Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Monica Istiqomah
"Skripsi ini membahas mengenai penyakit menular yang menjadi pandemi baru di dunia yaitu COVID-19. COVID-19 menimbulkan banyak kematian di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Provinsi Jawa Tengah seringkali menduduki peringkat 3 besar dengan kasus paling banyak perharinya. Salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 di Jawa Tengah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kematian Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Kota Surakarta tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain studi kuanitatif yaitu studi cross-sectional dengan analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini menggunakan data rekam medis pasien dengan populasi seluruh pasien terkonfirmasi COVID-19 di RSUD Dr. Moewardi Kota Surakarta pada tahun 2020. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kematian COVID-19 dengan jenis kelamin, usia, komorbiditas, d-dimer, dan c-reactive protein dengan nilai p < 0,05. Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dibanding perempuan (PR 2,856 dengan 95% CI : 1,659-4,917). Pasien lansia (≥ 60 tahun) memiliki risiko yang lebih tinggi daripada pasien yang lebih muda (PR 2,554 dengan 95% CI : 1,754-3,719). Pasien yang memiliki komorbiditas memiliki risiko yang lebih tinggi (PR 3,872 dengan 95% CI : 1,938-7,734). Pasien dengan d-dimer ≥ 500 memiliki risiko yang lebih tinggi (PR 3,767 dengan 95% CI : 1,505-9,427). Pasien dengan CRP ≥ 8,9 memiliki risiko lebih besar (PR 2,780 dengan 95% CI :1,780-4,434)

This study discusses about infectious disease that has became a new pandemic in the world, namely COVID-19. COVID-19 has caused many deaths in various countries, one of which is Indonesia. Central Java Province is often ranked in the top 3 with the most cases per day. One of the COVID-19 hospitals in Central Java is Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta. The propose this study is to determine the risk factors associated with COVID-19 deaths at the Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta in 2020. This study used quantitative study design, cross-sectional study with univariate and bivariate analysis. This study used patient medical record data, the population is patients with confirmed COVID-19 at Dr. Moewardi General Hospital in 2020. The result of this study showed that there was a significant association between COVID-19 mortality and gender, age, comorbidity, d-dimer, and c-reactive protein with p-value < 0,005. Men had higher risk than women (PR 2,856 with 95% CI 1,659-4,917). Elderly patients ((≥ 60 years) had higher risk than younger patients (PR 2,554 with 95% CI : 1,754-3,719). Patients with comorbidity had higher risk (PR 3,872 with 95% CI 1,938-7,734). Patients with d-dimer ≥ 500 had higher risk (PR 3,767 with 95% CI 1,505-9,427). Patients with CRP ≥ 8,9 had greater risk (PR 2,780 with 95% CI 1,780-4,344)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Dwi Kristiyowati
"ABSTRAK
Kemungkinan terjadinya stroke berulang setelah stroke pertama adalah lebih dari 3 sampai 10 pada bulan pertama dan 5 sampai 14 dalam tahun pertama. Klopidogrel terbukti menjadi obat yang aman dan efektif untuk pencegahan sekunder kejadian vaskular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh klopiogrel dalam pencegahan stroke berulang. Studi ini menggunakan rancangan kasus kontrol. Data diambil dari rekam medis pasien di instalasi rekam medis RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Januari 2013-Februari 2017. Kelompok kasus adalah pasien stroke berulang yang menerima asetosal atau klopidogrel. Kelompok kontrol adalah pasien stroke tidak berulang yang menerima asetosal atau klopidogrel. Sebanyak 105 rekam medis memenuhi kriteria inklusi. Pasien yang menggunakan klopiogrel mempunyai risiko pencegahan terhadap stroke berulang. Namun secara statistik tidak signifikan berbeda. Analisis bivariate menunjukkan bahwa jenis kelamin, riwayat DM dan riwayat hipertensi mempunyai pengaruh terhadap kejadian stroke berulang. Dari analisis multivariate didapatkan hasil bahwa laki-laki mempunyai risiko 2,328 kali untuk stroke berulang p=0,047 , riwayat DM mempunyai risiko 3,975 kali untuk stroke berulang p=0,016 , riwayat hipertensi mempunyai risiko 4,021 kali untuk stroke berulang p=0,03 . Klopidogrel tidak mempunyai pengaruh terhadap stroke berulang, laki-laki, riwayat hipertensi, diabetes melitus mempunyai pengaruh terhadap kejadian stroke berulang.

ABSTRACT
The likelihood of recurrent stroke after the first stroke is more than 3 to 10 in the first month and 5 to 14 within the first year. Clopidogrel proves to be a safe and effective drug for the prevention of secondary vascular events. The purpose of this study was to determine the effect of clopidogrel in the prevention of recurrent stroke. This study used case control design. Data taken from patient 39 s medical record at medical record installation of RSUD Dr. Moewardi Surakarta period January 2013 February 2017. Case group is a recurrent stroke patient receiving an acetosal or clopidogrel. The control group is a non recurrent stroke patient who receives an acetosal or clopidogrel. A total of 105 medical records meet the inclusion criteria. Patients who use clopidogrel have a risk of prevention of recurrent stroke. But statistically not significantly different. Bivariate analysis showed that gender, history of DM and history of hypertension had an effect on recurrent stroke events. From the multivariate analysis, it was found that men had a risk of 2.328 for recurrent stroke p 0.047 , the history of DM had a risk of 3.975 times for recurrent stroke p 0.016 , history of hypertension was 4.021 times for recurrent stroke p 0.03 . Clopidogrel has no effect on recurrent stroke, male history of hypertension, history of hypertension has an effect on recurrent stroke events."
2017
T48807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Labibah
"Latar Belakang: Skabies merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varietas homonis. Penyakit skabies sering terjadi pada lingkungan yang berpenghuni padat seperti pondok pesantren. Kejadian skabies selain mengganggu kesehatan santri namun akan berdampak kepada performa santri untuk menjalankan kegiatan sehari-hari.
Tujuan: Mengetahui hubungan faktor lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian skabies pada santri di pesantren X di Kota Bogor pada Tahun 2022.
Metode: Studi cross sectional yang dilakukan pada 1 pesantren di Kota Bogor.
Hasil: Sebanyak 65 orang (77,4%) mengalami skabies, dan 19 orang (22,6%) tidak mengalami skabies. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan yaitu suhu dan kelembaban dengan kejadian. Sedangkan faktor personal hygiene seperti kebersihan tangan, kebersihan kuku, kebersihan kulit, kebersihan handuk dan kebersihan pakaian memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian skabies.

Background: Scabies is an infectious disease caused by the mite Sarcoptes scabiei homonis variety. Scabies disease often occurs in densely inhabited environments such as Islamic boarding schools. The incidence of scabies in addition to disturbing the health of students but will have an impact on the performance of students to carry out daily activities.
Objective: To determine the relationship between environmental factors and personal hygiene with the incidence of scabies in students at Islamic boarding school X in Bogor City in 2022.
Method: Cross sectional study conducted at 1 Islamic boarding school in Bogor City.
Results: As many as 65 people (77.4%) had scabies, and 19 people (22.6%) did not experience scabies. There is no significant relationship between environmental factors, namely temperature and humidity with the incidence. Meanwhile, personal hygiene factors such as hand hygiene, nail hygiene, skin hygiene, towel hygiene and clothing hygiene have a significant relationship with the incidence of scabies.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yonita Aprilia Putri
"Penyakit infeksi fungi merupakan penyakit yang sering ditemukan di Indonesia. Pencarian antibiotik yang tepat untuk penyakit infeksi fungi masih terus dilakukan. Pseudomonas azotoformans UICC B-91 berpotensi sebagai antimikroba. Tujuan penelitian untuk mengetahui mekanisme penghambatan metabolit P. azotoformans UICC B-91 dari medium terhadap fungi patogen secara morfologi. Hasil penelitian menunjukkan senyawa metabolit P. azotoformans UICC B-91 mampu menghambat C. albicans ATCC 10231 dan T. mentagrophytes. Zona inhibisi larutan medium P. azotoformans UICC B-91 terhadap C. albicans ATCC 10231 konsentrasi 100 mg/mL dan 80 mg/mL memiliki daya hambat kuat, konsentrasi 60 mg/mL memiliki daya hambat sedang. Zona inhibisi terhadap T. mentagrophytes konsentrasi 100 mg/mL dan 80 mg/mL memiliki daya hambat kuat, konsentrasi 60 mg/mL memiliki daya hambat sedang. Pengamatan mikroskopis C. albicans ATCC 10231 setelah penambahan medium P. azotoformans UICC B-91 di bawah Scanning Electron Microscope (SEM) mengalami perubahan permukaan sel yeast menjadi tidak rata. Pengamatan mikroskopis T. mentagrophytes setelah penambahan medium P. azotoformans UICC B-91 mengalami konstriksi mikrokonidia. Mekanisme penghambatan metabolit dari medium P. azotoformans UICC B-91 terhadap C. albicans ATCC 10231 diduga melalui difusi yang mengganggu fungsi membran sel atau menghambat transisi bentuk yeast ke bentuk hifa, sedangkan terhadap T. mentagrophytes diduga mengganggu dinding sel dan mengganggu fungsi membran sel.

Fungal infection is a disease that is often found in Indonesia. The search for appropriate antibiotics for fungal infections is still ongoing. Pseudomonas azotoformans UICC B-91 has potential as an antimicrobial. The purpose of this study was to determine the mechanism of inhibition of the metabolite of P. azotoformans UICC B-91 from the medium against morphologically pathogenic fungi. The results showed that the metabolite compound P. azotoformans UICC B-91 was able to inhibit C. albicans ATCC 10231 and T. mentagrophytes. Inhibition zone of medium solution of P. azotoformans UICC B-91 against C. albicans ATCC 10231 with a concentration of 100 mg/mL and 80 mg/mL had a strong inhibitory effect, a concentration of 60 mg/mL had a moderate inhibitory effect. The zone of inhibition for T. mentagrophytes at concentrations of 100 mg/mL and 80 mg/mL had a strong inhibitory effect, a concentration of 60 mg/mL had moderate inhibition. Microscopic observation of C. albicans ATCC 10231 after the addition of P. azotoformans UICC B-91 medium under a Scanning Electron Microscope (SEM) changed the yeast cell surface to become uneven. Microscopic observation of T. mentagrophytes after the addition of P. azotoformans UICC B-91 medium experienced constriction of microconidia. The mechanism of inhibition of metabolites from P. azotoformans UICC B-91 medium against C. albicans ATCC 10231 is thought to be through diffusion which disrupts cell membrane function or inhibits the transition from yeast to hyphal form, while against T. mentagrophytes it is thought to disrupt cell walls and disrupt cell membrane function.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deyo Alfa Christian
"Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, Perkembangan zaman tidak hanya berdampak pada kesehatan dalam segi positif, dampak perkembangan zaman juga menimbulkan berbagai penemuan baru dari penyakit-penyakit karena ada perkembangan teknologi juga berdampak pada penularan yang semakin bertambah dan sulit diatasi pengobatannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja menjadikan kehidupan umat manusia semakin mudah, semakin maju, tetapi nampaknya umat manusia juga diharapkan kepada tantangan-tantangan atau peringatan-peringatan baru di bidang kesehatan, dimana pada kurun waktu tertentu akan ada jenis penyakit baru yang muncul. Indonesia menduduki peringkat 65 dari 180 negara dalam kematian akibat penyakit menular, maternal dan gizi, penyakit menular ini termasuk penyakit menular akibat parasit dan infeksi pernafasan, Saat terjadinya wabah transportasi publik menempati peringkat kedua setelah Rumah sakit dan tempat layanan kesehatan dalam menularkan penyakit saat terjadi wabah, Tingginya penggunaan transportasi berpotensi menularkan penyakit, KRL sebagai moda transportasi umum dengan tingkat kepadatan rata - rata 300 - 900 ribu penumpang perhari, pemerintah telah mengeluarkan peraturan protokol kesehatan dengan mengikuti perkembangan kasus dalam implementasinya dapat dilihat dari komunikasi kebijakan, Sumber Daya, Struktur birokrasi, dan sikap hingga terlihat bagaimana implementasi penanganannya saat ini implementasi pelaksanaan protokol kesehatan di KRL sudah baik dalam penggunaan masker tetapi masih kurang dalam menjaga jarak dan sistim tracing, sehingga didapatkan rekomendasi dalam pelaksanaan mitigasi kesehatan di KRL Jabodetabek

Health is one of the indicators to become superior Human Resources (HR), The development of the times not only has an impact on health in a positive aspect, the impact of the times has also led to various new discoveries of diseases because there is technological development also has an impact on transmission that is increasing and difficult to overcome treatment, . The development of science and technology not only makes the life of mankind easier, more advanced, but it seems that mankind is also expected to new challenges or warnings in the field of health, where in a certain period of time there will be new types of diseases that appear. Indonesia is ranked 65th out of 180 countries in deaths from infectious, maternal and nutritional diseases, these infectious diseases include infectious diseases due to parasites and respiratory infections, When an outbreak of public transportation ranks second after hospitals and health service places in transmitting diseases during an outbreak, The high use of transportation has the potential to transmit disease, KRL as a mode of public transportation with an average density of 300 - 900 thousand passengers per day, the government has issued health protocol regulations by following the development of cases in its implementation can be seen from policy communication, resources, bureaucratic structures, and attitudes to see how the implementation of handling is currently the implementation of the implementation of health protocols in KRL is good in using masks but still lacking in maintaining distance and tracing systems, so that recommendations are obtained in the implementation of health mitigation in KRL Jabodetabek."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Aswari Intan Pertiwi
"Spondilitis tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang tulang belakang. Berdasarkan aturan WHO, pemberian multi-obat anti-tuberkulosis dalam jangka waktu 6 bulan dibutuhkan untuk mengobati tuberkulosis tulang. Kombinasi empat macam obat biasanya menggunakan isoniazid, rifampisin pirazinamid, dan etambutol. Pemberian obat melalui oral dalam jangka waktu yang lama dapat menjadi tidak efektif karena kemampuan obat yang tidak memadai untuk mencapai target, tingkat toksisitas obat yang tinggi dan ketidakpatuhan pasien untuk meminum obat dalam durasi pengobatan yang lama. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada hidrogel padat PVA yang dimuati obat anti tuberkulosis dengan menyalutnya dengan senyawa PLGA dan PLA sehingga membentuk sistem pelepasan lambat. Hidrogel PVA dipreparasi dengan menggunakan metode freeze-thaw dan pelapisan hydrogel dengan PLGA/PLA dilakukan dengan menggunakan metode dip-coating.
Hasil karakterisasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan hidrogel terlapis PLGA/PLA memiliki permukaan yang lebih halus seperti tanpa pori jika dibandingkan dengan hidrogel tanpa pelapis. Semakin besar rasio konten LA dalam polimer pelapis, maka permukaan akan semakin halus. Hasil uji rilis in vitro dalam larutan PBS pH 7,4 menunjukkan pelapisan PLGA/PLA mampu memperlambat laju rilis obat antituberkulosis. Pada sistem PVA-obat dengan loading obat 20% yang dilapisi PLGA dan PLA, rilis obat pada 28 hari berturut-turut adalah 72 dan 61% untuk pirazinamid, 72 dan 43% untuk etambutol, dan 66 dan 25% untuk isoniazid. Pada sistem PVA -obat rifampisin yang bersifat hidrofobik dengan loading obat 20% , rilisnya pada 28 hari berturut-turut adalah 4 dan 4%. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin banyak PLA digunakan untuk melapisi hidrogel PVA semakin lambat obat tersebut dilepaskan pada rentang pengamatan 28 hari. Dengan demikian formulasi hidrogel PVA-obat dengan pelapis PLA berpotensi digunakan sebagai sistem penghantar dalam bentuk implan untuk melepaskan obat anti-tuberkulosis dalam rentang waktu lama.

Spondilitis Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis which attacks the spine. Under WHO rules, the provision of multi-drug anti-tuberculosis within a period of 6 months is needed to treat bone tuberculosis. The combination of four types of drugs usually uses isoniazid, pyrazinamide rifampicin, and ethambutol. Prolonged oral administration of drugs can be ineffective due to the inadequate ability of the drug to reach the target, high drug toxicity and patient noncompliance with taking the drug for long duration of treatment. In this study, modifications were made to the solid PVA hydrogels loaded with anti-tuberculosis drugs by coating them with PLGA and PLA compounds to form a slow release system. Hydrogel PVA was prepared using the freeze-thaw method and hydrogel coating with PLGA / PLA was carried out using the dip-coating method. The results of the characterization by Scanning Electron Microscope (SEM) show that PLGA and PLA coated hydrogels have a smoother, non-porous surface compared to uncoated hydrogels. The greater the ratio of LA content in coating polymers, the more smooth the surface will be.
The results of the in vitro release test in PBS solution pH 7.4 showed PLGA / PLA coating was able to slow the rate of release of antituberculosis drugs. In the PVA-drug system with 20% drug loading coated with PLGA and PLA, drug release on 28 days was 72 and 61% for pyrazinamide, 72 and 43% for ethambutol, and 66 and 25% for isoniazid. In the PVA-rifampicin treatment system that is hydrophobic with a drug loading of 20%, its release on 14 consecutive days is 4 and 4%. These results indicate that the more PLA is used to coat the PVA hydrogel the slower the drug is released in the 28-days observation range. Thus the PVA-drug hydrogel formulation with PLA coatings has the potential to be used as an implant delivery system to release anti-tuberculosis drugs in the long term.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ade Ayu Lanniari
"Peningkatan jumlah kasus COVID-19 dan penyebarannya di berbagai negara terjadi berlangsung cukup cepat dan dalam waktu singkat. Hingga 4 Mei 2021, COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 152 juta orang dan lebih dari 3 juta kematian di seluruh dunia. Indonesia telah melaporkan 1.682.004 kasus konfirmasi, tertinggi di Asia Tenggara, dan sebanyak 45.949 kematian terkait COVID-19 yang dilaporkan tertinggi ke-2 di Asia dan ke-17 di dunia. Masih terbatasnya data mengenai karakteristik dan faktor risiko yang terkait kematian akibat COVID-19 di Indonesia dan belum ada penelitian mengenai hal ini di kota Medan. Studi kasus-kontrol terhadap 222 pasien COVID-19 yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Maret 2020-Desember 2020 dilakukan menggunakan data rekam medis pasien. Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik pasien COVID-19 berdasarkan usia, jenis kelamin, gejala klinis, komorbiditas dan tempat tinggal serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien COVID-19. Hasil penelitian melalui analisis multivariat logistik regresi menunjukkan bahwa, adanya peningkatan risiko terhadap kematian pada usia ≥ 60 tahun (OR=5.495, 95% CI: 2.398-12.591), demam (OR=4.441, 95% CI: 1.401- 14.077), sesak napas (OR=8.310, 95% CI: 3.415-20.220), riwayat hipertensi (OR=2.454, 95% CI: 1.159-5.196), riwayat penyakit ginjal kronik (OR=10.460 kali, 95% CI: 3.282-33.331), riwayat penyakit kanker (OR=16.137, 95% CI: 2.798- 96.147) pada pasien COVID-19 yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2020.

The increase in cases of COVID-19 and its spread in various countries took place very quickly and in a short time. As of May 4, 2021, COVID-19 has infected more than 152 million people and more than 3 million deaths worldwide. Indonesia has reported 1,682,004 confirmed cases, the highest in Southeast Asia, and 45,949 COVID-19-related deaths, the 2nd highest reported in Asia and 17th in the world. Data on characteristics and risk factors related to death from COVID-19 in Indonesia are still limited and there has been no research on this in the city of Medan. A case control study of 222 COVID-19 patients who were treated at H. Adam Malik Hospital in Medan for the period March 2020-December 2020 was carried out using patient medical record data. This study describes the characteristics of COVID-19 patients based on age, gender, clinical symptoms, comorbidities, place of residence and to determines the factors associated with death in COVID-19 patients. The results of the study through multivariate regression analysis showed an increased risk of death at the age of 60 years (OR = 5,495, 95% CI: 2,398-12,591), fever (OR = 4,441, 95% CI: 1,401 -14,077), shortness of breath (OR = 8,310) . , 95% CI: 3,415-20,220, history of hypertension (OR=2,454, 95% CI: 1,159-5,196), history of chronic disease (OR=10,460 times, 95% CI: 3,282-33,331), history of cancer (OR=16,137, 95% CI: 2,798-96,147) in COVID-19 patients treated at H. Adam Malik Hospital Medan in 2020.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musdalifah
"Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama pemberian antiretroviral (ARV) setelah Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dimulai terhadap kegagalan perbaikan CD4 pasien ko-infeksi TB-HIV. Penelitian dilakukan pada mei-juni 2016 di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso. Design penelitian yang digunakan adalah kohort restrospektif dengan follow-up selama satu setengah tahun. Populasi studi adalah pasien Ko-infeksi TB-HIV yang naive ART dan tercatat pada rekam medis periode Januari 2010 - November 2014. Kriteria inklusi sampel adalah pasien usia ≥15 tahun, mendapat OAT minimal 2 minggu sebelum ART dimulai, dan memiliki data hasil pemeriksaan CD4 sebanyak dua kali dengan total sampel adalah 164 orang. Probabilias kumulatif kegagalan perbaikan CD4 pasien ko-infeksi TB-HIV sebesar 14,43%. Hazard rate kegagalan perbaikan CD4 pada pasien yang memulai terapi ARV 2-8 minggu setelah OAT dibandingkan dengan yang menunda terapi ARV 8 minggu setelah OAT masing-masing 767 per 10.000 orang tahun dan 447 per 10.000 orang tahun (p=0,266). Analisis multivariat dengan menggunakan uji cox regresi time independen menunujukkan rate kegagalan perbaikan CD4 pada pasien yang memulai ART >8 minggu setelah OAT lebih rendah dibandingkan pasien yang memulai ART pada 2-8 minggu setelah OAT (Adjusted HR=0,502 ; 0,196-1,287 ; p value=0,151) setelah dikontrol oleh jenis regimen ARV dan klasifikasi pengobatan TB.

This study was aim to assess the effect of time to Antiretroviral Treatment (ART) on CD4 response failure in TB-HIV coinfection patients. This study was conducted from May to June 2016 at Infectious Disease Hospital Sulianti Saroso. This study used cohort restrospective design with one and half year time to follow up. Study population were TB-HIV coinfected patients, noted as a naive ART patient in medical records from january 2010-november 2014. A total 164 patients ≥ 15 years old, had Anti Tuberculosis Treatment (ATT) 2 weeks before ART and had minimum 2 CD4 sell count laboratorium test results. The cumulative probability of CD4 response failure among TB-HIV co-infected patients was 14,43%. Hazard rate of CD4 response failure was 767 per 10.000 person year in early ART (2-8 weeks after ATT) versus 474 per 10.000 person year in delayed ART (8 weeks after ATT) arm (p=0,266). In multivariate analysis using time independent cox regression test, rate of CD4 responses failure was lower in patients with delayed ART until 8 weeks after ATT than early ART 2-8 weeks after ATT. (Adjusted HR=0,502 ; 0,196-1,287 ; P value=0,151) controlled by types of ARV regiments and classification of TB cure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Hidayati
"Pendahuluan: Jumlah penderita dan kasus kematian akibat infeksi virus COVID -19 setiap harinya terus bertambah dan terus muncul varian virus COVID yang baru. Lebih dari 80% kematian karena COVID-19 terjadi pada penderita yang berusia di atas 65 tahun dan memiliki riwayat komorbid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kematian COVID-19 pada pasien lansia yang melakukan rawat inap di RSUD Karanganyar.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder dari file data base rekam medis pasien rawat inap di RSUD Karanganyar yaitu sebanyak 322 pasien lansia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik untuk menguji hubungan variabel independen jenis kelamin, TBC paru, diabetes mellitus, ginjal kronis, stroke, dan jantung dengan kematian pasien COVID-19 lansia sebagai variabel dependennya.
Hasil: Sebanyak 61 (18,9%) pasien COVID-19 lansia meninggal dunia. Sebanyak 33 (54,1%) pasien lansia adalah perempuan dan 28 (45,9%) laki – laki. Penyakit komorbid yang paling banyak diderita adalah DM 13 (21,3%) ,hipertensi 10 (16,4%), stroke 7 (11,5%), ginjal kronis 5 (8,2%), jantung 5 (8,2%), dan TBC paru yaitu 2 (3,3%) pasien lansia. Hasil uji multivariat menunjukkan riwayat hipertensi memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kematian pasien COVID-19 lansia dengan nilai p value 0,022 dan OR 2,647 (95% CI 1,154 – 6,070) sedangkan variabel lain tidak berhubungan.
Kesimpulan: Penyakit hipertensi merupakan faktor yang berisiko meningkatkan kematian pasien COVID-19 lansia di RSUD Kabupaten Karanganyar.

Background: The number of death cases of COVID-19 virus infection increase every day and new variants of the COVID virus continue to emerge. More than 80% of deaths due to COVID-19 occur in patients over the age of 65 and have comorbidities. The purpose of this study was to determine the factors that can increase the risk of death from COVID-19 in elderly patients who are hospitalized at Karanganyar Hospital.
Methods: This research is a quantitative study with a cross sectional design using secondary data from the medical record data base of hospitalized patients at Karanganyar Hospital, as many as 322 elderly patients. Data analysis was performed using logistic regression to examine the relationship between variables of gender, pulmonary tuberculosis, DM, chronic kidney disease, stroke, and heart disease with the death of elderly COVID-19 patients.
Result: A total of 61 (18.9%) elderly COVID-19 patients died. A total of 33 (54.1%) were women and 28 (45.9%) were men. The most common comorbid diseases were DM 13 (21.3%), hypertension 10 (16.4%), stroke 7 (11.5%), chronic kidney 5 (8.2%), heart 5 (8.2 %), and pulmonary tuberculosis in 2 (3.3%) elderly patients. The results of the multivariate test showed that hypertension had a statistically significant relationship with the death of elderly COVID-19 patients with a p value of 0.022 and OR:2.647 (95% CI 1.154 – 6.070) while other variables were not related.
Conclusion: Hypertension is a risk factor for increasing the mortality of elderly COVID-19 patients in Karanganyar District Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Widyawati
"Telah dilakukan penelitian peran n-acetlylcsteine (NAC) dosis tinggi jangka pendek pada perubahan klinis dan kadar protein C-reaktif (CRP) penderita penyakit paru obstruksi kronik eksaserbasi akut di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain completely randomized experiment. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran n-acetylcysteine dosis tinggi jangka pendek terhadap perubahan kiinis dan nilai CRP penderita PPOK eksaserbasi akut.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua penderita PPOK eksaserbasi akut tanpa disertai gagal jantung, penyakit hepar, batu ginjal dan gagal ginjal, kanker paru, infeksi di Iuar saluran pernapasan, diabetes melitus dan pemakai kortikosteroid oral. Semua penderita dinilai skala klinis dan CRP sebelum dan 5 hari setelah periakuan. Penilaian skala klinis berupa kesulitan mengeluarkan dahak dan auskultasi paw. Pemeriksaan nilai CRP menggunakan metode kuantitatif high sensity CRP.
Subyek penelitian berjumlah 42 orang, secara random dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, NAG 600 mg dan NAC 1200 mg, masing-masing kelompok terdiri dari 14 orang. Semua subyek penelitian mendapatkan terapi standar berupa aminofilin drip, cefotaxim 1 gram 1 12 jam IV, metilprednisoion 62,5 mg 1 8 jam IV, nebulizer ipratropium bromida 4x20 µg/hari dan fenoterol 4x200 µg/hari. Penelitian diikuti selama 5 hari dan tiap hari dinilai skala klinis. Data yang diperoleh dianalisis uji beda dengan ANOVA dan uji korelasi dengan uji pearson, dikatakan bermakna bila p < 0,05.
Hasil penelitian didapatkan perbedaan penurunan skala klinis antara kelompok kontrol dengan NAC 600 mg 1,21 (p=0,001), kelompok kontrol dengan NAC 1200 mg 3,71 (p=0,000), dan kelompok NAC 600 mg dengan NAC 1200 mg 2,50 (p=000). Perbedaan penurunan rata-rata kadar CRP antara kelompok kontrol dengan NAC 600 mg 16,93 (p=0,266), kelompok kontrol dengan NAC 1200 mg -14,97 (p=0,39). Lama perawatan di rumah sakit kelompok kontrol adalah 6-14 hari, rata-rata 7 hari (SD 2,287), kelompok NAC 600 6-12 hari, rata-rata 6,71 hari (SD 1,637) dan kelompok NAC 1200 6-10 hari, rata-rata 6,50 hari (SD 1,160). Uji korelasi antara kadar CRP dengan hitung leukosit didapatkan korelasi sedang dan bermakna. (r=0,402; p=0,08), dan korelasi antara kadar CRP dan hitung jenis neutrofil adalah korelasi sedang dan bermakna. (r-0,423; p=0,05). Hasil penelitian di atas menunjukkan perbedaan skala klinis lebih besar pada penderita PPOK eksaserbasi akut dengan pemberian NAC dosis tinggi jangka pendek dibandingan tanpa pemberian NAC. Perbedaan nilai CRP tidak lebih besar pada penderita PPOK eksaserbasi akut dengan pemberian NAC dosis tinggi jangka pendek dibanding tanpa pemberian NAC. Perbedaan skala klinis lebih besar pada penderita PPOK eksaserbasi akut dengan pemberian NAC dosis tinggi jangka pendek dibanding dengan pemberian NAC dosis lazim. Perbedaan nilai CRP tidak lebih besar pada penderita PPOK eksaserbasi akut dengan pemberian NAC dosis tinggi jangka pendek dibanding dengan pemberian NAC dosis lazim.
Kesimpulan penelitian adalah pemberian NAC dosis tinggi jangka pendek dapat memberikan perbaikan klinis pada penderita PPOK eksaserbasi akut, tetapi tidak terdapat perubahan nilai CRP yang bermakna.

Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is an obstructive airway disorder characterized by slowly progressive and irreversible or only partially reversible. Oxidative stress is increased in patients with COPD, particularly during exacerbations and reactive oxygen species contribute to its path physiology. These suggest that antioxidants may be use in the treatment of COPD. Other studies have shown that nacetylcysteine (NAC) has antioxidant and antiinflamatory properties. In vitro, NAC inhibit neutrophil chemotaxis, interleukin (1L)-8 secretion and other pro-inflammatory mediators such as the transcription nuclear factor (NF)-izB, which is directly correlated with the production of the systemic inflammatory marker C-reactive protein (CRP).
The aim of this study was to evaluate the role of high dose-short course n-acetylcysteine in clinical improvement and C - reactive protein's patients with exacerbations of chronic obstructive pulmonary disease. Forty two patients exacerbations of COPD participated in this study. The subjects were randomly assigned, divided by three treatment groups: placebo (n=14), NAC 600 mg/day (n=14) and NAC 1200 mg/day (n=14). Concomintant use of inhaled B2-agonist and anticholinergics, aminophylline drip, cefotaxim 1g/12h, methylprednisolon 62,5mg/8h were permitted during the study, while the use of antitussive and mucolitic were prohibited. Clinical symptoms were scored on 2-point scales, difficulty of expectoration and auscultation breath sound. CRP level are determined by high sensitivity C-reactive protein (HS-CRP). All measurements would be taken in baseline and were repeated after 5 days.
The results of this study showed that clinical outcomes were improved significantly in patients treated with NAC compared to placebo and clinical outcome of patients treated with NAC 1200 mg/day were more frequently significant than treated with NAC 600 mg/day. There was no significantly reduction in CRP level.
The conclusion was treatment with high dose short course NAC improving clinical outcomes in patients exacerbations of COPD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>