Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145210 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edmond Pradipta Andrianus
"Pendahuluan: Periodontitis merupakan penyakit keradangan pada jaringan periodontal yang memiliki multifaktor risiko dan dapat memperparah progresifitas periodontitis. Salah satu faktor risiko periodontitis adalahi menopause yaitu kondisi sistemik pada wanita. Keadaan menopause mengacu pada wanita yang telah berhenti menstruasi selama lebih dari setahun. Menopause dapat mempengaruhi kesehatan mulut termasuk sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat mempengaruhi pertahanan jaringan periodontal. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat imunoglobulin G dalam cairan crevicular gingiva yang merupakan salah satu bagian dari sistem imun jaringan periodontal. Tujuan: Mendapatkan perbedaan kadar imunoglobulin G pada penderita periodontitis dengan menopause dan tanpa menopause. Metode: Sebanyak total 158 pasien diperiksa untuk diagnosis periodontitis dan diwawancarai untuk status menopause. Setelah diseleksi, studi cross-sectional dilakukan pada 63 subjek (44 subjek pasien menopause dan 19 subjek non-menopause) yang masing-masing kelompok akan diambil sampel CKG nya. Sampel diuji menggunakan ELISA kit untuk imunoglobulin G. Hasil: Rerata kadar IgG pada penderita periodontitis dengan menopause lebih rendah daripada kelompok tanpa menopause, namun pada uji statistik tidak terdapat perbedaan signifikan pada kedua kelompok. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan kadar imunoglobulin G pada penderita periodontitis antara menopause dengan tanpa menopause.

Introduction: Periodontitis is an inflammatory disease of periodontal tissue that has multifactorial risk and can worsen the progression of periodontitis. One of the risk factors for periodontitis is menopause, which is a systemic condition in women. Menopause refers to women who have stopped menstruating for more than a year. Menopause can affect oral health including the immune system so that it can affect the defense of periodontal tissue. This research was conducted to measure the level of immunoglobulin G in the gingival crevicular fluid which is one part of the immune system of the periodontal tissue. Objective: To find out the difference in immunoglobulin G levels in periodontitis patients with menopause and without menopause. Methods: A total of 158 patients were examined for a diagnosis of periodontitis and interviewed for menopause status. After being selected, a cross-sectional study was carried out on 63 subjects with 44 subjects including menopause patients and 19 non-menopausal subjects for which each group would be sampled from CGK. The sample was tested using an ELISA kit for immunoglobulin G. Results: The mean IgG level in periodontitis patients with menopause was lower than the group without menopause, but in the statistical test there were no significant differences in the two groups. Conclusion: There is no relationship immunoglobulin G levels in periodontitis patients between menopause with no menopause."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fonny Kurniati
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit keradangan kronis yang ditandai dengan adanya kerusakan jaringan periodontal. Seiring bertambahnya usia, terdapat perubahan respon inflamasi tubuh, yaitu meningkatnya aktivitas mediator proinflamasi. Salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemui pada lansia adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus memiliki hubungan dua arah dengan penyakit periodontal. Salah satu yang berperan dalam proses proinflamasi ini adalah tumor necrosis factor alpha (TNF-α). Tujuan: Untuk memperoleh perbedaan kadar TNF-α dan parameter klinis pada pasien periodontitis lanjut usia antara DM dan non-DM. Metode: Subjek terdiri dari 49 pasien periodontitis usia lanjut dengan DM dan non-DM. Data klinis (kedalaman poket, indeks pendarahan, kehilangan perlekatan klinis, dan OHI) dicatat dan sampel cairan krevikular gingiva serta sampel darah diambil. ELISA kit digunakan untuk menganalisa kadar TNF-α. Hasil: Terdapat perbedaan signifikan pada kedalaman poket, OHI, dan kadar TNF-α antara pasien periodontitis lanjut usia dengan DM dan non-DM (p ≥ 0.05). Kesimpulan: Pasien DM memiliki kadar TNF-α lebih tinggi secara signifikan dibandingkan non-DM, sehingga penggunaan TNF-α sebagai biomarker memiliki potensial besar.

ackground: Periodontitis is a chronic inflammatory disease characterized by periodontal tissue damage. As we get older, there are changes in how our bodies response to inflammation, such as increase in activity of proinflammatory mediator. One of the most common chronic diseases found in the elderly is diabetes mellitus. Diabetes mellitus has a two-way relationship with periodontal disease. One of those involved in the proinflammatory process is tumor necrosis factor alpha (TNF-α). Objective: To obtain differences in TNF-α levels and clinical parameters in elderly periodontitis patients between diabetes mellitus and without diabetes mellitus. Methods: The subjects consisted of 49 elderly periodontitis patients with diabetes and without diabetes. Clinical data (bleeding index, clinical attachment loss, and OHI) were recorded and gingival crevicular fluid samples and blood samples were taken. ELISA kit was used to analyze TNF-α levels. Results: Significant differences in pocket depth, OHI, and TNF-α levels between elderly periodontitis patients with diabetes and without diabetes (p ≥ 0.05). Conclusion: Diabetic patients have higher TNF-α levels compared to non-diabetics, so using TNF-α as a biomarker has great potential, but further studies are needed with more samples.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dibart, Serge
Lowa: Blackwell Munksgaard, 2007
617.632 DIB p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto Wijaya
"Latar Belakang: Kerusakan jaringan periodontal terjadi karena inflamasi terhadap invasi bakteri. Human beta defensin-1 adalah peptida antimikroba dan pertahanan pertama terhadap infeksi.
Tujuan Penelitian: Membandingkan kadar ekspresi HBD-1 antara kelompok periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal
Bahan dan Metode: Kadar HBD-1 dari 94 sampel CKG subjek periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal diukur dengan ELISA
Hasil: Analisis Mann-Whitney menunjukkan perbedaan kadar HBD-1 antara periodontitis kronis dengan normal (p<0,05) dan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) antara periodontitis agresif dengan normal, dan antara periodontitis kronis dengan periodontitis agresif.
Kesimpulan: Kadar HBD-1 pada CKG menurun pada kondisi periodontitis kronis dan periodontitis agresif.

Background: Periodontal disease is happened because inflammation reaction ro bacterial invasion. Human beta defensin-1 (HBD-1) is antimicroba peptide which regulate the first defense mechanism.
Objectives: To compare level of HBD-1 between chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group.
Material and Methods: Level of HBD-1 from GCF sample of chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group were assessed with ELISA.
Results: Mann-Whitney analysis show different level of HBD-1 expression between chronic periodontitis and normal (p<0,05) and there was no significant difference (p>0,05) between aggressive periodontitis and normal, and between chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
Conclusion: Level of HBD-1 in GCF decreased in chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winfield
"Latar belakang: Periodontitis merupakan interaksi kompleks antara sitokin pro-inflamasi dan sitokin anti-inflamasi. Sitokin anti-inflamasi seperti IL-4 pada cairan krevikular gingiva (CKG) dapat menjadi biomarker penyakit periodontal.
Tujuan Penelitian: Menganalisis perbedaan kadar IL-4 dalam CKG penderita periodontitis kronis dan periodontitis agresif.
Metode dan Bahan: Sampel CKG dikumpulkan dari pasien normal (n=21), periodontitis kronis (n=38) dan periodontitis agresif (n=35) dan dilakukan analisis kadar IL-4 dengan menggunakan ELISA.
Hasil: Terdapat perbedaan kadar IL-4 antara periodontitis kronis dengan normal dan antara periodontitis agresif dengan normal (p=0,000). Tidak ada perbedaan kadar IL-4 (p=0,729) antara periodontitis kronis (14,73±0,32 pg/ml) periodontitis agresif (20,58±23,00 pg/ml).
Kesimpulan: Kadar IL-4 menurun pada kondisi inflamasi, baik pada periodontitis kronis ataupun periodontitis agresif.

Background: Periodontitis is a complex interaction between pro-inflammatory and anti-inflammatory cytokine. IL-4 is an anti-inflammatory cytokine in GCF that can be used as a periodontal biomarker.
Objectives: To compare level of IL-4 in GCF of chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
Material and Methods: GCF sample were collected from normal (n=21), periodontitis chronic (n=38) and aggressive periodontitis (n=35) group and analysis of level IL-4 was performed with ELISA.
Results: There was a difference level of IL-4 between chronic periodontitis with normal and between aggressive periodontitis with normal (p=0,000). There was no difference level of IL-4 (p=0,729) between chronic periodontitis (14,73±0,32 pg/ml) and aggressive periodontitits (20,58±23,00 pg/ml).
Kesimpulan: Level of IL-4 was decreased in inflammation condition, either chronic periodontitis or aggressive periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Sulandari Arymami
"Latar belakang: Suatu biomarker imunologis diperlukan untuk kasus yang berbatasan antara periodontitis kronis dan periodontitis agresif. Matrix Metalloproteinase-8 (MMP-8) merupakan suatu biomarker penentu risiko dan derajat keparahan penyakit periodonal serta evaluasi hasil perawatan periodontal.
Tujuan: Menganalisis kadar MMP-8 pada cairan krevikular gingiva penderita periodontitis kronis dan periodontitis agresif.
Metode: Penelitian ini mencakup 12 pasien periodontitis agresif, 17 pasien periodontitis kronis dan 6 subjek sehat. Kadar MMP-8 diukur dengan teknik ELISA.
Hasil: Kadar MMP-8 pada periodonitits kronis tidak berbeda bermakna dengan periodontitis agresif (p>0,05).
Kesimpulan: MMP-8 tidak dapat digunakan sebagai acuan diagnosis.

Background: An immunologic biomarker is needed to distinguish between borderline cases between chronic periodontitis and agressive periodontitis. Matrix Metalloproteinase-8 (MMP-8) can be a risk profile of periodontal disease, disease progression and evaluation of periodontal treatment.
Aim: Analyze MMP-8 levels in gingival crevicular fluid of chronic and aggressive periodontitis patients.
Method: Sampel was collected from 6 healthy subjects, 12 subjects aggressive periodontitis and 17 chronic periodontitis subjects. MMP-8 levels were measured with ELISA.
Result:MMP-8 levels in chronic periodontitis did not show any difference to the MMP-8levels in aggressive periodonitits (p>0,05).
Conclusion: MMP-8 can not serve as a diagnostic parameter.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Priharnanto
"Latar belakang: Periodontitis merupakan infeksi yang melibatkan jaringan pendukung gigi disebabkan oleh biofilm plak gigi pada permukaan gigi dan inflamasi sebagai penyebab dari respons imun pejamu. Prostaglandin E2 (PGE2) sebagai mediator inflamasi terlibat dalam patogenesis berbagai penyakit inflamasi kronis, termasuk periodontitis dan sebagai regulator tekanan darah. Tujuan: Untuk membandingkan kadar prostaglandin dalam cairan krevikular gingiva pasien periodontitis dengan hipertensi dan non-hipertensi. Metode: Sampel total 60 pasien diperiksa. Terdiri dari 44 pasien kelompok hipertensi dan 16 pasien kelompok non-hipertensi sebagai kontrol. Keadaan hipertensi diukur dengan tekanan darah berdasarkan anamnesis dan menggunakan sphygmomanometer merkuri. Sampel klinis dikumpulkan dari 60 CKG subjek periodontitis. Pengukuran parameter klinis kedalaman poket (PD), dan perdarahan saat probing (BOP ≥1) dimasukkan sebagai kriteria diagnostik. Kedalaman poket dan kehilangan perlekatan klinis (CAL) dicatat sebagai kriteria subjek apabila PD ≥5 mm dan CAL adalah ≥1 mm. Kadar Prostaglandin E2 diperkirakan dalam sampel cairan crevicular gingiva dengan menggunakan uji immunosorbent link-enzyme. Hasil: Tingkat PGE2 signifikan secara statistik dalam kelompok hipertensi dibandingkan dengan kelompok non-hipertensi (p<0,05). Perbedaan yang signifikan dalam kedalaman poket, resesi, dan kehilangan perlekatan klinis (p<0,05). Kesimpulan: Tekanan darah yang lebih tinggi memiliki potensi risiko peradangan dan perkembangan penyakit periodontal.

ackground: Periodontitis is an infection that involved tooth supporting tissues by dental plaque biofilm on the tooth surface and host immune response as causal to as inflammation resolution. Prostaglandin E2 (PGE2) as an inflammatory mediator has been implicated in the pathogenesis of various chronic inflammatory diseases, including periodontitis, and as a regulator of blood pressure. Objective: To compare the levels of prostaglandin in the gingival crevicular fluid of periodontitis patients with hypertension and non-hypertension. Methods: A total sample of 60 patients was examined. Consists of 44 patients were hypertension group and 16 patients were non-hypertension groups as a control. Hypertension state was measured by blood pressure based on anamnesis and using sphygmomanometer mercury. The clinical sample was collected from 60 gingival crevicular fluids (GCF) of periodontal disease subject. Measurement of the clinical parameter of probing pocket depth (PD) and bleeding on probing (BOP ≥1) was included as a diagnostic requisition. The pocket depth and clinical attachment loss (CAL) was defined as present if the PD was ≥5 mm and CAL was ≥1 mm. Prostaglandin E2 level was estimated in gingival crevicular fluid samples by using the enzyme-linked immunosorbent assay. Results: The level of PGE2 was statically significant difference in hypertension patient compare with non-hypertension (p<0.05). There was a significant difference in pocket depth, recession, and clinical attachment loss (p<0.05). Conclusion: Higher blood pressure related to the potential risk of inflammation and progression periodontal disease."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Audrey
"Periodontitis merupakan penyakit keradangan yang disebabkan oleh bakteri yang membentuk biofilm pada permukaan gigi. Calcitonin gene related peptide (CGRP) merupakan agen anti-inflamasi yang dapat menghambat aktivitas osteoklas. Tujuan: Membandingkan kadar CGRP dalam cairan krevicular gingiva (CKG) antara penderita periodontitis usia dewasa dengan lanjut usia. Metode: Sampel klinis diperoleh dari CKG yang berasal dari 70 subjek yang terdiri dari subjek pria dan wanita dengan penyakit periodontal, berusia 60-75 tahun (n = 42) dan pasien dewasa usia 25-55 tahun (n = 28). Pengukuran parameter klinis, termasuk kedalaman poket, indeks plak, indeks kalkulus, indeks kebersihan mulut, dan indeks pendarahan papila, dinilai sebagai kriteria diagnostik. Pasien yang diambil sebagai sampel jika memiliki kedalaman poket 3-4 mm. Uji ELISA dilakukan untuk mengukur kadar CGRP. Hasil: Kadar CGRP dalam CKG sedikit lebih tinggi pada pasien dewasa (43,26 ± 69,5 pg/μg) dibandingkan pada pasien usia lanjut (25,59 ± 36,7 pg/μg), namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik (p>0,05). Kesimpulan: Kadar CGRP dalam CKG pasien periodontitis tidak tergantung pada usia meskipun kadarnya cenderung lebih rendah pada pasien usia lanjut.

Periodontitis is an inflammatory disease caused by bacteria that forms a dental biofilm. Calcitonin gene-related peptide (CGRP) is an anti-inflammatory agent that inhibits osteoclast activity. Aim: To compared the CGRP levels in the gingival crevicular fluid (GCF) from adult and elderly periodontitis patients. Methods: Clinical samples were obtained from the GCF of 70 subjects with periodontal diseases, including male and female subjects 60–75 years old (n=42) and adult patients 25–55 years old (n=28). Measurements of clinical parameters, including the probing pocket depth (PPD) and bleeding on probing, were assessed as diagnostic criteria. A pocket depth was defined as being present if the PPD was 3-4 mm. An enzyme-linked immunosorbent assay was performed to measure the CGRP levels. Result: The level of CGRP in the GCF was slightly higher in adult patients (43.26 ± 69.5 pg/μg) than in elderly patients (25.59 ± 36.7 pg/μg); however, this result was not statistically significant (p >.05). Conclusion: The level of CGRP in the GCF of periodontitis patients was not dependent on age and was lower in elderly patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Lenggogeny
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Interleukin-1β merupakan sitokin pro-inflamasi utama yang dapat ditemukan pada kedua penyakit ini.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar interleukin-1β dalam cairan sulkus gingiva (CSG) penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Pemeriksaan klinis 40 subjek PJK dan 40 subjek non PJK, pemeriksaan laboratorium kadar Interleukin-1β dengan ELISA.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna Interleukin-1β antara penderita PJK dan non PJK (p>0,05); tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar Interleukin-1β dengan status periodontal penderita PJK dan non- PJK (p>0,05).
Kesimpulan: Kadar Interleukin-1β penderita PJK tidak memiliki hubungan dengan status periodontal.

Background: Periodontitis is a risk factor for coronary heart disease. Interleukin-1β as a pro-inflammatory main cytokine, can be found in this both diseases.
Objective: To analyze the relationship of interleukin-1β levels in CSG CHD and non-CHD patients with periodontal status.
Methods: Clinical Examination for 40 Subject CHD and 40 controls was checked, laboratory test for measured the levels of Interleukin-1β with ELISA.
Results: There were no significant differences between patients Interleukin-1β CHD and non-CHD (p>0.05); there is no significant difference between the levels of Interleukin-1β with periodontal status CHD and control patients (p>0.05).
Conclusions: Levels of Interleukin-1β of CHD patients do not have a relationships with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shaffa Amalia
"Zinc Zn merupakan mineral yang terkandung dalam salah satu enzim alkaline phosphatase dalam cairan krevikular gingiva. Volume cairan krevikular gingiva ini diketahui berhubungan berat dengan gingivitis. Gingivitis pada anak disebabkan oleh akumulasi plak dan bakteri. Plak merupakan lapisan di permukaan gigi yang mengandung bakteri. Bakteri Streptococcus mutans S. mutans paling banyak ditemukan di plak dan berkoloni pada permukaan gigi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar Zn dalam cairan krevikular gingiva dengan terjadinya gingivitis dan pertumbuhan koloni S. mutans pada anak di wilayah DKI Jakarta. Subyek penelitian berusia 12-14 tahun, sebanyak 30 anak. Sampel penelitian berupa kadar Zn yang terdapat di dalam cairan krevikular gingiva. Kadar Zn diukur dengan menggunakan metode spektofotometri serapan atom. Terdapat hubungan lemah dan tidak bermakna dengan arah korelasi positif antara kadar Zn dalam cairan krevikular gingiva dengan terjadinya gingivitis.

Zinc Zn is a mineral that is contained in one of the enzyme alkaline phosphatase in gingival crevicular fluid. The volume of gingival crevicular fluid are considered to have a relationship with gingivitis. Gingivitis in children is caused by the accumulation of plaque and bacteria. Plaque is a layer on the surface of the tooth that contains bacteria. Streptococcus mutans S. mutans is the most commonly found on plaque and colonize on the tooth surfaces. This research was conducted to determine relationship Zn levels in gingival crevicular fluid to gingivitis and S. Mutans colony growth in children. Subjects aged 12 14 years old, 30 children. Zn levels were measured using atomic absorption spectrophotometry method. There is weak and no significant relationship with positive correlation between Zn levels in gingival crevicular fluid and gingivitis p.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>