Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196599 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifanny Adelia Dewinasjah
"Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, dimana mutu atau kualitasnya perlu dijaga agar dapat meningkatkan kepuasan pasien. Pelayanan kefarmasian di apotek terdiri dari dua kegiatan, baik kegiatan manajerial ataupun pelayanan farmasi klinik. Apoteker yang bekerja di suatu apotek perlu melakukan evaluasi secara berkala terhadap dua aspek tersebut agar mutu pelayanan di apotek tersebut terjaga. Penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini adalah terkait evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi berdasarkan indikator jumlah penolakan barang atau obat, waktu tunggu pelayanan resep obat, dan analisa resep. Observasi dan pengumpulan data dilakukan selama 28
hari. Terdapat penolakan barang atau obat sebanyak 45 kali dengan tingkat persentase paling banyak yaitu obat keras dan paling sedikit adalah barang HV lainnya.
Berdasarkan waktu tunggu pelayanan untuk obat resep racik dan non racik di Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi sudah baik dan sesuai dengan standar yang berlaku. Petugas Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi pun dinilai sudah melakukan pengkajian resep dengan tepat dan cermat untuk mencegah terjadinya medication error. Evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di Summarecon Bekasi berdasarkan ketiga indikator tersebut sudah dilaksanakan dengan baik, namun sebaiknya evaluasi untuk
selanjutnya dilakukan atas dua faktor yaitu persepsi pasien dan layaan sesungguhnya yang diharapkan oleh pasien.

Pharmaceutical services are an integral part of health services, where quality needs to be maintained in order to increase patient satisfaction. Pharmaceutical services in pharmacies consist of two activities, either managerial activities or clinical pharmacy services. Pharmacists who work in a pharmacy need to periodically evaluate these two aspects so that the quality of service at the pharmacy is maintained. The research carried out in this final assignment is related to evaluating the quality of pharmaceutical services at Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy based on indicators of the number of refusals of goods or medicines, waiting time for prescription drug services, and prescription analysis. Observations and data collection were carried out for 28 days. There were 45 rejections of goods or medicines with the highest percentage being hard drugs and the least being other HV goods. Based on the waiting time, the service for compounded and non-mixed prescription medicines at Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy is good and in accordance with applicable standards. Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy staff were also assessed as having reviewed prescriptions appropriately and carefully to prevent medication errors. Evaluation of the quality of pharmaceutical services at Summarecon Bekasi based on these three indicators has been carried out well, but further evaluation should be carried out on two factors, namely the perception of the actual service received by the patient and the actual service expected by the patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saori Salma Adelia
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai transaksi harian berdasarkan pelayanan resep maupun non resep, serta tingkat penolakan di Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi. Metode yang digunakan adalah analisis data transaksi harian selama periode tertentu dengan memperhatikan jenis pelayanan yang diberikan, baik resep maupun non resep, serta mencatat jumlah penolakan yang terjadi. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase yang dihasilkan dari nilai transaksi pada pelayanan tanpa resep lebih tinggi dibanding dengan resep dan nilai rata-rata basket size yaitu 2,1 perharinya yang menunjukan, minimal pembelian sebanyak 2 item pada seluruh transaksi perhariannya. Selain itu, tingkat penolakan juga memengaruhi kinerja apotek dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Penelitian ini memberikan wawasan yang berguna bagi manajemen Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi dalam meningkatkan efisiensi pelayanan dan mengoptimalkan pendapatan melalui pemahaman yang lebih baik terhadap pola transaksi dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

This research aims to analyze the daily transaction value based on prescription and non-prescription services, as well as the rejection rate at Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy. The method used is analysis of daily transaction data over a certain period by paying attention to the type of service provided, both prescription and non-prescription, as well as recording the number of refusals that occur. The results of the analysis show that the resulting percentage of transaction value for non-prescription services is higher than with prescriptions and the average basket size value is 2.1 per day, which shows that there is a minimum purchase of 2 items in all daily transactions. Apart from that, the rejection rate also affects the pharmacy's performance in providing services to customers. This research provides useful insights for the management of Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy in improving service efficiency and optimizing revenue through a better understanding of transaction patterns and the factors that influence them.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Angelia Yohana Ulina
"Apotek memegang peran penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam perkembangan ilmu kefarmasian, apotek bukan hanya sebagai tempat pengambilan obat, melainkan juga penyedia pelayanan farmasi yang komprehensif. Apotek Kimia Farma, sebagai jaringan apotek milik pemerintah terbesar di Indonesia, berkomitmen untuk meningkatkan akses ke layanan apotek berkualitas. Penelitian ini menyoroti evaluasi waktu tunggu pelayanan resep obat di Apotek Kimia Farma Kebon Bawang. Waktu tunggu diukur sebagai selang waktu antara penyerahan resep dan pengambilan obat, menjadi indikator utama kualitas pelayanan. Berdasarkan regulasi, waktu tunggu pelayanan resep harus berada dalam kisaran 15-30 menit. Evaluasi mencakup pelayanan resep obat non-racikan dan obat racikan, masing-masing memiliki standar waktu tunggu tersendiri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan observasional, termasuk pengamatan langsung dan pengukuran waktu menggunakan stopwatch. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu tunggu dievaluasi secara menyeluruh. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat racikan dan obat non-racikan di Apotek Kimia Farma Kebon Bawang adalah 18 menit 32 detik dan 6 menit 22 detik. Waktu tunggu ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh regulasi mencerminkan efisiensi pelayanan dan pengalaman positif bagi pasien. Penelitian ini menegaskan pentingnya pelayanan farmasi yang cepat dalam memenuhi harapan pasien, mematuhi standar regulasi, dan berkontribusi pada hasil kesehatan yang lebih baik serta kepuasan pasien.

Pharmacies play a crucial role in public healthcare services. With the advancement of pharmaceutical science, pharmacies have transformed from mere medication dispensers into comprehensive pharmaceutical service providers. Kimia Farma Pharmacy, as the largest government-owned pharmacy chain in Indonesia, is committed to enhancing access to quality pharmacy services. This study focuses on the evaluation of waiting times for prescription medication services at Kimia Farma Pharmacy, Kebon Bawang. Waiting time is measured as the duration between prescription submission and medication dispensing, serving as a key indicator of service quality. According to the Ministry of Health Regulation No. 73 of 2016, the required waiting time for prescription services should fall within the range of 15-30 minutes. The evaluation encompasses both non-compounded and compounded prescription services, each with its unique waiting time standard. The research adopts a descriptive and observational methodology, involving direct observations and stopwatch measurements to calculate waiting times. Various factors influencing waiting times are comprehensively assessed. The findings reveal that the average waiting time for compounded and non-compounded prescription medication services at Kimia Farma Pharmacy, Kebon Bawang, is 18 minutes and 32 seconds and 6 minutes and 22 seconds, respectively. These waiting times align with the standards established by the Ministry of Health, reflecting service efficiency and a positive patient experience. This study underscores the importance of prompt pharmaceutical services in meeting patient expectations, adhering to regulatory standards, and contributing to improved health outcomes and patient satisfaction."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana
"Standar pelayanan kefarmasian merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien. Mengingat pentingnya pelayanan kefarmasian yang harus diberikan oleh tenaga farmasi di apotek, maka tugas khusus ini dilakukan yang untuk mengamati pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian oleh petugas apotek di Aotek Kimia Farma 382 dan Pusat Pelayanan Obat RS Bhayangkara Brimob Depok kepada pasien. Data dalam tugas khusus ini dikumpulkan secara deskriptif berupa standar operasional prosedur (SOP) sistem penerimaan resep umum dan kredit. Dari hasil analisis mengenai sistem pelayanan kefarmasian pada Apotek Kimia Farma 382 dan Pusat Pelayanan Obat RS Bhayangkara Depok telah melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian sesuai dengan Permenkes no. 73 Tahun 2016 tentang Sandar Pelayanan Kefarmasian dengan baik. Sistem pelayanan kefarmasian yang dilakukan yaitu pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat, dan pelayanan kefarmasian di rumah.

Pharmaceutical service standards are benchmarks used as guidelines for pharmaceutical personnel in administering pharmaceutical services. Setting pharmaceutical service standards in pharmacies aims to improve the quality of pharmaceutical services, guarantee legal certainty for pharmaceutical staff, and protect patients and the public from irrational drug use in the framework of patient safety. Given the importance of pharmaceutical services that must be provided by pharmacists in pharmacies, this special task was carried out to observe the implementation of pharmaceutical service activities by pharmacists at Kimia Farma 382 Pharmacy and Drug Service Center at Bhayangkara Brimob Hospital, Depok, to patients. Data in this special assignment were collected descriptively in the form of standard operational procedures (SOP) for general prescription and credit acceptance systems. From the results of an analysis of the pharmaceutical service system at the Kimia Farma 382 Pharmacy and the Drug Service Center at the Bhayangkara Hospital, Depok, pharmaceutical service activities have been carried out in accordance with Permenkes no. 73 Tahun 2016 about Good Pharmaceutical Service Standards. The pharmaceutical service system that is carried out is prescription review, dispensing, drug information services, and home pharmacy services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mulzimatus Syarifah
"Apotek merupakan salah satu sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kefarmasian di apotek merupakan suatu layanan yang dilakukan secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Setiap kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan farmasi di apotek perlu dilakukan dokumetasi yang baik. Hal ini berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan. Dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, terdapat beberapa indikator evaluasi mutu pelayanan yang dapat digunakan salah satunya ialah lama waktu tunggu pelayanan resep. Evaluasi waktu tunggu pelayanan obat tersebut dilakukan di KFA THI pada periode Januari 2023 sesuai dengan standar yang berlaku. Waktu tunggu pelayanan yang dilakukan KFA THI telah memenuhi standar Kemenkes RI dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Namun tidak memenuhi standar yang ditetapkan KFA, yaitu untuk resep racikan maksimal 30 menit dan resep nonracikan maksimal 15 menit.

Pharmacy is one of the facilities or facilities of health services. Pharmaceutical services in pharmacies are services that are carried out directly and responsibly to patients related to pharmaceutical preparations with the intention of improving the quality of life of patients. Every activity carried out in pharmacy services in pharmacies needs to be done good documentation. This is useful for evaluating activities in an effort to improve service quality. In the implementation of the evaluation, there are several indicators of service quality evaluation that can be used, one of which is the length of waiting time for prescription services. The evaluation of the waiting time for drug services will be carried out at KFA THI in the January 2023 period in accordance with applicable standards. The waiting time for services carried out by KFA THI has met the standards of the Indonesian Ministry of Health in pharmaceutical services at pharmacies. However, it does not meet the standards set by the KFA, namely for concoction recipes for a maximum of 30 minutes and non-concocted recipes for a maximum of 15 minutes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Lestari Negari
"Apotek merupakan salah satu sarana kegiatan pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik di apotek mencakup pengkajian resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Program Rujuk Balik (PRB) merupakan pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh apotek Kimia Farma 007 Djuanda, dimana pemberian obat-obatan kepada pasien penyakit kronis dengan kondisi stabil. Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal, menjadi salah satu jenis penyakit kronik yang dilayani pada PRB. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui kesesuaian pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 007 Djuanda Bogor dengan standar pelayanan kefarmasian di Apotek, serta melakukan pengkajian resep pasien diabetes melitus Apotek Kimia Farma 007 Djuanda. Pengkajian resep dilakukan berdasarkan kelengkapan pada aspek administratif, farmasetik dan klinis, kemudian ditentukan apakah pemberian resep tersebut telah memenuhi persyaratan aspek atau belum. Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pelayanan kefarmasian yang diterapkan di Apotek Kimia Farma 007 Djuanda meliputi pengkajian resep, dispensing obat, PIO, konseling, pelayanan apotek digital sebagai pelayanan home pharmacy care, PTO, dan MESO serta hasil pengkajian resep terdapat belum memenuhi kelengkapan pada aspek administrasi dan aspek klinis berupa data diri pasien, alergi pasien, cara pemberian obat, duplikasi obat, dan interaksi obat.

Pharmacy is one of the pharmaceutical service activities that aim to improve the quality of life of patients. Clinical pharmacy services at pharmacies include prescription review, dispensing, Drug Information Services (PIO), counseling, home pharmacy care, Drug Therapy Monitoring (PTO), and Monitoring Drug Side Effects (MESO). The Reverse Referral Program (PRB) is a pharmaceutical service provided by Kimia Farma 007 Djuanda pharmacy, which provides medicines to patients with chronic diseases with stable conditions. Diabetes Mellitus is a metabolic disorder characterized by an increase in blood glucose levels beyond normal, being one type of chronic disease served in PRB. The purpose of this observation is to determine the suitability of pharmaceutical services at the Kimia Farma 007 Djuanda Pharmacy in Bogor with the pharmaceutical service standards at the Pharmacy, and to assess the prescriptions of patients with diabetes mellitus at the Kimia Farma 007 Djuanda Pharmacy. Prescription review is carried out based on completeness in administrative, pharmaceutical and clinical aspects, then it is determined whether the prescription has fulfilled the required aspects or not. Based on the results of observations, it can be concluded that the pharmaceutical services applied at the Kimia Farma 007 Djuanda Pharmacy include prescription review, drug dispensing, PIO, counseling, digital pharmacy services as home pharmacy care services, PTO, and MESO and the results of the prescription review do not yet complete of the administration and clinical aspects in the form of patient personal data, patient allergies, how to administer drugs, drug duplication, and drug interactions.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Manuela
"Mutu pelayanan kefarmasian merupakan salah satu praktik standar kefarmasian untuk memberikan pelayanan yang baik dan tepat demi menyehatkan masyarakat. Pemastian akan pemenuhan mutu pelayanan farmasi klinik yang dilakukan dapat diperoleh dari evaluasi terhadap performa layanan kepada pasien serta kesesuaian obat dalam resep dengan formularium puskesmas. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas menjelaskan bahwa evaluasi mutu pelayanan kefarmasian merupakan hal yang wajib dilakukan sehingga penulisan laporan ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran mutu pelayanan di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Cakung sesuai dengan standar yang berlaku dan kesesuaian peresepan obat dengan formularium puskesmas serta merekomendasikan perbaikan pelayanan yang belum memuaskan. Penelitian dilakukan dengan studi literatur, observasi langsung kegiatan pelayanan di instalasi farmasi, survei melalui penyebaran angket ke pasien rawat jalan di ruang tunggu instalasi farmasi, mencatat daftar obat yang diresepkan dengan di formularium, dan berdiskusi dengan apoteker penanggung jawab. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa waktu tunggu pelayanan resep obat jadi diperoleh rata-rata selama 8,15 menit dan obat racikan 24,33 menit, persentase ketepatan pengkajian resep diperoleh sebesar 94,44% dan pemberian informasi obat 100%. Tingkat kepuasan pasien dinilai dari parameter fasilitas sebesar 93,33%, keandalan 97,77%, daya tanggap 100%, jaminan 100%, dan kepedulian 100%. Penulisan resep dengan formularium puskesmas juga sudah sesuai. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Cakung sudah sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian dan penulis merekomendasikan penambahan tenaga kerja di ruang apotek, pengkajian resep dengan lebih cermat, dan penyusunan tempat duduk yang rapi.

The quality of pharmaceutical services is one of the standard pharmaceutical practices to provide appropriate services to society. The fulfillment of the quality of clinical pharmacy services can be obtained from evaluating the performance of services to patients and the suitability of drugs in prescriptions with the formulary. Minister of Health 74 of 2016 Concerning Standards for Pharmaceutical Services at Community Health Centers explains that evaluation of the pharmaceutical services is mandatory, so this report aimed to evaluate the service quality at the Cakung Health Center in accordance with applicable standards, conformity of drug prescriptions to the formulary and to recommend service improvements. The research was done through literature studies, direct observation of service activities, questionnaires surveys to outpatients in the pharmacy waiting room, recording the list of prescribed drugs in the formulary, and discussion with the pharmacist in charge. The results of the evaluation showed the waiting time for prescription drug service was on average 8.15 minutes and for concoctions 24.33 minutes, the prescription review accuracy was 94.44%, and drug information delivery was 100%. The level of patient satisfaction was assessed from the facility parameters of 93.33%, 97.77% reliability, 100% responsiveness, 100% assurance, and 100% care. Prescription writing with the formulary was also appropriate. It was concluded that the quality of pharmaceutical services at the Cakung Health Center was in accordance with Pharmaceutical Service Standards and the authors recommended adding more workers to the pharmacy room, more careful prescription studies, and neat seating arrangements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Permata Sari
"Program Rujuk Balik (PRB) adalah suatu program yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan untuk menjamin kebutuhan obat peserta BPJS yang memiliki penyakit kronis dengan kondisi stabil dengan diberikannya surat rujukan dari dokter spesialis. Pasien PRB merupakan pasien – pasien dengan penyakit kronis yang umumnya mendapatkan terapi obat yang cukup banyak. Hal ini seringkali berpotensi terhadap ketidakpatuhan minum obat. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pemantauan / monitoring terhadap penggunaan obat pasien oleh apoteker yang bertugas di apotek. Kegiatan monitoring ini dilakukan sebagai follow up kepada pasien agar terwujudnya keberhasilan terapi. Telefarmasi merupakan pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien dengan memanfaatkan teknologi informasi, sehinga pasien tidak langsung berinteraksi dengan apoteker (Direktorat Pelayanan Kefarmasian, 2021). Seluruh pasien yang berhasil dihubungi menyatakan telah patuh mengkonsumsi obat yang sudah diberikan. Akan tetapi untuk obat yang belum diberikan, pasien tidak mengkonsumsi obat tersebut. Satu dari sepuluh pasien yang berhasil dihubungi menyatakan telah membeli obat di tempat lain dan melanjutkan konsumsi obat tersebut.

The Referral Back Program (PRB) is a program conducted by BPJS Kesehatan (Indonesia's national health insurance) to ensure the medication needs of BPJS participants with stable chronic conditions by providing a referral letter from a specialist doctor. PRB patients are individuals with chronic illnesses who typically require a significant amount of medication therapy. This often poses a risk of non-compliance with medication regimens. Therefore, it is necessary to monitor the medication use of patients by pharmacists working in pharmacies. This monitoring activity serves as a follow-up to patients to ensure the success of their therapy. Tele-pharmacy is a pharmaceutical service provided to patients utilizing information technology, allowing patients to interact indirectly with pharmacists (Directorate of Pharmaceutical Services, 2021). All contacted patients stated that they were compliant with the prescribed medication. However, for medications not yet provided, patients did not consume those medications. One out of ten contacted patients reported purchasing the medication from another source and continuing its use."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik pelayanan kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat dan keamanannya. Selain itu pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien terkait dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup (outcome) pasien. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016, pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP, serta pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP mencakup proses perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, serta pencatatan dan pelaporan. Sementara pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care), pemantauan terapi obat (PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Jenis penelitian termasuk penelitian deskriptif non eksperimental terhadap Apotek Kimia Farma Duren Tiga. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta pelayanan farmasi klinis yang diterapkan di Apotek Kimia Farma Duren Tiga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016. Namun dalam implementasi pelayanan farmasi klinis, ada beberapa kegiatan yang mayoritas belum terlaksana di Apotek Kimia Farma Duren Tiga, seperti pemantauan terapi obat, home pharmacy care, dan MESO.

Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmaceutical service practices are carried out by pharmacists. Pharmaceutical Services is a direct and responsible service to patients related to pharmaceutical preparations with the aim of achieving definite results to improve the patient's quality of life. Pharmacists are responsible for managing pharmaceutical preparations, medical devices and consumable medical materials in pharmacies according to applicable regulations and ensuring their quality, benefits and safety. In addition, clinical pharmacy services in pharmacies are part of pharmaceutical services that are direct and responsible to patients in relation to pharmaceutical preparations, medical devices, and BMHP with the aim of achieving definite results to improve the patient's quality of life (outcome). Based on the Regulation of the Minister of Health Number 73 of 2016, pharmaceutical services in hospitals include standard management of pharmaceutical preparations, medical devices and BMHP, as well as clinical pharmacy services. The management of pharmaceutical preparations, medical devices and BMHP includes planning, procurement, receipt, storage, destruction, control, as well as recording and reporting processes. While clinical pharmacy services include reviewing prescriptions, dispensing, drug information services (PIO), counselling, home pharmacy care (home pharmacy care), drug therapy monitoring (PTO), and Drug Side Effects Monitoring (MESO). This type of research includes non-experimental descriptive research on Kimia Farma Duren Tiga Pharmacy. The management of pharmaceutical preparations and medical devices as well as clinical pharmacy services implemented at the Kimia Farma Duren Tiga Pharmacy is in accordance with the Minister of Health Regulation Number 73 of 2016. However, in the implementation of clinical pharmacy services, there are several activities that the majority have not been implemented at the Kimia Farma Duren Tiga Pharmacy. such as drug therapy monitoring, home pharmacy care, and MESO."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Hanunah Ulfa
"Pelayanan kefarmasian menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka memenuhi hak asasi akan kesehatan. Pelayanan farmasi klinik di apotek bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang meliputi rangkaian pelayanan dari pengkajian dan pelayanan resep, dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), home pharmacy care, pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring efek samping obat (MESO). Observasi ini bertujuan untuk menilai kesesuaian sistem pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 050 Merdeka dengan standar pelayanan kefarmasian di Apotek, serta memperoleh data kesesuaian dan kelengkapan resep yang diterima Apotek Kimia Farma 050 Merdeka. Data dikumpulkan secara deskriptif. Analisa resep dilakukan berdasarkan aspek administratif, farmasetik dan klinis, kemudian ditentukan apakah pemberian resep tersebut sudah sesuai persyaratan aspek atau belum. Hasil observasi menunjukkan bahwa sistem pelayanan kefarmasian yang diterapkan di Apotek Kimia Farma 050 Merdeka meliputi pengkajian resep secara administratif, farmasetik, klinis dan Pelayanan Informasi Obat (PIO), serta resep-resep yang diterima pada periode April di Apotek Kimia Farma 050 Merdeka telah sesuai, ditinjau dari aspek administratif, farmasetik dan klinis.

Pharmaceutical services are a very important aspect in order to fulfill the human right to health. Clinical pharmacy services in pharmacies aim to improve the quality of life of patients which includes a range of services from assessment and prescription services, dispensing, drug information services (PIO), home pharmacy care, monitoring drug therapy (PTO), and adverse drug reaction monitoring (MESO). This observation aims to assess the suitability of the pharmaceutical service system at Apotek Kimia Farma 050 Merdeka with pharmaceutical service standards at the Pharmacy, as well as to obtain data on the suitability and completeness of prescriptions received at Apotek Kimia Farma 050 Merdeka. Data was collected descriptively. Prescription analysis is carried out based on administrative, pharmaceutical and clinical aspects, then it is determined whether the prescription meets the aspect requirements or not. The observation results show that the pharmaceutical service system implemented at Apotek Kimia Farma 050 Merdeka includes reviewing administrative, pharmaceutical, clinical prescriptions and Drug Information Services (PIO), as well as prescriptions received in the April period at Apotek Kimia Farma 050 Merdeka are appropriate, from administrative, pharmaceutical and clinical aspects."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>