Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asti Shafira
"Hiperkolesterolemia merupakan salah satu prediktor kuat berbagai penyait jantung yang merupakan penyebab utama kematian di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan berbagai faktor yang berkaitan dengan kejadian hiperkolesterolemia pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Pasar Minggu pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 126 responden menggunakan consecutive sampling. Variabel penelitian yang diteliti adalah kejadian hiperkolesterolemia, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus, riwayat DM keluarga, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, tingkat stress, persen lemak tubuh dan asupan lemak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kejadian hiperkolesterolemia pada penderita DM adalah 56,3% dengan 37,1% pada pria dan 63,7% pada wanita. Dari seluruh variabel independent yang diteliti, perbedaan yang bermakna dengan hasil uji chi square terdapat pada variabel jenis kelamin (OR = 2,947; CI = 1,326-6,672), riwayat keluarga (OR = 0,443; CI = 0,209-0,895) dan kebiasaan merokok (OR = 1,233; CI = 0,990-11,898). Sementara itu, tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian hiperkolesterolemia berdasarkan lama menderita DM, aktivitas fisik, tingkat stress, antropometri dan asupan lemak karena p > 0,05. Untuk menyimpukan, terdapat perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin, riwayat DM keluarga dan kebiasaan merokok dengan kejadian hiperkolesterolemia, dengan peningkatan risiko hiperkolesterolemia sejalan dengan jenis kelamin perempuan, adanya riwayat DM keluarga dan kebiasaan aktif merokok

Hypercholesterolemia is the leading predictor of various cardiac disease (CVD) which is the leading cause of death in the world. This study aims to determine whether there are any differences the incidence of hypercholesterolemia based on factors related to it in people with diabetes mellitus at Pasar Minggu Primary Health Care in 2018. This study used a cross-sectional method with a sample size of 126 respondents using consecutive sampling. Research variables studied were incidence of hypercholesterolemia, sex, duration of diabetes mellitus, family history of diabetes mellitus, smoking habit, physical activity, stress level, body fat percentage and fat intake. The results of this study showed that the prevalence of hypercholesterolemia incidence in DM patients was 56.3% with 37.1% in men and 63.7% in women. Of all independent variables studied, significant differences with statistical analysis were in sex (OR = 2.947, p = 0.009), family history (OR = 0.443, p = 0.018) and smoking habits (OR = 1,233; p = 0.038). Meanwhile, there was no significant the incidence of hypercholesterolemia differences based on duration of diabetes mellitus, physical activity, stress level, anthropometry and fat intake due to p > 0.05. To conclude, there were significant differences in sex, family history of diabetes mellitus and smoking habits with hypercholesterolaemia incidence, with an increased risk of hypercholesterolemia in line with female sex, family history of DM and active smoking habits."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astiti Dwi Arumbakti
"Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dengan prevalensi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Aterosklerosis merupakan penyebab utama dari penyakit kardiovaskular, dapat dideteksi dini dengan pemeriksaan ultrasonografi ketebalan intima-media KIM karotis. Salah satu faktor risiko aterosklerosis yang dapat dimodifikasi adalah dislipidemia, dapat dipengaruhi dari asupan makanan antara lain diet tinggi fruktosa. Fruktosa selain dalam bentuk alami juga banyak digunakan secara komersial sebagai pemanis makanan/minuman. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui korelasi asupan fruktosa dengan KIM karotis pada laki-laki hiperkolesterolemia usia 19 ??49 tahun. Dari 47 subjek yang merupakan karyawan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, didapatkan nilai tengah usia subjek 41 33 ??45 tahun. Sebanyak 57,4 subjek memiliki kadar low density lipoprotein LDL tinggi dan sangat tinggi, 29,8 kadar high density lipoprotein HDL rendah dan 27,6 kadar trigliserida tinggi dan sangat tinggi. Sebagian besar subjek memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik normal. Sebanyak 72,3 subjek tergolong obesitas dan 66,0 tergolong obesitas sentral. Sebagian besar subjek merupakan perokok ringan dan sebanyak 48,9 subjek beraktivitas ringan. Pada pemeriksaan KIM karotis didapatkan nilai tengah 1 0,8 ??1,4 mm dengan 63,8 subjek terdapat penebalan. Nilai tengah asupan energi total 1209 1020 ??1645 kkal/hari, asupan karbohidrat, protein, lemak sebagian besar tergolong cukup, asupan serat 100 tergolong kurang dan rerata asupan fruktosa 31,97 ? 15,48 gram/hari. Hasil analisis bivariat tidak terdapat korelasi antara asupan fruktosa dengan KIM karotis namun terdapat korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dan asupan lemak dengan KIM karotis. Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa asupan lemak mempunyai hubungan bermakna dengan KIM karotis.

Cardiovascular disease is the number one cause of death worldwide with an increasing prevelance annually. Atherosclerosis is the main cause of cardiovascular disease that is detectable early by ultrasound examination of the intima media thickness IMT of the carotid artery. One of the modifiable risk factors for developing atherosclerosis is dyslipidemia, that can be affected by food intake among them is high fructose diet. Apart from naturally occurring, fructose is largely used commercially as food beverage sweetener. This cross sectional study was conducted to investigate the correlation between fructose intake and IMT in male subjects with hypercholesterolemia aged 19 49 years old. Of 47 subjects who are Harapan Kita National Cardiovascular Center Hospital s employee, median age was 41 33 45 years old. In 57.4 subjects, low density lipoprotein LDL was found high and very high, 29.8 subjects have low high density lipoprotein HDL levels, and 27.6 subjects have high and very high triglycerides levels. Most subjects have normal systolic and diastolic blood pressure. Around 72.3 subjects were classified as obesity and 66.0 were classified as having central obesity. Majority of subjects were light smoker and 49.8 of them performed light activity. In carotid IMT examination, median of 1 0.8 1.4 mm was found with 63.8 subjects developed thickness. Median total energy intake was 1209 1020 1645 Kcal day, mostly with adequate carbohydrate, protein, and fat, fiber intake was inadequate in 100 subjects, and mean fructose intake of 31,97 15,48 gram day. Bivariate analysis did not demonstrate any correlation between fructose intake and carotid IMT however there was positive correlation between waist circumference and fat intake with carotid IMT. Multivariate analysis showed that fat intake has a significant correlation with carotid IMT."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikawati
"Penelitian uji klinis paralel, tertutup tunggal, alokasi acak, untuk membandingkan kadar malondialdehida usila 260 tahtm dcngan hiperkolestcrolcmia yang mendapatkan kombinasi suplementasi vitamin E 400 IU dan vitamin C 500 mg, masing-masing sebutir sehari selama 45 hari dengan kelompok yang mendapat vitamin E 400 IU dan plasebo.Terdapat 42 subyek penelitian yang herasal dari Yayasan Kebagusan, Yayasan Yasni, dan Yayasan Yakin, Pasar Minggu Jakarta Selatan yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing benjurnlah 21 orang. Data yang diambil adalah : data demografi, antropometri, data asupan makanan pada minggu pertama, ketiga dan ketujuh, kadar kolesterol LDL dan MDA plasma sebclum dan sesudah perlakuan. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-tidak berpasangan bila distribusi normal dan uji Mann-whitney bila distrihusi tidak nom1aI dcngan tingkat kernaknaan p<0.05.
Sebanyak 20 subyek penelitian dari masing-masing kelompok yang dapat mengikuti penelitian sampai selesai. Sebeltun perlakuan, nilai median kadar kolesterol LDL kelompok vitamin E+plasebo dan vitamin E4-C masing- masing adalah l46.50(l30-190) mg/dL dan l46.50(l3l-196) mg/dL. Setelah 45 hari perlakuan, rerata kadar kolesterol LDL kelompok vitamin E+plasebo (151.9:l:22.l mg/dl.) meningkat sedangkan kelompok vitamin E+C (l46.8:b28.2l mg/dL) menurun. Sebelum perlakuan, nilai median kadar MDA plasma kelompok vitamin E+plasebo dan rerata kadar MDA plasma kelompok vitamin E-+C masing-musing adalah 2.63(l .92-4.42) nmol/mL dan 3.03=h0.62 nmol/mL. Setelah 45 hari perlakuan rerata kadar MDA plasma kedua kelompok mcnurun menjadi 2.30:h0.67 nmol/mL (p<0.0l) pada kelompok vitamin E+plasebo dan 2.88i:0.88 mnol/mL (p=0.36) untuk kelompok vitamin E+C. Penurunan kadar MDA plasma kelompok vitamin E+plaseb0 lebih besar (-0.5=\=0.55 nmol/mL) daripada kclompok vitamin E+C (-0.28(1.3l-1.63) nmol/mL), tetapi dengan uji statistik terhadap kedua nilai tersebut, tidak berbeda berma.kna(p=0.09). Pemberian kombinasi vitamin E dan vitamin C pada usila dengan hiperkolesterolemia tidak dapat menurunkan kadar MDA plasma lebih besar dibandingkan dcngan hanya pemberian vitamin E. Usia lanjut, hipcrkolcstcrolcmia, vitamin E, vitamin C, malondiaidehida.

The eH'ect of combined supplementation of vitamin E and C on plasma Malondyaldehyde level elderly with hypercholesterolemic. To know the effect of combined supplementation of vitamin E and C in lipid peroxidation in hypercholesterolemic elderly. This parallel, single blind, randomization clinical trial purpose was to compare plasma malondyaldehyde level in hypercholesterolemic elderly aged more than 60 years old. Forty two people Hom Yayasan Kebagusan, Yayasan Yasni and Yayasan Yakin, Pasar Minggu, South Jakarta which participated the study, were divided into two groups. Twenty one elderly were supplemented with 400 IU vitamin E and 500 mg vitamin C for 45 consecutive days, while the other group was supplemented with 400 IU vitamin E and placebo. The data of demographic, anthropometrics, food intake in the first, third and seventh weeks, plasma LDL and MDA levels before and aller period were taken. Statistical analyzes was perfonned by SPSS 11.5.
Twenty people for each group had followed the study until the end of period. Before study, LDL cholesterol median for vitamin E + placebo group and vitamin E+C group were l46.SO(I30-190) mg/dL and l46.50{l30»l90) mg/dL respectively. After 45 of days treatment, there was an increase in mean LDL cholesterol in vitamin E + placebo group l5l.9:l:22.l mg/dl, while in vitamin E+C group was decreased to l46.8i28.2I mg/dL. Before study, plasma MDA level in vitamin E -I- placebo group and vitamin E+C group were 2.63(l .92-4.42) and 3.03i0.62 nmol/mL, respectively. Alter 45 days, mean MDA plasma in vitamin E + placebo group was 2.30-£0.67 nmol/mL (p<0.0l) and was 2.88:t0.88 nmol/mL (p=0.36) in vitamin E+C group. The decreased on plasma MDA levels in vitamin Er*-placebo group was higher (-0510.55 nmol/mL) than vitamin E+C (-0.28(l.31-1.63) nmol/mL), but statistical test showed not significant different between both group (p=0.09). Combined supplementation vitamin E and vitamin C in hypercholesterolemic elderly eouldnot decrease plasma MDA higher than supplementation of vitamin E alone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T33930
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leonita Suci Mulyati
"Angka prevalensi hipertensi terus meningkat di dunia. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 34,1%. Salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dirubah adalah hiperkolesterol. Hasil skrining
pemeriksaan kesehatan para pekerja di Bandara Soekarno Hatta menunjukkan angka kasus hiperkolesterol yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar asosiasi antara hiperkolesterol dengan kejadian hipertensi derajat 1 pada pekerja di Bandara Soekarno Hatta. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional
dari data sekunder kegiatan Posbindu PTM Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno Hatta tahun 2017. Subyek penelitian adalah pekerja di instansi pemerintah dan BUMN di wilayah Bandara Soekarno Hatta yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Posbindu PTM pada tahun 2017 yaitu sebanyak 411 orang. Penelitian ini menggunakan analisis multivariat cox regression dan besar pengaruh dinyatakan dalam prevalensi rasio (PR). Hasil menunjukkan bahwa prevalensi kejadian hipertensi derajat 1 pada pekerja yang hiperkolesterol sebesar 28,4%. Kadar kolesterol tinggi berisiko sebesar 1,19 (95% CI: 0,73-1,96) untuk dapat mengalami hipertensi derajat 1. Mengoptimalkan kegiatan Posbindu PTM di tempat kerja diharapkan dapat mengendalikan hiperkolesterol dan hipertensi.

The prevalence of hypertension continues to increase in the world. Based on Riskesdas 2018, the prevalence of hypertension in Indonesia is quite high at 34,1%. One of the risk factor for hypertension that can be changed is hypercholesterolemia. The results of health examinations screening of employees at Soekarno Hatta Airport in 2017 showed a high rate of hypercholesterolemia. The purpose of this study was to determine the magnitude of the association between hypercholesterolemia and the incidence of first stage hypertension in employees at Soekarno Hatta Airport. This study used a cross sectional design from secondary data on Posbindu PTM activities in the Soekarno Hatta Port Health Office in 2017. The research subjects were employees in government agencies and BUMN at Soekarno Hatta Airport who conducted health checks at Posbindu PTM in 2017, totaling 411 people. This study uses multivariate cox regression analysis and the magnitude of the effect was expressed in the prevalence ratio (PR). The results showed that the prevalence of stage 1 hypertension in employees with hypercholesterolemia was 28,4%. High cholesterol levels have a risk of 1,19 (95% CI: 0,73-1,96) to cause stage 1 hypertension. Optimizing Posbindu PTM activities in the workplace is expected to control hypercholesterolemia and hypertension"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Keisha Narendriana Marinka
"Daun keji beling merupakan salah satu tanaman herbal yang bermanfaat sebagai antihiperkolesterolemia, dimana dalam ekstraknya mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Pada penelitian ini, ekstrak didapatkan dengan metode ekstraksi UAEATPE (Ultrasound-Assisted Enzymatic Aqueos Two Phase Extraction). Proses pra-perlakuan dilakukan dengan hidrolisis enzimatik menggunakan enzim selulase. Proses ekstraksi dilakukan dengan sistem ATPS etanol-garam ammonium sulfat, dimana konsentrasi masing-masing adalah 33% w/w dan 14% w/w. Proses ekstraksi menghasilkan yield ekstrak rata-rata sebesar 59%. Nilai TPC (Total Phenolic Content) dan TFC (Total Flavonoid Content) pada crude ekstrak dianalisis menggunakan spektrofotmetri UV-Vis, dengan panjang gelombang masing-masing 765 nm dan 434 nm. Masing-masing nilai TPC pada fasa atas dan fasa bawah didapatkan sebesar 4,15 mg GAE/g sampel dan 1,08 mg GAE/g sampel. Sedangkan nilai TFC yang diperoleh adalah 1,88 mg QE/g sampel pada fasa atas; serta 0,29 mg QE/g sampel pada fasa bawah. Nilai perolehan (R) dan koefisien partisi (K) yang diperoleh yaitu sebesar 79,29% dan 2,22 untuk fenolik; serta 86,66% dan 3,78 untuk flavonoid, dimana semakin besar nilai koefisien partisi, semakin baik pemisahan yang terjadi. Hasil analisis Gas Chromatography dan Mass Spectrometry (GC-MS) dari ekstrak etanol daun keji beling yang memiliki aktivitas anti-hiperkolesterolemia adalah 1-Docosanol.

Keji beling leaves are one of the herbal plant that has benefit as an anti-hypercholesterolemia, in which the leave’s extract contain a phenolic and flavonoid compound. In this study, extract were obtained by extraction using the UAEATPE (Ultrasound-Assisted Enzymatic Aqueous Two Phase Extraction) method. Pre-treatment process was done with hydrolysis enzymatic using enzyme cellulose. Extraction process were done with ethanol-ammonium sulfate salt ATPS system, where the concentrations were 33% w/w and 14% w/w, respectively. The result from extraction process are an average yield extract of 59%. The TPC and TFC values in crude extract were analyzed using UV-Vis spectrophotometry, with a wavelength of 765 nm 434 nm, respectively. Each TPC values on the top and bottom phases obtained were 4.15 mg GAE/g sample and 1.08mg GAE/g sample. Meanwhile, the TFC values obtained were 1.88mg QE/g sample for top phase; and 0.29 mg QE/g sample for bottom phase. The recovery value and partition coefficients values are 79.29% and 2.22 for phenolic; and 86.66% and 3.78 for flavonoid, respectively. In which indicate the bigger the partition coefficients values, the better the separation occurred. The analysis result of ethanol extract of keji beling leaves with Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS) which has anti-hypercholesterolemia activity is 1-Docosanol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Salim
"Kurangnya pemahaman mengenai makanan sehat dan gaya hidup saat ini telah menjadi faktor yang mengarah pada penyakit metabolik, seperti hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko aterosklerosis dan sering disebabkan oleh asupan makanan, terutama konsumsi tinggi lemak dan asam lemak jenuh saturated fatty acids, SFA sedangkan asam lemak tidak jenuh tunggal monounsaturated fatty acid, MUFA dan asam lemak tidak jenuh jamak polyunsaturated fatty acid, PUFA diketahui memiliki korelasi negatif terhadap risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mencari hubungan antara asupan asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan kadar kolesterol LDL dan apolipoprotein B apoB darah pada karyawan laki-laki hiperkolesterolemia berusia 19-49 tahun. Penelitian ini diikuti oleh 52 subjek, pengumpulan data asupan makanan menggunakan metode food recall 24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire SQFFQ , pemeriksaan antropometri untuk mendapatkan indeks massa tubuh IMT dan lingkar pinggang, dan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar kolesterol LDL dan apoB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kolesterol LDL memiliki korelasi yang bermakna dengan asupan SFA tetapi tidak dengan asupan lemak total, MUFA, dan PUFA. Kadar apoB memiliki korelasi yang bermakna dengan kadar kolesterol LDL tetapi tidak dengan asupan lemak total, SFA, MUFA, dan PUFA.

Lack of understanding about healthy food and today lifestyle have been issues towards metabolic diseases, such as hypercholesterolemia. Hypercholesterolemia is one of the risk factors in atherosclerosis and often caused by dietary intake, especially consumption of high fat and high saturated fatty acids SFA while monounsaturated fatty acids MUFA and polyunsaturated fatty acids PUFA intake are known inversely correlated with cardiovascular disease CVD risks. This cross sectional study was aimed to determine the correlation between saturated and unsaturated fatty acids intake with serum low density lipoprotein cholesterol LDL C and apolipoprotein B apoB levels in hypercholesterolemic male employees aged 19 to 49 years. The study was conducted using 52 subjects, data collection of food intake using 24 hour food recall and semi quantitative food frequency questionnaire SQFFQ , anthropometric measurements for body mass index BMI and waist circumference WC , and blood examination for serum LDL C and apoB levels. The result of this study showed that LDL C levels was correlated with SFA intake but not with total fat, MUFA and PUFA intake. ApoB levels was correlated with LDL C levels but not with total fat, SFA, MUFA and PUFA intake."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovila Putri Salsabila
"Obesitas dan Diabetes Melitus merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Diabetisi yang obesitas cenderung memiliki kontrol glikemik, gula darah, dan tekanan dari yang lebih buruk. Obesitas pada diabetisi berisiko untuk mengalami komplikasi lebih lanjut dari penyakit serta penyakit kardiovaskular lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas berdasarkan faktor gaya hidup, asupan dan konsumsi, kepatuhan diet, pengetahuan, lama menderita diabetes melitus, serta karakteristik individu pada diabetisi di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 119 orang. Pengukuran asupan dilakukan menggunakan SFFQ, aktivitas fisik menggunakan GPAQ, dan variabel lain menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58 diabetisi mengalami obesitas IMT ge;25 kg/m2. Hasil yang bermakna pvalue < 0,05 ditemukan pada aktivitas fisik, asupan energi, asupan karbohidrat, kepatuhan diet, dan lama menderita diabetes melitus. Edukasi oleh pihak puskesmas penting dilakukan untuk mengurasi obesitas serta mencegah komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular dari diabetes melitus.

Obesity and Type 2 Diabetes Mellitus are two components that related each other. Diabetic patients are more risk to have poor glycemic control, high blood glucose, and high blood pressure. Obesity among adult with type 2 diabetes heightens the risk of other comorbid diseases and cardiovascular disease.
The aim of this study was to determine the differences of Obesity based on life style, intake and consumption, adherence to diet, health and nutrition knowledges, duration of diabetes mellitus, and individual characteristics in diabetic in District Health Clinics Pasar Minggu South Jakarta.
This study was conducted by using a cross sectional design study and purposive sampling technique, were collected from 119 subjects. Food intake was assessed with Semi Food Frequency Questionnaire, Physical Activity with Global Physical Activity Questionnaire, and other variabel with questionnaire.
The result showed proportion of obesity among adult with type 2 diabetes was 58 BMI ge 25 kg m2. This research also showed that physical activity, energy intake, carbohydrate intake, adherence to diet, and duration of diabetes mellitus were significantly associated with obesity in diabetics pvalue 0,05. Health education is important for diabetic patients to reduce obesity and prevent microvascular and macrovascular complications of diabetes melitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ledya Octaviani
"Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah akibat kelainan pada sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Tingginya kadar glukosa darah pada penderita diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan pada beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, jantung, saraf, dan pembuluh darah. Kadar glukosa darah pada penderita diabetes dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti asupan, aktivitas fisik, dan lainlain.
Skripsi ini bertujuan untuk melihat perbedaan proporsi kadar glukosa darah pada penderita diabetes berdasarkan aktivitas fisik dan faktor lainnya. Penelitian ini dilakukan pada penderita diabetes di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu pada bulan April 2018. Desain penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 110 orang. Kadar glukosa darah diketahui melalui catatan medik responden, aktivitas fisik dan asupan diketahui melalui kuesioner aktivitas fisik GPAQ dan Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire SFFQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,3 penderita diabetes memiliki kadar glukosa darah terkontrol. Uji chi-square menyatakan bahwa variabel aktivitas fisik, kepatuhan minum obat, asupan serat, durasi penyakit, dan stres memiliki perbedaan bermakna dengan kadar glukosa darah. Untuk meningkatkan angka kadar glukosa darah terkontrol pada penderita diabetes, disarankan untuk diberikan edukasi mengenai aktivitas fisik, kepatuhan minum obat, asupan serat, dan manajemen terhadap stres apabila diperlukan kepada penderita diabetes.

Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by high blood glucose levels due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both. High blood levels in diabetics are associated with long term damage, dysfunction, and failure of some organs, especially the eyes, kidneys, heart, nerves, and blood vessels. Blood glucose levels of diabetics can be influenced by various factors such as intake, physical activity, and others.
This study aims to see the differences proportion of blood glucose levels in diabetics based on physical activity and other factors. The study was conducted on diabetics at Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu on April 2018. The design of this study is cross sectional with a total sample of 110 people. Blood glucose levels are known through the medical records of respondents, physical activity and intake are known through physical activity questionnaires GPAQ and Semi quantitative Food Frequency Questionnaire SFFQ.
The results showed that 57.3 of diabetics had controlled blood glucose levels. Chisquare test showed that physical activity, medication adherence, fiber intake, duration of disease, and stress have significant differences with blood glucose levels. To increase the rate of controlled blood glucose in diabetics, it is recommended to be educated about physical activity, fiber intake, and management of stress if necessary in diabetics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Youvita Indamaika
"Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire (SFFQ).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semiquantitative food frequency questionnaire) SFFQ form.
The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Tabitha
"DM merupakan masalah kesehatan di Indonesia maupun di dunia, terlihat dari jumlah penderita yang terus meningkat setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM di Puskesmas Kebon Baru, Jakarta Selatan pada tahun 2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross sectional dengan menganalisis data sekunder data laporan bulanan Penyakit Tidak Menular Puskesmas Kebon Baru tahun 2020. Data dikumpulkan pada tahun 2020 dan analisis dilakukan pada tahun 2021. Prevalensi DM di Puskesmas Kebon Baru pada tahun 2020 adalah sebesar 16,5% dengan rata-rata kadar gula darah sebesar 153 mg/dL. Variabel yang terbukti memiliki hubungan dengan kejadian DM adalah variabel usia dengan p value 0,001 (OR 3,15; 95% CI 1,56-6,36) dan variabel riwayat penyakit DM dengan p value 0,00 (OR 5,3; 95% CI 2,74-10,37). Pasien yang berobat ke Puskesmas pada usia mulai dari 45 tahun ke atas memiliki risiko 3,15
kali untuk menderita DM dibanding yang berada di kelompok usia dibawah 45 tahun.
Pasien yang berobat ke puskesmas dan memiliki anggota keluarga menderita DM memiliki risiko 5,33 kali untuk menderita DM dibanding yang tidak.

DM is a health problem encountered in Indonesia as well as in the world, it can be seen from the number of sufferers that continues to increase every year. This study used a quantitative approach with cross sectional design by analyzing the secondary data of the monthly report of Non-Communicable Diseases at Kebon Baru PHC in 2020. These data were collected in 2020 and analyzed in 2021. The prevalence of DM at Kebon Baru PHC in 2020 was 16.5% with the average blood sugar level of 153 mg/dL. The variables that were proven to have a relationship with the incidence of DM were the variable age with a p value of 0.001 (OR 3.15; 95% CI 1.56-6.36) and the variable history DM with a p
value of 0.00 (OR 5.3; 95% CI 2.74-10.37). Patients who go to Kebon Baru PHC at the age ranging from 45 years and over have a 3.15 times risk of suffering from DM than those in the age group under 45 years. In addition, patients who go to the Kebon Baru PHC and have family members suffering from DM have a risk of 5.33 times to suffer from DM than those who do not.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>