Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198922 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prio Hari Kristanto Tjokroatmojo
"Penelitian ini menjelaskan mengenai pengembangan masyarakat melalui pembentukan kelompok swadaya masyarakat yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah pendidikan anak di Kelurahan Susukan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan masyarakat yang dilakukan dalam rangka pembentukan kelompok swadaya masyarakat ini telah melibatkan partisipasi warga masyarakat dan menggunakan pendekatan non-direktif. Meskipun dalam implementasi pembentukan KSM tersebut ditemui hambatan-hambatan, KSM tersebut tetap berjalan. Pada perkembangan berikutnya, KSM telah berhasil membentuk Yayasan Permata Hati Sejuta Bunga.

This study describes the development of the community through the formation of Self-help Group to address the problem of children education in Susukan Village. The approach used was qualitative research with a descriptive study. The results show that the community development done in order the formation of self-help group has involve the participation of citizens and uses non-directive approach. Despite in the implementation of the Self-help Group has encountered constraints, The Self-help Group are still running. In the next development, Self-help Group have been successfully formed as Yayasan Permata Hati Sejuta Bunga"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Rona Drati Selon
"ABSTRAK
Tujuan penelitian model pemberdayaan lansia ini menganalisis bentuk
dukungan sosial dari keluarga, teman, tetangga, masyarakat, pihak swasta,
yayasan, dan pemerintah didalam upaya pemberdayaan lansia. Selanjutnya
menganalisis model pemberdayaan yang bersifat self-help dengan dukungan sosial
dilakukan oleh komunitas lansia dahlia senja. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif. Dengan metode kualitatif penulis melakukan
wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, merekam, dan mencatat
informasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa model pemberdayaan pada
komunitas lansia dahlia senja dengan pendekatan bottom-up, karena
pemberdayaannya bersifat self-help bersinergi dengan dukungan sosial. Dengan
kekuatan self-help yang dimiliki komunitas lansia dahlia senja, lansia memperoleh
dukungan sosial diantaranya datang dari keluarga, teman, tetangga, donatur, pihak
swasta, yayasan, dan unsur pemerintah. Dukungan tersebut berupa dukungan
emosional, informasi, dukungan instrument (barang dan jasa), dan
penilaian/appraisal. Model pemberdayaan lansia melalui kegiatan produktif pada
komunitas lansia dahlia senja adalah kombinasi dari pemberdayaan Self-help dan
Social Support dengan individual-kelompok. Di setiap kegiatannya individu lansia
terinspirasi dari peran ketua komunitasnya. Produk-produk yang dihasilkan lansia
didalam pendampingan pemberdayaan didalam kegiatan produktif komunitas ini
dapat memotivasi lansia lain.

ABSTRACT
The purpose of this elderly empowerment model study is to analyze the
form of social support from family, friends, neighbors, community, private
parties, foundations, and government in empowering elderly. Next analyze the
self-help empowerment model with social support done by elderly community
dahlia senja. The method used in this research is qualitative. With qualitative
methods the authors conducted in-depth interviews, observation, documentation,
record, and record information.
The results of this study show that the empowerment model in elderly
community dahlia senja with bottom-up approach, because the empowerment is
self-help synergize with social support. With the power of self-help that belongs
to the elderly community of dahlia senja, the elderly obtain social support among
others coming from family, friends, neighbors, donors, private parties,
foundations, and government elements. Support is in the form of emotional
support, information, support instruments (goods and services), and assessment /
appraisal. The elderly empowerment model through productive activities in the
elderly community of dahlia senja is a combination of self-help empowerment and
Social Support with individual-groups. In every activity the elderly are inspired by
the role of community leader. The products produced by the elderly in the
assistance of empowerment in the productive activities of this community can
motivate other elderly."
2018
T49625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Try Dharma Mulia
"Peran sebagai fasilitator pembangunan menyingkap berbagai tantangan dalam setiap prosesnya, baik dari segi peraturan program, pemangku kepentingan, maupun masyarakat. Makalah ini membahas dinamika pembangunan rumah layak huni, khususnya melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Fasilitator tidak hanya bertugas memfasilitasi dan memberdayakan masyarakat, tetapi juga harus mengelola kompleksitas birokrasi dan administrasi program. Administrasi sangat penting karena menjadi prasyarat untuk melanjutkan setiap tahapan program. Fasilitator sering berhadapan dengan aktor lokal yang memanfaatkan kesempatan dalam proses pembangunan. Program ini menunjukkan fetisisme terhadap dokumen sebagai alat untuk mempresentasikan hasil. Namun, sering terjadi manipulasi data untuk melengkapi dokumen dan mengabaikan fakta di lapangan. Hal ini berkaitan dengan teori "governing by numbers," yang menjelaskan bahwa fetisisme administrasi dan budaya audit dipercaya merepresentasikan data lapangan tetapi justru memicu manuver oleh aktor terkait. Data diubah menjadi angka yang dapat dimanipulasi karena adanya kebebasan pengelolaan yang diberikan oleh aktor pembangunan. Proses fasilitator dalam menghadapi aktor lokal dan mengelola administrasi dapat menciptakan ethical dilemma. Makalah ini merupakan refleksi dari pengalaman magang saya sebagai fasilitator pemberdayaan BSPS di Desa Babussalam, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

The process of becoming a development facilitator faces various challenges, both in terms of program regulations, stakeholders, and the community. This paper discusses the dynamics of decent housing development, particularly through the Self-Help Housing Stimulant Program (BSPS). Facilitators are not only tasked with facilitating and empowering the community, but must also manage the complexity of bureaucracy and program administration. Administration is very important because it is a prerequisite for continuing each stage of the program. Facilitators are often confronted with local actors who take advantage of opportunities in the development process. The program shows a fetishization of documents as a tool to present results. However, there is often manipulation of data to complete documents and ignore facts on the ground. This relates to the theory of "governing by numbers," which explains that administrative fetishism and audit culture are believed to represent field data but instead trigger maneuvers by relevant actors. Data is turned into numbers that can be manipulated because of the freedom of management given by development actors. The facilitator's process of dealing with local actors and managing administration can create an ethical dilemma. This paper is a reflection of my internship experience as a BSPS empowerment facilitator in Babussalam Village, Gerung Sub-district, West Lombok District, West Nusa Tenggara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kurtz, Linda Farris
London: Sage Publications, 1997
361.4 KUR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Lestari
"Stroke merupakan penyebab kecacatan, perubahan kognitif dan perilaku berdampak terhadap ketergantungan tinggi pada pelaku rawat utama. Perawatan jangka panjang memberikan konsekuensi negatif berupa emosional yang memunculkan beban perawatan. Kelompok swabantu sebagai sumber dukungan bagi pelaku rawat dengan kegiatan refleksi diri dan manajemen stres di dalamnya. Semakin tinggi refleksi diri, semakin menurunkan suasana hati negatif artinya refleksi diri berkontribusi terhadap pertahanan stres seseorang.
Studi ini bertujuan mengetahui penurunan beban pelaku rawat melalui intervensi refleksi diri dan manajemen stres dalam kelompok swabantu di Curug. Desain studi ini menggunakan evidence based practise, total sampling digunakan sebagai teknik pengumpulan datayang berjumlah 30 orang.
Intervensi Refleksi diri dan Manajemen stres dalam kelompok swabantu diberikan sebanyak 5 sesi selama 12 minggu. Intervensi ini menunjukkan terdapat penurunan bebandari ringan- sedang menjadi tanpa beban sampai ringan. Perawat perkesmas dapat menggunakan intervensi refleksi diri dan manajemen stres untuk menurunkan beban pelaku rawat utama merawat klien stroke.

Stroke caused disability, cognitive change and behavior that affects high dependence on primary caregiver. Long term care provides negative consequences of emotional problems that lead to caregiver burden. Self help groups as a support for stroke caregivers have activities self reflection and stress management in it. The higher the self reflection the less negative mood, means self reflection contribute to the defense of one 39 s stress.
This study aims to determine the reduction of caregiver burden through self reflection and stress management interventions in Curug. The design of this study used evidence based practise, data collection was performed by total sampling with a sample size of 30 respondents.
Intervention self reflection and stress management in self help groups were given 5 sessions over 12 weeks. This intervention showed decreasing on caregiver burden from mild to moderate to no burden until light. Nurses especially perkesmas nurse can use self reflection intervention and stress management in self help groups in reducing the burden of caregiver treating stroke clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Cahyani
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aretha Nadira Hartono
"Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu isu serius yang memiliki implikasi luas terhadap kehidupan seluruh lapisan masyarakat. Pembentukan Balai Besar Rehabilitasi BNN merupakan salah satu respon dalam memotong mata rantai penyalahgunaan narkotika, yang salah satu fasilitasnya adalah membentuk program therapeutic community dengan self-help group sebagai salah satu pendekatannya. Self-help group merupakan salah satu pendekatan yang dapat memberikan dukungan psikologis serta sosial kepada seseorang melalui cara “saling mendukung” antar sesama anggota kelompok. Pendekatan ini digunakan dalam program therapeutic community di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendekatan self-help group dalam program therapeutic community sebagai bentuk dukungan sosial serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambatnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Penelitian ditulis dalam waktu empat bulan sejak bulan Februari 2024 sampai Juli 2024. Informan utama dari penelitian ini yakni empat residen remaja dan empat pekerja di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido. Penelitian ini menemukan bahwa pendekatan self-help group memberikan dukungan sosial bagi residen dari kegiatan dengan pendekatan self-help group serta dengan faktor pendukung meliputi dukungan dari staf dan antar residen, serta faktor penghambat seperti dinamika residen dengan kelompok yang tidak stabil dan perbedaan karakteristik individu residen. Diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi pada pengembangan teori dan praktik rehabilitasi narkoba terhadap residen remaja dalam sudut pandang Ilmu Kesejahteraan Sosial dan bersumbangsih bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial berupa pengayaan mata kuliah Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial, Metode Intervensi Komunitas, dan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak.

Drug abuse is one of the serious issues that has wide-ranging implications for all segments of society. The establishment of the National Narcotics Agency Rehabilitation Center is a response aimed at breaking the chain of narcotic abuse, with one of its facilities being the formation of a therapeutic community program that uses the self-help group approach. A self-help group is an approach that can provide psychological and social support to individuals through mutual support among group members. This approach is used in the therapeutic community program at the National Narcotics Agency Rehabilitation Center in Lido. This research aims to describe the implementation of the self-help group approach in the therapeutic community program as a form of social support, as well as the supporting and inhibiting factors. This study employs a descriptive qualitative method, collecting data through in-depth interviews. The research was conducted over four months, from February 2024 to July 2024. The primary informants of this study are four adolescent residents and four workers at the National Narcotics Agency Rehabilitation Center in Lido. The study found that the self-help group approach provides social support for residents through activities using the self-help group approach, with supporting factors including staff and peer support among residents, and inhibiting factors such as unstable group dynamics and differences in individual resident characteristics. It is hoped that this research can contribute to the development of theories and practices in drug rehabilitation for adolescent residents from the perspective of Social Welfare Science and contribute to the Social Welfare Science study program by enriching the courses on Human Behavior and Social Environment, Community Intervention Methods, and Child Welfare and Protection."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vernandha Vannya Hidayat Putri
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas mengenai dukungan sosial komunitas swadaya pasien kanker sebagai pemberdayaan perilaku Self-Help dan Self-Care anggotanya serta merupakan contoh pengobatan alternatif. Fokus tulisan ini mengenai dukungan sosial komunitas Elgeka Jawa Barat terhadap pasien kanker Chronic Myeloid Leukemia (CML) dan Gastrointestinal Stromal Tumor (GIST) dalam melalui perasaan penyangkalan sampai kepada penerimaan sebagai suatu rangkaian tahapan berduka. Setelah mencapai tahapan penerimaan, pasien dapat membuka diri serta melakukan Self-Help dan Self-Care. Tulisan ini menggunakan konsep-konsep yang dikemukakan oleh para tokoh terkait komunitas, pasien, dukungan sosial, Self-Help dan Self-Care di dalam melakukan analisa terhadap data temuan. Temuan dalam tulisan ini ialah komunitas mampu membantu pasien melewati posisi berduka dari tahapan menyangkal hingga penerimaan melalui dukungan sosialnya dan dukungan sosial terus ada meskipun telah mencapai tahapan penerimaan. Pada tahapan penerimaan ini mampu mengembalikan fungsi dan peran sosial seorang pasien diagnosa penyakit kanker sehingga pasien mampu untuk melakukan Self-Help dan Self-Care pada tahapan individu dan komunitas. Pada tulisan sebelumnya lebih membahas kepada peran pasien dilihat berdasarkan dukungan sosial yang diberikan tetapi masih sedikit kajian mengenai peran pasien sebagai anggota komunitas dan tidak melihat aspek pasien yang tidak hanya terbantu dengan adanya komunitas tetapi juga dapat melakukan Self-Help dan Self-Care.

ABSTRACT
This paper discuss about social support cancer patient community as Self-Help and Self-Care behavioral empowerment for it?s member and constitute as an example of alternative treatment. Focus of this paper is about community social support for cancer patients Chronic Myeloid Leukemia (CML) and Gastrointestinal Stromal Tumor (GIST) in the course of grieving stages into acceptance stages as the stages of grieving. Subsequent to acceptance stages, patient can perform Self-Help and Self-Care. This paper make use of community, patient, social support, and Self-Help and Self-Care Concept to carry out the analysis based on findings data. Core findings in this paper is that community is capable to help patient through grieving stages from denial into acceptance stages with social support and thereafter community social support still remains. At acceptance stages, diagnosed patient can restore their social function and role with the result that they can perform Self-Help and Self-Care on individual or community stages. In past studies, patient role seen by their social support but did not observe patient as a community members and other than as beneficiaries they can perform Self-Help and Self-Care.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Sanjaya
"Penulis mencoba untuk mengidentifikasi praktik-praktik terbaik pengaturan eksekusi objek jaminan kebendaan bergerak, berwujud, dan non-possessory dengan kekuasaan sendiri di antara negara-negara dalam peringkat 10 besar EODB untuk indikator “getting credit”, kemudian membandingkannya dengan pengaturan di Indonesia, guna mencari tahu apakah pengaturan di Indonesia sudah sesuai dengan praktik-praktik terbaik itu. Dari penelusuran peraturan perundang-undangan ke-10 negara yang menjadi objek perbandingan, penulis mencoba untuk menggali inspirasi mengenai pengaturan ideal yang menyeimbangkan kepentingan debitor dan kreditor yang beritikad baik dan dapat diterapkan di Indonesia dengan memperhatikan segala partikularitasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang (statutory approach), pendekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan eksekusi objek jaminan kebendaan bergerak, berwujud, dan non-possessory di Indonesia masih banyak yang tidak sesuai dengan praktik terbaik di antara negara-negara dalam peringkat 10 besar EODB untuk indikator “getting credit”. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah, sejak terbitnya Putusan MK Nomor 18/PUU-XVII/2019, eksekusi objek jaminan fidusia dengan kekuasaan sendiri hanya dapat dilakukan apabila terdapat kesepakatan ­post-default bahwa debitor telah wanprestasi, dan kesukarelaan dari debitor untuk menyerahkan objek jaminan fidusia untuk dieksekusi. Tidak ada satupun dari 10 negara yang diperbandingkan yang mengatur persyaratan serupa. Pada bagian saran diuraikan beberapa rekomendasi pengaturan yang terinspirasi dari penelusuran peraturan-peraturan di negara-negara yang diperbandingkan.

The author attempts to identify the best practices in regulating the self-help enforcement of non-possessory security interests in tangible personal properties among countries in the top 10 EODB ranking for the “getting credit” indicator, and compare it with the regulation in Indonesia, to find out if Indonesia's arrangements are in line with these best practices. Drawing inspiration from the principles found in the laws and regulations of these 10 countries, the author then attempts to offer several suggestions on the ideal arrangements that strike a balance between the interests of good-faith debtors and good-faith creditors that can be applied in Indonesia after taking into account the country’s particularities. The research method used is the normative juridical research method, while the approaches used are the statutory approach, the conceptual approach, and the comparative approach. The results show that there are still many arrangements for the enforcement of non-possessory security interests in tangible personal properties in Indonesia that are not in accordance with the best practices among countries in the top 10 EODB for the indicator "getting credit". One of the most striking differences is, since the issuance of the Constitutional Court Decision Number 18 / PUU-XVII / 2019, self-help enforcement of the security interests can only be carried out if there is a post-default consensus between the parties that the debtor has defaulted and the debtor's willingness to hand over the collaterals to be executed. None of the 10 countries compared have similar requirements. In the suggestions section, some regulatory recommendations inspired by tracing the regulations in the countries being compared are offered"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Dexon
"Penelitian ini menyelidiki faktor-faktor yang terkait dengan kegiatan membaca pada mahasiswa baru. Self-efficacy membaca, perceived behavior com:-ol (PBC) terhadap kegiatan membaca dan dukungan kelompok ditcmukan mempunyai hubungan erat dengan kegiatan membaca. Temuan ini digunakan dalam merancang program intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan frekuensi membaca melalui vriabel dukungan kelompok yang digunakan untuk mcningkatkan sel-efficacy membaca dan perceived behavior control terhadap kegiatan membaca. Partisipan dalam intervensi terdiri dari mahasiswa dan siswa SMA yang secara sukarela mengikuti program intewensi. Melalui pre dan pos! IGSI, ditcmukan peningkatan signifikan pada PBC, ikatan antar partisipan dalam kelompok (ingroup ties), sense of belonging terhadap kelompok dan persepsi partisipan mengenai penghargaan orang lain alas keberhargaan dan kemampuannya (dimensi dukungan sosial reassurance of worih). Evaluasi terhadap hasil intervensi memperlihatkan keberhzmilan program dalam menciptakan dukungan kelompok dan meningkatkan PBC, namun tidak meningkatkan frckuensi membaca partisipan. Evaluasi terhadap proses intcrvensi memperlihatkan program intervensi tidak dijalankan sesuai rancangan dengan adanya terminasi prematur dari program. Temuan-temuan dari proses intervensi beserta saran terhadap pengembangan penelitian dan program intcrvunsi didiskusikan secara rink
This study investigates variables related to reading activities in college students. Reading sellletiicaey, perceived behavior control in reading activities (PBC), and social provision in reassurance of worth are identified as variables that strongly related to reading activities. An intervention programme using group support to increase reading self-efficacy and PBC are then designed to increase reading activities. The participant are college freshmen and high school students that listed themselves voluntarily. Pre and post test showed significant increase in PBC, ingroup ties, sense of belonging to the group, and participant perception in reassurance of others to their competence, skill and value. Although there is no significant increase on reading frequency, the evaluation of programme results showed a success in creating group support and increasing PBC. The evaluation of process showed that the programme wasn?t go as planned and prematurely ended. Other findings for further research and program development are later discussed in details."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>