Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ilmida Rizka Muthmainah
"Artikel ini menjelaskan meme dan video di TikTok, sebuah platform jejaring sosial menjadi mekanisme koping pengguna media sosial yang mengidap gangguan penggunaan zat. Setiap tahun, lebih dari 20 juta orang Amerika memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan penggunaan zat atau substance use disorder (SUD). Secara linier, hanya 10% dari orang-orang yang mengalami SUD yang mendapatkan perawatan. Secara garis besar, lebih dari 22 juta orang Amerika telah mengatasi masalah alkohol atau narkoba sebelumnya, sebagian besar dari mereka melakukannya tanpa menggunakan pengobatan kecanduan yang resmi, misalnya dengan mendapatkan dukungan dari anggota keluarga, kelompok pendukung, atau bahkan dengan memanfaatkan media sosial. Dengan menerapkan teori pertukaran sosial George Homan dan melihat peningkatan popularitas pengguna TikTok dan Instagram yang secara khusus menggunakan akun mereka sebagai ekspresi dari pemulihan SUD mereka di masa lalu, artikel ini menyelidiki dampak yang diberikan oleh konten penyintas SUD terhadap publik.

This article explains how to make memes and movies on TikTok, a social networking platform, as a coping mechanism for social media users who suffer from substance use disorder. Every year, over 20 million Americans fulfil the diagnostic criteria for a substance use disorder (SUD). Likewise, only 10% of these people obtain treatment. Over 22 million Americans have overcome previous alcohol or drug issues; the vast majority did so without seeking official addiction treatment, for example, by gaining support from family members, support groups, or even by utilising social media. By applying George Homan’s social exchange theory and looking at the rising popularity of TikTok and Instagram users that specifically use their pages to express their past SUD recovery, this article investigates the impact given by the SUD survivors’ content on the public.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Paramitha Putri
"Social media addiction can be described as a type of Internet addiction, in which individuals are compelled to use social media excessively (Griffiths, 2000; Starcevic, 2013). This research emphasizes more on the younger generation of social media users, which is often characterized by the combination of excessive media use, growing social media dependence as a way to feel better, and the failure to avoid or prevent this behavior, although relationship losses have been suffered, diminished social involvement and a detrimental effect on education. The purpose of this study is to raise awareness and provide knowledge for the readers with possible discoveries from this study regarding social media addiction among the youth generation in Indonesia. The objective of this study is to examine how other research in Indonesia analyze the occurrence of social media addiction within the youth generation of Indonesian society and how other research in Indonesia analyze the impact of social media addiction on the youth generation of Indonesian society. To collect the data, this study will be using qualitative research obtained through a meta-analysis of other researchers' findings, journals, news 5 articles, and research articles. This research found that social media addiction within the youth generation of Indonesian society is categorized in the moderate category with whatsapp being the most commonly used application. Virtual information is the most common component of social media addiction in adolescents (Sarwono, 2011). The impacts of social media addiction includes decreased direct social interaction with friends because when gathering, people feel like their friends play more on their phones than chatting directly, often procrastinating on work, delaying doing school and home assignments, adolescents neglect worship activities, experiencing insomnia or difficulty sleeping, disruption of the subject's eye health, and decreased learning achievement of individuals because while playing the internet people tend to feel lazy to learn, and potentially having resulting in youth activities that are unproductive and can affect their future (Wulandari & Netrawati, 2020).

Kecanduan media sosial dapat digambarkan sebagai jenis kecanduan internet, di mana individu dipaksa untuk menggunakan media sosial secara berlebihan (Griffiths, 2000; Starcevic, 2013). Penelitian ini lebih menekankan pada generasi muda pengguna media sosial, yang sering ditandai dengan kombinasi penggunaan media yang berlebihan, ketergantungan media sosial yang semakin meningkat sebagai cara untuk merasa lebih baik, dan kegagalan untuk menghindari atau mencegah perilaku ini, meskipun kehilangan hubungan telah telah diderita, berkurangnya keterlibatan sosial dan efek yang merugikan pada pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan pengetahuan bagi para pembaca dengan kemungkinan penemuan dari penelitian ini mengenai kecanduan media sosial di kalangan generasi muda di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana penelitian lain di Indonesia menganalisis terjadinya kecanduan media sosial pada generasi muda masyarakat Indonesia dan bagaimana penelitian lain di Indonesia menganalisis dampak kecanduan media sosial pada generasi muda masyarakat Indonesia. Untuk mengumpulkan data, penelitian ini akan menggunakan penelitian kualitatif yang diperoleh melalui meta-analisis temuan peneliti lain, jurnal, artikel berita, dan artikel penelitian. Penelitian ini menemukan bahwa kecanduan media sosial pada generasi muda masyarakat Indonesia termasuk dalam kategori sedang dengan aplikasi whatsapp yang paling banyak digunakan. Informasi virtual merupakan komponen yang paling umum dari kecanduan media sosial pada remaja (Sarwono, 2011). Dampak kecanduan media sosial antara lain berkurangnya interaksi sosial secara langsung dengan teman karena saat berkumpul, orang merasa temannya lebih banyak bermain ponsel daripada mengobrol langsung, sering menunda-nunda pekerjaan, menunda mengerjakan tugas sekolah dan rumah, remaja melalaikan kegiatan ibadah, mengalami insomnia. atau sulit tidur, terganggunya kesehatan mata subjek, dan menurunnya prestasi belajar individu karena saat bermain internet orang cenderung merasa malas untuk belajar, dan berpotensi mengakibatkan aktivitas remaja yang tidak produktif dan dapat mempengaruhi masa depannya (Wulandari & Netrawati, 2020)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Dwi Rachma Nisa
"

Penggunaan media sosial mengalami peningkatan pada kelompok usia remaja akhir dan dewasa awal, sehingga berisiko menimbulkan kecanduan. Hal ini semakin parah dengan situasi pandemi COVID-19 yang mengharuskan semua kegiatan dilakukan secara daring di rumah dan menyebabkan intensitas penggunaan media sosial semakin meningkat terutama di kalangan remaja. Kecanduan media sosial menyebabkan individu tidak dapat mengontrol waktu penggunaan, terutama ketika sesaat sebelum tidur sehingga mempengaruhi kualitas tidur individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecanduan media sosial dengan kualitas tidur pada mahasiswa selama situasi pandemi COVID-19. Penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional ini melibatkan 110 mahasiswa Universitas Indonesia yang dipilih dengan teknik probability sampling dengan proportional random sampling. Kecanduan media sosial diukur dengan kuesioner Kecanduan Media Sosial dan kualitas tidur diukur dengan dengan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Rata-rata skor kecanduan media sosial yaitu 83,05 dan rata-rata skor kualitas tidur yaitu 8,4. Hasil uji Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kecanduan media sosial dengan kualitas tidur (p=0,008; r=0,253), semakin kecanduan media sosial, semakin buruk kualitas tidur. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran perawat dalam upaya promotif dan preventif terhadap perubahan gaya hidup akibat kemajuan teknologi dengan kualitas tidur, baik bagi mahasiswa, orangtua, maupun institusi pendidikan.

Kata kunci:

Kecanduan Media Sosial, Kulitas Tidur, Mahasiswa, Remaja, Pittsburgh Sleep Quality Index.

 


Social media has seen a sharp increase in use by adolescent and young adult that may further leads to an addiction. The escalation of usage largely due to the COVID-19 pandemic outbreak that encourage and ask people to do things online from home which then cause social media overuse mainly on juvenile. Excessive social media use provokes individuals incapable to control the appliance, particularly before-bed time that influence their sleep quality. This study aims to know the relations of social media addiction and sleep quality to undergraduate student amid COVID-19 pandemic. This descriptive correlation study with cross-sectional approach involved 110 undergraduate students form Universitas Indonesia who were  selected by probability sampling with proportional random sampling. The data were collected using Social Media Addiction questionnarie for the level of social media addiction and Pittsburgh Sleep Quality Index for sleep quality. Mean score of the social media addiction is  83,05 and mean score for sleep quality is 8,4. Pearson test results show that there was a correlation between social media addiction and sleep quality (p=0,008; r=0,253), the higher the addiction rate is, the worse the sleep quality will be. This study is expected to increase the role of nurses in promotive and preventive efforts in order to change the lifestyle due to technological advances with sleep quality, for students, parents, and academic institution.

Keywords:

Adolescents, Social Media Addiction, Sleep Quality, Undergraduate Students, Pittsburgh Sleep Quality Index.

 

;

Dalam era digital ini, pembelajaran dengan metode e-learning menjadi solusi yang umum diimplementasikan pada pendidikan jarak jauh. Kekurangan dari metode e- learning ini yaitu minimnya informasi pengajar mengenai antusiasme dan tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan sistem yang mampu mendeteksi engagement siswa. Tingkat engagement siswa pada e-learning dapat ditentukan dari pandangan siswa dan ekspresi wajah siswa dalam pembelajaran. Sistem pendeteksi engagement siswa bekerja dengan cara mendeteksi arah mata siswa dan ekspresi wajah siswa menggunakan teknologi OpenCV dengan metode CNN (convolutional neural network) pada input file berupa video atau webcam secara real-time. Sistem akan memberikan output berupa nilai engagement siswa engaged berdasarkan durasi mata siswa menatap layar dan ekspresi wajah siswa berupa ekspresi netral atau positif. Sistem akan memberikan output berupa nilai kehadiran siswa disengaged berdasarkan durasi mata siswa tidak menatap layar dan ekspresi wajah siswa menunjukkan ekspresi negatif. Sistem menganalisis reaksi emosi siswa yang direpresentasikan dalam parameter nilai persentase reaksi netral, positif, dan negatif menggunakan dataset FER-2013. Sistem pendeteksi engagement siswa dapat mengukur presensi, status attendance siswa memperhatikan layar, emosi, impresi dan status engagement siswa dengan tingkat akurasi sebesar 83,33%, presisi sebesar 100%, recall sebesar 66,67% dan f1 score sebesar 80,00%.


In this digital era, the e-learning method is a common solution implemented on distance learning. The disadvantage of the e-learning process is the facilitator has no idea about students enthusiasm and participation rate during a lecture. This problem could be solved by a student engagement detection system. Student engagement can be determined by capturing the students eye-gazing focus rate and students facial expression during an online lecture. The student engagement detection system works by detecting student eye gaze and facial expression using OpenCV technology and CNN (convolutional neural network) method, receiving input through video file input or real-time webcam feed. The system will report on the student engagement level engaged if the students eyes are staring at the screen and student facial expression showing a neutral or positive impression. The system will report on the student engagement level disengaged if the students eye gaze were away from the screen and student facial expression showing a negative impression. This system will analyze students emotional reactions which represented by neutral, positive, or negative reaction percentage value using the FER-2013 dataset. Student Engagement Detection System could calculate student presence, attendance rate calculated through eye gaze focus rate, emotional reaction, impression and engagement status with an accuracy of 83,33%, a precision of 100%, recall of 66,67%, and f1 score 80,00%.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020;
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Ralasari
"ABSTRAK
Kecanduan media sosial adalah kegemaran terhadap penggunaan media sosial sehingga melupakan hal lainnya. Penggunaan media sosial saat ini juga terjadi pada kalangan remaja sehingga sudah menjadi bagian melekat pada kehidupan sehari-hari remaja, termasuk pada siswa remaja di SMA XYZ. Penggunaan media sosial dapat mempengaruhi segi moralitas, apatisme serta nilai akademik dari siswa di SMA XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara tingkat kecanduan media sosial terhadap tingkat moralitas, tingkat apatisme dan nilai akademik. Variabel lain yang diperhitungkan dalam model adalah kelas, gender, status nikah orang tua, uang saku per minggu siswa di SMA XYZ. Dari hasil analisis data yang didapatkan dengan menggunakan metode analisis data Partial Least Square, diketahui bahwa tingkat kecanduan media sosial mempengaruhi nilai akademik serta tingkat apatisme siswa di SMA XYZ, dan tingkat moralitas mempengaruhi nilai akademik siswa di SMA XYZ.

ABSTRACT
Social media addiction is craze about the use of social media until forget other things. The use of social media today also occurs among teenagers so it has become a part attached in the daily life of teenagers, including teenager students in XYZ high school. The use of social media can affect in terms of morality, apathy and academic score of students in XYZ high school. This study is to determine the pattern of relationship between social media addiction level to morality level, apathy level and academic score. Other variables to consider in model are class, gender, marital status of parents, pocket money per week of students in XYZ high school. From the results obtained by using data analysis method of Partial Least Square, it is known that social media addiction level affect academic score and apathy level of students in XYZ high school, and the morality level affect students rsquo academic score in XYZ high school."
2017
S69926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Laksana Prawira
"Fear of Missing Out (FoMO) dapat dijelaskan sebagai ketakutan akan kehilangan momen
berharga individu maupun kelompok lain di mana individu tersebut tidak bisa hadir di
dalamnya. Selain itu seorang individu yang memiliki tingkat FoMO yang tinggi akan memiliki
keinginan untuk tetap terhubung ke sesuatu yang melibatkan teknologi digital sebagai
medianya. FoMO berkaitan juga dengan tingkat sosialitas dalam hal kecemburuan sosial dan
pengucilan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang
menjelaskan kecanduan media sosial dan keterkaitannya dengan Fear of Missing Out (FoMO)
pada Mahasiswa Universitas Indonesia. Variabel yang di duga signifikan menjelaskan
kecanduan media sosial adalah variabel neurotisme, pola asuh orang tua, kondisi pernikahan
orang tua, jenis kelamin, dan kepuasan terhadap hidup. Sedangkan variabel kecanduan media
sosial diduga dapat menjelaskan variabel Fear of Missing Out (FoMO). Penelitian ini
menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dan Classification and Regression Tree
(CRT). Data yang digunakan adalah data primer yaitu sebanyak 1027 mahasiswa Universitas
Indonesia angkatan 2018, 2019, 2020 dan 2021 yang aktif pada tahun akademik 2021/2022
semester genap. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Hasil dari penelitian ini adalah variabel neurotisme, pola asuh orang tua, status
pernikahan orang tua, jenis kelamin, dan kepuasan terhadap hidup berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel kecanduan media sosial. Variabel kecanduan media sosial juga
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Fear of Missing Out (FoMO). Profil
mahasiswa yang mengalami Fear of Missing Out (FoMO) yang tergolong tinggi adalah
mahasiswa dengan tingkat kecanduan media sosial yang tinggi, mendapatkan pola asuh yang
cenderung tidak ideal, serta tingkat neurotismenya yang tinggi.

Fear of Missing Out (FoMO) can be explained as the fear of losing precious moments of
individuals or other groups in which the individual cannot be present. In addition, an individual
who has a high level of FoMO will have a desire to stay connected to something that involves
digital technology as a medium. FoMO is also related to the level of sociality in terms of social
jealousy and social exclusion. This study aims to determine the variables that explain social
media addiction and its relationship to Fear of Missing Out (FoMO) in Universitas Indonesia
students. The variables that were suspected to be significant in explaining social media
addiction were neuroticism, parenting styles, parental marital conditions, gender, and life
satisfaction. The variable of social media addiction is thought to be able to explain the Fear of
Missing Out (FoMO) variable. This research uses Partial Least Square (PLS) and Classification
and Regression Tree (CRT) methods. This study uses primary data, which is as many as 1027
students of Universitas Indonesia batch 2018, 2019, 2020, and 2021 who are active in the even
semester 2021/2022 academic year. Sample was taken using purposive sampling technique.
The results of this study are the variables of neuroticism, parenting styles, parental marital
status, gender, and life satisfaction statistically significant effect the social media addiction
variable. The social media addiction variable also statistically significant effect the Fear of
Missing Out (FoMO) variable. The profile of students who experience high Fear of Missing
Out (FoMO) are students with a high level of social media addiction, tend to have non-ideal
parenting styles, and have high levels of neuroticism.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Alfi Hasanah
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat ukur yang valid dan reliabel untuk menentukan adiksi media sosial siswa SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi di Indonesia. Total 512 siswa berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana 30 responden diberikan pre-test dan 482 diberikan aplikasi kedua. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi tujuh dimensi adiksi media sosial yaitu virtual tolerance, virtual communication, virtual problem, virtual information, control in difficulty, negativeness social relations, dan decrease in function yang diadaptasi dari penelitian Sahin (2018), Sahin dan Yagzi (2017) dan Gokdas dan Kuzucu (2019). Selain itu penelitian ini juga melakukan komparasi untuk melihat apakah terdapat persamaan dan perbedaan adiksi pada media sosial antar kelompok pendidikan. Analisis data yang digunakan adalah Keiser-Meyer Olkin (KMO), Exploratory Factor Analysis (EFA), Confirmatory Factor Analysis (CFA), uji reliabilitas Cronbach Alpha, dan uji komparasi chi-square menggunakan aplikasi SPSS. Kesimpulannya, alat ukur Skala Adiksi Media Sosial - Versi Indonesia (SMAS-VI) terdiri dari 38 indikator yang terbentuk dalam 7 dimensi menggunakan Skala Likert 5 poin dinyatakan valid dan reliabel untuk mengukur adiksi media sosial. Selain itu hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan adiksi antar-kelompok pendidikan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

The purpose of this study is to develop a valid and reliable measurement tool to determine the social media addiction of junior high school, senior high school and university students in Indonesia. A total of 512 people participated in this study, of  which 30 student respondents were given the pre-test and 482 were given the second application. This study succeeded in identifying seven dimensions of social media addiction, namely virtual tolerance, virtual communication, virtual problems, virtual information, control in difficulties, negative social relations, and decrease in function which adapted from research by Sahin (2018), Sahin and Yagzi (2017) and Gokdas and Kuzucu (2019). In addition, this study also made comparisons to see whether there were similarities and differences in addiction to social media between educational groups. Data analysis used was Keiser-Meyer Olkin (KMO), Exploratory Factor Analysis (EFA), Confirmatory Factor Analysis (CFA), Cronbach Alpha reliability test, and chi-square comparison test using the SPSS application. In conclusion, the measuring instrument Social Media Addiction Scale - Indonesian Version (SMAS-VI) consists of 38 indicators formed in 7 dimensions using a Likert 5 Points Scale which is stated to be valid and reliable for measuring social media addiction. In addition, the results of the analysis show that there are differences in addiction between junior high school, high school and tertiary educational groups."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanashaumy Avialda
"Perundungan merupakan sebuah masalah interpersonal antaranak yang terjadi di seluruh pesantren di Indonesia. Namun, reaksi guru sebagai satu-satunya pihak yang dapat menanganinya belum bisa memenuhi kebutuhan anak, sehingga perundungan masih terus ada dan tidak dapat diatasi. Kasus perundungan yang lebih banyak terungkap antara murid laki-laki pesantren (santri) membuat kasus perundungan antara murid perempuan pesantren (santriwati) kurang tersoroti. Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana reaksi sosial non-formal oleh guru terhadap perundungan antarsantriwati di Pesantren X dengan analisis berdasarkan teori realitas sosial agar dapat mengahami alasan perundungan di sana terus terjadi. Perundungan antarsantriwati di Pesantren X terjadi dalam berbagai macam bentuk, tetapi reaksi terhadapnya hanya berjalan dengan kompleks pada perundungan fisik saja. Jika dibandingkan dengan reaksi guru terhadap kasus delinkuensi santriwati jenis lain, reaksi terhadap perundungan terhitung minimal. Hal ini disebabkan oleh landasan pemikiran para guru serta lembaga Pesantren X yang tidak menganggap perundungan sebagai delinkuensi yang menjadi prioritas untuk ditangani, apalagi perundungan antarsantriwati lebih banyak terjadi dalam bentuk verbal. Anggapan ini dipengaruhi oleh persepsi guru terhadap sensitivitas anak perempuan serta pelanggaran norma Islam mengenai hubungan sesama manusia (hablumminannas) yang tidak sepenting norma Islam hubungan dengan Tuhan (hablumminallah) dan norma yang harus dianut sebagai seorang murid pesantren.

Bullying is an interpersonal problem between children that occurs in all Islamic boarding schools in Indonesia. However, the teacher's reaction as the only party who can handle it has not been able to meet children's needs, so bullying continues to exist and cannot be overcome. The more cases of bullying revealed between boy boarders (santri) mean that cases of bullying between girl boarders (santriwati) are less highlighted. This thesis aims to explain how non-formal social reactions by teachers towards bullying among girl boarders at X Islamic Boarding School with analysis based on social reality theory in order to understand the reasons why bullying continues to occur there. When compared with teachers' reactions to other types of girl boarders’ delinquency cases, reactions to bullying are considered minimal. This is due to the basic thinking of the teachers and the people behind X Islamic Boarding School foundation, which do not consider bullying as a delinquency that is a priority to be handled, especially since bullying between female students occurs more often in verbal form. This assumption was influenced by teachers' perceptions of girls' sensitivity and violations of Islamic norms regarding human relationships (hablumminannas) which are not as important as Islamic norms of relationships with God (hablumminallah) and norms that must be adhered to as a girl boarder of X Islamic Boarding School."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Tamayanti
"Pemakaian internet berlebih dapat menyebabkan kecanduan internet. Kecanduan internet menyebabkan berbagai dampak negatif, salah satunya perkembangan sosial. Perkembangan sosial anak usia sekolah merupakan masa peralihan yang memiliki rasa ketertarikan untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecanduan internet dengan perkembangan sosial anak usia sekolah di Kelurahan Makasar. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah responden 287 yang dipilih melalui teknik cluster stratified random sampling. Pengukuran kecanduan internet menggunakan instrumen Internet Addiction Test dan perkembangan sosial anak diukur menggunakan instrumen Social Skill Inventory. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji korelasi gamma dan didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi yang bermakna dengan arah korelasi positif dengan kekuataan korelasi kuat antara kecanduan internet dengan perkembanan sosial anak (p value= 0,0001, r= 0,615). Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan invoasi untuk edukasi pemakaian internet yang bijak dan menstimulus perkembangan sosial anak dalam proses pembelajaran di rumah atau sekolah.

Excessive use of the internet can cause internet addiction. Internet addiction causes various negative effects, one of which is social development. The social development of school-age children is a transitional period that has an interest in exploring the surrounding environment. This study aims to adhere to the relationship of internet addiction to the social development of school-age children in the Makassar Village. The research design used was cross-sectional with the number of respondents 287 selected through the cluster stratified random sampling technique. Measurements of internet addiction using the Internet Addiction Test instrument and the development of child sosia were measured using the Social Skill Inventory instrument. The results of the study were annotated using the gamma correlation test and the results showed that there was a significant correlation with the direction of the positive correlation with the strong correlation between internet addiction and children's social development (p = 0,0001, r = 0.615). The results of the research are expected to be used as information and investment for educating wise internet usage and stimulating children's social development in the learning process at home or school."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tasyami Aziza
"Keterampilan sosial merupakan suatu hal yang penting dimiliki oleh individu untuk melakukan interaksi sosial di lingkungannya. Remaja yang mengalami kecanduan online game telah diteliti sebelumnya dan terbukti memiliki hubungan pada keterampilan sosial. Parental monitoring yang diberikan oleh orang tua juga terbukti memiliki hubungan dengan perilaku remaja dalam melakukan interaksi sosial. Penelitian ini melibatkan 208 remaja di Indonesia yang berusia 12-19 tahun (M = 16.05, SD = 1.882). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan korelasi yang signifikan antara kecanduan online game dan keterampilan sosial, tetapi ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parental monitoring dan keterampilan sosial. Hasil ini menunjukkan bahwa keterampilan sosial remaja tidak berkaitan dengan aktivitas remaja bermain online game, tetapi berkaitan dengan pengawasan orang tua dalam memantau kegiatan anak dalam bermain online game. Penelitian ini membuka peluang bagi penelitian lain untuk lebih mengeksplor mengenai kegiatan bermain game dan juga peran orangtua dalam kegiatan bermain game anak.

Social skills are an important thing for individuals to have social interactions in their environment. Teens who experience online game addiction have previously been researched and shown to have links to social skills. Parental monitoring provided by parents is also proven to have a relationship with adolescent behavior in social interactions. This study involved 208 adolescents in Indonesia aged 12-19 years (M = 16.05, SD = 1.882). The results of this study indicate that there is no significant correlation between online game addiction and social skills, but it was found that there was a significant positive relationship between parental monitoring and social skills. These results indicate that adolescent social skills are not related to adolescent activities playing online games, but are related to parental monitoring children's activities in playing online games. This study opens up opportunities for other research to explore more about playing games and also the role of parents in children's game play activities."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Unix Ayushandra Xyzquo Saputri
"Media sosial sudah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Dengan lebih dari 3 miliar pengguna di dunia, Facebook adalah salah satu media sosial paling popular yang meningkatkan interkonektivitas. Orang- orang dapat menggunakan Facebook untuk membangun social belonging dan mengurangi loneliness, bahkan sebagian mungkin menjadi adiksi. Studi ini menyelidiki hubungan penggunaan Facebook pada social belonging,loneliness, dan adiksi media sosial. Sebanyak 852 partisipan (Mumur = 28.94 tahun; SD = 13.98) mengisi survei daring secara sukarela. Studi ini menggunakan skala dari General Belongingness Scale, UCLA Loneliness Scale, Bergen Social Media Addiction Scale, dan Facebook Intensity Scale yang sudah diadaptasi untuk mengukur variabel masing-masing. Hasil menemukan bahwa social belonging (M = 5.02, SD = 1.13) sebagai korelasi yang signifikan dan positif dengan penggunaan Facebook (p < .001), loneliness (M = 3.01, SD = 1.48) memiliki korelasi negatif dan signifikan dengan penggunaan Facebook (p < .001), dan adiksi terhadap media sosial (M = 3.30, SD = 1.23) signifikan dan berkorelasi positif dengan penggunaan Facebook (p < .001). Implikasi dari penemuan dibahas dengan melihat efek positif and negatif dari penerapan penggunaan Facebook dalam kehidupan sehari-hari para pengguna.

Social media has become an important part of our daily life. With more than three billion users worldwide, Facebook is one of the most popular social media that enhance interconnectivity. Individuals may use Facebook to find social belonging and reduce loneliness, some may also become addicted. The present study investigates the relationship of Facebook use on social belonging, loneliness, and social media addiction. 852 participants (Mage = 28.94 years; SD = 13.98) voluntarily participated by completing an online survey. This study adapted scales from General Belongingness Scale, UCLA Loneliness Scale, Bergen Social Media Addiction Scale, and Facebook Intensity Scale to measure the variables. Findings revealed that social belonging (M = 5.02, SD = 1.13) was significant and positively correlated with Facebook use (p < .001), loneliness (M = 3.01, SD = 1.48) has a significant negative correlation with Facebook use (p < .001), and social media addiction (M = 3.30, SD = 1.23) was significant and positively correlated with Facebook use (p < .001). Implications from findings were discussed in terms of the positive and negative effects from practical applications of Facebook into individuals’ daily life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>