Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37686 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukhsma Ayu Qatrinada Lahfani
"Artikel ini membahas tentang pengaruh seorang selebriti sebagai panutan (role model), khususnya bagi komunitas LGBTQ+ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer, dan Plus). Ketika media sosial dan industri hiburan menjadi kian luas, influencer dan selebritas menjadi role model di bidang gaya hidup, masalah sosial, masalah pendidikan, dan pengetahuan terhadap dunia. Oleh karena itu, terpaan media dari seorang influencer atau selebritas sebagai panutan sangat besar, terhadap kepribadian dan gaya hidup pengikutnya sehari-hari. Hal ini pun diyakini berlaku bagi kelompok audiens yang termasuk dalam komunitas LGBTQ+. Studi ini berfokus pada analisis kasus berita seorang influencer asal Amerika Serikat, Jojo Siwa, yang mengungkapkan fakta bahwa dirinya adalah bagian dari komunitas LGBTQ+ (Twersky, 2021). Analisis dilakukan dalam kerangka teori ekologi media yang mengacu pada studi tentang bagaimana media dan proses komunikasi mempengaruhi persepsi, perasaan, emosi, dan nilai manusia (West & Turner, 2007). Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi, tindakan, dan perasaan audiens yang termasuk ke dalam komunitas LGBTQ+ terhadap sosok Jojo Siwa, terutama pasca-pengakuannya kepada publik. Artikel tersebut berpendapat bahwa mengagumi selebriti sebagai panutan dapat menjadi sumber martabat, inspirasi, dan dukungan, terutama bagi komunitas LGBTQ+.

This article discusses the influence of a celebrity as a role model, especially on LGBTQ+ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer, and Plus) identity. As social media and the entertainment industry are becoming more extensive than ever, influencers and celebrities serve as role models in lifestyle, social issues, educational concerns, perceptions, and understanding of the world. The effect of media exposure of an influencer or celebrity as a role model is incredibly huge, affecting the audience's personalities and lifestyle daily. This notion also applies to those who adhere to the LGBTQ+ community. By adopting the media ecology theory--which refers to the study of how media and communication processes affect human perception, feeling, emotion, and value (West & Turner, 2007)--and taking the case of the response of Jojo Siwa's coming out news (Twersky, 2021), this paper studies how the LGBTQ+ community perceives this issue. This article focuses on the community's reactions, acts, and feelings towards the announcement. The study found that admiring celebrities as role models can be sources of dignity, inspiration, and support, particularly for the LGBTQ+ community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yanthi Andhita
"Penelitian ini dilakukan untuk memahami area penelitian khususnya bidang leisure dan tourism. Dikatakan dalam studi ini bahwa suatu fandom selebriti merupakan bentuk baru dari kegiatan leisure. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling dengan program LISREL 8.8. Hasil menguatkan hubungan beberapa hipotesis dalam model yang diajukan. Tingkat keterlibatan selebriti positif berpengaruh pada keakraban dengan destinasi dan keinginan untuk mengunjungi destinasi. Citra dan keakraban dari destinasi juga positif terkait dengan keinginan untuk berkunjung. Hubungan positif antara citra afektif dan kognitif secara empiris mendukung. Namun, bertentangan dengan harapan, hubungan antara keterlibatan selebriti dan citra dari destinasi tidak didukung secara empiris.

This research was conducted to help understand this under-researched area particularly in the field of leisure and tourism. It is argued in this study that the celebrity fandom is a novel form of leisure/tourism activity, which should be understood in relation to other leisure and tourism constructs. Structural Equation Modeling with LISREL 8.8 program has been used to process the data. The results corroborated several hypothesized relationships within the proposed model. The level of celebrity involvement positively affected destination familiarity and visitation intention. Destination images and familiarity were also positively related to visitation intentions. The positive association between affective images and cognitive images was empirically supported as well. However, contrary to the expectation, the posited relationship between celebrity involvement and destination images was not empirically supported."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S44830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu diperlukan seorang perawat yang profesional. Saat ini perawat yang berpendidikan sarjana masih sedikit terutama di daerah. Perawat profesional nantinya akan menjadi contoh peran dimana dia bekerja terutama dalam menjalankan peran utamanya yaitu memberikan asuhan keperawatan.
Untuk itu diperlukan suatu kesiapan dari individu baik secara fisik maupun psikologis Kesiapan psikologis meliputi kognise emosi dan konasi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesiapan psikologis mahasiswa program ners kelas reguler FH UI menjadi role model di rumah sakit. Penelitian ini dilalcukan di FIK-UI dengan responden berjumlah 30 orang. Desain penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan menggunakan kuesionen Hasil dari penelitian didapatkan, secara kognisi 40 % siap, 60% masih ragu-ragu. Secara emosi 20% siap, 60,7% masih ragu-ragu dan 4% tidak siap.
Seeara konasi 36,7% siap, 53,3% masih ragu-ragu dan 10 % tidak siap. Setelah dilakukan perhitungan secam menyelumh, penelitian ini rnenyimpulkan bahwa secara umum mahasiswa FIK UI 40 % siap, 60% ragu-ragu, dan 0% tidak siap. Peneliti memberikan saran yaitu institusi pendidikan perlu terus meningkatkan proses dalam setiap PBM yang bertujuan untuk meningkatkatkan performa dan kepercayaan diri agar siap menjadi seorang role model khususnya peran pemberi asuhan keperawatan, dan para pengajar dan Clinical Instruktur lapangan diharapkan terus konsisten bersikap caring dan profesional karena sikap yang mereka tampilkan akan terinternalisasi oleh peserta didik. Mahasiswa disarankan untuk meningkatkan indeks prestasi akademik, aktif berorganisasi, dan menumbuhkan minat pekerjaan di pelayanan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5462
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jordy Oktobiannobel
"Pendahuluan: Role Model dalam pendidikan kedokteran tidak hanya penting dalam meningkatkan pembelajaran, tetapi juga memengaruhi pilihan tempat tinggal dan karir mahasiswa. Karir mahasiswa kedokteran yang dapat dipilih salah satunya adalah menjadi dokter spesialis. Saat ini 30 provinsi di Indonesia masih kekurangan dokter spesialis dan studi memperlihatkan role model memiliki pengaruh dalam pilihan karir dokter spesialis. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap role model dan pemilihan karir dokter spesialis.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan alat ukur kuesioner yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harun dkk. Instrumen telah melalui tahapan validasi, dimulai dari tahap telaah ahli oleh 6 panel ahli dan wawancara kognitif kepada 10 mahasiswa, Berikutnya dilakukan uji pilot kepada 30 mahasiswa dan analisis faktor yang melibatkan 170 mahasiswa, untuk kemudian dilakukan analisis kuantitatif untuk mengukur atribut persepsi role model yang berpengaruh pada pilihan karir dokter spesialis.
Hasil: Berdasarkan analisis faktor didapatkan 11 indikator persepsi mahasiswa terhadap dosen sebagai role model dan didapatkan seluruh faktor valid dengan faktor loading >0,45 dan reliabel dengan cronbach alpha 0,875. Terdapat 3 indikator persepsi dengan skor tertinggi, yaitu cara mengajarkan materi yang sulit agar dapat dimengerti, keterampilan klinis dan pengetahuan klinis. Hasil uji statistik memperlihatkan hubungan antara memiliki role model dengan keinginan memilih karir dokter spesialis (p value <0,05), terdapat hubungan antara cara dosen menghargai junior/mahasiswa, cara mengajarkan materi yang sulit agar dapat dimengerti dan keterampilan klinis dosen dengan mahasiswa memiliki role model (p value <0,05), serta terdapat hubungan antara cara dosen merespon kebutuhan mahasiswa dan keterampilan klinis dosen dengan keinginan memilih karir dokter spesialis (p value <0,05).
Kesimpulan: Penelitian ini memperlihatkan persepsi mahasiswa dalam mempertimbangkan pemilihan role model menunjukkan indikator keterampilan klinis secara konsisten selalu muncul baik dalam skoring kuesioner, maupun analisis statistik. Penelitian ini juga telah menghasilkan suatu kuesioner yang valid dan reliabel.

Introduction: Role models in medical education are not only important in improving learning, but also influence students' choices of residence and career. One of the careers that medical students can choose is to become a specialist doctor. The current condition of Indonesia is that 30 provinces still lack specialist doctors and several literatures show that role models have an influence on the career choices of specialist doctors. The purpose of this study was to see the relationship between students' perceptions of role models and the choice of specialist doctor careers.
Method: This study used a cross-sectional design with a questionnaire measuring instrument adapted from previous research conducted by Harun et al. which were validated through various stages, starting from expert review by 6 expert panels and cognitive interviews with 10 students. Then a pilot test was conducted on 30 students and factor analysis was conducted involving 170 students, of which the data was then subjected to quantitative analysis to measure the role model perception attributes that influence the career choices of specialist doctors.
Result: Based on factor analysis, 11 indicators of student perceptions towards lecturers as role models were obtained, all factors were valid with loading factors >0.45 and reliable with a Cronbach alpha of 0.875. There were 3 perception indicators with the highest scores, namely how to teach difficult material so that it can be understood, clinical skills and clinical knowledge. The results of statistical tests showed a relationship between having a role model and the desire to choose a specialist doctor career (p value <0.05), there was a relationship between the way lecturers respect juniors/students, how to teach difficult material so that it can be understood and the clinical skills of lecturers with students having role models (p value <0.05), and there was a relationship between the way lecturers respond to student needs and the clinical skills of lecturers with the desire to choose a specialist doctor career (p value <0.05).
Conclusion: This study shows that clinical skills indicators consistently appears, both in questionnaire scoring and statistical analysis, as a factor which relates to students' perceptions in considering a role model. This study has also produced a valid and reliable questionnaire.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alberthiene Endah Kusumawardani
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008
899.221 ALB s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Widya Hartika Monalisa
"Efek dari penggunaan endoser pada konsumen tergantung dari apa yang diinginkan pengguna endoser tersebut. Konsumen memiliki persepsi tersendiri terhadap endoser yang digunakan perusahaan dalam menyampaikan pesan perusahaan. Pada intinya endoser memberikan wawasan baru kepada konsumen tentang produk yang disampaikannya.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif; yang diawali dengan proses pendefinisian terlebih dahulu mengenai sebuah subyek dan peneliti kemudian berupaya untuk menggambarkannya secara tepat. Penelitian deskriptif rnernberikan serangkaian garnbaran yang spesifik dan detail dari sebuah situasi dan keadaan sosial.
Pada iklan Pepsodent versi "SM*SH: 21 Hari Tari dan Sikat Gigi", persepsi khalayak yang merupakan siswa SMP Katolik Permata Bunda Depok timbul sebagai hasil evaluasi dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dari SMASH sebagai bintang iklan tersebut.

The effect of endorser usage to the consumer depends on what the consumer need from endorser. They have their own perception about the endorser that the company choose in delivery their message. The point is endorser gives consumer a new information about the product.
This research is descriptively quantitative research which began with definition process about the subject then describe it precisely. Descriptive research gives specific and detail information from social condition and situation.
On Pepsodent commercial ad "SMASH: 21 days of dance and brushing teeth", public's perception from students of SMP Katolik Permata Bunda Depok came from evaluation results and how they decided to act that may be the advantages or disadvantages and long last from SMASH as the guest star from that commercial ad.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranny Rizky Fitriani
"Penelitian ini ingin meilhat pengaruh pemujaan selebriti, kesempatan bertemu selebriti, serta persepsi kongruensi antara selebriti dan produk terhadap perilaku membeli produk yang di-endorse oleh selebriti tersebut. Dalam penelitian ini, selebriti yang dimaksud adalah grup band Slank. Celebrity attitude scale (Maltby, Houran, Lange, Ashe, & McCutcheon, 2002) digunakan untuk mengukur pemujaan selebriti, kesempatan bertemu selebriti diukur dengan jarak antara domisili partisipan dengan markas grup band Slank, serta persepsi kongruensi antara selebriti dan produk diukur dengan jarak makna semantik antara konsep 'grup band Slank' dan konsep 'produk'.
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 80 partisipan memperlihatkan bahwa tingkat pemujaan selebriti tinggi hanya membuat partisipan membeli lebih banyak pada produk tertentu. Kesempatan bertemu dengan selebriti yang rendah justru membuat partisipan membeli lebih banyak produk yang di-endorse Slank. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa persepsi kongruensi yang tinggi antara konsep grup band Slank dan produk tidak membuat partisipan lebih membeli produk tersebut. Partisipan mempersepsikan kongruensi antara konsep grup band Slank dan produk yang di-endorse Slank secara lebih tinggi dibandingkan ketika mempersepsikan kongruensi antara konsep grup band Slank dan produk sejenis yang tidak di-endorse Slank.

The aim of this present study was to examine the influence of celebrity worship level, opportunity to meet celebrity, and perception of congruence between celebrity and product toward purchasing behavior on product endorsed by celebrity. The celebrity intended in this study is Slank. Celebrity attitude scale (Maltby, Houran, Lange, Ashe, & McCutcheon, 2002) was used to measure celebrity worship, the opportunity to meet celebrity was measured by counting the distance between participant's domicilies and Slank's fanbase, and the perception of congruence between celebrity and product was measured using semantic meaning distance between 'Slank band' concept and 'product' concept.
The result from 80 participants shows that the level of celebrity worship only makes the participants to purchase more in certain products. In contrary, low opportunity to meet celebrity makes the participants to purchase more on products endorsed by Slank. Result from this study also shows that the high perception of congruence between Slank band and product does not make participants buy that product. Participant perceive higher in congruency between concept of Slank band and products endorsed by them, compare to congruency between concept of Slank band and other similar products not endorsed by them."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
659.1 RAN p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dheandra Khafifa
"Dalam memenuhi kebutuhan emosional yang salah satunya berupa cinta, manusia memiliki berbagai cara untuk mengekspresikannya, termasuk melalui media sosial. Media sosial saat ini bukan hanya sebagai media penyebaran informasi, namun juga sebagai media untuk memamerkan kemesraan di hadapan publik. Di tengah beragamnya alternatif pemilihan media yang ada, setiap individu memiliki motivasi tertentu yang menjadi alasan mereka dalam memilih media guna mencapai tujuan tertentu, salah satunya untuk menunjukkan ekspresi cinta. Melalui Teori Penggunaan dan Kepuasan, dalam tulisan akan membahas motivasi individu, dalam hal ini Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, sebagai Selebriti Indonesia yang disebut powerful couple dalam dunia show business (showbiz), yang kerap menggunakan akun media sosial Instagram guna memamerkan kemesraan sehingga termasuk ke dalam aktivitas public display of affection (PDA) sebagai bentuk ekspresi cinta di antara keduanya. Dengan menghimpun data melalui studi pustaka dan pengamatan pada media sosial Instagram @raffinagita1717, terlihat bahwa 62 juta pengikut di dalamnya merupakan aset yang harus dijaga sehingga diperlukan aktivitas untuk menunjukkan keterlibatan dengan audiens guna mencapai tujuan tertentu. Kemudian, ekspresi cinta di antara keduanya memenuhi 5 (lima) bahasa cinta dan 3 (tiga) komponen cinta berdasarkan teori segitiga cinta yang membuat setiap konten yang diunggahnya mampu meraih jutaan penyuka dan komentar.

In fulfilling emotional needs, one of which is love, every human being has various ways to express it, including through social media. Social media today is not only a medium for disseminating information, but also as a medium to show off intimacy in public. In the midst of the variety of alternative media choices available, each individual has a variety of motivations that become their reasons for choosing media to achieve certain goals, one of which is to show an expression of love. Through Uses and Gratification Theory, this paper will discuss individual motivations, in this case Raffi Ahmad and Nagita Slavina, as Indonesian celebrities who called powerful couples in show business (showbiz) who often uses social media Instagram to show off their intimacy, so these activities called as public display of affection (PDA) as a form of expression of love between the two. By collecting data through literature studies and observations on social media Instagram @raffinagita1717, it is seen that the 62 million followers in it are an asset that must be maintained so that activities are needed to show engagement with the audience in order to achieve certain goals. Then, the expression of love between the two fulfills 5 (five) love languages and 3 (three) components of love based on the triangular theory of love, which makes every content uploaded able to reach millions of likes and comments."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riviana Dwi Agustina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Ruang-ruang interaksi di internet memungkinkan terbentuknya relasi-relasi baru termasuk salah satunya adalah praktik hubungan romantis yang disebut sebagai cyberlove. Praktik cyberlove juga terjadi dalam permainan Role-Play, yaitu permainan peran yang dilakukan oleh penggemar selebriti pop Korea di ruang-ruang interaksi maya. Merujuk pada Ben Ze ev 2004, praktik cyberlove merupakan hubungan romantis yang dijalani melalui komunikasi online. Tulisan ini mengeksplorasi wilayah perbatasan antara dunia yang dianggap nyata dengan dunia yang dianggap maya dalam konteks cyberlove dalam permainan Role-Play melalui medium avatar selebriti Korea.
Berdasarkan hasil penelitian ini cyberlove dalam permainan Role-Play merupakan bentuk praktik bermedia dimana terdapat hubungan dialektis dan dialogis antara pasangan pemain Role-Play sebagai audiences dan producer. Berbeda dengan praktik bermedia kelompok penggemar lainnya, dalam praktik ini terdapat ekspresi dan pengalaman romantis baik pengalaman online dan offline. Penelitian ini juga menemukan empat aspek yang memungkinkan pemain Role-Play memutuskan untuk menjalani hubungan romantis di permainan Role-Play, yaitu 1 Permainan Role-Play sebagai ruang eksplorasi imajinasi pengalaman romantis; 2 Medium yang memungkinkan terjadinya interaksi; 3 Ketersediaan medium dalam permainan Role-Play untuk mencari pasangan; 4 Anonimitas yang memungkinkan pemain melindungi privasi diri, tetapi juga memungkinkan pemain mengeksplorasi pengalaman-pengalaman baru yang tidak mungkin dilakukan di dunia nyata.

The interaction spaces on the internet allow for the establishment of new relationships including the practice of romantic relationships called cyberlove. Cyberlove practice also occurs in Role Playing Games, which are the activity of Role Playing performed by Korean pop celebrity fans in virtual interaction spaces. Referring to Ben Ze 39 ev 2004, the practice of cyberlove is a romantic relationship consisting mainly of computer mediated communication. This paper explores the boundary between the real world and the virtual world in the context of cyberlove in the Role Playing Games through the use of Korean celebrity avatar.
Based on the results of this study cyberlove in the Role Playing Games is a form of media practices where there is a dialectical and dialogical relationship between Role Players partners as audiences and producers. In contrast to other mediated fan practices, in this practice, there are romantic expressions and experiences both online and offline experiences. The study also found four aspects that allow Role Players to choose to have romantic relationships in Role Playing Games, namely 1 Role Playing Games as an exploration space of imagination regarding romantic experience 2 Role Playing Games as a medium that enables interactions 3 Availability of medium in Role Playing Games to search for spouse 4 Anonymity that allows players to protect personal privacy, but also allows players to explore new experiences that are not possible in the real world.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfida Hanum
"

Perilaku menggemari selebritas disebut dengan celebrity worship, yang tergambarkan melalui perilaku mulai dari mendiskusikan selebritas bersama teman hingga memuja selebritas ke tahap yang lebih ekstrem. Celebrity worship ditandai dengan adanya keterlibatan emosional antara penggemar dengan selebritas. Namun, ikatan dan paparan pada selebritas secara terus menerus dapat menimbulkan kecenderungan penggemarnya untuk melakukan perbandingan diri. Perbandingan diri tersebut dapat memicu ketidakpuasan pada citra tubuh yang kemudian dapat mengarah pada perilaku makan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran Body Image Dissatisfaction (BID) sebagai mediator hubungan antara celebrity worship dengan perilaku makan terganggu pada sampel penggemar K-Pop usia emerging adulthood (18-25 tahun). Hasil penelitian pada penggemar K-Pop (N = 219) menggunakan Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) menunjukkan bahwa terdapat indirect effect yang signifikan antara celebrity worship dan perilaku makan terganggu melalui BID (𝛽 = .07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa BID memediasi hubungan antara celebrity worship dan  perilaku makan terganggu. Temuan ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi celebrity worship pada penggemar K-Pop, maka semakin tinggi pula BID yang dirasakan, hingga meningkatkan perilaku makan terganggu pada penggemar K-Pop. 


Celebrity worship is a form of idolizing celebrities that ranges from discussing celebrity with friends to worshiping celebrities to a more extreme level. Celebrity worship is referred to as a one-sided emotional attachment to a celebrity. However, continuous exposure to celebrities could lead to a tendency for fans to do self-comparisons that trigger dissatisfaction with body image and further become disordered eating behavior. This study aims to see whether Body Image Dissatisfaction (BID) mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior among emerging adulthood (18-25 years of age) K-Pop fans. The results of this study (N = 219) using Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) showed that there was a significant indirect effect between celebrity worship and disordered eating behavior through BID (𝛽 = . 07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). The results of this study proved that BID mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior. This finding implies that the higher the celebrity worship of K-Pop fans, the higher the perceived BID, which then increases the tendency of disordered eating behavior among K-Pop fans.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>