanan bank saat ini mempengaruhi kesediaan debitur untuk meminjam melalui peer to peer lending. Secara spesifik, kajian ini mengevaluasi layanan perbankan berupa fleksibilitas pinjaman, kecepatan proses dan tingkat suku bunga serta keamanan data pribadi yang ditawarkan oleh fintek pinjaman. Penelitian ini menggunakan unit analisis berupa debitur yang telah menjalin komitmen pembiayaan dengan bank. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan metode survei dengan mengirimkan kuesioner menggunakan skala likert 5. Pengolahan data dilakukan dengan metode regresi menggunakan perangkat lunak SEM PLS . Kajian dilakukan pada tahun 2021 - 2022. Dampak pandemi Covid-19 juga dievaluasi untuk menghadirkan gambaran yang lebih komprehensif. Hasil peneltian ini didapatkan bahwa persepsi tingkat suku bunga dan persepsi keamanan data perorangan pada debitur perbankan berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketertarikan debitur pada platform pinjaman peer to peer

Peer to peer lending has grown rapidly in Indonesia since 2016 and is expected to become a competitor that will erode the banking industry market. The number of credit loan distributed by fintech lending in Indonesia until November 2020 is IDR 146,25 trillion. This research admit to evaluate whether current bank services affect debtors' willingness to borrow through peer to peer lending. Specifically, this study evaluates banking services in the form of a loan flexibility, speed of process, interest rates and personal data security in peer to peer lending. This research using borrowers who have established a financing commitment with banks as unit analysis. The research was conducted quantitatively using a survey method by submitting a questionnaire using a 5-Likert scale. The data were processed using the regression method with the help of SEM PLS software. The research was conducted in 2021 untill 2022. The impact of the Covid-19 pandemic was also evaluated to present a more comprehensive picture. The results this research that perceive interest rate and personal data security on banking debtors have a significant and positive effect on debtor interest in peer to peer credit platforms."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henrietta Sarah Mega
"Kegiatan berinvestasi untuk menumbuhkan aset merupakan hal penting dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu platform investasi yang menjadi pilihan populer adalah platform peer-to-peer lending dengan janji tingkat pengembalian atau return yang tinggi. Namun tingkat pengembalian investasi yang tinggi ini juga diikuti dengan risiko gagal bayar yang tinggi pula. Selain risiko gagal bayar, layanan peer-to-peer lending juga memiliki berbagai risiko operasional yang terdapat dalam penyelenggaraannya. Oleh karena itu dibutuhkan kepastian hukum untuk menjamin penyelenggaraan peer-to-peer lending berjalan dengan efisien dan aman. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan regulasi penyelenggaraan peer-to-peer lending di Indonesia, tanggung jawab penyelenggara atas risiko yang ada dalam layanan peer-to-peer lending, dan perlindungan hukum bagi investor dan penerima pinjaman yang menggunakan layanan peer-to-peer lending. Penelitian ini menemukan bahwa regulasi layanan peer-to-peer lending diatur dalam peraturan-peraturan yang dibuat oleh Bank Indonesia dan OJK sebagai lembaga yang memiliki wewenang regulasi. Walau telah diatur untuk menjamin keamanan penyelenggaraannya, risiko dalam layanan ini tetap ada dan kerugian yang diderita pengguna akibat risiko tersebut menjadi tanggung jawab dari penyelenggara. Lebih lanjut, investor maupun penerima pinjaman memerlukan perlindungan hukum apabila terjadi pelanggaran terhadap haknya sebagai pengguna.

Investment activities to grow assets are important for economic growth. One of the investment platforms that has become a popular choice is the peer-to-peer lending platform with the promise of a high rate of return. However, this high rate of return on investment is also accompanied by a high risk of default. In addition to the risk of default, peer-to-peer lending services also have various operational risks involved in their business. Therefore, legal certainty is needed to ensure that the business of peer-to-peer lending runs efficiently and safely. The research method used in this research is normative juridical. This study aims to explain the regulations for peer-to-peer lending services in Indonesia, the responsibility of the company for the risks involved in peer-to-peer lending services, and legal protection for investors and loan recipients who use peer-to-peer lending services. This study finds that the regulation of peer-to-peer lending services is regulated in the rules made by Bank Indonesia and OJK as institutions that have regulatory authority. Even though it has been regulated to ensure the security of its implementation, risks in this service still exist and the losses suffered by the users due to these risks are the responsibility of the peer-to-peer lending company. Furthermore, investors and loan recipients need legal protection in the event of a violation of their rights as users."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>