Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karima Harbani
"Daerah aliran sungai (DAS) Citarum Hilir menyimpan banyak permasalahan seperti banjir, perubahan tata guna lahan hingga sedimentasi muara (Puslitbang SDA, 2018). Risiko banjir terjadi akibat besarnya debit mencapai 700 m3/detik oleh curah hujan tinggi dan tinggi air limpasan yang mencapai 141 m (Imansyah, 2012). Selain itu tataguna lahan yang kurang sistematis dengan dominasi pemukiman dan industri mendukung resiko banjir dan sedimen muara semakin meningkat. Salah satu solusi dalam mengurangi dampak tersebut adalah dengan mempertimbangkan kerapatan pengaliran. Kerapatan pengaliran sendiri merupakan perbandingan antar luas dengan panjang sungai. Besar kerapatan pengaliran pada penelitian ini dikontrol oleh parameter curah hujan, kerapatan vegetasi dan kerapatan kelurusan. Parameter di kelompokan dengan metode standar deviasi dan dikorelasikan dengan pendekatan regressi. Diketahui kontrol curah hujan dengan kerapatan pengaliran yang meningkat akan diiringi curah hujan yang meningkat pula, daerah tersebut didominasi dengan curah hujan yang sedang yakni 2452. 28 – 256.21 mm/tahun dengan besar korelasi 1%. Pada kontrol vegetasi tidak memiliki kontrol dengan kerapatan pengaliran, karena hasil korelasi tersebut sebesar 0% dan didominasi dengan kerapatan vegetasi yang cukup rapat (0.42 – 0.63). Serta jika dilihat pada struktur dengan analisa lineament density menghasilkan nilai kerapatan struktur yang tinggi diiringi dengan nilai kerapatan pengaliran yang semakin meningkat. Nilai korelasi 16% dan didominasi oleh kerapatan struktur yang sangat rendah. Dari ketiga parameter, kontrol geologi yang palig mengontrol daerah Sub DAS Citarum Hilir. Dengan demikian Sub DAS Citarum hilir diasumsikan jika semakin tinggi kerapatan pengaliran pengaliran, maka akan semakin tinggi pula kontrol iklim (curah hujan) dan geologi(Struktur)

Downstream wathershed Citarum has many problems, such as flooding and changes in landuse to estuary sedimentation (Puslitbang SDA, 2018). Risk of Flooding occurs due to amount of discharge, and reaches 700 m3/seconds due to high precipitation and runoff reaching 141 meters (Imansyah, 2012). In addition, unsystematic landuse with settlement and industry dominance supports increasing of flooding and estuary sedimentation. One of the solutions to reduce this impact is consider to drainage density. Drainage density is the ratio between area and the length of the river. The amount of drainage density in this research controlled by precipitation, vegetation and structure (geology) parameters. Parameters were classified by standard deviation method and regression analysis correlation. The existence of precipitation control with increased drainage density will be accompanied by increased precipitation as well, the area is dominated moderate precipitation 2452.28 – 2562.21 mm/year and 1% of correlation result. Vegetation has no control over drainage density because correlation result are 0% with dense of vegetation (0.42 – 0.63). From structure with lineament density analysis is produced high structure density value accompanied by an increase of drainage density. The correlation value is 16% dominated by very-low density structure. From three parameters, geology has most control over Downstream Watershed Citarum area. Thus it is assumed that increasing of drainage density will accompanied by high climate (precipitation) and geology (structure) control.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Syahfitri Ikhsan
"Sub-DAS Citarum Hulu merupakan daerah aliran sungai, area penelitian menjadi salah satu sumber air bagi masyarakat Bandung. Sub-DAS Citarum Hulu memiliki permasalahan utama terkait dengan erosi, sedimentasi, aliran sungai yang tercemar, banjir, dan lahan kritis. Banjir merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi, hal ini didukung oleh respon dari curah hujan semakin meningkat, kondisi geologi, dan vegetasi pada area penelitian. Informasi potensi resiko banjir dapat diketahui dengan melakukan analisis terhadap kerapatan pengaliran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan tersebut berdasarkan kontrol faktor geologi, iklim, dan vegetasi terhadap kerapatan pengaliran. Hasil analisis didapatkan dari korelasi regresi menggunakan data curah hujan, DEMNAS, Citra Landsat 8, dan data tutupan lahan untuk mengetahui hubungan kerapatan pengaliran dengan setiap parameter, serta dapat diketahui faktor paling dominan mengontrol kerapatan pengaliran pada sub-DAS Citarum Hulu. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa korelasi regresi negatif ditunjukkan pada kontrol geologi, dimana hubungan antar parameter memiliki perbandingan berbanding terbalik, yaitu ketika wilayah dengan kerapatan kelurusan rendah, maka wilayah akan memiliki kerapatan pengaliran tinggi, dan terjadi sebaliknya. Sedangkan korelasi regresi positif ditunjukkan pada kontrol iklim dan vegetasi, dimana hubungan memiliki perbandingan saling berbanding lurus, yaitu ketika wilayah dengan tingkat curah hujan tinggi, kerapatan vegetasi semakin rapat, maka wilayah akan memiliki kerapatan pengaliran tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor pengontrol paling mendominasi pada sub-DAS Citarum Hulu yaitu faktor geologi ditinjau dari kerapatan kelurusan. Hal ini didukung oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,8737 menunjukkan bahwa hubungan antar kedua parameter sangat kuat. Jadi, dengan mengetahui kerapatan pengaliran pada daerah penelitian maka informasi terkait karakeristik dari DAS juga dapat diketahui dan memberikan manfaat terhadap penanggulangan banjir.

The Upper Citarum sub-watershed is a watershed, and the research area is a source of water for the people of Bandung. The Upper Citarum sub-watershed has major problems related to erosion, sedimentation, polluted river flows, flooding, and critical land. Flooding is one of the problems that often occurs, this is supported by the response to increasing rainfall, the geological conditions, and the vegetation in the research area. Information on the potential risk of flooding can be identified by analyzing the drainage density. This study aims to analyze these problems based on the control of geological, climatic, and vegetation factors on drainage density. The results of the analysis were obtained from regression correlation using rainfall data, DEMNAS, Landsat 8 imagery, and land cover data to determine the relationship between drainage density and each parameter, and to determine the most dominant factor controlling drainage density in the Upper Citarum sub-watershed. Based on the results of the analysis, it was found that the negative regression correlation was shown in the geological control, where the relationship between parameters has an inverse ratio, that is, when an area with low structural density, the area will have a high drainage density, and vice versa. While the positive regression correlation is shown in climate and vegetation controls, where the relationship has a direct proportional comparison, that is, when an area with a high level of rainfall, the density of vegetation is denser, then the area will have a high drainage density. So it can be concluded that the controlling factor dominates the Upper Citarum sub-watershed, namely geological factors in terms of structural density. This is supported by the correlation coefficient value of 0.8737, indicating that the relationship between the two parameters is very strong. So, by knowing the density of drainage in the study area, information related to the characteristics of the watershed can also be known, which can provide benefits for flood prevention."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Syahfitri Ikhsan
"Sub-DAS Citarum Hulu merupakan daerah aliran sungai, area penelitian menjadi salah satu sumber air bagi masyarakat Bandung. Sub-DAS Citarum Hulu memiliki permasalahan utama terkait dengan erosi, sedimentasi, aliran sungai yang tercemar, banjir, dan lahan kritis. Banjir merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi, hal ini didukung oleh respon dari curah hujan semakin meningkat, kondisi geologi, dan vegetasi pada area penelitian. Informasi potensi resiko banjir dapat diketahui dengan melakukan analisis terhadap kerapatan pengaliran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan tersebut berdasarkan kontrol faktor geologi, iklim, dan vegetasi terhadap kerapatan pengaliran. Hasil analisis didapatkan dari korelasi regresi menggunakan data curah hujan, DEMNAS, Citra Landsat 8, dan data tutupan lahan untuk mengetahui hubungan kerapatan pengaliran dengan setiap parameter, serta dapat diketahui faktor paling dominan mengontrol kerapatan pengaliran pada sub-DAS Citarum Hulu. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa korelasi regresi negatif ditunjukkan pada kontrol geologi, dimana hubungan antar parameter memiliki perbandingan berbanding terbalik, yaitu ketika wilayah dengan kerapatan kelurusan rendah, maka wilayah akan memiliki kerapatan pengaliran tinggi, dan terjadi sebaliknya. Sedangkan korelasi regresi positif ditunjukkan pada kontrol iklim dan vegetasi, dimana hubungan memiliki perbandingan saling berbanding lurus, yaitu ketika wilayah dengan tingkat curah hujan tinggi, kerapatan vegetasi semakin rapat, maka wilayah akan memiliki kerapatan pengaliran tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor pengontrol paling mendominasi pada sub-DAS Citarum Hulu yaitu faktor geologi ditinjau dari kerapatan kelurusan. Hal ini didukung oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,8737 menunjukkan bahwa hubungan antar kedua parameter sangat kuat. Jadi, dengan mengetahui kerapatan pengaliran pada daerah penelitian maka informasi terkait karakeristik dari DAS juga dapat diketahui dan memberikan manfaat terhadap penanggulangan banjir.

The Upper Citarum sub-watershed is a watershed, and the research area is a source of water for the people of Bandung. The Upper Citarum sub-watershed has major problems related to erosion, sedimentation, polluted river flows, flooding, and critical land. Flooding is one of the problems that often occurs, this is supported by the response to increasing rainfall, the geological conditions, and the vegetation in the research area. Information on the potential risk of flooding can be identified by analyzing the drainage density. This study aims to analyze these problems based on the control of geological, climatic, and vegetation factors on drainage density. The results of the analysis were obtained from regression correlation using rainfall data, DEMNAS, Landsat 8 imagery, and land cover data to determine the relationship between drainage density and each parameter, and to determine the most dominant factor controlling drainage density in the Upper Citarum sub-watershed. Based on the results of the analysis, it was found that the negative regression correlation was shown in the geological control, where the relationship between parameters has an inverse ratio, that is, when an area with low structural density, the area will have a high drainage density, and vice versa. While the positive regression correlation is shown in climate and vegetation controls, where the relationship has a direct proportional comparison, that is, when an area with a high level of rainfall, the density of vegetation is denser, then the area will have a high drainage density. So it can be concluded that the controlling factor dominates the Upper Citarum sub-watershed, namely geological factors in terms of structural density. This is supported by the correlation coefficient value of 0.8737, indicating that the relationship between the two parameters is very strong. So, by knowing the density of drainage in the study area, information related to the characteristics of the watershed can also be known, which can provide benefits for flood prevention."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Sekar Arum
"Erosi, sedimentasi, banjir, lahan kritis, hingga aliran sungai yang tercemar merupakan beberapa permasalahan yang dihadapi di sub-DAS Citarum Tengah. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dianalisis dan ditanggulangi dengan cara mencari nilai kerapatan pengaliran yang kemudian dikorelasikan dengan faktor pengontrol DAS. Faktor pengontrol potensi air hidrologi antara lain struktur geologi, vegetasi, dan iklim. Jika ada perubahan dari ketiga faktor tersebut akan berpengaruh langsung terhadap DAS. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi faktor-faktor pengontrol seperti geologi, iklim, dan vegetasi terhadap pengaruh kerapatan pengaliran di sub-DAS Citarum Tengah. Hasil korelasi ketiga faktor tersebut kemudian akan didapatkan faktor pengontrol dominan yang berpengaruh di daerah penelitian. Metode yang digunakan adalah dengan analisis korelasi regresi linear serta perbandingan secara visual antara peta kerapatan pengaliran dan masing-masing faktor pengontrol. Berdasarkan hasil analisis korelasi regresi antara kerapatan pengaliran dengan kerapatan curah hujan, didapatkan nilai koefisien R² = 0.5929 atau sebesar 59.29% pengaruh faktor iklim terhadap kerapatan pengaliran. Korelasi ini berbanding lurus dengan trendline yang cenderung naik. Sehingga faktor pengontrol yang mendominasi pada sub-DAS Citarum Tengah adalah iklim.

Erosion, sedimentation, flooding, critical land, and polluted river flows are some of the problems faced in the Central Citarum sub-watershed. These problems can be analyzed and overcome by finding the drainage density which is then correlated with the watershed controlling factor. The factors that controlled hydrological water potential include geological structure, vegetation, and climate. If there is a change in these three factors, it will directly affect the watershed. The purpose of this study was to determine the correlation of controlling factors such as geology, climate, and vegetation on the influence of drainage density in the Central Citarum subwatershed. The results of the correlation of the three factors will then get the dominant controlling factor that influences the research area. The method used for this research is a linear regression correlation analysis and a visual comparison between the drainage density map and each controlling factor. Based on the results of the regression correlation analysis between drainage density and rainfall density, the coefficient value R² = 0.5929 or 59.29% is the influence of climate factors on drainage density. This correlation is directly proportional to the trendline which tends to rise. So that the controlling factor that dominates the Central Citarum sub-watershed is climate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parhusip, Yemima Gaberiella
"Pertumbuhan populasi dan kemajuan ilmu pengetahuan telah mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang dapat berdampak pada kelestarian lingkungan DAS. Sungai Citarum menghadapi sejumlah tantangan, termasuk penurunan kualitas air akibat pencemaran, penipisan kuantitas air terutama di musim kemarau, pendangkalan sungai karena sedimentasi dan degradasi lahan di hulu DAS yang tercermin dalam rasio debit air yang besar. Penerapan langkah-langkah ini harus didahului oleh penilaian risiko erosi yang didistribusikan secara spasial. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan laju erosi terhadap perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan pemodelan Soil and Water Assessment Tool (SWAT). Hasil menunjukkan, perubahan tutupan lahan tahun 2000 sampai 2023, konversi hutan dan pertanian menjadi urban yang dapat dilihat dari terjadi kenaikan sekitar 19.21% berdasarkan hasil interpretasi citra. Dengan menggunakan SWAT, studi ini menunjukkan bahwa faktor CP dengan intepretasi citra selama periode yang berbeda, perubahan rata-rata tingkat kehilangan tanah untuk suatu wilayah dapat direpresentasikan secara berurutan sebesar 64.11 ton/ha/tahun, 68.40 ton/ha/tahun, 62.27 ton/ha/tahun dan kondisi RTRW sebesar 47.96 ton/ha/tahun. Semakin rapat vegetasi penutupan lahan maka semakin efektif dalam melindungi permukaan tanah dan risiko erosi. Dengan tutupan lahan open space dan pavement yang lebih besar pada RTRW maka potensi laju erosi akan semakin besar.

Population growth and scientific advances have led to increased human needs that have an impact on the sustainability of DAS environment. Citarum River faces several challenges, decrease in water quality due to pollution, depletion of water quantity especially in dry season, river cooling due to sedimentation and land degradation upstream of watershed which is reflected in water discharge ratio. Implementation of these measures should be preceded by a spatially distributed erosion risk assessment. This study aims to evaluate the rate of erosion on land-use changes in Upper Citarum River Basin by modeling Soil and Water Assessment Tool (SWAT). The results show that land cover changes from 2000 to 2023, conversion of forests and agriculture into urban areas, can be seen from an increase of about 19.21% based on the results of image interpretation. Using SWAT, CP factors with image interpretation different periods, average soil loss rates for a region can be represented sequentially by 64.11, 68.40, 62.27 tons/ha/year and RTRW conditions of 47.96 tons/ha/year. The tighter the vegetation covers the land, the more effective it is in protecting the soil surface and risking erosion. With greater cover of open space and pavement to RTRW, potential for erosion will be greater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutji Suharyanti
"Tanah, sebagai ruang sangat diperlukan manusia untuk meletakkan kegiatannya di atas muka bumi ini. Jumlah penduduk semakin meningkat maka kebutuhan akan tanahpun bertambah. Sedangkan jumlah tanah tetap, akibatnya tanah yang semula digunakan oleh satu keluarga sebagai alat produksi dengan adanya permintaan kebutuhan tanah melalui kegiatan pembangunan terjadi alih fungsi dari tanah tersebut.
Jenis penggunaan tanah pertanian yaitu sawah, mengalami perubahan menjadi jenis penggunaan tanah non pertanian yaitu perubahan atau industri.
Perubahan penggunaan tanah sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan juga sebagai upaya peningkatan mutu kehidupan yang lebih baik.
Tambun, merupakan kecamatan yang dekat dengan Jakarta sehingga perkembangan Jakarta termasuk peningkatan jumlah penduduk ikut mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan tanah. Berdasarkan pengamatan dari 3 peta penggunaan tanah untuk beberapa periode sejak tahun 1900 sampai dengan tahun 1991. Pada tahun 1900 jumlah sawah 4.873 Ha dan di tahun 1991 berkurang 23,37% menjadi 3.734 Ha. Sedangkan penggunaan tanah untuk perubahan dan industri yang pada tahun 1900 belum tampak pada awal tahun 1991 ditemukan masing-masing 227 Ha dan 147 Ha.
Berdasarkan perubahan penggunaan tanah di atas timbul pertanyaan penelitian yaitu apakah perubahan penggunaan tanah tersebut mempengaruhi kualitas hidup. Dengan demikian tesis ini merupakan hasil penelitian tentang dampak perubahan penggunaan tanah terhadap beberapa faktor yang menentukan kualitas hidup. Kualitas hidup dalam penelitian ini adalah keadaan sosial dan keadaan ekonomi.
Keadaan sosial ditunjukkan dengan indikator dari upaya tiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih bagi keperluan minum, mandi, cuci, dan penyediaan jamban keluarga (Samijaga) serta kondisi kesehatan keluarga yang dilihat dari penyakit yang diderita. Keadaan ekonomi ditunjukkan dari indikator pendapatan dan pengeluaran kepada keluarga yang mengalami perubahan penggunaan tanah.
Kemudian bertitik tolak kepada pemikiran bahwa perubahan penggunaan tanah mempunyai peran dalam kehidupan maka sehubungan dengan pertanyaan penelitian disusun hipotisis sebagai berikut :
1. Terdapat peningkatan kualitas hidup keluarga antara sebelum dan sesudah perubahan penggunaan tanah pertanian menjadi non pertanian.
2. Makin luas sawah yang dialihkan makin baik peningkatan kualitas hidup.
3. Faktor cara penggunaan uang hasil penjualan sawah berpengaruh baik terhadap kualitas hidup.
Pengambilan data penelitian dilakukan di tujuh desa di Kecamatan Tambun yaitu Jatimulya, Lambangsari, Mangunjaya, Mekarsari Setiadarma, Setiamekar, dan Tambun. Desa tersebut mengalami perubahan penggunaan tanah yaitu semula sawah kemudian beralih fungsi menjadi perumahan atau industri. Untuk itu telah dilakukan teknik wawancara terhadap sampel sebanyak 160 orang yang diambil secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
Secara keseluruhan terjadi peningkatan kualitas hidup keluarga sesudah terjadinya perubahan sawah menjadi perumahan dan industri.
Sedangkan bila ditinjau dari masing-masing unsur yaitu jenis sawah, luas sawah yang dialihkan dan pola penggunaan uang hasil penjualan sawah. Peningkatan kualitas hidup lebih banyak dipengaruhi oleh luas sawah yang dialihkan dan pola penggunaan uang hasil penjualan. Sedangkan jenis sawah yang dialihkan mempunyai pengaruh yang tidak begitu berarti terhadap peningkatan tersebut.
Tujuan penelitian untuk mengetahui akibat dari perubahan penggunaan tanah pertanian yaitu sawah menjadi non pertanian seperti perumahan atau industri terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
Penduduk di daerah penelitian dengan keikhlasan menjual sawah kepada pihak lain karena berbagai macam alasan yaitu pertama, kondisi tanah untuk sarana produksi kurang menghasilkan karena berbagai faktor antara lain sarana air tidak memadai; kedua di daerah penelitian termasuk wilayah yang dikembangkan oleh PEMDA Bekasi untuk perumahan dan industri; ketiga ternyata sawah sudah dikelilingi oleh bangunan sehingga secara teknis sulit dipertahankan. Berdasarkan alasan tersebut nnemberi peluang untuk sawah itu dijual dan kemudian dirubah penggunaannya.
Pada umumnya bekas pemilik sawah menggunakan,uang ganti rugi untuk membeli sawah di desa lain..Keadaan ini menunjukkan meskipun sudah ada wadah kehidupan lain di bidang usaha dagang atau sewa kamar ataupun
sebagai pegawai dan buruh pada pabrik maupun perusahaan perumahan, ternyata mereka masih belum dapat melepaskari ketergantungannya pada tanah yaitu sebagai petani."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaya Suyana
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala perkembangan pola penggunaan lahan di daerah hulu sungai sehubungan dengan perkembangan penduduk dan dinamika sosial ekonomi, dan bagaimana dampaknya terhadap kondisi hidrologi.
Masalah pokok yang diteliti mencakup: (a) perkembangan pola penggunaan lahan dan dampaknya terhadap fluktuasi debit sungai, (b) korelasi antara peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan pertanian dengan alihguna lahan tersebut menjadi pemukiman, dan (c) korelasi antara status pemilikan atau penguasaan lahan pertanian dengan kondisi penggunaan lahan tersebut. Sehubungan dengan kemungkinan adanya korelasi-korelasi antara variabel-variabel tersebut, dirumuskan dua hipotesis sebagai berikut :
1) Alihguna lahan pertanian menjadi pemukiman ada korelasinya dengan peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan tersebut, kalau peralihan hak itu terjadi dari penduduk lokal (desa) kepada penduduk kota.
2) Kondisi penggunaan lahan pertanian yang dimiliki atau dikuasai oleh penduduk kota cenderung lebih jelek dari lahan pertanian yang dimiliki penduduk desa.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data perkembangan penggunaan lahan di daerah hulu Ciliwung, Kecamatan Cisarua, Jawa Barat, yang meliputi kurun waktu 17 tahun {1969-1986).
Perkembangan pola penggunaan lahan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan hasil analisa peta-peta penggunaan lahan tahun 1969, 1978, dan 1983 serta data registrasi Kantor Kecamatan Cisarua tahun 1986. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara analisa statistik menggunakan 438 sampel persil tanah yang dipilih secara acak terlapis di 7 desa dalam wilayah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanian di daerah hulu Ciliwung mengalami perubahan yang cepat menjadi pemukiman, dan di samping itu ada kecenderungan alihguna sawah menjadi kebun campuran. Laju perluasan lahan pemukiman rata-rata 44 ha (5,8 %) per tahun. Akibat tekanan penduduk kota laju perluasan pemukiman lebih cepat daripada laju pertumbuhan penduduk lokal. Alihguna lahan pertanian menjadi pemukiman ternyata mempunyai korelasi kuat dengan peralihan hak pemilikan atau penggunaan lahan tersebut dari penduduk lokal kepada penduduk kota. Walaupun di daerah ini terdapat kasus-kasus tanah terlantar yang dimiliki penduduk kota, namun ternyata tidak ada korelasi antara status pemilikan atau domisili pemilik lahan dengan kondisi penggunaan lahan tersebut.
Perkembangan penggunaan lahan di daerah ini diduga telah mengakibatkan dampak negatif terhadap kondisi hidrologi berupa peningkatan.fluktuasi debit sungai akibat perluasan lahan pemukiman dan terutama akibat penggunaan lahan pertanian lahan kering yang kurang memperhatikan aspek konservasi tanah. Selain daripada itu peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan dari penduduk desa kepada penduduk kota diduga dapat menimbulkan dampak sosial berupa pelonjakan harga lahan pertanian, melemahnya fungsi sosial tanah di pedesaan, dan keresahan sosial.

This research aims to know phenomenon of land use pattern development in upstream area in connection with population growth and socio-economical dynamic and, to assess its impact on hydrological condition.
The main issues include: (a) the trend of land use changes and it's impact on fluctuation of river run off, (b) correlation between mutation of agricultural land ownership and it's land use conversion to settlement area, and (c) correlation between status of agricultural land ownership and condition of it's utilization. Two hypotheses concerning correlations between the mentioned variables are formulated:
1) Agricultural land use conversion into settlement area is having correlation with its mutation of land ownership, if the mutation happened from the rural to urban people;
2) Condition of the agricultural land utilization owned by the urban people tends worse than that owned by the rural people.
The research was carried out using land use development data in the Upper Ciliwung, Cisarua Sub district, West Java, covering 17 years period (1969-1986). The trend of land use changes during this period was analyzed based on land use maps of the 1969, 1978, and 1983 editions, and land registration data of the Cisarua Sub district Office in 1986. To prove the hypotheses, statistical analysis was applied using 438 stratified random samples of plot (land holding) taken from 7 villages in the study area.
Conclusions of this research are as follows: During the period of 1969-1986 agricultural land in Upper Ciliwung rapidly changed into settlement area and, there is also a tendency of conversion of rice field into mixed garden. Average extension rate of the settlement area was about 44 ha (5.8 %) per year. This rate was higher than the rate of local population growth due to urban population pressure. Conversion of agricultural land into settlement area evidently has strong correlation with mutation of land ownership from rural to urban people. Although there are some agricultural lands belong to urban people are poorly utilized, but there is no correlation between status of agricultural landowner ship and condition of its utilization.
Land use development in this area is predicted to bring about negative impact on hydrological condition i.e. the increase of river run off fluctuation caused by extension of settlement area and mainly due to utilization of agricultural land with less attention on land conservation aspect. It is predicted also that mutation of land ownership from the rural to urban people possibly causes social impacts such as rising of agricultural land price, weakening the social function of land in rural area, and social stress.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian Susilawati Jose
"Melaksanakan pembangunan berarti membuat perubahan-perubahan dalam suatu Iingkungan. Hal ini dapat memutuskan mata rantai berbagal siklus yang hidup dalam ekosistem, sehingga mangganggu keselarasan hubungan manusia dengan Iingkungan.
Pelaksanaan pembangunan selalu bersifat dilematis. Di satu pihak dapat memberi manfaat dan resiko di lain pihak. Salah satu di antaranya adalah bermunculannya masalah-masalah pertanahan, khususnya berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan mencerminkan perubahan pemanfaatan sumberdaya alam.
Pemeliharaan kelestarian alam menjadi lehih mendesak apabila pertambahan penduduk meningkat. Akan tetapi sebaliknya, pertambahan penduduk yang meningkat ini justru menimbulkan "lapar-tanah", sehingga menggundulkan bukit, merusak hutan, den menguras sumberdaya alam (Salim, 1995).
Ada beberapa kasus, hamparan tanah pertanian yang subur dapat tergusur demi kepentingan pembangunan. Akibatnya lahan-lahan hijau semakin menciut jumlahnya. Dengan makin berkurangnya lahan hijau, mau tidak mau akan mempengaruhi kondisi iklim di wilayah itu. Gaya adaptasi manusia pada perubahan iklim relatif terbatas.
Di kota Jakarta setiap tahunnya terjadi peningkatan kebutuhan lahan untuk pembangunan, baik untuk perumahan, fasilitas umum, prasarana maupun kebutuhan Iainnya dengan angka rata-rata gross sebesar 600 Ha (Pemda OKI Jaya, 1984).
Cuaca dan iklim adalah salah satu ekosistem alam. Oleh karena itu, kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Meskipun kini teknologi telah demikian maju, namun manusia masih belum dapat melepaskan diri dari pengaruh serta peranan cuaca dan iklim.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa dewasa ini semakin banyak lahan yang berubah penggunaannya akibat tuntutan pembangunan tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan. Hal ini tentunya berdampak pada lingkungan, khususnya berkaitan dengan iklim.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh perubahan penggunaan lahan (berdasarkan masing-masing jenis tutupan lahannya, yakni: tutupan vegetasi, tutupan bangunan/beton dan tutupan tanah kosong) pada unsur-unsur iklim mikro (suhu udara dan kelembaban udara). Selain itu, adakah kaitan antara kenaikan jumlah penduduk dengan perubahan penggunaan lahan, dan seberapa besar intensitas perubahan penggunaan lahan tersebut.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pengambil keputusan dan masyarakat Iuas dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan, terutama berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan, serta dalam upaya untuk memperbaiki kondisi iklim mikro di suatu wilayah.
Dasmann (1972) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menimbulkan masalah lingkungan hidup adalah tidak adanya kontrol penggunaan tanah (ruang), selain faktor penduduk dan teknologi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu: Suku Dinas Tata Kota, Suku Dinas Pertanahan, Biro Pusat Statistik (BPS) di wilayah Jakarta Timur; Kantor Kecamatan ' Duren Sawit, Kramat Jati, dan Makasar, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jakarta, serta Stasiun BMG Halim Perdana Kusuma. Data yang digunakan adalah data luas penggunaan lahan, data jumlah penduduk, dan data unsur-unsur iklim.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Jakarta Timur dengan mengambil sampel 3 kecamatan, yaitu: Duren Sawit, Kramat Jati, dan Makasar. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Pada pengolahan data dilakukan uji statistik dengan program SPSS versi 4.0.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat dijelaskan bahwa :
(i) perubahan penggunaan lahan berkaitan dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus-menerus meningkat dari tahun ke tahun;
(ii) perubahan penggunaan Iahan menyebabkan jumlah Iuas lahan tutupan bangunan/beton meningkat, sedangkan jumlah luas lahan tutupan vegetasi dan tutupan tanah kosong berkurang;
(iii) besar intensitas perubahan penggunaan lahan (berdasarkan jenis tutupan dan Iokasinya) bervariasi dari yang terkecil 0,63 % sampai yang tertinggi 33,22 %;
(iv) berdasarkan hasil uji statistik, terbukti bahwa ada korelasi antara tutupan vegetasi, tutupan bangunan/beton dan tutupan tanah kosong dengan suhu udara dan kelembaban udara.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa secara indikatif terdapat pengaruh perubahan penggunaan lahan pada unsur-unsur iklim mikro (suhu udara dan kelembaban udara). Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, terjadi pula perubahan penggunaan lahan. Semakin besar jumlah lahan yang berubah, maka akan semakin besar intensitas perubahannya.
Daftar Kepustakaan 36 (1951 - 1997)

Development is making changes in an environment. This can break the many live cycles in ecosystem, so it can disturb the beauty of human relationship in the environment.
The development is always dilemmatic. In one side it gives benefit but risk in another side. One of them is agrarian problem, especially that connected with land use changes. Land use changes shows changes in using nature resources.
The maintenance of the nature eternity will be come more urgent if people's growth increase. However, in the other side, the increasing of people growth make °hunger land", that makes hills become bold, damaged the forests, and quire nature resources (Salim, 1995).
There are some cases, spread good land of agriculture can be drag away for development importance. The affection from it, is the green land become decrease. The decreasing of green land influence the climate condition of that area. Human adapted capability from climate changes is relativity limited.
In Jakarta, annually happen increasing of land use for developing, such as for house estate, general facility, accommodation and also other needed with approximate gross score about 600 Ha (Pemda DKI Jaya, 1984).
The weather and climate is one of the nature ecosystem. Therefore, human lives is very influence by them. Although technology has already developed, people still can't get away from the influence and the function of weather and climate.
Problem in this observation is there are many more land that changed its useful because of development importance without concerning the environment condition. This situation impact to the environment, especially climate.
The purpose of this observation is to know whether there's an influence from changing the using of land (according to each type of closing land, that are : vegetation closing, cementlbuilding closing, and empty land closing) in micro climate elements (temperature and humidity). In spite of those, is there any connection between the increasing of people's growth with the land use changes, and how much intensity of changing the using of land.
This observation is hoped can give an extra information for the decision maker and general people in planning and doing developing, especially that connected with changing the using of land, from repairing micro climate condition in one area.
Dasmann (1972) says that one of the factors which caused the live environment, there's no control in using ground (space), besides of factor of people and technology.
The date that is used in this observation get from many sources, there are : from City Order department, Agrarian department, Statistic Central Boreau (BPS) East Jakarta, Duren Sawit, Kramat Jati, and Makasar Kecamatan office, Meteorology and Geophysics Department (BMG) Jakarta, and Halim Perdana Kusuma Station of BMG. The date that is used were wide date of the using of land, date of people amount and climate elements date.
This observation was observed in East Jakarta with taking three samples of Kecamatan : Duren Sawit, Kramat Jail, and Makasar. This observation was using descriptive analysis method. In preparing date was used statistic evaluation with SPSS program 4.0 version.
According to the analysis and discussion that was done, we can get the explanation :
(i) there's an increasing in people's growth continuing from year to year, this there's connection with changing the using of land.
(ii) There's a change using land, wide amount of building/cement closing land increase, nevertheless wide land amount' vegetation closing and empty land closing decrease.
(iii) The intensity of changing using land variated from 0,63 ''/o to 33,22 %.
(iv) From the statistic evaluation, it's true that there is a correlation from vegetation closing, building/cement closing and empty land closing with temperature and humidity.
The conclusion of this observation is there is indicative influence to the land use changes to micro climate elements. The increasing of people growth influence the land use changes: The extend of the land use changes has a relationship with the intensity of its changes.
Number of References : 36 (1951 - 1997)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T 14622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Yanto
"Akhir-akhir ini sering sekali terjadi banjir di daerah sekitar sungai Pesanggrahan. Banjir yang dialami oleh wilayah sekitar sungai Pesanggrahan merupakan imbas dari semakin banyaknya lahan yang tertutup oleh bangunan-bangunan baru yang tidak berlandaskan strategi dan perencanaan dari sistem drainase yang ada. Pada musim hujan debit air yang memasuki badan sungai menjadi lebih besar dan berakibat pada tidak mencukupinya kapasitas sungai.
Analisa dilakukan terhadap data-data hidrologi, tata guna lahan dan geometri serta data eksisting lokasi studi. Melalui analisa hidrologi diperoleh debit puncak banjir rencana, yang dilanjutkan dengan analisa hidrolika untuk mengecek kapasitas penampang sungai yang mampu melalukan debit banjir rencana tersebut. Pengolahan data selain dengan metode rasional juga dengan permodelan menggunakan software SMADA.
Dari hasil analisa didapat perhitungan dengan Program SMADA lebih besar daripada metode rasional dan kapasitas sungai tidak mampu menampung debit banjir rencana.

Recently floods happened in Pesanggrahan river and surrounding. The floods caused by the increasing covered land due to the unwell planned development and drainage system design. During raining season the water in high velocity and at the end get over flood in some places because the capacity of the river no longer able to convey the water.
The analysis is done using hydrology, land use and geometry data of the study area. The hydrology data is used to calculate the peak flow to examine the capacity of the river. The calculation is done by using the rational method and SMADA software.
The result shows the calculation SMADA software has greater value of the flow than the rational method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50559
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>