Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Ananda
"Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) berperan sebagai fasilitas penting yang menyediakan layanan kesehatan, termasuk pelayanan farmasi klinik. Kesehatan masyarakat membutuhkan pemahaman dan penerapan yang baik terutama dalam penggunaan obat yang rasional dan aman. Hipertensi, masalah kesehatan global yang serius, sering kali memerlukan penanganan dengan obat antihipertensi yang biasanya dikombinasikan dengan obat lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi resep obat antihipertensi di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo pada Oktober 2022. Melalui pendekatan retrospektif, data resep pasien hipertensi dianalisis untuk mengidentifikasi obat yang sering dikombinasikan dengan obat antihipertensi. Hasil analisis menunjukkan bahwa amlodipin merupakan obat antihipertensi yang paling sering diresepkan. Kombinasi paling umum amlodipin adalah dengan simvastatin 20 mg, vitamin B12, dan parasetamol. Persentase tertinggi kombinasi amlodipin dengan simvastatin 20 mg mencapai 27,9%. Perlunya perhatian terhadap kombinasi obat yang sering diresepkan kepada pasien hipertensi. Rekomendasi yang diajukan adalah mempertimbangkan pemberian jeda waktu antar obat guna mengurangi risiko interaksi obat yang mungkin terjadi. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dalam penggunaan obat antihipertensi pada pasien di Puskesmas, serta memberikan kontribusi dalam perbaikan layanan farmasi klinik bagi pasien hipertensi secara umum.

Public Health Centers (Puskesmas) play a crucial role as facilities providing healthcare services, including clinical pharmacy services. Public health requires a sound understanding and application, particularly in the rational and safe use of medications. Hypertension, a serious global health issue, often necessitates treatment with antihypertensive drugs, commonly in combination with other medications. This study aims to evaluate antihypertensive drug prescriptions at the Pasar Rebo Sub-District Public Health Center in October 2022. Through a retrospective approach, prescription data of hypertensive patients were analyzed to identify frequently combined medications with antihypertensive drugs. The analysis revealed that amlodipine was the most prescribed antihypertensive drug. The most frequent combination with amlodipine included simvastatin 20 mg, vitamin B12, and paracetamol. The highest percentage observed was the combination of amlodipine with simvastatin 20 mg, reaching 27.9%. There is a necessity for attention to frequently prescribed drug combinations for hypertensive patients. Recommendations suggest considering intervals between medications to reduce potential drug interactions. This action is expected to enhance safety in the use of antihypertensive drugs for patients at the Public Health Center and contribute to improving clinical pharmacy services for hypertensive patients overall."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rahmawati Hidayat
"Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di setiap negara. Peningkatan keparahan hipertensi dan adanya indikasi penyakit lain baik yang terkait ataupun tidak terkait hipertensi membutuhkan terapi obat tambahan untuk mengoptimalkan terapi dan mengurangi efek samping obat. Penggunaan obat dalam jumlah banyak dapat meningkatkan resiko interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk memperoleh gambaran karakteristik pasien hipertensi, karakteristik resep dan potensi interaksi obat dalam resep yang mengandung obat antihipertensi di Puskesmas Kecamatan Sukmajaya periode Juni-Nopember 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dan data diambil secara retrospektif.
Hasil analisis dari 350 lembar resep diperoleh persentase pasien perempuan (67,43%) lebih besar dari laki-laki (32,57%) dan prevalensi hipertensi tertinggi terjadi pada usia ≥55 tahun sebesar 60,57%. Potensi interaksi obat yang dianalisis menggunakan Micromedex memperoleh hasil sebesar 11,1% dan potensi interaksi yang paling sering terjadi adalah kombinasi kaptopril dengan obat golongan AINS. Mekanisme interaksi obat yang banyak terjadi adalah farmakokinetik sebesar 51,06%. Hasil uji Chi-square menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam resep dengan potensi interaksi, dengan nilai probabilitas sebesar 0.0001 dan nilai odd ratio sebesar 5,940 (15,588-2,263).

Hypertension is a common disease in each country. Increase severity of hypertension and presence of other disease whether related or not related of hypertension, require additional drug therapy to optimize therapy and reduce side effect of drugs. The use of drug in large amounts may increase the risk of drug interaction. The purpose of this research was to obtain hypertension patient characteristics, prescription characteristics, and potential drug interactions in prescription that containing antihypertensive drugs in Sukmajaya subsdistrict health center from June to November 2015. This research used descriptive analytic method and data were obtained retrospectively.
The results of analysis in 350 prescriptions was percentage of female patients (67.43%) higher than men (32.57%) and the highest prevalence of hypertension were occured at the age of ≥55 years. Potential drug interactions result that analyzed using Micromedex was 11.1% and the most frequently potential interaction was combination of captopril with NSAIDs groups. The mechanism of drug interaction that occurs frequently was pharmacokinetics of 51.06%. Chi-square test results showed that there was significant relationship between the number of drug in the prescription with potential interactions with a probability value of 0.0001, and the value of the odds ratio is 5.940 (15.588 to 2.263).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Tidara Poetri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian peresepan obat pasien rawat jalan Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan Formularium Nasional. Metode penelitian yang digunakan adalah systematic random sampling dengan mengambil 1 resep teratas dari setiap 5 resep yang muncul per halaman pada Web Sikda Optima, sehingga total sampel penelitian ini adalah 265 resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kesesuaian peresepan obat pasien dengan formularium nasional pada bulan September hingga Oktober adalah sebesar 91,46%. Terdapat 8 jenis obat yang tidak masuk ke dalam formularium nasional, antara lain Gliseril Guaiakolat tab 100 mg, Ambroksol tab 30 mg, OBH sirup, Ambroksol Sirup 15 mg/5 mL, Piroksikam tab 10 mg, Gentamisin Salep 0,1%, Tiamfenikol tab 500 mg, dan Boraks Gliserin. Ketidaksesuaian peresepan obat dengan formularium nasional dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kebutuhan akan bentuk sediaan obat tertentu untuk memudahkan pasien, belum dilakukannya pembaharuan Rancangan Kebutuhan Obat (RKO) sesuai dengan formularium nasional terbaru, dan adanya obat-obat hibah atau dropping yang tidak masuk ke dalam formularium nasional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah persentase kesesuaian peresepan obat pasien dengan formularium nasional pada Puskesmas Kecamatan Kalideres periode September-Oktober 2022 termasuk dalam kategori baik, dengan nilai persentase kesesuaian sebesar 90,91%. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian peresepan obat antara lain kebutuhan akan sediaan obat tertentu, obat dropping/hibah, dan kurangnya pengetahuan dokter mengenai formularium nasional. Beberapa jenis obat juga ditemukan tidak sesuai dengan formularium nasional.

This research aims to evaluate the appropriateness of outpatient prescription drugs at the Puskesmas in Kalideres Subdistrict with the National Formulary. The research method employed systematic random sampling, taking the top prescription from every 5 prescriptions displayed per page on the Sikda Optima Website, resulting in a total sample size of 265 prescriptions. The findings indicate a 91.46% percentage of prescription drug appropriateness with the national formulary from September to October. Eight types of drugs were found not listed in the national formulary, including Gliseril Guaiakolat tab 100 mg, Ambroxol tab 30 mg, OBH syrup, Ambroxol Syrup 15 mg/5 mL, Piroxicam tab 10 mg, Gentamicin Ointment 0.1%, Thiamphenicol tab 500 mg, and Borax Glycerin. The mismatch between prescription drugs and the national formulary can be attributed to various factors, such as the need for specific drug formulations for patient convenience, the lack of updating the Drug Needs Design according to the latest national formulary, and the provision of donated or dropped drugs not listed in the national formulary. In conclusion, the percentage of prescription drug appropriateness with the national formulary at Puskesmas Kalideres Subdistrict from September to October 2022 falls within a good category, with a percentage of the appropriateness of 90.91%. Factors contributing to the mismatch in drug prescriptions include the need for specific drug formulations, donated or dropped drugs, and the lack of knowledge among doctors regarding the national formulary. Additionally, several types of drugs were found to be inconsistent with the national formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Febrianti
"Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar setiap tahunnya dapat diketahui bahwa penyakit masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia serta diakibatkan oleh tidak tepatnya tata laksana diare baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Penelitian ini dilakukan terhadap Rekam medik balita yang mengalami diare yang datang ke poli Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Penelitian ini dibagi kedalam 5 kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks masa tubuh, penggunaan obat dan bentuk obat, dan tempat dosis. Hasil menunjukkan bahwa Pasien diare balita berjenis kelamin laki-laki memiliki kasus terbanyak yaitu 32 pasien (51.6%) dan perempuan berjumlah 30 pasien (48.4%). Jumlah usia pasien diare pada balita usia 0 tahun berjumlah 16 pasien (25.8%) dan usia 1 – 5 tahun berjumlah 46 pasien (74.2%). Kelompok indeks masa tubuh pasien diare pada balita berdasarkan standar WHO yaitu kelompok indeks masa tubuh kurang berjumlah yang diberikan 58 pasien (93.5%) dan indeks masa tubuh normal berjumlah 4 pasien (6.5%). Berdasarkan penggunaan obat dan bentuk sediaan obat diperoleh penggunaan obat pada pasien diare balita di poli MTBS lebih ke terapi supportif dengan oralit dan zinc. Pengobayan diare tepat dosis pada obat oralit dan zinc sebanyak 0 kasus (100%), dan cotrimoxazole tepat dosis sebanyak 2 kasus (66.67 %) dan terdapat 1 kasus (33.33%) tidak tepat dosis.

Based on the Household Health Survey, Mortality Study and Basic Health Research every year it is seen that disease is still the main cause of under-five mortality in Indonesia and is caused by improper handling of diarrhea both at home and in health. Facility. This research was conducted on the medical records of toddlers who experienced diarrhea who came to the Integrated Management of Sick Toddlers at the Pasar Rebo District Health Center. This study was divided into 5 groups based on gender, age, body mass index, drug use and drug form, and place of drug administration. The results showed that male toddlers with diarrhea had the most cases, namely 32 sufferers (51.6%) and 30 female sufferers (48.4%). The number of diarrhea sufferers in toddlers aged 0 years was 16 sufferers (25.8%) and aged 1-5 years were 46 sufferers (74.2%). Based on WHO standards, the body mass index group for diarrhea sufferers was less than 58 patients (93.5%) and 4 patients (6.5%) had normal body mass index. Based on the use of drugs and drug dosage forms, it was found that the use of drugs in children with diarrhea under five at the MTBS poly was more supportive of therapy with ORS and zinc. Treatment of diarrhea with ORS and zinc was dosed correctly in 0 cases (100%), and co-trimoxazole was dosed correctly in 2 cases (66.67%) and there was 1 case (33.33%) wrong dose."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafayta Sekar Amalina
"Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di puskesmas bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan sediaan yang efisien serta mutu pelayanan yang terkendali. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem untuk melakukan pengelolaan dalam perencanaan kebutuhan obat secara tepat. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat, Puskesmas Kecamatan Duren Sawit sebagai salah satu puskesmas kecamatan di daerah Jakarta Timur perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti ketersediaan anggaran dan kapasitas ruangan penyimpanan. Terkait dengan ketersediaan anggaran, salah satu sistem perencanaan yang dapat digunakan adalah analisis dengan metode VEN yang mengelompokkan item obat berdasarkan manfaat setiap obat terhadap kesehatan sesuai kategori vital (V), esensial (E), dan non-esensial (N). Sistem perencanaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran dalam menentukan prioritas perencanaan pengadaan obat. Kemudian, perlu dilakukan perhitungan perencanaan pengadaan menggunakan data konsumsi sebelumnya agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Metode yang dilakukan untuk menyusun tugas khusus ini adalah metode deskriptif untuk menganalisa perencanaan obat berdasarkan metode VEN. Data yang digunakan diperoleh secara retrospektif menggunakan data penggunaan obat dan stok akhir yang diambil dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) serta dilakukan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bawa terdapat sebanyak 24 item obat (13,72%) yang termasuk kategori vital (V), 119 item obat (68,00%) kategori esensial (E), dan 26 item obat (18,28%) yang termasuk kategori non esensial (N) di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Selain itu, terdapat sebanyak 132 item obat non program yang harus dilakukan pengadaan pada tahun 2023 yang terdiri atas 11 item obat vital, 99 item obat esensial, dan 19 item obat non esensial.

as budget availability and storage room capacity. Regarding budget availability, one of the planning systems that can be used is analysis using the VEN method, which groups drug items based on the health benefits of each drug according to vital (V), essential (E), and non-essential (N) categories. This planning system can increase the efficiency of budget use in determining priority drug procurement planning. Then, it is necessary to calculate procurement planning using previous consumption data in order to obtain more accurate results. The method used to develop this special assignment is a descriptive method to analyze drug planning based on the VEN method. The data used were obtained retrospectively using data on drug use and final stock taken from Usage Reports and Drug Request Sheets (LPLPO) as well as a literature study. The results showed that there were 24 drug items (13.72%) belonging to the vital category (V), 119 drug items (68.00%) essential category (E), and 26 drug items (18.28%) which included nonessential category (N) at the Duren Sawit District Health Center. In addition, there are 132 nonprogram drug items that must be procured in 2023 consisting of 11 vital drug items, 99 essential drug items, and 19 non-essential drug items."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafayta Sekar Amalina
"Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di puskesmas bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan sediaan yang efisien serta mutu pelayanan yang terkendali. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem untuk melakukan pengelolaan dalam perencanaan kebutuhan obat secara tepat. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat, Puskesmas Kecamatan Duren Sawit sebagai salah satu puskesmas kecamatan di daerah Jakarta Timur perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti ketersediaan anggaran dan kapasitas ruangan penyimpanan. Terkait dengan ketersediaan anggaran, salah satu sistem perencanaan yang dapat digunakan adalah analisis dengan metode VEN yang mengelompokkan item obat berdasarkan manfaat setiap obat terhadap kesehatan sesuai kategori vital (V), esensial (E), dan non-esensial (N). Sistem perencanaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran dalam menentukan prioritas perencanaan pengadaan obat. Kemudian, perlu dilakukan perhitungan perencanaan pengadaan menggunakan data konsumsi sebelumnya agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Metode yang dilakukan untuk menyusun tugas khusus ini adalah metode deskriptif untuk menganalisa perencanaan obat berdasarkan metode VEN. Data yang digunakan diperoleh secara retrospektif menggunakan data penggunaan obat dan stok akhir yang diambil dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) serta dilakukan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bawa terdapat sebanyak 24 item obat (13,72%) yang termasuk kategori vital (V), 119 item obat (68,00%) kategori esensial (E), dan 26 item obat (18,28%) yang termasuk kategori non esensial (N) di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Selain itu, terdapat sebanyak 132 item obat non program yang harus dilakukan pengadaan pada tahun 2023 yang terdiri atas 11 item obat vital, 99 item obat esensial, dan 19 item obat non esensial.

as budget availability and storage room capacity. Regarding budget availability, one of the planning systems that can be used is analysis using the VEN method, which groups drug items based on the health benefits of each drug according to vital (V), essential (E), and non-essential (N) categories. This planning system can increase the efficiency of budget use in determining priority drug procurement planning. Then, it is necessary to calculate procurement planning using previous consumption data in order to obtain more accurate results. The method used to develop this special assignment is a descriptive method to analyze drug planning based on the VEN method. The data used were obtained retrospectively using data on drug use and final stock taken from Usage Reports and Drug Request Sheets (LPLPO) as well as a literature study. The results showed that there were 24 drug items (13.72%) belonging to the vital category (V), 119 drug items (68.00%) essential category (E), and 26 drug items (18.28%) which included nonessential category (N) at the Duren Sawit District Health Center. In addition, there are 132 nonprogram drug items that must be procured in 2023 consisting of 11 vital drug items, 99 essential drug items, and 19 non-essential drug items."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Mitani Nur Alfaini
"Interaksi obat atau Drugs-Drugs Interaction (DDIs) merupakan kondisi terjadinya interaksi antara beberapa obat yang dikonsumsi bersamaan dan mengakibatkan adanya perubahan efek samping obat. Salah satu penyebab interaksi obat yaitu penggunaan obat dalam jumlah banyak dan tidak sesuai dengan kondisi pasien atau biasa disebut dengan polifarmasi. Pasien yang menerima lebih dari satu obat yang berpotensi mengalami DDIs menjadi perhatian tenaga kesehatan terutama bagi penulis resep untuk meningkatkan efektivitas terapi dan menghindari terjadinya efek obat yang tidak diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko efek samping dan interaksi obat pada resep polifarmasi di Apotek Roxy Depok. Metode penelitian yang dilakukan yaitu observasional deskriptif dengan rancangan cross-sectional yang dilakukan dalam sekali waktu. Sampel pada penelitian menggunakan data resep polifarmasi rawat jalan di Apotek Roxy Depok pada bulan November 2022. Pengambilan sampel menggunakan Teknik convenience sampling dan diperoleh sampel sebanyak 2 resep obat yang kemudian diidentifikasi terkait potensi efek samping dan interaksi obat pada masing-masing obat dalam resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 jenis potensi interaksi obat dalam 2 resep polifarmasi pasen rawat jalan di apotek Roxy Depok yang dilihat berdasarkan mekanisme dan tingkatannya. Berdasarkan mekansime, mayoritas potensi interaksi obat yang ditemukan pada resep polifarmasi di apotek Roxy Depok adalah interaksi farmakodinamik (50%), sementara berdasarkan tingkatannya mayoritas adalah interaksi moderate (75%). Kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat potensi efek samping pada masing-masing obat dalam 2 resep polifarmasi pasien rawat jalan di Apotek Roxy Depok dengan level yang variatif.

Drug interactions or Drugs-Drugs Interactions (DDIs) are conditions where interactions occur between several drugs taken simultaneously and result in changes in drug side effects. One of the causes of drug interactions is the use of drugs in large quantities that are not appropriate to the patient's condition or what is usually called polypharmacy. Patients who receive more than one drug that has the potential to experience DDIs are a concern for health workers, especially for prescribers, to increase the effectiveness of therapy and avoid unexpected drug effects. This study aims to determine the risk of side effects and drug interactions in polypharmacy prescriptions at the Roxy Depok Pharmacy. The research method used was descriptive observational with a cross-sectional design carried out at one time. The sample in the study used outpatient polypharmacy prescription data at the Roxy Depok Pharmacy in November 2022. Sampling used a convenience sampling technique and a sample of 2 drug prescriptions was obtained which was then identified regarding potential side effects and drug interactions for each drug in the prescription. The results of the study showed that there were 4 types of potential drug interactions in 2 outpatient polypharmacy prescriptions at the Roxy Depok pharmacy, which were seen based on the mechanism and level. Based on the mechanism, the majority of potential drug interactions found in polypharmacy prescriptions at the Roxy Depok pharmacy are pharmacodynamic interactions (50%), while based on the level the majority are moderate interactions (75%). The conclusion obtained was that there were potential side effects for each drug in the 2 outpatient polypharmacy prescriptions at the Roxy Depok Pharmacy with varying levels."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kandida Syifaa Diandra Putri
"Tuberkulosis resisten obat (TB RO) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang sangat dikhawatirkan karena pengobatan untuk TB RO membutuhkan obat antibiotik lini kedua, yang kurang efektif, lebih mahal dan juga lebih toksik, serta peralatan untuk menguji sensitivitas obat tidak tersedia di seluruh daerah. Seperti jenis antibiotik lainnya, antibiotik yang digunakan untuk TB juga tidak luput dari resistensi. Resistensi yang terus terjadi terhadap OAT akan mengakibatkan TB menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Mengingat hal-hal terkait dengan efek dan risiko penggunaan antibiotik lini kedua untuk TB RO, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh untuk menetapkan kebutuhan regimen terapi antibiotik yang sesuai dan aman untuk pasien sehingga pengobatan berlangsung secara tepat indikasi dan optimal. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan seperti yang dicantumkan sebelumnya. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data pasien, seleksi, dan analisis data. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, seluruh pasien diberikan OAT sesuai dengan indikasi dan dosis yang direkomendasikan oleh tatalaksana. Namun, durasi terapi yang dijalani lebih dari durasi terapi yang ditentukan berdasarkan waktu konversi biakan. Analisis data juga menunjukan bahwa pengalihan regimen terapi pendek ke panjang diakibatkan oleh efek samping obat yang dialami selama pengobatan dan hasil uji yang menandakan resistensi terhadap obat regimen jangka pendek.

Drug-resistant tuberculosis is a global health problem with great concern because treatment for drug-resistant tuberculosis requires second-line antibiotics, which are less effective, more expensive, more toxic, and equipment to test drug sensitivity is not available in all regions. Like other types of antibiotics, the antibiotics used for TB are also not immune from resistance. Resistance that continues to occur to antituberculosis drugs will cause TB to become an incurable disease. Given the issues related to the effects and risks of using second-line antibiotics for drug resistant tuberculosis, it is necessary to carry out a thorough evaluation to determine the need for an appropriate and safe antibiotic therapy regimen for the patient so that treatment takes place according to indications and is optimal. Therefore, this research was conducted with the objectives as stated earlier. The research was conducted by collecting patient data, selection, and data analysis. Based on the evaluation that was carried out, all patients were given antituberculosis drugs according to the indications and doses recommended by the guidelines. However, the duration of therapy was more than the duration of therapy determined based on the culture conversion time. Data analysis also showed that the switch from a short to a long regimen was caused by side effects of drugs experienced during treatment and test results indicating resistance to short-term regimen drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Felix Leonard A.M
"Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, calon Apoteker memperoleh kesempatan untuk melakukan analisis potensi interaksi dan penentuan waktu penggunaan obat dalam resep di apotek Kimia Farma No. 382 Kelapa Dua. Tugas khusus ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman calon Apoteker mengenai interaksi obat dan waktu penggunaan obat yang tepat. Pelaksanaan analisis resep dilakukan dengan cara mengambil dan memfoto resep yang telah disiapkan dan diserahkan oleh mahasiswa kepada pasien. Dari semua resep yang telah difoto kemudian dipilih resep-resep yang berisikan obat-obatan anti anti diabetes, anti hipertensi, anti kolesterol, asma, dan pengencer darah. Setelah itu dipilih 5 resep secara acak untuk kemudian dianalisis. Analisis potensi terjadinya interaksi obat dan penentuan waktu penggunaan obat yang tepat dalam resep (obat anti diabetes, anti hipertensi, anti kolesterol, asma dan pengencer darah) di Apotek Kimia Farma No. 382, telah dilakukan dengan baik. Dari kelima resep yang dianalisis terdapat tiga resep yang memiliki potensi interaksi farmakodinamik sinergis, satu resep yang memiliki interaksi farmakodinamik antagonis, dan satu resep yang memiliki interaksi farmakokinetik sinergis. Potensi interaksi tersebut dapat dicegah dengan cara meminumnya secara terpisah.

A prescription is a written request from a doctor, dentist or veterinarian to a pharmacist, either in paper or electronic form, to provide and deliver medicine to the patient in accordance with applicable regulations. In this Pharmacist Professional Work Practice (PKPA), prospective pharmacists have the opportunity to analyze potential interactions and determine the timing of use of drugs in prescriptions at Kimia Farma Pharmacy Number 382, Kelapa Dua. This special assignment aims to increase prospective pharmacists' understanding of drug interactions and the correct time to use drugs. Prescription analysis is carried out by taking and photographing prescriptions that have been prepared and handed over by students to patients. From all the recipes that had been photographed, recipes were selected which contained anti-diabetic, anti-hypertension, anti-cholesterol, asthma and blood thinner medicines. After that, 5 recipes were randomly selected and then analyzed. Analysis of the potential for drug interactions and determining the correct time to use prescription drugs (anti-diabetes, anti-hypertension, anti-cholesterol, asthma and blood thinners) at Kimia Farma Pharmacy Number 382, has been carried out well. Of the five recipes analyzed, there were three recipes that had potential synergistic pharmacodynamic interactions, one recipe that had antagonistic pharmacodynamic interactions, and one recipe that had synergistic pharmacokinetic interactions. This potential interaction can be prevented by drinking them separately.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shanifa Dianmurdedi
"PRB (Program Rujuk Balik) merupakan salah satu program pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang menderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di fasilitas kesehatan tingkat pertama atas rujukan atau rekomendasi dari dokter spesialis. Pasien PRB adalah pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung, asma, PPOK dan sebagainya yang umumnya mendapatkan lebih dari satu obat dalam satu resep yang disebut dengan polifarmasi. Pasien dengan resep polifarmasi memiliki risiko untuk mengalami interaksi obat lebih tinggi dibanding pasien yang menggunakan satu jenis obat. Potensi interaksi obat meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah obat yang diresepkan dalam satu resep. Pasien yang menerima resep polifarmasi berpotensi mengalami interaksi antar obat sebanyak 40% sehingga dibutuhkan pemantauan terapi obat dan interaksi obat dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas terapi dan menghindari terjadinya efek samping obat yang tidak diinginkan. Tugas khusus praktik kerja di Apotek Kimia Farma 562 Sunter periode Oktober 2023 ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi interaksi obat yang dapat terjadi pada resep polifarmasi pasien PRB di Apotek Kimia Farma 562 Sunter periode Oktober 2023. Pengidentifikasian potensi interaksi obat dilakukan dengan mengumpulkan resep pasien PRB yang ditebus di apotek sejumlah 446 resep. Resep diseleksi berdasarkan jumlah obat di dalam resep dan didapatkan 82 resep polifarmasi. Potensi interaksi obat pada masing-masing resep diidentifikasi melalui situs www.drugs.com dan didapatkan 82 resep memiliki potensi interaksi dan 2 resep tidak memiliki potensi interaksi, didapatkan total 542 interaksi obat yang dikelompokkan menjadi 58 interaksi mayor, 403 interaksi moderat, dan 81 interaksi minor. Pengumpulan data interaksi obat diperlukan oleh apoteker sebagai bentuk pemantauan terapi obat sehingga tujuan pengobatan tetap dapat tercapai secara maksimal dan meminimalisir kemungkinan terjadinya interaksi obat yang tidak diinginkan.

PRB (Program Rujuk Balik) is one of the health service programs provided to JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) participants who suffer from chronic diseases but currently in a stable condition and still require treatment or long-term nursing care which is carried out at first level health facilities based on referrals or recommendations from medical specialist. PRB patients are patients with chronic diseases such as diabetes mellitus, hypertension, heart disease, asthma, COPD and so on who generally receive more than one drug in one prescription, which is called polypharmacy. Patients with polypharmacy prescriptions have a higher risk of experiencing drug interactions than patients who use one type of drug. The potential for drug interactions increases as the number of drugs prescribed in one prescription increases. Patients who receive polypharmacy prescriptions have the potential to experience interactions between drugs as much as 40%, so monitoring of drug therapy and drug interactions is needed as an effort to increase the effectiveness of therapy and avoid the occurrence of unwanted side effects. This internship assignment at Kimia Farma 562 Sunter Pharmacy for the October 2023 period aims to identify potential drug interactions that could occur in polypharmacy prescriptions for PRB patients at Kimia Farma 562 Sunter Pharmacy for the October 2023 period. Identifying potential drug interactions is carried out by collecting PRB patient prescriptions that are redeemed in pharmacy with a total of 446 prescriptions. Prescriptions were selected based on the number of drugs in the prescription and 82 polypharmacy prescriptions were obtained. Potential drug interactions in each prescription were identified using www.drugs.com and it was found that 82 prescriptions had potential interactions and 2 prescriptions did not have potential interactions. A total of 542 drug interactions were obtained which were grouped into 58 major interactions, 403 moderate interactions, and 81 minor interactions. Pharmacists need to collect drug interaction data as a form of monitoring drug therapy so that treatment goals can still be achieved optimally and minimize the possibility of unwanted drug interactions occurring.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>