Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haura Syifa
"Analisis penyimpanan dan pelaksanaan pelaporan pengawasan penyaluran psikotropika merupakan isu krusial dalam upaya pengendalian dan pengawasan obat psikotropika. Penyalahgunaan, penyelewengan, atau pelanggaran dalam penyimpanan dan pelaporan pengawasan dapat menyebabkan risiko kesehatan dan masalah hukum. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah yang mencakup aspek kepatuhan, serta efektivitas sistem pengawasan dan pelaporan psikotropika di KFTD Cabang Jakarta 3. Pengerjaan tugas khusus didasarkan pada Standard Operational Procedure (SOP) KFTD, laporan tugas terdahulu, dan literatur sebagai referensi dalam menyimpan dan melakukan pelaporan psikotropika. Pelaporan distribusi psikotropika dilaksanakan melalui situs e-was. Dilakukan pula observasi secara langsung terhadap gudang penyimpanan psikotropika untuk dibandingkan dengan CDOB dan SOP yang berlaku, lalu dilakukan pula praktik pelaporan psikotropika melalui e-was. Psikotropika disimpan di dalam ruangan khusus yang dilengkapi dengan jeruji besi dan CCTV. Ruangan mempunyai 2 kunci yang dipegang oleh APJ dan pegawai lain yang dikuasakan (TTK penanggung jawab logistik). Lemari penyimpanan terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan, mempunyai 2 kunci yang berbeda, dan dilengkapi dengan label.Kegiatan penyimpanan psikotropika yang dilakukan di KFTD Cabang Jakarta 3 telah menerapkan prinsip dan persyaratan CDOB, SOP KFTD, serta peraturan yang berlaku. Kegiatan pelaporan pengawasan pelaporan psikotropika dilakukan setiap 1 bulan sekali pada tanggal 10 bulan berikutnya kepada BPOM melalui situs e-was.

Analysis of storage and implementation of monitoring the distribution report of psychotropics is a crucial issue in efforts to control and supervise psychotropic drugs. Misuse, misappropriation, or breaches in storage and control report can lead to health risks and legal issues. Therefore, this report aims to analyze problems that include aspects of compliance, as well as the effectiveness of the psychotropic monitoring and reporting system at KFTD Jakarta Branch 3. The execution of this report is based on the KFTD Standard Operational Procedure (SOP), previous assignment reports, and literature as references in storing and reporting psychotropics. Distribution monitoring reports of psychotropics are carried out through the e-was website. Direct observations were also made of the psychotropics storage warehouses to be compared with the applicable GDP and SOPs, then the practice of reporting psychotropics through e-was was also carried out. Psychotropics are stored in a special room equipped with iron bars and CCTV. The room has 2 keys which are held by the responsible pharmacist and another authorized employee (pharmaceutical technician in charge of logistics). The storage cabinet is made of strong material, is not easily moved, has 2 different locks, and is equipped with labels. The psychotropics storage activities carried out at KFTD Jakarta Branch 3 have implemented GDP principles and requirements, KFTD SOPs, and applicable regulations. Psychotropic monitoring reports are carried out once a month on the 10th of the following month to BPOM via the e-was website."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Shafa Aldora
"Kejahatan terkait narkotika telah menjadi salah satu masalah yang cukup serius dan kompleks dalam beberapa tahun terakhir. Terjadinya penyalahgunaan ataupun pelanggaran dalam penyimpanan dan penyaluran narkotika dapat meningkatkan terjadinya risiko kesehatan dan masalah hukum. Berdasarkan hal tersebut, dilakukanlah analisis serta pengkajian terhadap kepatuhan dan kesesuaian penyimpanan dan pengawasan pelaporan penyaluran narkotika di KFTD Cabang Jakarta 3. Penyusunan laporan ini dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku, laporan tugas terdahulu, serta literatur sebagai referensi. Observasi secara langsung dilakukan terhadap penyimpanan narkotika dan dibandingkan terhadap CDOB, perundang-undangan, dan SOP KFTD yang berlaku. Selain itu, dilakukan praktik pelaporan penyaluran obat narkotika melalui situs e-was. Narkotika disimpan dalam ruangan khusus yang memiliki pintu jeruji besi dengan dinding yang kokoh, dan terdapat dua buah kunci berbeda pada tiap pintu yang dipegang oleh APJ dan pegawai lain yang dikuasakan. Selain itu, terdapat CCTV untuk mengawasi penyimpanan narkotika dan lemari khusus untuk barang narkotika yang dikarantina. Rak ataupun palet penyimpanan narkotika disertai dengan label dan kartu stok. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan, penyimpanan narkotika di KFTD Cabang Jakarta 3 telah dilaksanakan sesuai dengan persyaratan CDOB, perundang-undangan, serta SOP yang berlaku. Kegiatan pelaporan pengawasan penyaluran narkotika periode Januari 2023 telah dilakukan dan dilaksanakan tiap satu bulan sekali maksimal tanggal 10 bulan berikutnya kepada BPOM melalui situs e-was.

Narcotics-related crime has become a serious and complex problem in recent years. The occurrence of abuse or violations in the storage and distribution of narcotics can increase health risks and legal problems. Therefore, analysis and study were carried out on the compliance and suitability of the storage and reporting supervision of the distribution of narcotics at the KFTD Jakarta Branch 3. This report was carried out based on applicable regulations, previous task reports, and literature as references. Direct observations were made of the storage condition of narcotics and compared to the applicable GDP, legislation, and KFTD SOPs. Furthermore, the practice of reporting the distribution of narcotic drugs through the e-was site was carried out. Narcotics are stored in a special room that has an iron bars door with a solid wall, and there are two different locks on each door which are held by the responsible pharmacist and other authorized employees. In addition, there is CCTV to monitor narcotics storage and a special cabinet for quarantined narcotics. Narcotics storage racks or pallets are accompanied by labels and stock cards. Based on the results of observations and analyses, the storage of narcotics at the KFTD Jakarta Branch 3 has implemented CDOB principles and requirements, laws, and applicable SOPs. Narcotics distribution monitoring reports for January 2023 have been carried out and usually carried out once a month at the maximum on the 10th of the following month to BPOM via the e-was website."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Febryani Angelica
"Personil merupakan salah satu bagian dari CDOB yang harus memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dengan mengikuti pelatihan dan memiliki kompetensi sebelum memulai tugas, terutama personil yang menangani obat atau bahan obat yang memerlukan persyaratan yang lebih ketat seperti narkotika dan psikotropika. Tujuan dari tugas khusus ini adalah adalah memberikan materi dan pelatihan kepada personil di KFTD Tangerang tentang prosedur operasi standar narkotika dan psikotropika. Metode yang digunakan dalam memberikan pelatihan adalah pemberian materi, tanya jawab, dan test. Test diberikan kepada personil sebelum dan sesudah materi diberikan. Materi yang digunakan bersumber dari SOP KFTD Tangerang yang telah disesuaikan berdasarkan CDOB. Pelatihan prosedur operasi kerja terkait narkotika dan psikotropika meliputi penerimaan, penyimpanan, penyaluran dan penanganan produk rusak, kadaluarsa dan tidak layak.

Personnel are a part of CDOB who must meet the required qualifications by training and should have competency before starting their task, especially personnel who handle drugs or raw materials that need more specified condition such as narcotics and psychotropics. The purpose of this study is to provide materials and training to personnel at KFTD Tangerang regarding to standard operating procedures about narcotics and psychrotropics. The method used in providing training is study material, question and answer, and tests. Tests were gave to personnel before and after the material is given. The materials used are sourced from KFTD Tangerang’s SOP which has been adjusted based on CDOB. SOP training about narcotics and psychotropics are included in receiving, storing, distributing and handling damaged, expired, and inappropriate products."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jehezkiel Kenneth Guilio
"

Psikotropika merupakan zat/bahan baku atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Dalam distribusi obat golongan psikotropika, Pedagang Besar Farmasi memiliki peran penting dan menjadi satu-satunya instansi yang memiliki kewenangan untuk mendistribusikan obat psikotropika. Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF seperti Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 3 menlakukan kegiatan pengelolaan obat golongan psikotropika berdasarkan Undang-Undang No.3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dan Pedoman CDOB Tahun 2020. Pengelolaan obat golongan psikotropika yang dilakukan KFTD Jakarta 3 antara lain kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, pemusnahan, serta pencatatan dan pelaporan obat psikotropika. Dalam laporan ini, akan dilakukan evaluasi pengelolaan obat psikotropika di PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 3 dengan menggunakan skala guttman. Secara keseluruhan evaluasi pengelolaan obat psikotropika di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 3 termasuk dalam kategori “baik” dengan rata-rata persentase 97%.


Psychotropics are substances/raw materials or drugs, both natural and synthetic, non-narcotics, which have psychoactive properties through a selective effect on the central nervous system which causes specific changes in mental activity and behavior. In the distribution of psychotropic class drugs, Pharmaceutical Wholesalers have an important role and become the only the only agency that has the authority to distribute psychotropic drugs. Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits for the procurement, storage, distribution of drugs and/or medicinal ingredients in large quantities in accordance with statutory provisions. PBF, such as Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 3, manages psychotropic drugs based on Law No. 3 of 2015 concerning Circulation, Storage, Destruction and Reporting of Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors and the 2020 CDOB Guidelines. Management of psychotropic drugs carried out by KFTD Jakarta 3 included procurement, storage, distribution, destruction, as well as recording and reporting of psychotropic drugs. In this report, an evaluation of the management of psychotropic drugs at PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 3 will be carried out using the guttman scale. Overall the evaluation of the management of psychotropic drugs at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 3 is included in the "good" category with an average percentage of 97%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Yunita
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi untuk memahami tugas dan peran Apoteker di instansi Pedagang Besar Farmasi. Tugas khusus yang diberikan berjudul “Evaluasi Penanganan Psikotropika dan Narkotika Berdasarkan Form Inspeksi Diri di PT Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi Periode 3-14 Oktober 2022”, dimana tugas ini bertujuan untuk mengetahui penanganan Psikotropika dan Narkotika di instansi PBF berdasarkan CDOB. Kegiatan evaluasi Penanganan Narkotika dan Psikotropika di KFTD Cabang Bekasi yang meliputi kegiatan Pengadaan, Penyimpanan, Penyaluran, serta Dokumentasi berdasarkan form inspeksi diri.

Pharmacist Professional Work Practice at Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi to understand the duties and roles of Pharmacists in Pharmaceutical Wholesalers agencies. The special assignment given is entitled "Evaluation of Psychotropics and Narcotics Handling Based on the Self-Inspection Form at PT Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi for the period 3-14 October 2022", where this task aims to find out the handling of Psychotropics and Narcotics at PBF agencies based on CDOB. Evaluation activities for Narcotics and Psychotropics Handling at KFTD Bekasi Branch which include Procurement, Storage, Distribution, and Documentation activities based on self-inspection forms."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Theresa
"PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) merupakan Pedagang Besar Farmasi (PBF) berbadan hukum yang bergerak dalam bidang layanan distribusi dan perdagangan produk kesehatan dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam penerapannya, seluruh PBF atau PBF Cabang, dan Instalasi Sediaan Farmasi wajib menerapkan prinsip-prinsip CDOB untuk seluruh aspek kegiatannya. Pada KFTD Cabang Jakarta 3 pun sudah melaksanakan prinsipprinsip ini. Selain itu, pada Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 tahun 2022 dijelaskan bahwa PBF dan PBF Cabang wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Kepala Badan POM dalam rangka pengawasan terhadap penerapan CDOB dalam menjamin keamanan, khasiat, dan mutu obat selama beredar. Salah satunya adalah pelaporan terkait penyaluran psikotropika bulanan kepada BPOM melalui e-was. Oleh karena itu, dalam laporan ini dilaksanakan pengkajian perbandingan kegiatan penyimpanan psikotropika yang baik dan benar antara praktik lapangan terhadap persyaratan yang berlaku, termasuk CDOB dan SOP KFTD, serta pelaporan pengawasan penyaluran psikotropika bulanan kepada BPOM secara e-was. Pembuatan laporan tugas khusus dilaksanakan melalui pengkajian terhadap beberapa Standar Operasional Prosedur (SOP) KFTD dan studi literatur terkait penyimpanan Psikotropika, beberapa petunjuk pedoman keluaran BPOM terkait pelaporan obat secara e-was, hingga akhirnya kegiatan penyusunan laporan khusus dilakukan menggunakan software Microsoft Word. Berdasarkan pengkajian yang telah dilaksanakan, kegiatan penyimpanan psikotropika yang diterapkan di KFTD Cabang Jakarta 3 telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan persyaratan CDOB, serta pelaporan pengawasan penyaluran psikotropika di KFTD Cabang Jakarta 3 dilaksanakan satu bulan sekali setiap tanggal 10 bulan berikutnya kepada BPOM melalui situs e-was
PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) is a legal entity Pharmaceutical Wholesaler engaged in distribution services and trading of health products in large quantities by statutory provisions. In practice, all Pharmaceutical Wholesaler is required to apply Good Distribution Practices (GDP) principles to all aspects of their activities. KFTD Jakarta Branch 3 has also implemented these principles. In addition, the Regulation of the Indonesian FDA Number 2 of 2022 explains that Pharmaceutical wholesalers are required to submit activity reports to the Head of the Indonesian FDA to supervise the implementation of GDP in ensuring the safety, efficacy, and quality of drugs while in circulation. One of them is reporting related to the distribution of monthly psychotropics to the Indonesian FDA through e-was. Therefore, in this report a comparative study of good and correct psychotropics storage activities is carried out between field practice against the applicable requirements, as well as reporting on supervision of monthly distribution of psychotropics with e-was basis. The preparation of the special assignment report was carried out by reviewing several KFTD Standard Operating Procedures (SOP) and literature studies related to the storage of psychotropics, several BPOM output guidelines regarding drug reporting on e-was, until finally the special report preparation activity was carried out using Microsoft Word software. Based on the studies, the psychotropic storage activities also the supervision over the distribution have been implemented at the Jakarta 3 KFTD Branch by the principles and requirements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melany
"Narkotika/psikotropika digunakan untuk kepentingan pengobatan dan tujuan ilmu pengetahuan, namun disisi lain dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan bila tanpa pengawasan dan pengendalian yang seksama. Mengingat kerugian yang ditimbulkannya maka Narkotika/Psikotropika diawasi secara intemasional maupun nasional. Secara intemasional, narkotika diatur dalam Singe! Convention on Narcotic Drugs 1961 dan psikotropika diatur dalam Convention on Psychotropic Substances 1971, sedangkan secara nasional, narkotika diatur dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan psikotropika diatur dalam Undang undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Bahan baku untuk narkotika/ psikotropika masih harus diimpor dari beberapa negara antara lain Jarman. United Kingdom, USA, Switzerland, India, China dan Iainnya. Oleh karena itu Pemberian Surat Persetujuan Impor Narkotika/Psikotropika, sebagai alat yang sah masuknya narkotika/psikotropika untuk kepentingan pengobatan dan tujuan ilmu pengetahuan serta merupakan salah satu alat pengawasan dan pengendalian narkotika/psikotropika di jalur legal.
Pelaksanaan Pemberian Persetujuan Impor Narkotika/Psikotropika merupakan suatu sistem dengan indikator Prosedur dan persyaratan, Sumber daya manusia pelaksana serta Kerjasama dan koordinasi. Dalam pelaksanaan pemberian persetujuan impor narkotika/psikotropika masih terdapat beberapa masalah antara lain Waktu penyelesaian Surat Persetujuan Impor belum sesuai dengan ketentuan, laporan realisasi setiap kali impor yang diterima dari importir belum sesuai ketentuan dan masa berlaku Surat Persetujuan Impor telah habis sebelum impor dapat terealisasi.
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan Pelaksanaan Pemberian Persetujuan Impor Narkotika/Psikotropika dengan indikator efektiftas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan dan hubungan Sistem Pemberian Persetujuan Impor Narkotika/Psikotropika, ditinjau dari indikator Prosedur dan persyaratan, Sumber Daya Manusia serta Kerjasama dan Koordinasi terhadap Pelaksanaan Pemberian Persetujuan Impor Narkotika/Psikotropika.
Populasi penelitian yaitu industri farmasi yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan dan masih aktif memproduksi obat jadi Narkotika/psikotropika. Penetapan sampel secara accidental yaitu Industri Farmasi dan pedagang besar farrnasi importir yang telah mendapatkan Surat Persetujuan Impor Narkotika/Psikotropika pada periode 1 Januari 2001 sampai dengan 31 Desember 2004, sebanyak 30 industri farmasi. Metode yang digunakan adalah Metode Survei, dengan penyebaran kuesioner yang berisi pemyataan tertutup untuk mengukur persepsi responden terhadap variabel penelitian dengan menggunakan Skala Likert( Jawaban terendah dengan nilai 1 dan jawaban tertinggi dengan nilai 5).
Analisis data menggunakan program SPSS 11,5. Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa variabel Pelaksanaan Pemberian Persetujuan Impor Narkotika/Psikotropika menunjukkan hasil positif. Sistem Pemberian Persetujuan Impor Narkotika/Psikotropika menunjukkan tingkat hubungan sangat kuat terhadap Pelaksanaan Pemberian Persetujuan impor Narkotika/Psikotropika. Dengan analisis Koefisien Determinasi dan uji regresi menunjukkan bahwa Sistem Pemberian Persetujuan Impor NarkotikatPsikotropia berpengaruh kuat terhadap Pelaksana Pemberian persetujuan Impor Narkotika/Psikotropika.
Dari ketiga indikator tersebut, indikator Kerjasama dan Koordinasi mempunyai kontribusi paling kecil, hal ini menjelaskan bahwa kerjasama dan koordinasi masih perlu ditingkatkan untuk mendukung peleksanaan pemberian persetujuan impor narkotika/ psikotropika dalam rangka Pengendalian Napza di jalur legal.

Narcotics drugs 1 psychotropic substances are used in order to medical and scientific purposes, but in other side can be misused if not accompany by comprehensive monitoring and controlling. Considering loss which generating of hence, narcotics drugs 1 psychotropic substances monitoring and controlling are conducted both nationally and internationally. Internationally, narcotics drugs are regulated on Single Convention on Narcotics Drugs 1961 and psychotropic substances are regulated in Convention on Psychotropic Substances 1971. Nationally, narcotics drugs are regulated on Law of The Republic of Indonesia No. 22 Year 1997 on Narcotics and Psychotropic substances are regulated on Law of The Republic of Indonesia No. 5 Year 1997 on Psychotropic.
In order to produce finished product contained narcotics drugs 1 psychotropic substances, raw material of narcotics drugs I psychotropic substances must be imported from other countries, like Germany, United Kingdom, USA, Switzerland, India, China, etc. Approval Import Authorization of narcotics drugs I psychotropic substances, is one of the way to monitor and control narcotics drugs J psychotropic substances in licit way, because it is a legal means in entering narcotics drugs I psychotropic substances to medical and scientific purposes. Conducting Import Authorization issue of narcotics drugs 1 psychotropic substances represent a system with indicators of procedure and conditions, human resource and also cooperation and coordination.
Problems in conducting import Authorization approval of 'narcotics drugs I psychotropic substances for example time of issuing Import Authorization yet pursuant to, report of import realization not yet according to the rule and effective period of Import Authorization have used up before import can be realized.
This research is conducted to explain the implementation of Import Authorization approval of narcotics drugs 1 psychotropic substances, in view of indicators of procedure and conditions, human resources, cooperation and coordination. Indicators of evaluation criteria are indicators of effectiveness, efficiency, sufficiency, flattening, responsiveness and accuracy and relation/link to a system of Import Authorization approval of Narcotics drugs I Psychotropic substances in view of indicators of procedure and conditions, human resources, cooperation and coordination.
The population is pharmacy industry and wholesaler that have given Import Authorization of narcotics drugs 1 psychotropic substances at period 1 January 2001 until 31 December 2004. The Using of the method is Survey Method with some questionnaires to measure perception of respondents to variable of research by Likert Scale (lowest answer is 1 and highest answer is 5).
Data is analyzed by SPSS 11.5. Based on descriptive associative analysis, have gotten result as followed: Correlation between variable of the System Import Authorization approval of Narcotics drugs 1 Psychotropic substances with variable of implementation import Authorization approval of Narcotics drugs 1 Psychotropic substances is very high. Variable of the System Import Authorization approval of Narcotics drugs 1 Psychotropic substances have an effect on strength correlation to Implementation of Import Authorization approval of Narcotics drugs 1 Psychotropic substances.
Indicators of cooperation and coordination have lowest contribution, this explain cooperation and coordination must be increased to support implementation Import Authorization approval of Narcotic drugs/Psychotropic substances in order to control narcotics drugs, psychotropic substances and addictive substance in licit traffic.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Havarindo, 1998
615 Ind p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sadatu Darwin
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dengan jelas tentang pelaksanaan psiko-religius dengan pertaubatan dan mengetahui pengaruh dalam membina mental pasien pecandu narkotik dan zat adiktif di Pesantren Nurul Jannah Cikarang Bekasi. Konsep taubat digunakan sebagai terapi yaitu dengan meakkukan pendidikan terpadu untuk meningkatlcin kesadaran dan kesungguhan meninggalkan penggunaan napza, sehingga dapat sembula secara fisik dan mental.
Taubat sebagai psiko-religius memiliki tiga indikator umum yaitu: pertama An-Nadamu (penyesalan) yang memiliki ciri-ciri Bari penyesalan antara lain: menagis, takutlkhawtir/cemas {khauf), merenung, mengaharap-harap camas (raja ), mengutarakan kepada orang lain. Kedua keinginan berhenti (berjanji untuk tidak mengulangi doss) dan yang ketiga adalah pembuktian.
Bari penelitian terhadap proses pertaubatan di Pesantren Nurul Jannah Cikarang Bekasi diketahui bahwa proses pertaubatan yang dilakukan adalah sesuai dengan konsep-konsep taubat. Serta dari basil wawancara kepada enam pecandu napza yang telah bertaubat dengan proses pertaubatan di Pesantren Nurul Jannah Cikarang Bekasi diketahui adanya pengaruh dalam upaya membina mental pecandu napza Sehingga dapat dikatsakan dalam studi kasus ini bahwa proses peratubatan yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Jannah telah sesuai dengan konsep taubat dan sangat berpengaruh terhadap upaya membina mental pecandu napza.

ABSTRACT
The goal of this research is to know well and analyte about the work of psycho-religy by doing forswear method (Konsep Taubat) and to know the influence factor to recover the user of drug and narcotic in Pesantren Nurul Jannah Cikarang Bekasi. Religy therapy which is being an alternative wa to cure the users. And it is more success than others method there are many concepts in Islam to recover the users, One of them is forswear ( Taubat ) method.. This method is using particular education or Islamic curriculum to recover the users from eddicted drug ang get a way from Cher community in order to cure both psycho or mentality.
Forswear method as one of the psycho-religy which are involved into three general indicators, they are: An-Nadamu (Regreting) which has specific indicates such as they are crying, scared, frighteny, anxious (Khan ),they are restless in hoping something, (raja') , they will try to express their feeling to some one else. The second, they really want to quite and promise not to do it again (they will promise not to repeat their sin) and the finally they will prove their promise).
From the research we know that the forswear method which is done in Nurul Jannah is suitable with forswear concept it self. From the interview of six users who has already recovered, they proved that The influences of this method is reality successful to cure the users event psycho or mentality.
"
2007
T20785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>