Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158638 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kania Diah Rachmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Risk-Return Trade Off antara excess return kondisional dengan volatilitas excess return kondisional pada bursa saham di Indonesia dan melihat pengaruh Flight to Safety pada hubungan diatas. Penelitian ini menggunakan proxy saham IHSG sebagai aset berisiko dan proxy obligasi pemerintah berupa INDOBeX Gov dan Obligasi Pemerintah Indonesia 10 Tahun sebagai aset yang dianggap lebih aman. Dalam penelitan ini ditemukan hubungan negatif pada risk-return trade off pada Bursa Saham Indonesia yang mengindikasikan bahwa semakin besar volatilitas excess return bursa saham IHSG maka semakin kecil excess return yang akan diperoleh. Selain itu, ditemukan juga hubungan negatif antara indeks Flight to Safety (baik menggunakan INDOBeX Gov maupun Obligasi Pemerintah Indonesia 10 Tahun) terhadap excess return bursa IHSG. Hal ini mengimplikasikan bahwa apabila ditemukan indikasi Flight to Safety dari pasar saham, maka semakin kecil excess return yang akan diperoleh. Pada akhirnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya indikasi fenomena Flight to Safety turut memperkuat hubungan negatif Risk-Return Trade Off yang ditemukan sebelumnya.

This study aims to analyze the relationship between Risk-Return Trade Off between conditional excess return and conditional excess return volatility on the stock exchange in Indonesia and see the effect of Flight to Safety on the relationship above. This study uses a stock proxy in the form of IHSG as a risky asset and a government bond proxy in the form of INDOBeX Gov and a 10-year Indonesian Government Bond as assets that are considered safer. In this research found a negative relationship on the risk-return trade off on the Indonesia Stock Exchange which indicates that the greater the volatility of the stock index's excess return volatility, the smaller the excess return to be obtained. In addition, a negative relationship was found between the Flight to Safety index (both using INDOBeX Gov and the 10-Year Indonesian Government Bond) to the excess return of the IHSG. This implies that if an indication of Flight to Safety is found from the stock market, the smaller excess return will be obtained. In the end, the results of this study indicate that an indication of the Flight to Safety phenomenon also strengthens the negative relationship between Risk-Return Trade Off found earlier."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Ananda Dwi Putra Leiden
"Makalah ini menganalisis hubungan pertumbuhan kredit terhadap risiko kredit yakni tingkatan dari non-performing loan pada 69 perbankan yang berada pada wilayah negara ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Thailand, Philippines, dan Singapura). Risiko kredit perbankan sangat sensitif terhadap kendala keuangan di mana hubungannya terhadap kelancaran perbankan di dalam melaksanakan core bisnisnya. Di sisi lain, pertumbuhan kredit perbankan dapat mempengaruhi peningkatan NPL, tetapi pada titik tertentu, pertumbuhan kredit justru dapat mempengaruhi penurunan tingkatan NPL. Indikasi kredit macet ini dapat muncul apabila perbankan terkait memiliki kendala dari kredit yang diberikan dan juga kapasitas aset yang dimiliki oleh perbankan tersebut. Makalah ini menjelaskan bagaimana pertumbuhan kredit Bank dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi risiko yang terkait dengan kredit macet Bank. Dalam konteks makalah ini, model yang digunakan adalah estimator GMM, yang cocok untuk penelitian menggunakan variabel lagged sehingga pengaruh periode sebelumnya dapat dilihat secara signifikan. Untuk melihat lebih dalam efek NPL, menggunakan variabel status dapat memengaruhi NPL menjadi pengaruh yang lebih spesifik. Untuk menggambarkan efek dari pendekatan ini, penelitian dilakukan berdasarkan bank yang terdaftar di negara-negara ASEAN-5.

This paper analyzes the relationship of credit growth to credit risk, namely the level of non-performing loans in 69 banks located in the ASEAN-5 countries (Indonesia, Malaysia, Thailand, Philippines, and Singapore). Bank credit risk is susceptible to financial constraints in which the relationship with the smooth running of the Bank in carrying out its core business. On the other hand, the growth of bank credit can affect the increase in NPLs, but at a certain point, credit growth can actually affect the decline in the level of NPLs. This indication of bad credit can arise if the related banks have constraints from the credit given and also the capacity of the assets owned by the Bank. This paper describes how the Bank's credit growth and the size of the firm can affect the risk related to the Bank's non-performing loan. In the context of this paper, the model used is the GMM estimator, which is suitable for research using lagged variables so that the influence of the previous period can be seen significantly. To take a more in-depth look at the effects of NPLs, using the selected variables can affect NPLs to be more specific influences. To illustrate the effect of this approach, research was conducted based on banks listed on ASEAN-5 countries. Analysis results prove that credit growth and firm size have a significant effect on non-performing loans. this is evidenced by the risk management development that occurred in ASEAN-5 countries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andiasa Adesia
"Dalam makalah ini kami menyajikan tentang hubungan antara risiko idiosinkratik dan kinerja saham di Indonesia menggunakan Capital Asset Pricing Model dan Fama French Three Factor Model. Kami menggunakan kumpulan data unik yang berisi imbal hasil harian dan tahunan dari 80 saham Indonesia dari indeks KOMPAS100 selama 7 tahun untuk mengukur kinerja saham. Kami menggunakan imbal hasil dari indeks IHSG sebagai tingkat imbal hasil pasar dan hasil rata-rata SPN 3 bulan untuk menghitung tingkat imbal hasil bebas risiko. Untuk memperkirakan hubungan antara risiko idiosinkratik dan kinerja saham, kami membentuk 5 portofolio berdasarkan kapitalisasi pasar dan 5 portofolio berdasarkan nilai buku terhadap nilai pasar dengan setiap portofolio berisi 16 saham. Kami menemukan bahwa risiko istimewa memiliki hubungan positif dengan kelebihan pengembalian saham khususnya dalam portofolio 4 berdasarkan kapitalisasi pasar dan portofolio 1 dan 5 berdasarkan nilai buku terhadap nilai pasar. Portofolio 4 berdasarkan kapitalisasi pasar adalah portofolio dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua. Sedangkan portofolio 1 berdasarkan nilai book to market, adalah portofolio dengan nilai terendah sedangkan portofolio 5 adalah portofolio dengan nilai tertinggi.

In this paper we present on the relation between idiosyncratic risk and stock performance in Indonesia using Capital Asset Pricing Model and Fama French Three Factor Model. We use a unique data set containing daily and yearly returns of 80 Indonesia equity of KOMPAS100 index on a 7-year period to measure stock performance. We use JCI Index return as market rate and SPN 3 month average yield to calculate risk free rate. To estimate the relation between idiosyncratic risk and stock performance, we formed 5 portfolios based on market capitalization and 5 portfolios based on book to market value. Each portfolio contains 16 members of stock. We found that idiosyncratic risk has positive relation with excess stock return specifically in portfolio 4 based on market capitalization and portfolio 1 and 5 based on book to market value. Portfolio 4 based on market capitalization is portfolio with second largest market capitalization. While portfolio 1 based on book to market value, is portfolio with the lowest value while portfolio 5 is portfolio with the highest value."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Chandika Andintyas
"ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan menggambarkan potensi kerugian yang akan dialami
oleh PT. AAA di tahun 2020 berserta cara mitigasinya. Data yang digunakan adalah
data kerugian bulanan yang dialami oleh PT AAA periode 2012 sampai dengan
2019. Data kerugian yang digunakan adalah data kerugian akibat tindakan fraud
internal karyawan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa potensi kerugian yang
akan dialami oleh PT. AAA di tahun 2020 sebesar Rp 44.880.958.735,-. Selain itu,
penelitian ini merumuskan risk register untuk faktor internal fraud. Untuk pengukuran
OpVar, penelitian ini menggunakan rumus Monte Carlo. Penggunaan rumus ini bertujuan
agar kerugian operasional, dalam hal ini Fraud dapat tergambarkan dengan jelas

ABSTRACT
This study aims to describe the potential losses that will be faced by PT. AAA in
2020 along with how to mitigate them. The data used are monthly loss data
experienced by PT. AAA for the period 2012 to 2019. Loss data used is data loss
due to employee internal fraud. The results of this study indicate that the potential
losses that will be experienced by PT. AAA in 2020 amounted to Rp
44.880.958.735,-. In addition, this research formulates risk registers for internal
fraud factors. For the measurement of OpVar, this study uses the Monte Carlo
formula. The use of this formula aims to make operational losses, in this case Fraud
can be clearly described."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Fadhilah Indrawan
"Studi ini menganalisis bagaimana tata kelola risiko dan struktur kepemilikan mempengaruhi perilaku pengambilan risiko bank di negara-negara Asean-5. Sampel penelitian terdiri dari 34 bank dari tahun 2012 hingga 2021, dengan menggunakan metode regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risk governance berdampak negatif dan signifikan terhadap credit risk, dan liquidity risk. Sedangkan, berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap operational risk dan negatif tidak signifikan terhadap insolvency risk. Selanjutnya, ownership structure berdampak negatif dan tidak signifikan terhadap credit risk dan operational risk, namun berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap liquidity risk dan insolvency risk. Selain itu, Bank Size juga terlihat berpengaruh signifikan terhadap credit risk, liquidity risk, operational risk, dan insolvency risk. Maka, regulator maupun perbankan dapat mengoptimalisasi risk governance, terutama mengenai risk committee meetings dengan meningkatkan frekuensi pertemuaan secara periodik.

This study analyzes how risk governance and ownership structure influence bank risk-taking behavior in ASEAN-5 countries. The research sample consists of 34 banks from 2012 to 2021, using the panel data regression method. The results of the study show that risk governance has a negative and significant impact on credit and liquidity risk. Meanwhile, it has a positive and insignificant impact on operational risk and a negative and significant impact on insolvency risk. Furthermore, ownership structure has a negative and insignificant impact on credit and operational risk but a positive and insignificant impact on liquidity and insolvency risk. Additionally, bank size seems to have a significant effect on credit, liquidity, operational, and insolvency risk. Thus, regulators and banks can optimize risk governance, particularly at risk committee meetings, by increasing the frequency of meetings on a periodic basis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Josephine Victoria
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan berlakunya motto ?high risk, high
return? di Indonesia dengan cara melihat hubungan antara standar deviasi dan
imbal hasil, dilanjutkan dengan hubungan antara value at risk dan imbal hasil;
dengan dan tanpa penggunaan ukuran dan rasio book-to-market sebagai variabel
kontrol. Setelah mengimplementasi metode two-step regression dari Fama dan
MacBeth yang dikombinasikan dengan kalkulasi standard errors dari Newey dan
West, terlihat bahwa low volatility anomaly adalah fenomena yang terjadi di
Indonesia selama 2014 dan ?high risk, high return? tidak berlaku di pasar saham
Indonesia. Juga ditemukan bahwa ukuran risiko memang dapat digunakan dalam
perhitungan hasil saham harian.

ABSTRACT
This thesis seeks to prove whether the popular belief of ?high risk, high return? does
apply in Indonesia by investigating the relations between standard deviation and
excess return, followed by value at risk and excess return; with and without the
inclusion of size and book-to-market ratio as control variables. After implementing
Fama and MacBeth?s two-step regression combined with Newey and West?s
standard errors, this thesis presents an evidence that, during 2014, low-volatility
anomaly did occur in Indonesia and that both asymmetric risk measures were
successful to be posing as a gauge to predict Kompas100?s daily stock return the
day after."
2015
S60573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Setiadi
"Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku cash holding melalui pengujian empiris variabel financial-characteristics dan kebijakan manajemen risiko pada perusahaan-perusahaan non-keuangan di Indonesia. Analisis hubungan dan pengaruh hedging sebagai instrumen manajemen risiko terhadap cash holding dilakukan menggunakan empat variasi model estimasi yang melibatkan variabel interaksi. Sebagai sampel digunakan data 127 perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011 - 2015. Dari hasil pengujian model regresi linear berganda penelitian ini menemukan bahwa terdapat tiga variabel financial-characteristicsyang secara signifikan berpengaruh terhadap perilaku cash holding, yaitu net-working capital, cash flow, growth opportunity. Sementara variabel-variabel leverage, profitability, dan capital expenditure tidak berpengaruh signifikan. Variabel makroekonomi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap cash holding adalah suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. Temuan penelitian ini juga memperlihatkan indikaasi bahwa praktik-praktik bisnis yang umum dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia yang tergabung dalam suatu kelompok usaha mempengaruhi perilaku cash holding. Variabel hedging secara individual berpengaruh negatif terhadap cash-holding. Namun, signifikansi pengaruh variabel hedging terhadap cash holding ter-reduksi oleh efek interaksi variabel leverage-hedging.

The objective of this study is to determine the effects of financial-characteristic and risk management policy of the firm on its demand on cash. Analysis of the relation and effect of hedging as risk management instrument on cash holding is conducted using four modified estimated models, involving interaction variables. The hypothesis of corporate cash holding behavior tested using multiple regressions by publicly traded of 127 Indonesian manufacturing companies in the 2011 – 2015 periods. Results of this study suggest that net-working capital, cash flow, growth opportunity variables have significant effects on corporate cash holding, while size of the firm, leverage, profitability, and capital expenditure are not significant. Macroeconomics variables that have significant effects on corporate cash holding are interest rate and growth of gross domestic product. Finding of this study also indicates that common practices of Indonesian companies group of ownerships have impact to the degree of effects of some internal financial variables on corporate cash holding. This study also found that hedging as a risk management instrument has significant effects on corporate demand on cash, but reduces by its interaction-effect with leverage.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Restu Triana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan manajemen risiko terintegrasi dan struktur tata kelola terhadap kinerja perusahaan (ROA dan Tobin’s Q) pada 50 perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2018. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi data panel fixed-effect dan random-effect. Analisis univariat juga dilakukan untuk melihat perbedaan antara hasil observasi perusahaan yang menerapkan manajemen risiko perusahaan terintegrasi dan yang tidak menerapkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan risk committee dan risk assessment frequency yang tinggi dapat meningkatkan ROA perusahaan, sementara tingkat pelaporan komite risiko kepada dewan direksi (RC to BoD) dapat menurunkan ROA. Di sisi lain, risk assessment frequency yang tinggi akan menurunkan nilai Tobin’s Q perusahaan. Hasil analisis univariat menunjukan adanya tanda awal bahwa penerapan manajemen risiko perusahaan yang semakin terintegrasi (ERM advanced) memiliki nilai rata-rata Tobin’s Q yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang belum menerapkan manajemen risiko perusahaan dengan terintegrasi dan signifikan secara statistik. Independensi direksi pada struktur tata kelola perusahaan dapat meningkatkan nilai Tobin’s Q.

This study is conducted to ensure the effect of Enterprise Risk Management (ERM) and corporate governance structure to 50 firm’s performance (ROA and Tobin’s Q) in financial sector that listed on the Indonesia Stock Exchange in 2006-2018. The hypothesis testing is carried out using the panel data fixed-effect and random-effect regression method. Univariate analysis was also conducted to see the differences between the results of observations of companies that implementing high ERM advanced and not. The results shows that companies who have risk committee and high risk assessment frequency have a greater value of ROA and this results are statistically significant, but the greater frequency of reporting from risk committee to directors (RC to BoD) will decrease the firm’s value of ROA In addition, high frequency of risk assessment shows a negative impact on Tobin’s Q. There is an initial indication of the value-relevance of ERM advanced that seen from the results of univariate analysis that shows firms with high ERM advanced have a higher Tobin’s Q on average than companies that have low ERM advanced and the results are statistically significant. In terms of corporate governance structure, the independency of directors shows that companies have a greater market performance (Tobin’s Q).

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kausar Meloza
"Merespon krisis keuangan 2007 hingga 2009 serta berbagai kasus kegagalan manajemen risiko yang menimpa institusi keuangan, regulator dan perusahaan semakin menyadari peran instrumental budaya risiko dalam mendorong efektivitas manajemen risiko di perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir Bank XYZ mengalami peningkatan kerugian signifikan akibat kejadian operasional berkaitan erat dengan aspek budaya risiko. Penelitian ini bertujuan untuk menilai seberapa kuat budaya risiko pada Bank XYZ menggunakan kerangka Sound Risk Culture Indicators FSB. Data diperoleh melalui kuesioner terhadap 44 responden, wawancara terhadap dua pimpinan, serta tinjauan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Bank XYZ telah memiliki indikator budaya risiko yang kuat dengan area perbaikan terdapat pada penetapan aspirasi budaya risiko pimpinan, penyediaan saluran pelaporan produk dan praktik, pemrosesan kejadian signifikan masa lalu secara sistematis sebagai pembelajaran, pelaksanaan penilaian sistematis aspek-aspek budaya risiko, dan penguatan peran dan wewenang fungsi pengendalian dalam keputusan bisnis.

Responding to the 2007 to 2009 financial crisis and various cases of risk management failure, affecting financial institutions, regulators and companies are increasingly aware of the instrumental role of risk culture in encouraging the effectiveness of risk management in financial companies. In recent years, Bank XYZ experienced a significant increase in losses due to operational events which closely related with risk culture aspects. This research uses the FSB’s Sound Risk Culture Indicators framework to assess strength of the risk culture at Bank XYZ. Data was obtained through questionnaires with 44 respondents, interviews with two leaders, as well as document review. The research results show that generally Bank has strong risk culture indicators with improvement areas regarding expression of leadership risk culture aspirations, provision of product and practice reporting channel, processing of significant past event as lesson learnt, risk culture aspects systematic assessment, and enhancement of control function roles and authority in making business decisions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naiborhu, Napoleon
"ABSTRACT
Tesis ini membahas mengenai evaluasi Divisi SPI dan Konsultan Eksternal dalam praktik manajemen risiko yang dilakukan di Divisi Operasi PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok.
Terkait dengan praktik manajemen risiko, perusahaan menggunakan jasa konsultan eksternal untuk membantu pelaksanaan manajemen risiko di lingkungan perusahaan. Namun selepas itu, sampai sekarang SPI belum melakukan evaluasi atas kecukupan manajemen risiko. Fungsi SPI mengalami perubahan dari watchdog menjadi konsultan meskipun belum sekalipun melakukan konsultasi kepada jajaran komisaris. Masih terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki Divisi Penilaian Risiko dalam menjalankan fungsinya. Terkait pengendalian internal, SPI memiliki kendala dalam jumlah personil SPI yang dinilai sangat kurang untuk melaksanakan fungsinya sebagai pengawas jalannya tata kelola. Program whistleblower juga belum digalakkan sebagai salah satu sarana pengendalian internal yang mamadai

ABSTRACT
This thesis amplifies to the evaluation of Internal Audit Division and External Consultant in risk management practices that were carried out in Operational Division of PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok.
Related to the risk management practices, the company had assigned external consultants to assist the implementation of risk management within corporate environment. But until now, Internal Audit Division has not evaluated the adequacy of risk management. Internal Audit Division has changed its role from being a watchdog to be a consultant, although not even once that Internal Audit Division gave consulting activities to the board of commissioners. There are number of deficiencies that still need to be improved by Risk Assessment Division in carrying out its functions. Related to internal control, Internal Audit Division has shortage of personnel onboard to be considered as sufficient to perform monitoring function of governance. Whistleblower program has not encouraged as one way to improve adequacy of internal controls"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T55450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>